Anda di halaman 1dari 11

H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara………….

16
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

EKSISTENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)


DALAM MEWUJUDKAN SUATU PEMERINTAHAN YANG BAIK

Oleh : Hendrik Salmon

ABSTRACT

Administration officials have broad authority in carrying out the affairs of


government. With this broad authority tends to be misused to cause harm and injustice in the
society, therefore there must be other institutions that control it. Based on the theory of Trias
Politica executive agencies are politically controlled by the legislative and juridical
institutions controlled by the judiciary, because the officials running the state administration
executive functions that control the judiciary is legally the state administrative court. Judicial
control of administrative functions of the state administrative court in addition aims to
provide legal protection for the public and state administration officials themselves, as well
as state administrative law enforcement agencies who aspire to realize a good and
authoritative governance.
Keyword: good governance

A. LATAR BELAKANG. perbedaan penggunaan istilah diantara para


ahli ketatanegaraan. Para ahli di Eropa Barat
Negara Indonesia adalah negara (Kontinental) seperti Immanuel Kant dan
hukum. Sebagai negara hukum, berarti di F.J. Stahl menggunakan istilah
negara kita hukumlah yang mempunyai arti “Rechtsstaat”, sedangkan A.V. Dicey
penting terutama dalam semua segi-segi menggunakan istilah “Rule Of Law”. Kedua
kehidupan masyarakat. Segala istilah tersebut secara formil dapat
penyelenggaraan yang dilaksanakan oleh mempunyai arti yang sama, yaitu negara
negara dengan perantaraan pemerintahnya hukum, akan tetapi secara materiil
harus sesuai dan menurut saluran-saluran mempunyai arti yang berbeda yang
yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh disebabkan oleh latar belakang sejarah dan
hukum. pandangan hidup suatu bangsa.
Karena negara Indonesia merupakan A.V. Dicey mengetengahkan tiga arti
negara hukum, tiap tindakan penyelenggara dari “the rule of law” yaitu pertama,
negara harus berdasarkan hukum. Peraturan supremasi hukum (supremacy of law);
perundang-undangan yang telah diadakan kedua, persamaan di hadapan hukum
lebih dahulu, merupakan batas kekuasaan (equality before the law); ketiga,
penyelenggaraan negara. Undang Undang terjaminnya hak-hak asasi manusia dalam
Dasar yang memuat norma-norma hukum Konstitusi. Adapun untuk “rechtsstaat”
dan peraturan-peraturan hukum harus menurut F.J. Stahl mempunyai unsur-unsur
ditaati, juga oleh pemerintah atau badan- : pertama, pengakuan dan perlindungan
badannya sendiri. terhadap hak asasi manusia; kedua;
Dalam mempergunakan istilah pemisahan dan pembagian kekuasaan negara
“Negara Hukum”, ternyata terdapat (trias politica); ketiga, pemerintah
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 17
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

berdasarkan undang-undang (wetmatig Padmo Wahyono dalam asas kekeluargaan


bestuur); keempat, adanya peradilan maka yang diutamakan adalah “rakyat
administrasi negara (PTUN) (lihat banyak, namun harkat dan martabat manusia
Muhammad Tahir Azhary, 1992 : 66 dan tetap dihargai” (Muhammad Tahir Azhary,
Philipus M. Hadjon, 1987 : 80). 1992 : 69-70). Jadi menurut beliau,
Dalam rule of law menurut sistem pemerintah dalam menjalankan roda
Anglosaxon terdapat perbedaan dengan pemerintahan maka harus memperhatikan
rechsstaat menurut faham Eropa aspek kepentingan umum dan hak asasi
Kontinental. Perbedaan itu antara lain dalam manusia.
rule of law, tidak terdapat peradilan Selanjutnya Philipus M. Hadjon
administrasi negara (PTUN) yang terpisah (1987 : 84-85) mengemukakan bahwa
dari peradilan umum. Lain halnya dalam negara hukum di Indonesia tidak dapat
rechtsstaat terdapat peradilan administrasi dengan begitu saja dipersamakan dengan
negara (PTUN) yang berdiri sendiri terpisah rechtsstaat maupun rule of law dengan
dari peradilan umum. Adapun persamaannya alasan sebagai berikut ; (1) baik konsep
antara lain keduanya (baik rechtsstaat rechtsstaat maupun rule of law dari latar
maupun rule of law) mengakui perlindungan belakang sejarahnya lahir dari suatu usaha
HAM, adanya “kedaulatan hukum” atau atau perjuangan menentang kesewenangan
“supremsi hukum”, tidak ada penyalah penguasa, sedangkan Negara Republik
gunaan kekuasaan atau perbuatan sewenang- Indonesia sejak perencanaan berdirinya
wenang oleh Penguasa (absence of arbitrary jelas-jelas menentang segala bentuk
power). kesewenangan atau absolutisme; (2) baik
Melihat kedua sistem tersebut, konsep rechtsstaat maupun rule of law
sebagaimana diketahui secara umum negara menempatkan pengakuan dan perlindungan
Indonesia identik dengan rechtsstaat. Untuk terhadap hak asasi manusia sebagai titik
lebih detailnya perlu pula penulis telaah sentral, sedangkan Negara Republik
pemikiran-pemikiran ahli hukum Indonesia Indonesia yang menjadi titik sentral adalah
yang terkenal, yaitu Oemar Seno Adji, keserasian hubungan antara pemerintah dan
Padmo Wahyono, dan Philipus M. Hadjon. rakyat berdasarkan asas kerukunan; (3)
Oemar Seno Adji berpendapat untuk melindungi hak asasi manusia konsep
bahwa Negara Hukum Indonesia memiliki rechtsstaat mengedepankan prinsip
ciri-ciri khas Indonesia. Karena Pancasila wetmatigheid dan rule of law
harus diangkat sebagai dasar pokok dan mengedepankan prinsip equality before the
sumber hukum, maka Negara Hukum law, sedangkan Negara Republik Indonesia
Indonesia dapat pula dinamakan Negara mengedepankan asas kerukunan dalam
Hukum Pancasila (Muhammad Tahir hubungan antara pemerintah dan rakyat.
Azhary, 1992 : 69). Dengan kata lain, Meskipun Indonesia tidak dapat
Negara Hukum Pancasila ini muncul karena digolongkan ke dalam salah satu dari dua
digali oleh para proklamator negara dari kelompok negara hukum tersebut, namun
adat-istiadat asli masyarakat di Indonesia akibat penjajahan Belanda yang menganut
secara keseluruhan yang heterogen dan sistem hukum kontinental, maka
majemuk berlandaskan asas Bhineka pembentukan negara hukum dan sistem
Tunggal Ika. hukum di Indonesia banyak terpengaruh
Menyambung pengertian Negara oleh sistem hukum kontinental (rechtsstaat).
Hukum Pancasila tersebut, Padmo Sebagaimana diungkapkan oleh
Wahyono menelaahnya dengan bertitik Soetandyo Wignjosoebroto (1995 : 238) :
pangkal dari asas kekeluargaan yang “ Hukum Kolonial bagaimanapun juga
tercantum dalam UUD 1945 (asas ini masih adalah hukum yang mempertimbangkan
tetap ada meskipun UUD 1945 telah di substansinya secara formal masih
amandemen, vide Pasal 33). Menurut berlaku, dan sebagian besar kaidah-
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 18
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

kaidahnya masih merupakan hukum pengadilan tata usaha negara sebagaimana


positif Indonesia berdasarkan berbagai diatur dalam UU No.5 Tahun 1986 Jo UU
ketentuan peralihan. Perkembangan No. 9 Tahun 2004. Berdasarkan Pasal 24
hukum di Indonesia selama ini, sejak ayat (3) Amandemen ketiga Undang-
masa kekuasaan kolonial sampai pun ke Undang Dasar 1945 yang disahkan 10
masa-masa sesudahnya, adalah November 2001 Jo pasal 10 ayat (2) UU
perkembangan yang bergerak ke arah No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
dan/ atau menurut pola-pola hukum Kehakiman dikenal 4 lingkungan lembaga
Eropa, dan dalam hal ini hukum Belanda. peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan
Memutus alur perkembangan ini, berarti Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan
memutus hubungan tradisional Tata Usaha Negara. Tiap-tiap lembaga ini
sebagaimana pernah terkembang dalam mempunyai kewenangan dan fungsi masing-
sejarah antara Indonesia dan Belanda masing, sehingga lembaga-lembaga
yang sebenarnya juga ikut meliput peradilan ini mempunyai kompetensi absolut
berbagai aspek yang sifatnya yang berbeda satu dengan lainnya.
institusional, seperti misalnya peradilan
dan pendidikannya akan berarti memaksa
Indonesia mengembangkan hukum B. PEMBAHASAN
nasionalnya dengan beranjak dari awal
lagi, dan menyia-nyiakan apa yang 1. Peradilan Administrasi Negara
hingga kini telah tercapai….”. (PTUN) dan Perlindungan Hukum
Oleh karena hal tersebut diatas, bagi Masyarakat di Indonesia
Negara Indonesia pun dalam hal
mewujudkan suatu negara hukum Tujuan pembentukan dan kedudukan
menginginkan terbentuknya pengadilan suatu peradilan administrasi negara (PTUN)
administrasi negara (PTUN) sebagaimana dalam suatu negara, terkait dengan falsafah
yang dianut negara eropa kontinental. negara yang dianutnya. Negara Kesatuan
Keberadaan pengadilan administrasi Republik Indonesia merupakan negara
negara (PTUN) di berbagai negara modern hukum berdasarkan Pancasila dan UUD
terutama negara-negara penganut paham 1945, oleh karenanya hak dan kepentingan
Welfare State (Negara Kesejahteraan) perseorangan dijunjung tinggi disamping
merupakan suatu tonggak yang menjadi juga hak masyarakatnya. Kepentingan
tumpuan harapan masyarakat atau warga perseorangan adalah seimbang dengan
negara untuk mempertahankan hak-haknya kepentingan masyarakat atau kepentingan
yang dirugikan oleh perbuatan hukum umum. Karena itu, menurut S.F Marbun
publik pejabat administrasi negara karena (1997 : 27) secara filosofis tujuan
keputusan atau kebijakan yang pembentukan peradilan administrasi negara
dikeluarkannya. (PTUN) adalah untuk memberikan
Melihat kenyataan tersebut, dapat perlindungan terhadap hak-hak
dipahami bahwa peradilan administrasi perseorangan dan hak-hak masyarakat,
negara (PTUN) diperlukan keberadaannya, sehingga tercapai keserasian, keseimbangan
sebagai salah satu jalur bagi para pencari dan keselarasan antara kepentingan
keadilan yang merasa kepentingannya perseorangan dengan kepentingan
dirugikan karena dalam melaksanakan masyarakat atau kepentingan umum.
kekuasaannya itu ternyata badan atau Selain itu, menurut Prajudi
pejabat administrasi negara yang Atmosudirdjo (1977: 69), tujuan
bersangkutan terbukti melanggar ketentuan dibentuknya peradilan administrasi negara
hukum. (PTUN) adalah untuk mengembangkan dan
Di Indonesia, pengadilan memelihara administrasi negara yang tepat
administrasi negara dikenal dengan menurut hukum (rechtmatig) atau tepat
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 19
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

menurut undang-undang (wetmatig) atau tersebut tidak mempunyai arti apa-apa. Oleh
tepat secara fungsional (efektif) atau sebab itu eksistensi pengadilan administrasi
berfungsi secara efisien. Sedangkan negara (PTUN) sesuatu yang wajib, dengan
Sjachran Basah (1985 : 25) secara maksud selain sebagai sarana kontrol yuridis
gamblang mengemukakan bahwa tujuan terhadap pelaksana administrasi negara juga
pengadilan administrasi negara (PTUN) sebagai suatu bentuk atau wadah
ialah memberikan pengayoman hukum dan perlindungan hukum bagi masyarakat karena
kepastian hukum, tidak hanya untuk rakyat dari segi kedudukan hukumnya berada pada
semata-mata melainkan juga bagi posisi yang lemah.
administrasi negara dalam arti menjaga dan Berkenaan dengan konsep
memelihara keseimbangan kepentingan perlindungan hukum bagi masyarakat di
masyarakat dengan kepentingan individu. Indonesia, sesungguhnya beranjak dari
Untuk administasi negara akan terjaga makna Pancasila yang berarti kekeluargaan
ketertiban, ketentraman dan keamanan atau gotong royong, menurut Philipus M.
dalam melaksanakan tugas-tugasnya demi Hadjon (1993 : 85-89) asas berdasarkan jiwa
terwujudnya pemerintahan yang kuat bersih kekeluargaan ini dapat disebut pula sebagai
dan berwibawa dalam negara hukum asas kerukunan. Asas kerukunan tersebut
berdasarkan Pancasila. melandasi hubungan antara pemerintah
Dengan demikian lembaga dengan rakyat, serta antara organ kekuasaan
pengadilan administrasi negara (PTUN) negara yang satu dengan lainnya yang
adalah sebagai salah satu badan peradilan melahirkan hubungan fungsional
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman, proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
merupakan kekuasaan yang merdeka yang negara.
berada di bawah Mahkamah Agung dalam Atas dasar keserasian hubungan
rangka menyelenggarakan peradilan guna berdasarkan asas kerukunan, maka sedapat
menegakkan hukum dan keadilan. mungkin penyelesaian sengketa dilakukan
Penegakan hukum dan keadilan ini melalui cara musyawarah dan peradilan
merupakan bagian dari perlindungan hukum merupakan sarana terakhir. Hal itu karena
bagi rakyat atas perbuatan hukum publik musyawarah sebagai cerminan perlindungan
oleh pejabat administrasi negara yang hukum preventif berupa pemberian
melanggar hukum. kesempatan kepada rakyat untuk
Berdasarkan hal tersebut, maka mengajukan keberatan atau pendapatnya
peradilan administrasi negara (PTUN) sebelum pemerintah memberikan keputusan
diadakan dalam rangka memberikan yang definitif. Musyawarah sangat besar
perlindungan (berdasarkan keadilan, artinya ditinjau dari perbuatan pemerintahan
kebenaran dan ketertiban dan kepastian yang didasarkan pada kebebasan bertindak
hukum) kepada rakyat pencari keadilan karena pemerintah akan terdorong untuk
(justiciabelen) yang merasa dirinya mengambil sikap hati-hati, sehingga
dirugikan akibat suatu perbuatan hukum sengketa yang kemungkinan dapat terjadi
publik oleh pejabat administrasi negara, dapat dicegah.
melalui pemeriksaan, pemutusan dan Sengketa yang dimaksud adalah
penyelesaian sengketa dalam bidang berdasarkan Pasal 1 butir 4 UU No.5 Tahun
administrasi negara. 1986 Jo UU No. 9 Tahun 2004, yang
Dengan demikian, dapat dikatakan menyebutkan bahwa :
bahwa meskipun segala bentuk tindakan “ Sengketa tata usaha negara (sengketa
pejabat administrasi negara telah diatur administrasi negara) adalah sengketa
dalam norma-norma hukum administrasi yang timbul dalam bidang tata usaha
negara akan tetapi bila tidak ada lembaga negara (administrasi negara) antara orang
penegak hukum dari hukum administrasi atau badan hukum perdata dengan badan
negara itu sendiri, maka norma-norma atau pejabat tata usaha negara (pejabat
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 20
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

administrasi negara) baik di pusat dalam penyelesaian sengketa administrasi


maupun di daerah, sebagai akibat negara.
dikeluarkannya keputusan tata usaha Erat kaitannya dengan penegakan
negara (keputusan administrasi negara), hukum administrasi negara, saat ini
termasuk kepegawaian berdasarkan pemerintah sedang membuat suatu
peraturan perundang-undangan yang rancangan undang-undang tentang
berlaku.” administrasi pemerintahan yang telah
Pada kenyataannya, sengketa memasuki tahap konsep ke XII (6 Februari
administrasi negara muncul jikalau 2006). Bila kita amati undang-undang
seseorang atau badan hukum perdata merasa tersebut merupakan hukum materiil dari
dirugikan, sebagai akibat dikeluarkannya hukum administrasi negara di Indonesia,
suatu keputusan. Sebagaimana diketahui didalamnya mengatur mengenai dasar
bahwa, pejabat administrasi negara dalam hukum dan pedoman bagi setiap pejabat
fungsi menyelenggarakan kepentingan administrasi pemerintahan dalam
umum tidak terlepas dari tindakan menetapkan keputusan, mencegah
mengeluarkan keputusan, sehingga tidak penyalahgunaan kewenangan dan menutup
menutup kemungkinan pula keputusan tadi kesempatan untuk melakukan KKN
menimbulkan kerugian. Selain berbentuk (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Yang
keputusan tindakan pejabat tadi dapat terlebih penting undang-undang ini nantinya
berbentuk perbuatan materiil sepanjang selain sebagai dasar reformasi birokrasi juga
dalam rangka melaksanakan perbuatan menjadi landasan untuk perubahan mindset
hukum publik. Akan tetapi terhadap dan cultural-set aparatur pemerintah,
pelanggaran hukum atas perbuatan hukum merubah mentalitas priyayi atau penguasa
publik yang bersifat materiil (onrechmatige yang minta dilayani, menjadi sosok aparatur
overheidsdaad) sampai saat ini penyelesaian pemerintah yang berperilaku sebagai abdi
sengketanya bukan kewenangan pengadilan negara dan abdi masyarakat, yang
administrasi negara (PTUN), karena profesional,dan selalu memperhatikan
undang-undang pengadilan administrasi kepentingan rakyat selaku pemegang
negara (PTUN) saat ini belum mengadopsi kedaulatan. Bahkan lebih menarik lagi
sebagaimana yang ada dalam sistem setelah undang-undang sebagai HAN
peradilan administrasi negara di Prancis materiil ini disahkan akan menuntut untuk
yang nota benenya menjadi kiblat merevitalisasi peranan pengadilan
penyelesaian sengketa administrasi di dunia. administrasi negara (PTUN). Dengan kata
Meskipun demikian melihat perkembangan lain undang-undang HAN formil yang ada
ke depan nantinya (dalam rangka reformasi saat ini (UU No.5 Tahun 1986 Jo UU No. 9
administrasi pemerintahan) menurut penulis Tahun 2004 Tentang PTUN) harus segera
suatu hal yang harus dibentuk satu sistem direvisi, karena aturan dalam undang-
peradilan administrasi negara terpadu, undang administrasi pemerintahan memberi
artinya segala sengketa administrasi negara kewenangan pengadilan administrasi negara
diselesaikan melalui pengadilan administrasi (PTUN) menjadi lebih luas. Kewenangan itu
negara (PTUN). Kenyataan ini diperlukan berupa peranan hakim pengadilan
karena disamping esensi pengadilan administrasi negara (PTUN) menetapkan
administrasi negara (PTUN) sebagai satu- besarnya ganti rugi dan pelaksanaan upaya
satunya lembaga penegakan hukum paksa (termasuk dwangsoom) terhadap
administrasi negara sebagaimana termaktub pejabat administrasi negara yang dinyatakan
dalam Konstitusi juga membuat sederhana bersalah dan melanggar asas-asas umum
(simple) penyelesaian sengketa administrasi pemerintahan yang baik yang merugikan
negara melalui satu pintu lembaga peradilan masyarakat dan negara, serta penyelesaian
dan untuk menghindari overlap kewenangan sengketa administrasi negara yang berupa
tindakan materiil pejabat administrasi negara
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 21
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

(onrechmatige overheidsdaad) pun menjadi Maksud penegakan hukum tersebut


kompetensi absolut pengadilan administrasi diatas, penulis sependapat dengan apa yang
negara (PTUN). diutarakan Abdulkadir Muhammad (2001
Dalam kaitan dengan pengadilan : 115). Menurutnya, penegakan hukum dapat
administrasi negara sebagai salah satu badan dirumuskan sebagai usaha melaksanakan
peradilan yang menjalankan “kekuasaan hukum sebagaimana mestinya, mengawasi
kehakiman yang bebas” sederajat dengan pelaksanaannya agar tidak terjadi
pengadilan-pengadilan lainnya dan pelanggaran, dan jika terjadi pelanggaran
berfungsi memberikan pengayoman hukum maka untuk memulihkannya kembali dengan
akan bermanfaat sebagai: penegakan hukum. Dengan demikian
1. Tindakan pembaharuan bagi perbaikan penegakan hukum dilakukan dengan
pemerintah untuk kepentingan rakyat; penindakan hukum, yang menurut penulis
2. Stabilisator hukum dalam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
pembangunan; a. Teguran peringatan supaya
3. Pemelihara dan peningkat keadilan menghentikan pelanggaran dan jangan
dalam masyatakat; berbuat lagi.
4. Penjaga keseimbangan antara b. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti
kepentingan perseorangan dan kerugian dan atau denda).
kepentingan umum (Sjachran Basah, c. Pencabutan hak-hak tertentu (sanksi
1985 : 25). administrasi ringan, sedang, dan berat
Berdasarkan kenyataan tersebut seperti : berupa pencopotan jabatan atau
dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa di pemberhentian dengan tidak hormat).
samping peradilan umum, peradilan d. Publikasi kepada masyarakat umum
administrasi negara (PTUN) merupakan (media cetak dan atau elektronik).
sarana perlindungan hukum represif, yang e. Rekomendasi black list secara politis
memberikan perlindungan hukum bagi (kepada lembaga eksekutif, legislatif,
rakyat dengan mengemban fungsi peradilan. dan yudikatif terutama apabila yang
Fungsi tersebut dilaksanakan sedemikian bersangkutan akan menjalani fit and
rupa sehingga senantiasa menjamin dan proper test).
menjaga keserasian hubungan antara rakyat f. Pengenaan sanksi badan (pidana
dengan pemerintah berdasarkan asas penjara).
kerukunan yang tercermin dalam konsep Meskipun penegakan hukum
negara hukum di Indonesia. administrasi negara sebagaimana tersebut
diatas dalam prakteknya jarang dipatuhi,
2. Penegakan Hukum Administrasi menurut hemat penulis permasalahan semua
Negara sebagai Upaya membentuk ini bermuara pada moralitas dari pejabat
Pemerintahan Yang Bersih (Good yang bersangkutan dan peraturan
Governance) perundang-undangan yang tidak secara tegas
mengatur pengenai pelaksanaan hukuman/
Indonesia sebagai penganut paham sanksi dari lembaga pengadilan administrasi
negara hukum modern, dituntut adanya negara (PTUN).
peranan dan fungsi hukum yang secara stabil Permasalahan mengenai moralitas
dan dinamis mampu mengatur berbagai pejabat memang sangat abstrak sehingga
kepentingan tanpa meninggalkan ide sangat sulit dianalisa ketidak patuhan secara
dasarnya yaitu keadilan. Hukum yang hukum pejabat tersebut karena berkenaan
demikian juga mengandung tuntutan untuk dengan kejiwaan (humanistis) dan latar
ditegakkan atau dengan kata lain, belakang kehidupan pejabat yang
perlindungan hukum yang diberikan bersangkutan. Meskipun demikian, perlu
merupakan suatu keharusan dalam adanya alat kontrol lainnya dalam rangka
penegakan hukum. penegakan hukum administrasi negara ini
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 22
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

yaitu peraturan perundang-undangan. disahkan untuk menghindari tumpang


Celakanya sampai saat ini peraturan tindihnya materi muatan antara undang-
perundang-undangan yang ada belum undang satu dengan lainnya.
memadai, yang menurut penulis Selain itu untuk efektifitas dan
permasalahan tersebut karena : efisiensi penegakkan hukum administrasi
1. Sempitnya pengertian objek sengketa negara, tidak perlu dibentuk peradilan-
administrasi negara yang dapat peradilan khusus karena disamping
diselesaikan di PTUN. Dengan kata menghambur-hamburkan anggaran negara
lain, arti ketentuan Pasal 1 angka 3 UU juga menimbulkan ketidakpastian hukum
No.5 Tahun 1986 Jo UU No. 9 Tahun dalam rangka penegakkan hukum. Apabila
2004 menyimpang dari pengertian alasan dibentuknya peradilan khusus hanya
sengketa administrasi negara secara luas karena kurangnya keahlian hakim dalam
yang secara teoritis mencakup seluruh menyelesaikan perkara tertentu dan
perbuatan hukum publik. lambannya proses berperkara di pengadilan
2. Hukum administrasi negara formil sebetulnya bisa diatasi. Dalam sistem
(hukum acara PTUN) sudah terwujud peradilan di Indonesia dimungkinkan keikut
akan tetapi hukum administrasi negara sertaan saksi ahli dan hakim ad-hoc karena
materiil belum terbentuk. dibutuhkan disaat lembaga peradilan
3. Pelaksanaan eksekusi pengadilan memerlukan keahliannya untuk
administrasi negara (PTUN) menyelesaikan suatu perkara tertentu dan
sebagaimana diatur dalam Pasal 116 apabila perlu para hakim pengadilan
UU No.5 Tahun 1986 Jo UU No.9 administrasi negara (PTUN) diberi
Tahun 2004 belum ditindak lanjuti oleh kesempatan studi lanjut untuk mendalami
peraturan pelaksana sehingga tidak ada pendidikan khusus (spesialisasi) tentang
kejelasan mengenai prosedur dan bidang hukum administrasi negara tertentu
penerapan hukuman administrasi (misalnya: Hukum Administrasi Bidang
negaranya. Pajak, Hukum Administrasi Bidang HAKI,
4. Banyaknya dibentuk lembaga-lembaga Hukum Administrasi Bidang
peradilan khusus akan tetapi wewenang Ketenagakerjaan, dll) sehingga alasan
didalamnya ada yang meliputi kurangnya keahlian hakim bisa diatasi,
penyelesaian sengketa administrasi sedangkan alasan dibentuknya peradilan
sehingga menjadi overlap dengan khusus dalam rangka mempercepat
wewenang pengadilan administrasi penyelesaian perkara pun kurang tepat
negara (PTUN), seperti: penyelesaian karena dalam praktek justru para pihak yang
sengketa perburuhan yang berkaitan bersengketa biasanya terlalu lama/ bertele-
dengan keputusan depnakertrans, tele dalam bersidang bahkan ada beberapa
sengketa HAKI yang bersifat pihak yang secara sengaja memperlambat
administratif, sengketa pajak, dll. jalannya persidangan dengan maksud-
Permasalahan-permasalahan ini maksud tertentu, seperti ketika pemeriksaan
muncul, menurut penulis disebabkan karena persiapan meskipun dalam undang-undang
tidak adanya harmonisasi dan singkronisasi diatur maksimal perbaikan gugatan dalam
peraturan perundang-undangan yang ada. tenggang waktu 30 hari, akan tetapi pihak
Seharusnya sebelum membuat undang- penggugat tidak bisa memperbaiki
undang para pembentuk undang-undang gugatannnya secepat mungkin. Selain itu,
(DPR dan Pemerintah) membahas dengan sama halnya dalam persidangan yang
cermat dan seksama serta mengikut sertakan terbuka untuk umum dimana para pihak
para pakar hukum (terutama pakar hukum tidak bisa mempersiapkan Jawaban/ Replik/
administrasi negara), apabila perlu Duplik/ Alat Buktinya secara cepat dimana
disosialisasikan kepada publik dalam prakteknya tiap-tiap acara mereka
(masyarkat/akademisi/LSM) sebelum meminta pengunduran waktu sidang satu
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 23
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

minggu atau lebih, padahal seandainya para negara, yaitu apabila hakim pengadilan
pihak siap segalanya bisa saja dalam satu administrasi negara (PTUN) tidak dapat
minggu dua atau tiga acara persidangan menemukan peraturan dalam undang-
sekaligus. Bila para pihak yang bersengketa undang, maka ia harus mengambil
ada itikad baik mematuhi asas cepat dan keputusan berdasarkan hukum tidak tertulis
sederhana dalam persidangan, tidak akan yang dalam hukum administrasi negara
ada lagi alasan bersengketa melalui dikenal dengan asas-asas umum
peradilan administrasi negara (PTUN) pemerintahan yang baik. Asas-asas ini
terlalu lama, apalagi semenjak adanya menurut penulis bisa ditemukan dalam
pembatasan Kasasi terhadap sengketa Pancasila, UUD 1945, dan kebiasaan dalam
administrasi negara berupa keputusan pemerintahan (konvensi).
pejabat daerah yang jangkauan Adanya perlindungan hukum bagi
keputusannya belaku di wilayah daerah yang masyarakat terhadap perbuatan hukum
bersangkutan sesuai Pasal 45 A ayat (2) publik pejabat administrasi yang melanggar
Huruf C UU No. 5 Tahun 2004 tentang hukum dikaitkan dengan keberadaan
Mahkamah Agung. Berdasarkan pengadilan administrasi negara (PTUN)
permasalahan tersebut menurut penulis, sebagai lembaga penegak hukum dan
perlu dibuat suatu klausul tertentu dalam keadilan, menurut hemat penulis keadaan
suatu ketentuan hukum acara (dalam revisi seperti ini sebagai wujud dari suatu
UU No. 5 Tahun 1986 Jo UU No. 9 Tahun pemerintahan yang baik dan berwibawa.
2004 nantinya) yang memberi kewenangan Penyelenggaraan pemerintahan yang baik
hakim untuk melanjutkan jalannya secara teoritis dikenal dengan apa yang
persidangan apabila menurutnya salah satu disebut good governance. Menurut Adnan
pihak/ para pihak dianggap memperlambat Buyung Nasution (1998), konsep good
jalannya proses persidangan, dengan governance mengacu pada pengelolaan
demikian untuk kelancaran/ cepatnya sistem pemerintahan yang menempatkan
penyelesaian perkara hakim yang transparansi, kontrol, dan accountability
bersangkutan apabila mengambil sikap/ yang dijadikan sebagai nilai-nilai yang
keputusan berdasarkan asas cepat dan sentral. Dalam implementasi good
sederhana dalam persidangan tidak governance ini hukum harus menjadi dasar,
melanggar hukum acara yang ada. acuan, dan rambu-rambu bagi penerapan
Dengan adanya keterbatasan hukum konsep tersebut. Artinya, perlu suatu upaya
formil peradilan administrasi negara bagaimana rule of law itu sendiri di dalam
(PTUN), tidak berarti pula bahwa para menentukan suatu good governance. Hal
penegak hukum harus mengabaikan atau inipun diakui oleh B. Arief Sidharta
meremehkan kesadaran-hukum mereka (1999), bahwa good governance hanya
sendiri. Hal ini pun berdasarkan suatu teori mungkin terwujud dalam negara hukum
yang mengira dapat hidup tanpa perasaan- yang di dalam penyelenggaraan kehidupan
hukum (rechtsgevoel) tiap-tiap individu bermasyarakat dan negara berlaku supremasi
terutama penegak hukum, tak mungkin akan hukum.
mampu memberi tafsiran yang tepat tentang Sebagaimana sudah banyak
hukum, dan apabila teori serupa itu diketahui, konsep good governance berakar
diterapkan dalam bidang peradilan yang pada suatu gagasan adanya saling
bebas, sering akan menyebabkan diambilnya ketergantungan (interdependence) dan
keputusan-keputusan yang tidak adil, juga interaksi dari bermacam-macam sektor
bertentangan dengan tujuan hukum, sebab kelembagaan di semua level di dalam negara
tujuan hukum adalah pada asasnya terutama lembaga legislatif, eksekutif, dan
menegakkan KEADILAN. yudikatif. Berkenaan dengan kontrol yuridis
Untuk merealisasikan keadilan oleh lembaga yudikatif terhadap lembaga
dalam penegakan hukum administrasi eksekutif pelaksanaan good governance
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 24
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

diharapkan dapat terealisasi dengan baik. fungsional dari pemerintahan yang efektif
Kontrol yuridis oleh lembaga yudikatif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
dalam hal pemerintah melaksanakan fungsi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
administrasi negaranya dilaksanakan oleh Selain itupun beliau memaknai governance
peradilan administrasi negara (PTUN). sebagai institusi yang terdiri dari tiga
Maksudnya adalah peradilan administrasi domain, yaitu state (negara atau
negara (PTUN) menjadi salah satu pemerintahan), private sector (sektor swasta
komponen dalam suatu sistem yang atau dunia usaha), dan society (masyarakat).
menentukan terwujudnya good governance. Dengan demikian ketiga domain ini dalam
Penulis melihat adanya keterkaitan upaya mewujudkan good governance saling
yang erat antara konsep good governance berinteraksi dan terkoordinasi serta dapat
dengan konsep keberadaan pengadilan menjalankan peran dan fungsinya masing-
administrasi negara (PTUN). Keterkaitan ini masing dengan baik.
dapat diketahui dengan memahami prinsip- Beranjak dari ketiga domain
prinsip utama dari good governance itu tersebut, sektor negara atau pemerintah
sendiri dan fungsi utama dari pengadilan dalam arti luas merupakan sektor yang
administrasi negara (PTUN). Meskipun sangat kuat, lain dengan sektor swasta dan
unsur-unsur dari good governance banyak masyarakat yang posisinya lebih lemah
yang masih memberikan kriteria masing- karena segala kebijakan ditentukan oleh
masing, tetapi pada intinya ada lima prinsip sektor negara tersebut. Oleh karena itu,
utama dalam good governance, yaitu sektor swasta dan masyarakat ini mendapat
akuntabilitas (accountability), transparansi perlindungan hukum dari pengadilan
(transparancy), keterbukaan (openess), administrasi negara (PTUN) apabila ada
penegakan hukum (rule of law), dan jaminan perbuatan hukum publik dari pejabat
fairness atau a level playing field (perlakuan administrasi yang merugikan hak-haknya.
yang adil atau perlakuan kesetaraan). Prinsip Perlindungan hukum ini disebutkan dalam
terakhir ini sering disebut dengan Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Nomor 9
perlindungan terhadap hak asasi manusia. Tahun 2004 yang menyatakan bahwa :
Apabila konsep good governance “ Orang atau badan hukum perdata yang
disambung-hubungkan dengan konsep merasa kepentingannya dirugikan oleh
supremasi hukum dan konsep pemerintahan suatu keputusan tata usaha negara dapat
yang baik dan bersih dalam hukum mengajukan gugatan tertulis kepada
administrasi negara secara normatif, maka pengadilan yang berwenang yang berisi
akan ditemukan persamaannya dengan agar keputusan tata usaha negara yang
konsep rechtmatigheid van bestuur yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
dimaknakan sebagai “asas keabsahan dalam tidak sah, dengan atau tanpa disertai
pemerintahan” atau asas menurut hukum. tuntutan ganti rugi dan/ atau
Jika perbuatan hukum publik oleh pejabat direhabilitasi.”
administrasi itu onrechtmatigheid, maka Berdasarkan ketentuan tersebut,
perbuatan pejabat administrasi tersebut telah terlihat adanya unsur penegakan hukum dan
“melanggar hukum”. perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia
Makna good dalam good governance dalam undang-undang peradilan
disini menurut Sjahruddin Rasul (2000 : administrasi negara (PTUN) ini. Hal ini
121) mengandung dua pengertian; pertama, sesuai dengan prinsip ke-4 dan ke-5 dari
nilai-nilai yang menjunjung tinggi lima prinsip good governance, sedangkan
keinginan/kehendak rakyat dan nilai-nilai prinsip akuntabilitas, transparansi dan
yang dapat meningkatkan kemampuan keterbukaan juga merupakan unsur penting
rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) dalam hal penyelenggaraan pemerintahan.
kemandirian, pembangunan berkelanjutan Menurut Sjahruddin Rasul (2000:
dan keadilan sosial; kedua, aspek-aspek 135-136), akuntabilitas merupakan suatu
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 25
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

perwujudan kewajiban untuk negara hukum modern, juga memberikan


mempertanggungjawabkan keberhasilan perlindungan hukum kepada masyarakat
atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi serta aparatur pemerintahan itu sendiri
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah karena pengadilan administrasi negara
ditetapkan. Dalam pemerintahan, (PTUN) melakukan kontrol yuridis terhadap
akuntabilitas merupakan perwujudan perbuatan hukum publik badan atau pejabat
kewajiban dari suatu instansi pemerintah administrasi negara. Kaitannya dengan
untuk mempertanggungjawabkan prinsip-prinsip dalam good governance pada
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan dasarnya menjadi pedoman bagi pejabat
misinya. Berdasarkan hal tersebut menurut administrasi negara dalam melaksanakan
penulis, pejabat administrasi negara dalam urusan pemerintahan yaitu mencegah
menjalankan tugasnya pun dimintai terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi, dan
pertanggungjawabannya ketika melakukan Nepotisme), menciptakan birokrasi yang
perbuatan hukum publik, terlebih apabila semakin baik, transparan, dan effisien, serta
perbuatannya itu melanggar hukum. membangun prinsip-prinsip yang lebih
Pertanggungjawaban ini secara hukum dapat demokratis, objektif dan profesional dalam
diajukan ke pengadilan administarasi negara rangka menjalankan roda pemerintahan
(PTUN) sebagai lembaga hukum yang menuju terciptanya keadilan dan kepastian
melaksanakan fungsi judicial control. hukum dalam masyarkat.
Adapun unsur transparansi dan
keterbukaan dalam konsep good governance
merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Transparansi dan keterbukaan perbuatan
hukum publik oleh badan atau pejabat
administrasi negara merupakan bentuk
DAFTAR PUSTAKA
perlindungan hukum bagi rakyat. Dikatakan
demikian, karena dalam hal badan atau
pejabat administrasi negara membuat suatu Afandi, Wahyu, 1981, Hakim dan
kebijakan atau keputusan administrasi Penegakan Hukum, Alumni
negara maka rakyat yang mempunyai Bandung.
kepentingan atas kebijakan atau keputusan Amrah Muslimin, 1982, Beberapa Asas-
tersebut harus mengetahui secara transparan Asas dan Pengertian-Pengertian
atau terbuka. Misalnya dalam perekrutan Pokok tentang Administrasi dan
pegawai negerai sipil atau penerimaan
Hukum Administrasi, Alumni
mahasiswa ke perguruan tinggi negeri harus Bandung.
dibuat dalam suatu keputusan administrasi Boestomi, T, Hukum Perdata dan Hukum
yang sifatnya transparan dan terbuka bagi Tata Usaha Negara Dalam Teori
publik untuk mengetahui proses dan hasil dan Praktek, Alumni Bandung
perekrutan tersebut. Hal ini pun nantinya 1985
ada suatu pertanggung jawaban secara Djenal Hoesen Koesoemahtmadja, 1979,
hukum, bila ada pihak yang merasa Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha
dirugikan atas keputusan administrasi negara Negara, Alumni Bandung
tentang hasil penerimaan tadi. Hadjon, Philipus M., 1987, Perlindungan
hukum Bagi Rakyat di Indonesia,
Sebuah Studi Tentang Prinsip-
C. P E N U T U P Prinsipnya, Penerapannya oleh
Pengadilan Dalam Lingkungan
Dapatlah disimpulkan disini bahwa Peradilan Umum dan
eksistensi pengadilan administrasi negara Pembentukan Peradilan
(PTUN) adalah selain sebagai salah satu ciri
H.Salmon, eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara…………. 26
Jurnal Sasi Vol. 16 No. 4 Bulan Oktober – Desember 2010

Administrasi Negara, Bina Ilmu, ---------, 1995, Peranan Hukum Administrasi


Surabaya. Negara Dalam Pembentukan
----------, et-al., 1994, Pengantar Hukum Peraturan Perundang-Undangan,
Administrasi Indonesia, Gajah Makalah pada Penataran Nasional
Mada University Press, Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta. Fakultas Hukum UNHAS, Unjung
----------, Pemerintah Menurut Hukum (Wet- Pandang
en Rechmatigheid van Bestuur), ---------, 1995, Bentuk-Bentuk Perbuatan
Makalah Tidak dipublikasikan Keperdataan Yang Dapat
-----------, Penyunting, Pengantar Hukum dilakukan oleh Pemerintah
Perizinan, Yuridika Surabaya, Daerah, LPPM Universitas Islam
1993 Bandung
-----------, Fungsi Normatif Hukum Muslimin, Amrah, 1982, Beberapa Asas-
Administrasi Dalam Mewujudkan Asas dan Pengertian-Pengertian
Pemerintahan Yang Bersih, Pokok tentang Administrasi dan
Makalah, Pidato Pengukuhan Guru Hukum Administrasi, Alumni,
Besar Pada Fakultas hukum Bandung.
Airlangga Surabaya, Oktober Purbopranoto, Kuntjoro, 1985, Beberapa
1994; Catatan Hukum Tata
Indroharto, 1993, Usaha Memahami Pemerintahan dn Peradilan
Undang-Undang Tentang Administrasi, Alumni, Bandung.
Peradilan Tata Usaha Negara, -------------, 1987, Sistem Pemerintahan
Buku I, Sinar Harapan, Jakarta. Demokrasi, Eresco, Bandung.
------------, 1992, Usaha Memahami Ridwan HR, 2003, Hukum Administrasi
Undang-Undang Tentang Negara, Universitas Islam
Peradilan Tata Usaha Negara, Indonesia Press Yogyakarta.
Beracara di Pengadilan Tata Soemaryono dan Anna Erliyana, Tuntunan
Usaha Negara, Buku II, Sinar Praktik Beracara di Peradilan
Harapan, Jakarta. Tata Usaha Negara, PT
Jazim Hamidi, 1999, Penerapan Asas-Asas Primamedia Pustaka Jakarta 1999.
umum Penyelenggaraan Suraputra Th, Kedudukan Para Pihak dan
Pemerintahan Yang Layak kepentinganya Dalam Sengketa
(AAUPL) di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, Makalah pada
Administrasi Indonesia, Citra pelatihan Hakim, Mahkamah
Aditya Bakti, Bandung Agung R.I Agustus 2001
Marbun, SF dan Moh. Mahfud MD, 1987, Saputra Nata, 1988, Hukum Administrasi
Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Rajawali, Jakarta
Negara, Yogyakarta : Liberty.
-------------, 1988, Peradilan Tata Usaha
Negara, Liberty, Yogyakarta
-----------, 1997, Peradilan Administrasi Dan
Upaya Administrasf di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta.
----------------, 2001, Dimensi-Dimensi
Pemikiran Hukum Administrasi
Negara UII Press Yogyakarta
Manan, Bagir, 1995, Kekuasaan Kehakiman
Republik Indonesia, Pusat
Penerbitan Universitas LPPM –
Universitas Islam Bandung.

Anda mungkin juga menyukai