Buku Referensi Internal Audit Srihadi
Buku Referensi Internal Audit Srihadi
SRIHADI WINARNINGSIH
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya penulis dapat menyelesaikan buku referensi terkait bidang ilmu internal
auditing ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran membaca atau “iqra” yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta. Semoga kebiasaan membaca selalu menjadi
fenomena di dalam kehidupan bermasyarakat.
Buku Referensi Internal Auditing Profesi Yang Membanggakan ini berisi
kumpulan riset dalam satu bidang ilmu Internal Auditing yang diharapkan dapat
memberikan gambaran menyeluruh dan terintegrasi bagi para praktisi dan
akademisi yang mempelajari Internal Auditing.
Penulis sangat bersyukur karena pada akhirnya dengan berbagai kesibukan
dan kurangnya waktu dapat menyelesaikan buku referensi ini, semoga buku
referensi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Disamping itu,
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu secara sukarela selama penulisan berlangsung hingga penerbitan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
buku referensi ini agar kedepannya dapat diperbaiki. Karena kami sadar, buku
referensi ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Bandung, 2018
Penulis
Daftar Isi
2
BAB 1 Perbedaan Internal dan Eksternal Auditor Halaman
3
BAB I
Perbedaan Internal dan Eksternal Auditor
Diantara auditor internal dan auditor eksternal memiliki kesamaan, keduanya merupakan
profesi yang mempunyai peranan penting dalam tata kelola organisasi atau perusahaan/lembaga
serta memiliki kepentingan bersama dalam hal efektivitas pengendalian internal laporan
keuangan. Profesi Keduanya memiliki pengetahuan yang luas tentang bisnis, keuangan, industri,
dan risiko strategis yang dihadapi oleh organisasi yang mereka layani. Dari sisi profesionalitas,
keduanya juga memiliki kode etik dan standar profesional yang ditetapkan oleh institusi
profesional masing-masing yang harus dipatuhi, serta sikap mental objektif dan independensi
mana klien utama mereka adalah manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris untuk
entitas perusahan atau badan pengurus dan badan pengawas untuk entitas lembaga, termasuk
komite-komite yang ada. Biasanya auditor internal merupakan karyawan organisasi yang
berasngkutan. Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini dimungkinkan untuk dilakukan
aktivitas audit internal tetaplah bagian integral dari organisasi. Sebaliknya, auditor eksternal
merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi. Mereka melakukan penugasan
profesional yang berlaku untuk auditor eksternal. Perbedaan Pemberlakuan Secara umum, fungsi
audit internal tidak wajib bagi organisasi. Namun demikian untuk perusahaan yang bergerak di
industri tertentu, seperti perbankan, dan juga perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek
4
(BUMN) juga diwajibkan untuk memiliki auditor internal. Begitu halnya dipemerintahan seperti
Pemberlakuan kewajiban untuk dilakukan audit eksternal lebih luas dibandingkan audit
internal. Perusahaan, lembaga, badan-badan sosial, hingga partai politik dalam keadaan-keadaan
Perbedaan Fokus dan Orientasi Auditor internal lebih berorientasi ke masa depan, yaitu
kejaidan-kejadian yang diperkirakan akan terjadi, baik yang memiliki dampak positif (peluang)
maupun dampak negatif (risiko), serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala
akurasi dan bisa dipahaminya kejadian-kejadian historis sebagaimana terefleksikan pada laporan
keuangan organisasi. Perbedaan Kualifikasi Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor
internal tidak harus seorang akuntan, namun juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi,
serta personil yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi
Auditor Eksternal harus memiliki kualifikasi akuntan yang mampu memahami dan
menilai risiko terjadinya errors dan irregularities, mendesain audit untuk memberikan
tersebut. Pada kebanyakan negara, termasuk di Indonesia, auditor perusahaan publik harus
menjadi anggota badan profesional akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Perbedaan mendasar Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas
organisasi secara berkelanjutan, sedangkan auditor eksternal biasanya melakukan secara periodik
Lebih lanjut Audit Internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang
independen dan obyektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan
5
kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
melalui pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan
Sesuai dengan definisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), sebagai suatu profesi
ciri utama auditor internal adalah kesedian menerima tanggungjawab terhadap kepentingan
pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggungjawab ini secaraefektif, auditor
menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun
demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
menyimpang atau melanggarhukum. Auditor Internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam
tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkanorganisasinya.
prasangka, yang meragukan kemampuannnya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi
tanggung jawabprofesinya secaraobjektif. Auditor Internal tidak boleh menerima sesuatu dalam
bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitrabisnis organisasinya,
berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal, Auditor Internal harus
bersikap hati- hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam
6
pelaksanaantugasnya. Auditor Internal tidak boleh menggunakan informasirahasia; untuk
mendapatkan keuntungan Pribadi, secara melanggar hukum, atau yang dapat menimbulkan
Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkap akan semua
fakta- fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat;
mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau menutupi adanya praktik-praktik yang
melanggar hukum. Auditor Internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektifitas
dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan professional
berkelanjutan.
Disamping itu tugas pokok antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal relatif sama
Perbaikan/Rekomendasi kepada manajemen atau yang klien. Audit internal sebagai perantara
wawasan dan rekomendasi berdasarkan analisis dan dugaan yang bersumber dari data dan proses
usaha. para auditor internal dikenal sebagai karyawan yang dibentuk untuk melakukan audit
internal.
Pengertian audit intern menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik) adalah : “Suatu aktivitas penilaian yang independen dalam suatu
bantuan bagi manajemen”. (1998 ; 322). Definisi Audit Eksternal adalah review dari laporan
keuangan atau laporan dari suatu entitas, biasanya pemerintah atau bisnis, oleh seseorang tidak
berafiliasi dengan perusahaan atau lembaga. Audit eksternal memainkan peran utama dalam
pengawasan keuangan perusahaan dan pemerintah karena mereka dilakukan oleh individu di luar
7
dan karena itu memberikan pendapat tidak memihak. Audit eksternal biasanya dilakukan secara
berkala oleh bisnis, dan biasanya diperlukan tahunan oleh hukum bagi pemerintah.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya
atau tidaknya laporan pertanggung jawaban manajemen. Penilaian yang baik adalah yang
dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli (kompeten) dan cermat (due care) dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit baik secara
pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditee), dan untuk
menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai
standar dan kodeetik, supervisi yang diselenggarakan secara aktif terhadap tenaga yang
Secara umum audit dapat diartikan sebagai aktivitas pengumpulan dan pengujian data,
yang dilakukan oleh pihak yang kompeten dan independen, dalam rangka menentukan
kesesuaian informasi yang diaudit dengan standar/kriteria yang telah ditetapkan, untuk
disampaikan kepada para pihak yang berkepentingan. Kegiatan audit tersebut dapat dilakukan
oleh auditor eksternaldan internal. Audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan
auditor internal organisasi/lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa publik.
Sebenarnya peran auditor internal tidak hanya semata-mata sebagai auditor, untuk meningkatkan
nilai tambah keberadaannya, auditor internal dapat pula berperan sebagai konsultan bagia
uditinya. Namun peran tersebut tidak boleh mengurangi independensinya terhadap auditinya
tersebut. Untuk mendapat hasil audit yang baik maka orang yang menjadi auditor internal harus
auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya),
8
independen terhadap auditi, baik dalam kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in
persyaratantertentu pada area mana dan sampai sejauh apa, auditor eksternal dapat
harus menentukan apakah pekerjaan auditor internal bisadigunakan, dengan mengevaluasi sejauh
mana status organisasi,kebijakan maupun prosedur yang cukup guna mendukung obyektif
auditor internal, tingkat kompetensi auditor internal, apakah fungsi audit internal menerapkan
ketiga hal tersebut tidak dipenuhi, auditor eksternal tidak diperbolehkan menggunakan hasil dari
Sedangkan beberapa hal yang dapat menciptakan terjalinnya kerjasama dari kedua jenis
auditor ini adalah tingkat pemahaman dari masing-masing auditor internal dan auditor eksternal
itu sendiri. Kompetensi dari kedua jenis auditor, pemberian maksud tujuan audit dari auditor
eksternal kepada auditor internal, serta pelaporan langsung kepada auditor internal dan
Apabila dari hasil evaluasi eksternal auditor dapat menggunakan pekerjaan auditor
internal, maka mereka diharuskan menentukan bagian mana pekerjaan internal auditor yang bisa
digunakan. Untuk itu, eksternal auditor juga harus mempertimbangkan relevansi audit internal,
tujuan dan kompetensi auditor internal, pengujian efektivitas dari audit internal, strategi dan
saji merancang prosedur, serta bukti yang perlu dikumpulkan, agar pekerjaan auditorinternal dan
9
auditor eksternal dapat mendukung opini audit.Dalam hal auditor eksternal menggunakan
pekerjaan auditor internal, maka langkahyang akan diambil adalah mendiskusikannya dengan
Membaca laporan internal audit yang berkaitan dengan pekerjaan audit yang akan
digunakan untuk mendapatkan pemahaman sifat dan luasnya prosedur yang telahdilakukan,
beserta temuan-temuan yang terkait. Auditor eksternal juga akan menilai apakah pekerjaan
auditor internal telah direncanakan, diawasi, review, dan didokumentasikan dengan baik.
Penilaian juga akan dilakukan untuk memastikan bahwa bukti yang memadai telah diperoleh
untuk menjadi dasar bagi auditor eksternal menarik kesimpulan yang wajar, serta kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Laporan Tahunan Periode
Akuntansi. Biasanya bulan Desember atau akhir setiap tahun adalah musimnya audit mengaudit
atau pemeriksaan terhadap suatu entitas, lembaga dan perusahaan dimana satu periode akuntansi
atau satu tahun pajak setiap laporan keuangan harus diaudit untuk berbagai tujuan. Utamanya
adalah untuk tujuan perpajakan. Dimana pada formulir (SPT tahunan) pajak tertera jelas apakah
suatu laporan keuangan diaudit atau tidak, inilah yang mengharuskan setiap satu tahun pajak,
laporan keuangan harus di audit, disamping untuk tujuan lainnya bagi manajemen dan pimpinan
Laporan tahunan disebut sebagai laporan keuangan eksternal disebabkan oleh secara
umum, perusahaan atau lembaga menerbitkan laporan tahunan untuk memberikan informasi
kepada pengguna luar (pihak ketiga). Oleh karena itu, tidak salah jika laporan keuangan disebut
sebagai alat komunikasi. Laporan keuangan perusahaan atau lembaga yang diterbitkan utamanya
tersebut dan untuk mematuhi permintaan akuntabilitas perusahaan (Gaffikin, Dagwell, Wines
and Smith, 1998). Secara jelas, dengan laporan keuangan, perusahaan dapat berkomunikasi
10
dengan pihak-pihak luar tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Akan tetapi,
informasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan harus dikomunikasikan dengan cara
dimana para pemegang saham dan para pihak lain pahami. Tata dan jenis bahasa serta cara
interpretasi dari laporan tahunan harus mengikuti standar kode akuntansi untuk menghindari
kesalahpahaman dan salah interpretasi akan laporan tahunan tersebut. Sangat tidak mudah bagi
pihak-pihak luar untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan terutama laporan keuangan.
Alasan yang mendasari hal tersebut adalah di picu oleh ketakutan dari perusahaan bahwa
informasi akan laporan keuangannya untuk pihak luar akan membawa kepada competitive
disadvantage. Maka dari itu, sangat penting untuk mempersiapkan laporan keuangan bagi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasional dari para pengguna luar atau pihak ketiga.
Laporan tahunan yang juga dikenal sebagai laporan keuangan eksternal perusahaan didesain
untuk memuaskan permintaan informasi secara umum dari berbagai tipe kelompok. Tujuan dan
maksud dari laporan keuangan eksternal adalah untuk menyediakan laporan kepada penyedia
modal dalam rangka menfasilitasi evaluasi mereka terhadap fungsi stewardship dari manajemen
(Whittred, Zimmer and Taylor, 1997). Lebih lanjut, tujuan dari laporan ini dapat disebut
sebagai corporate accountability untuk disposisi invetasi dan aset yang ditanam ke perusahaan
dan corporate communication kepada para pihak luar. Oleh karena itu, manajemen dari entitas
terlaksananya corporate accountability, seperti halnya Bank Aceh dan Bank Aceh Syariah yang
sering memuat di sebuah harian lokal di Aceh tentang laporan tahunan publikasi.
Dalam mendukung informasi yang relevan untuk kebutuhan para pengguna, laporan keuangan
eskternal seharusnya menampilkan informasi yang relevan untuk penilaian kinerja, posisi
keuangan, pembiayaan dan investasi, serta informasi tentang pemenuhan permintaan yang
11
ditentukan secara eksternal. Laporan eksternal mempunyai tujuan lain dalam menyediakan
informasi yang berguna untuk para investor saat ini dan para potensial investor serta kreditor
yang berhubungan dengan menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas dan total aset
dimasa mendatang.
BAB II
Perkembangan Internal Auditing di Indonesia
A. PENDAHULUAN
Perkembangan profesi internal auditing, dewasa ini melaju sangat cepat seiiring
dengan perkembangan jaman pada era globalisasi. Definisi / pengertian internal
auditing juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
1. Pengertian Menurut Sawyer
“ Internal auditing is an independent appraisal function establised
within an organization to examine and evaluate its activities as a service
to organization”
13
ada serta berperan sebagai katalis (catalyst). Fungsi internal auditor sebagai
‘watchdog’ membuat perannya “kurang disukai” kehadirannya oleh unit
organisasi lain. Hal ini mungkin merupakan konsekuensi logis dari profesi
internal auditor yang tugasnya memang tidak dapat dilepaskan dari fungsi audit
(pemeriksaan), bahwa antara pemeriksa (auditor) dan pihak yang diperiksa
(auditee) berada pada posisi yang saling berhadapan.
Fungsi konsultan bagi internal auditor merupakan peran yang relatif baru.
Peran konsultan membawa internal auditor untuk selalu meningkatkan
pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehinga dapat
membantu manajemen dalam memecahkan suatu masalah. Kemampuan untuk
merekomendasikan pemecahan suatu masalah (problem solver) bagi internal
auditor dapat diperoleh melalui pengalaman bertahun-tahun melakukan audit
berbagai fungsi di perusahaan.
Pada saat ini, konsultasi internal merupakan aktivitas yang sangat dibutuhkan
oleh manajemen yang perlu dilakukan oleh internal auditor. Selain sebagai
konsultan, internal auditor harus mampu berperan sebagai katalisator. Katalis
adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut
reaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada
manajemen melalui saran-saran yang bersifat konstruktif dan dapat
diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas
operasional di perusahaan.
Ruang lingkup (scope) kegiatan audit semakin luas, pada saat ini tidak sekedar
audit keuangan (financial audit) dan audit ketaatan (compliance audit), tetapi
perhatian lebih ditujukan pada semua aspek yang berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan dan pengendalian manajemen serta memperhatikan aspek resiko
bisnis / manajemen. Perubahan orientasi audit dari teknik-teknik pengendalian
intern ke arah pengendalian bisnis perusahaan yang didasarkan atas risiko
bisnis (business risk) atau rmanajemen risiko (risk management) ini akan terus
berjalan seiring dengan kebutuhan perusahaan yang semakin kompleks di masa
mendatang. Oleh karena itu saat ini berkembang pendekatan teknik audit dalam
internal auditing yang berbasiskan risiko (risk based internal auditing).
14
Perbedaan antara paradigma lama dan paradigma baru internal auditor sebagai
berikut :
TABEL 1
C. STANDAR
The Standards for The Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA)
tahun 2002 yang ditetapkan oleh The institute of Internal Auditors mulai berlaku
efektif pada tanggal 1 Januari 2002 merupakan revisi dari Standar Profesi
Auditor Internal tahun 1999.
15
TABEL 2
ATTRIBUTE STANDARDS
16
Tujuan dari standar SPPIA adalah :
Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan
internal audit diterapkan.
Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit
yang lebih luas dengan nilai tambah.
Menetapkan basis pengukuran pada pelaksanaan internal audit.
Membantu perkembangan organisasi dalam proses dan operasinya.
Auditor internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang
menjunjung tinggi standar terhadap mutu pekerjaannya. Kepatuhan terhadap
SPPIA adalah sangat penting supaya terdapat kesamaan dalam wewenang,
fungsi dan tanggungjawab para internal auditor.
Konsorsium Orgainsasi Profesi Audit Internal pada tanggal 12 mei 2004 telah
menetapkan Standar Profesi Audit Internal dan wajib diterapkan semua
anggota organisasi profesi yang tergabung dalam konsorsium dan mulai
berlaku tanggal 1 Januari 2005. Konsorsium merekomendasikan anggota IIA
Indonesia Chapter, FK SPI BUMN/BUMD, YPIA, Dewan Sertifikasi QIA dan
PAII agar segera memasukkan (mengadopsi) jiwa yang terdapat dalam butir-
butir standar ini kedalam Audit Charter, pedoman, kebijakan serta prosedur
audit internal yang ada pada organisasi masing-masing.
D. KODE ETIK
Selain standar, profesi internal auditing juga memiliki kode etik profesi yang
harus ditaati dan dijalankan oleh segenap auditor. Kode etik memuat standar
perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku
tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik auditor
internal. Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal (2004) telah
menetapkan kode etik bagi para auditor internal yang terdiri dari 10 hal sebagai
berikut :
1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan
kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggungjawab
profesinya.
17
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau
terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak
boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau
melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menibulkan koflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi
tanggungjawab profesinya secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari
karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya,
yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertibangan
profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesikan dengan
menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa
memenuhi Standar Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam
menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.
Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk
mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hokum, (iii) yang
dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus
mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-
fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan
yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar
hukum.
18
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta
efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib
mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
19
3. Compliance Audit
Audit ketaatan / kepatuhan (compliance audit) adalah suatu audit yang
bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan / kegiatan telah sesuai
dengan ketentuan / peraturan yang berlaku. Paraturan / ketentuan yang
dijadikan kriteria dalam compliance audit antara lain :
Peraturan / Undang-undang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah
atau Badan / Lembaga lain yang terkait.
Kebijakan / Sistem & Prosedur yang ditetapkan oleh manajemen
perusahaan (Direksi).
Selain internal auditor, compliance audit juga dapat dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan pengawasan keuangan dan
Pembangunan (BPKP). Bagi perusahaan yang telah mendapatkan ISO
19000 dan sejenisnya, compliance audit perlu dilakukan oleh auditor ISO
dalam rangka mempertahankan sertifikat ISO yang telah diraih perusahaan
tersebut.
4. Fraud Audit
Audit kecurangan (Fraud audit) adalah audit yang ditujukan untuk
mengungkap adanya kasus yang berindikasi Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) yang merugikan perusahaan / negara dan
menguntungkan pribadi maupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga.
Istilah lain dari fraud audit adalah audit khusus atau audit investigasi
(investigative audit). Dalam fraud audit, internal auditor perlu membuat
bagan arus (flow chart) serta modus operandi berupa uraian tentang cara-
cara melakukan tindak kejahatan (tindak pidana korupsi). Perkembangan
Fraud audit pada saat ini cukup pesat, misalnya untuk mengungkap adanya
fraud dibidang keuangan diperlukan ilmu mengenai akuntansi forensik
(forensic accounting) dalam kejahatan keuangan di perusahaan, seperti
halnya dalam ilmu kedokteran terdapat bedah forensik untuk mengungkap
penyebab terjadinya kematian seseorang. Saat ini telah berkembang juga
forensic audit, hal ini terkait dengan upaya pemenuhan bukti audit yang
akan dipakai untuk kepentingan sidang di Pengadilan sehingga bukti audit
tersebut dapat berkekuatan hukum.
20
F. INTERNAL AUDIT VS EKSTERNAL AUDIT
Secara jujur harus diakui bahwa profesi auditor internal jauh tertinggal apabila
dibandingkan dengan profesi eksternal auditor, seperti akuntan publik ataupun
auditor pemerintah.
1. Jenis-jenis Auditor Eksternal
a. Akuntan Publik
Akuntan publik telah memiliki organisasi profesi yang dikenal sebagai
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) sejak tahun 1957. Akuntan Publik
dalam melaksanakan tugas profesinya berdasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) serta Standar Akuntansi keuangan (SAK)
yang ditetapkan oleh IAI. Akuntan Publik biasanya berpraktek melalui
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang secara organisatoris berada
dibawah koordinasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen
Akuntan Publik serta pengawasan dari Direktorat Akuntan & Jasa
Penilai Departemen Keuangan.
b. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK merupakan eksternal auditor bagi Pemerintah yang dibentuk
berdasarkan UUD 45. Berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945 pasal
23E pada Sidang Umum MPR tahun 2002, dinyatakan :
1). Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab tentang
keuangan negara diadakan suatu BPK yang bebas dan mandiri.
2). Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sesuai dengan
kewenangannya.
3). Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga
perwakilan dan / atau badan sesuai dengan undang-undang.
c. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 31 tahun 1983,
merupakan internal auditor bagi Pemerintah serta eksternal auditor
bagi BUMN/BUMD dan Instansi Pemerintah. Kepres tersebut telah
21
diperbaharui dengan keluarnya Kepres No. 103 tahun 2001.
Berdasarkan ketentuan tersebut tugas BPKP adalah melaksanakan
tugas pemerintahan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi BPKP antara lain :
1). Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan.
2). Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
keuangan dan pembangunan.
3). Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP.
4). Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap
kegiatan pengawasan keuangan dan pembangunan.
5). Penyelenggaraan, pembinaan dan pelayanan administrasi umum di
bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persediaan,
perlengkapan dan rumah tangga.
d. Perbedaan
Terdapat beberapa perbedaan pokok antara audit internal dan audit
eksternal. Apabila diperbandingkan antara profesi audit internal dengan
audit eksternal dari berbagai aspek pelayanan menurut Barlow (1995) akan
nampak sebagai berikut :
TABEL 3
PERBEDAAN ANTARA INTERNAL AUDIT DAN EKSTERNAL AUDIT
22
G. SERTIFIKASI INTERNAL AUDITOR
1. Tingkat Nasional
Sertifikasi internal auditor tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Standar
Qualified Internal Auditor yang berhak mengeluarkan gelar QIA bagi
auditor yang telah memiliki persyaratan tertentu. Gelar QIA dapat
diperoleh oleh seorang auditor setelah menjalani serangkaian pelatihan /
ujian sertifikasi yang dilaksanakan oleh Institut Pendidikan Audit
Manajemen / Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang terdiri dari
3 (tiga) jenjang, sebagai berikut :
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I & II
Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I & II
Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial.
Setiap jenjang pendidikan akan dilakukan ujian-ujian dan bagi peserta
yang lulus dijenjang pelatihan tersebut akan memperoleh sertifikat.
Khusus pada Tingkat Manajerial selain auditor harus menempuh ujian
komprehensif serta wajib membuat paper (makalah) yang dipresentasikan
dihadapan Dewan Penguji dari dewan sertifikasi QIA. Apabila peserta
telah berhasil lulus untuk ketiga jenjang yang disyaratkan tersebut, maka
yangbersangkutan berhak memperoleh gelar QIA (Qualified Internal
Auditor).
Apabila setelah 3 tahun sejak internal auditor tersebut memperoleh gelar
QIA, namun belum memenuhi perolehan / kewajiban PPL minimal 180
jam, maka gelar QIA tersebut dapat dicabut kembali oleh Dewan
Sertifikasi QIA.
Ketentuan tentang Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) diatur oleh
Dewan sertifikasi QIA sebagai berikut :
Kredit PPL untuk memenuhi kewajiban tersebut dapat diperoleh
nelalui 3 (tiga) jalur kegiatan sebagai berikut :
a. Pendidikan / pengajaran : kuliah pada lembaga pendidikan tinggi,
peserta seminar / konferensi / pelatihan / workshop, moderator /
23
pembicara, pengajar pelatihan bidang auditing, kegiatan pembinaan
dan pengembangan auditor di kantor sendiri (inhouse).
b. Publikasi : penulisan artikel, makalah / diktat (modul) / buku ,
penterjemahan buku, editor / penyunting penulisan buku.
c. Praktisi : praktek sebagai auditor dalam 1 (satu) tahun penuh sesuai
jam penugasan (maksimum kredit 30 jam per tahun).
Kredit PPL tersebut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan
partisipasi pada organisasi profesi, partisipasi dalam riset serta
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh YPIA, Perguruan Tinggi
ataupun lembaga-lembaga lain yang diakui mutunya oleh Dewan
sertifikasi QIA.
Kredit PPL diberikan pada kegiatan yang berkaitan dengan bidang
audit, manajemen, bisnis, keuangan dan sejenisnya.
Setiap pemegang QIA diwajibkan melaporkan pengumpulan kredit
PPL-nya kepada Dewan Sertifikasi QIA pada setiap akhir tahun.
Dewan Sertifikasi QIA secara periodik mengadakan rapat untuk
menilai kredit PPL yang diperoleh masing-masing QIA.
2. Tingkat internasional
Sertifikat yang dapat diperoleh oleh para internal auditor pada tingkat
internasional antara lain sebagai berikut :
a. Certified Internal Auditor (CIA)
CIA merupakan gelar profesi internal auditor yang dikeluarkan oleh
Institute of Internal Auditors. Seorang internal auditor yang telah lulus
ujian sertifikasi CIA berhak memperoleh gelar CIA.
b. Certified Information System Auditor (CISA)
Gelar tersebut diberikan kepada auditor yang mengkhususkan pada
bidang audit Sistem Informasi / EDP audit yang telah lulus dalam ujian
sertifikasi.
c. Certified Fraud Examiner (CFE)
Gelar CFE diberikan kepada auditor yang telah lulus sertifikasi
dibidang fraud audit dan telah lulus ujian sertifikasi.
24
d. Certified Bank Auditor (CBA)
Gelar CBA diberikan kepada auditor yang mengkhususkan di bidang
audit perbankan dan telah lulus ujian sertifikasi.
H. ORGANISASI PROFESI.
1. Tingkat Nasional
a. Forum Komunikasi SPI
Organisasi profesi auditor internal dilingkungan BUMN / BUMD ini
baru muncul pada tahun 1985 dengan dibentuknya FKSPI (Forum
Komunikasi Satuan Pengawasan Intern) BUMN / BUMD . Angota
dari FKSPI BUMN/BUMD adalah para internal auditor yang bekerja
di Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN maupun BUMD. Saat ini
organisasi tersebut berubah menjadi Forum Komunikasi Satuan
pengawasan Intern (FK SPI) karena anggotanya bukan hanya internal
auditor yang bekerja di BUMN/BUMD, namun termasuk internal
auditor yang bekerja di perusahaan swasta dan perusahaan multi
nasional / perusahaan asing.
b. Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)
PAII (Perhimpunan Internal Auditor Indonesia) baru dibentuk pada
tahun 1999. Pembentukan wadah ini untuk menampung /
mengorganisasikan para pemegang gelar QIA yang berasal dari
berbagai perusahaan.
2. Tingkat internasional
Organisasi profesi internal auditor tingkat internasional adalah Institute of
Internal Auditors (IIA). Anggota IIA tersebar di beberapa negara dan
masing-masing negara dibentuk IIA Chapter. Indonesia juga memiliki IIA
Chapter yaitu IIA Indonesian Chapter. IIA secara periodik mengadakan
pertemuan / kongres / konferensi tingkat dunia yang tempatnya di suatu
negara secara bergantian. Pada waktu kongres / konferensi tersebut dapat
berkumpul lebih dari 1000 anggota IIA di seluruh dunia dan biasanya
sekaligus diadakan seminar ilmiah yang membahas tentang perkembangan
profesi internal audit serta current issues seputar internal audit.
25
I. PERAN INTERNAL AUDITOR DI ERA GLOBAL
Globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi
ekonomi mendorong profesi internal audit untuk lebih responsif terhadap
kebutuhan manajemen dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif di
pasar bisnis. Di era globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan
yang lebih berat terutama adanya perkembangan yang pesat dalam bidang
teknologi informasi serta lingkungan yang turbulensi.
Menurut Hery (2004), berbagai penilaian dan persepsi negatif sering ditujukan
terhadap fungsi internal audit. Auditee sering kali merasa bahwa keberadaan
Divisi Internal Audit hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar
dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh
peranannya untuk dapat menjadi seorang konsultan internal (yang merupakan
ekspresi tertinggi dalam peran pengawas internal). Seringkali usulan perubahan
atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan
merugikan bagi auditee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung
mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala yang akan dihadapi auditee
nantinya atas pelaksanaan saran dari bagian audit internal tersebut.
Terdapat 2 (dua) hal yang dapat dilakukan oleh Internal Auditor agar dapat
berperan dalam peningkatan kinerja perusahaan, yaitu :
1. Value Added Internal Auditing
Pada awal abad 21, perkembangan profesi internal auditing sangat pesat.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya peran internal auditor dalam assurance
& consulting activity. Salah satu hal yang cukup penting yang terkait
dengan peran tersebut adalah adanya control self assesment (CSA). Selain
itu saat ini internal auditor telah melakukan pendekatan audit secara
sistematis & multi disiplin (systematic & multydiciplined approach) serta
melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control &
governance processes. Adanya peran tersebut diatas, maka keberadaan
internal auditor dapat memberikan nilai tambah (value added) bagi
organisasi (perusahaan). Value added auditing adalah suatu audit dalam
rangka meningkatkan profitabilitas serta kepuasan pelanggan (customer
satisfaction).
26
Internal auditor perlu membangun & menjaga hubungan baik
(relationship) dengan pihak auditee melalui monitoring tindak lanjut serta
menerima umpan balik (feedback) yang dilakukan oleh auditee. Ruang
lingkup dari value added internal auditing meliputi :
1. Audit sistem informasi (Information System Audit).
2. Audit kepatuhan (Compliance audit).
3. Audit laporan keuangan & pengendalian (Financial reporting & control
audit).
4. Audit program & kinerja (Program & performance audit).
Agar internal auditor dapat berfungsi sebagai auditor yang bernilai
tambah, maka para internal auditor hendaknya dapat melakukan assesment
atas :
1. Operational & quality efectiveness.
2. Business risk.
3. Business & process control.
4. Process & business efficiencies.
5. Cost reduction opportunities.
6. Waste elimination opportunities.
7. Corporate governance efectiveness.
Tujuan dari value added audit adalah agar internal auditor dapat :
a. Memberikan analisis operasional secara obyektif & independen.
b. Menguji berbagai fungsi, proses dan aktivitas suatu organisasi serta
external value chain.
c. Membantu organisasi dalam merancang strategi bisnis yang obyektif.
d. Melakukan assesment secara sistematis dengan pendekatan
multidisiplin.
e. Melakukan evaluasi & menilai efektivitas risk management , control
& governance processes.
2. Risk Based Internal Auditing
Pola audit yang didasarkan atas pendekatan risiko (risk based audit
approach) yang dilakukan oleh internal auditor lebih difokuskan terhadap
masalah parameter risk assesment yang diformulasikan pada risk based
27
audit plan.Berdasarkan risk assesment tersebut dapat diketahui risk
matrix, sehingga dapat membantu internal auditor untuk menyusun risk
audit matrix. Manfaat yang akan diperoleh internal auditor apabila
menggunakan risk based audit approach, antara lain internal auditor akan
lebih efisien & efektif dalam melakukan audit, sehingga dapat
meningkatkan kinerja Departemen / Bagian Internal Audit.
Terdapat tiga aspek dalam Risk Based Auditing, yaitu penggunaan faktor
risiko (risk factor) dalam audit planning, identifikasi independent risk &
assesment dan partisipasi dalm inisiatif risk management & processes.
28
Baru pada awal abad 21 sebagian besar perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta telah memasukkan pemeriksaan intern (internal auditing) sebagai mata
kuliah wajib pada program studi S1 Jurusan Akuntansi. Pengajaran materi
tentang internal auditing menjadi penting, karena pengetahuan mengenai ilmu
internal auditing perlu diketahui oleh para mahasiswa secara dini, sehingga pada
saat lulus dan bekerja di perusahaan sudah memahami profesi internal audit).
Pada saat ini hampir seluruh perusahaan baik swasta, asing maupun
BUMN/BUMD memerlukan tenaga internal auditor dalam rangka membantu
kerja Top Management dalam bidang pengendalian / pengawasan perusahaan,
sehingga kebutuhan tenaga auditor dapat dipastikan cukup besar. Selain itu
instansi Pemerintah juga memerlukan tenaga internal auditor, misalnya di Badan
pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal
Departemen atau Unit Pengawasan Lembaga / Badan Pemerintah serta Badan
Pengawasan Daerah (Bawasda). Oleh karena itu diharapkan perguruan tinggi
dapat mempersiapkan lulusannya siap pakai atau terdapat link & match antara
dunia usaha / Pemerintahan dengan kalangan perguruan tinggi.
29
2. Saran
1. Organisasi profesi internal auditor (FK SPI, PAII dan IIA Indonesia
Chapter) agar secara rutin melakukan kegiatan Lokakarya / Seminar
untuk selalu meningkatkan profesionalisme para anggotanya.
2. Mengingat abad 21 merupakan era globalisasi , maka diharapkan para
internal auditor agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
profesionalisme melalui pendidikan profesi berkelanjutan (PPL).
3. Kalangan Perguruan Tinggi agar selalu melakukan updating atas
Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Internal Auditing
disesuaikan dengan perkembangan praktik di perusahaan /
pemerintahan.
30
BAB III
Common Body of Knowledge Internal Auditing
Common Body of Knowledge (CBOK) 2006 merupakan studi yang terbesar dan
terlengkap terhadap profesi internal audit. CBOK ini dibuat oleh IIA research foundation
(IIARF) sebagai database komprehensif mengenai profesi internal audit secara global.
1. Dilakukan dengan metode survei oleh 15 peneliti dari Amerika Utara, Eropa, Afrika
dan Australia
2. Responden survei sebanyak 9,366 internal auditor dari 91 negara dan 89 perwakilan
3. Responden survei terdiri dari para CAE (Chief Audit Executives), praktisi internal
audit dengan beragam level pengalaman, dan para IIA Chapters leaders
Menurut IIA, terbitnya CBOK ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profesi
internal audit. Misalnya, menjadi dasar untuk melakukan revisi atas The International
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, sebagai bahan ujian CIA,
menjadi materi edukasi untuk internal auditor, dasar proses Internal Audit Quality
Assessment, bahan materi publikasi IIA dan IIARF, penyusunan rencana strategis IIA, dll.
2. Kepatuhan internal auditor terhadap The International Standards for the Professional
31
3. Status internal audit saat ini dalam organisasi
2. 80 persen internal auditor akan lebih banyak bekerja di area manajemen resiko
BAB V
Internal Auditor dan Value Added Organisasi
hidup dan kinerja organisasi seringkali sangat bergantung pada hubungan antara organisasi
dan lingkungan. Perguruan tinggi swasta sebagai salah satu organisasi yang memberikan jasa
pendidikan, menghadapi tantangan atas perubahan lingkungan umum dan lingkungan industri
bersaing, organisasi harus mampu mengoptimalkan penggunaan sumber daya, baik sumber
daya manusia, sumber daya organisasi, maupun sumber daya phisik. Audit internal, sebagai
suatu fungsi yang independen diharapkan dapat secara optimal menjalankan perannya
Institusi pendidikan tinggi swasta, tidak ubahnya dengan organisasi bisnis yang selalu dihadapkan
32
pada persaingan dan tekanan dari berbagai pelaku pasar. Tekanan utama akan datang dari para
pesaing dalam industri pendidikan. Persaingan tidak hanya datang dari sesama perguruan tinggi
swasta di dalam negeri, namun juga dari perguruan tinggi negeri, sebagai implikasi penerapan status
Badan Hukum Milik Negara (BHMN), perguruan tinggi swasta yang berafiliasi dengan perguruan
tinggi dari luar negeri, dan perguruan tinggi dari luar negeri sendiri.
perguruan tinggi, semakin memahami haknya, sehingga memiliki harapan dan tuntutan
BAB VI
Dampak Konflik Peran Terhadap Kinerja Internal Auditor
Tema tentang independensi dalam profesi auditor memiliki pemahaman yang sangat
penting dan mendalam demi tercapainya tujuan organisasi. Sorotan masyarakat terhadap
profesi auditor sangatlah besar sebagai dampak beberapa skandal perusahaan besar dunia
seperti Enron dan WorldCom (Verrechia, 2003). Sorotan tajam diarahkan pada perilaku
auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal dalam menjalankan
Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian,
evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit perusahaan (Arens et al., 1996).
Dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (2001) seksi 220 PSA No 04 Alinea 02
disebutkan bahwa auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi,
berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada
33
jika ia kehilangan sikap tidak memihak, maka ia tidak dapat mempertahankan kebebasan
pendapatnya.
34
kecukupan dan efektivitas kerja sistem pengendalian manajemen yang diselenggarakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Auditor internal bertanggung jawab untuk dapat
pertimbangan, serta rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tidak memihak
dan dipandang tidak memihak terhadap pihak manapun. Sebagaimana hasil penelitian
yang dilakukan Lubis (2004), disebutkan bahwa independensi akuntan sebagai perilaku
profesional berpengaruh terhadap kualitas opini audit yang diberikan oleh akuntan
tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Mautz dan Sharaf (1993, h.246) yang
mengatakan bahwa jika akuntan tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak
sebuah tantangan bagi mereka untuk menjaga independensi (Ahmad dan Taylor,
2009). Pertama, adanya kondisi yang kompleks dan perubahan dalam lingkungan
dan Taylor, 2009). Kahn et al. (dalam Beauchamp et al., 2004) mendefinisikan
ambiguitas peran sebagai suatu keadaan di mana informasi yang berkaitan dengan
suatu peran tertentu kurang atau tidak jelas. Sawyer dan Dittenhofer (dalam
Ahmad dan Taylor, 2009) juga menjelaskan penyebab terjadinya ambiguitas peran
dikenali, kompleks, dan semakin meluas, serta individu yang berada dalam objek
35
pemeriksaan berbicara dalam bahasa dan menggunakan istilah yang asing bagi
diperoleh dalam pemeriksaan telah objektif dan relevan. Ambiguitas peran dapat
Koustelios, 2004) dan penurunan kepuasan kerja (Jackson dan Schuller, Perreault,
Beehr et al. dalam Koustelios, 2004). Maka dapat disimpulkan bahwa, ambiguitas
peran juga dapat mengurangi kemampuan auditor internal untuk tetap bersikap
2009). Menurut Mohr dan Puck (2003) konflik peran merupakan suatu pikiran,
diakibatkan oleh terjadinya dua atau lebih harapan peran (role expectation) secara
pertentangan yang berasal dari peran dalam melakukan audit dan peran dalam
memberikan jasa konsultasi. Dalam peran audit, auditor internal harus menjaga
pemeriksaan. Namun dalam peran konsultasi, auditor internal harus bekerja sama
36
Konflik peran yang dijumpai oleh auditor internal berhubungan dengan
37
demikian, konflik peran yang dialami oleh auditor internal mungkin mengakibatkan
auditor rentan terhadap tekanan dari objek pemeriksaan. Hal tersebut mengakibatkan
terhadap auditor internal pernah dilakukan sebelumnya oleh Ahmad dan Taylor
kerja auditor internal, dengan maksud untuk memberikan bukti empiris mengenai
yang dikembangkan dari ukuran komitmen organisasi yang berasal dari literatur
dikembangkan oleh Porter et al. (1974, dalam Ahmad dan Taylor, 2009)
independensi yang sama, namun dalam lingkup kerja yang berbeda, yaitu auditor
dan ambiguitas peran dalam lingkup kerja auditor internal Pemerintah Daerah,
38
dengan maksud untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh konflik
Banyaknya skandal akuntansi, seperti dalam kasus Enron, WorldCom, dan lain-lain,
disebabkan karena auditor internal hanya bertindak secara pasif dan berorientasi pada audit
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu peran yang memungkinkan auditor dapat bertindak
sebagai konsultan bisnis yang berfungsi sebagai pemberi deteksi dini dalam
mengidentifikasi risiko usaha dan berorientasi pada kinerja perusahaan secara keseluruhan
(Sardjono, 2007). Peran tersebut dilakukan oleh suatu fungsi auditor internal yang
perusahaan telah dikembangkan dengan tepat dan seluruh operasi perusahaan telah
Akan tetapi, kedudukan mendasar dari peran auditor internal cenderung menimbulkan
suatu tantangan bagi mereka dalam menjaga komitmen untuk bersikap independen
(Ahmad dan Taylor, 2009). Pertama, peran auditor internal mengandung konflik. Konflik
peran dapat berasal dari pertentangan yang berasal dari peran mereka ketika melakukan
jasa audit dan jasa konsultasi manajemen yang keduanya mengandung perbedaan antara
peraturan yang berasal dari profesi auditor internal dan harapan dari manajemen
39
dapat disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara nilai-nilai personal yang diyakini
oleh auditor internal dan harapan yang berasal dari manajemen dan organisasi profesi.
Konflik peran dapat menimbulkan tekanan pada auditor, sehingga auditor cenderung
(Ahmad dan Taylor, 2009). Kompleksitas dan perubahan seperti itu dapat mengakibatkan
auditor internal kesulitan dalam melaksanakan tugas atau menerapkan standar profesi
dengan benar. Ambiguitas peran dapat menimbulkan ketegangan kerja yang dapat
mengurangi kemampuan auditor internal untuk tetap bersikap independen (Ahmad dan
Taylor, 2009). Dengan demikian, adanya konflik peran dan ambiguitas peran dapat
dengan koflik peran dan ambiguitas peran belum banyak dilakukan, terutama di level
kerja Pemerintah Daerah yang memberikan pandangan atau rekomendasi secara obyektif
dan independen, serta memberikan jasa konsultasi untuk meningkatkan nilai dan kinerja
dari Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk
40
menemukan bukti empiris tentang pengaruh dari konflik peran dan ambiguitas peran
studi empiris pada Inspektorat Kota Bandung. Inspektorat Kota Bandung oleh Komisi
publik pemerintahan, hal ini dibuktikan dengan berbagai undangan yang diterima
Inspektorat Kota Bandung untuk memberikan paparan pada Rapat Evaluasi Supervisi
Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Timur (Cahyo Bintarum
2011, komunikasi personal, 8 September). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
1
pelayanan pendidikan tinggi terbaik dengan biaya yang terjangkau. Pendidikan tinggi sebagai
suatu industri, juga menarik minat dari para investor untuk ikut mendirikan perguruan tinggi
baru dengan menggandeng mitra dari perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.
pendidikan tinggi dan ikut memperbesar tingkat persaingan dalam industri. Hanya perguruan
tinggi yang mampu untuk memberikan jasa pendidikan dengan kualitas premium saja yang
merupakan sumber daya perusahaan (the firm's resources) yang akan menentukan
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumber daya perusahaan ini meliputi : sumber
resources) ; dan sumber daya phisik (physical resources). Jika perusahaan dapat
Audit internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan
objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi
organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan pentingnya peran audit internal bagi
institusi pendidikan tinggi swasta pada bidang keuangan dan pembelajaran, dengan tujuan
1
BAB VIII
Dampak Konflik Peran Terhadap Kepuasan Kerja Internal Auditor
A. Pendahuluan
Setiap institusi didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, apakah
institusi itu berupa perusahaan yang profit motive maupun organisasi yang
tujuan utamanya bukan untuk mencari laba (not for profit organization).
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka organisasi harus memiliki
suatu sistem pengendalian yang dapat bekerja dengan baik. Pengendalian
ini dapat membantu manajemen untuk mengetahui apakah tujuan organisasi
dapat dicapai dengan kriteria “triple E”, Ekonomis, Efisien, dan Efektif.
Agar konsep triple E dapat berjalan dengan baik di dalam seluruh aktifitas
organisasi maka diperlukan sekelompok profesional yang mempunyai
independensi dan objectivity tinggi untuk melakukan pemeriksaan internal
organisasi, yang kemudian dikenal dengan internal auditor. Sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan organisasi maka setiap organisasi
membentuk suatu fungsi audit internal dalam satu departement tersendiri
yang biasa dikenal dengan istilah satuan pengawas internal atau internal
auditing departement. Departemen ini akan melaksanakan proses
pemeriksaan internal sesuai dengan standards for the professional practice
of internal auditor
B. Landasan Teori
Menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu.
Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna
ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi
adalah posisi dan pengaruh.
Menurut Biddle dan Thomas dalam Arisandi, peran adalah serangkaian rumusan yang
membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.
Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi
anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain.
Menurut Horton dan Hunt [1993], peran (role) adalah perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada satu
status ini oleh Merton [1968] dinamakan perangkat peran (role set). Dalam kerangka besar,
organisasi masyarakat, atau yang disebut sebagai struktur sosial, ditentukan oleh hakekat
(nature) dari peran-peran ini, hubungan antara peran-peran tersebut, serta distribusi
sumberdaya yang langka di antara orang-orang yang memainkannya. Masyarakat yang
berbeda merumuskan, mengorganisasikan, dan memberi imbalan (reward) terhadap
aktivitas-aktivitas mereka dengan cara yang berbeda, sehingga setiap masyarakat memiliki
struktur sosial yang berbeda pula. Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku
3
yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut. Perilaku peran mungkin
berbeda dari perilaku yang diharapkan karena beberapa alasan. Sedangkan, Abu Ahmadi
[1982] mendefinisikan peran sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan
fungsi sosialnya.
Daftar Pustaka
Aghghaleh, SF, Mohamed, ZM & Ahmad, A.2014. The Effects of Personal and
Organizational Factors on Role Ambiguity amongst Internal Auditors. International
Journal of Auditing, vol. 18, pp. 105-114.
Bamber, E. M., and V. M. Iyer (2007). Auditors’ identification with their clients and its
effect
on auditors’ objectivity. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 26(2), 1-24.
Bamber, E. Michael (2009), The Effect of auditing “tone at the top” on auditors job
autonomy, organizational-professional conflict, and Job Satisfaction, International Journal
of Accounting Information Management, Vol. 17. P. 136-150
Burney, L & Widener, SK. 2007. Strategic Performance Measurement Systems, Job-
Relevant Information, and Managerial Behavioral Responses—Role Stress and
Performance. Behavioral Research in Accounting, vol. 19, pp. 43-69.
Brough, P. and Frame, R (2004). Predicting job satisfaction, work well-being, and
turnover intentions: The role of social support and police organisational variables.
New Zealand Journal of Psychology, 33, 8-18.
Cooper, DR & Schindler, PS. 2011. Business Research Methods, 11th ed. McGraw Hill,
Singapore
4
Chan, S. H., & Qiu, H. H. (2011). Loneliness, job satisfaction, and organizational
commitment of migrant workers: Empirical evidence from China. The International Journal
of Human Resource Management, 22(5), 1109–1127
Chen, J.-C., & Silverthorne, C. (2008). The impact of locus of control on job stress, job
performance and job satisfaction in Taiwan. Leadership & Organization Development
Journal, 29, 572-58
Dole, C., and R. G. Schroeder (2001). The impact of various factors on the personality, job
satisfaction and turnover intentions of professional accountants. Managerial Auditing
Journal, 16(4), 234-245.
Ernst & Young, 2006. Trends in Australian and New Zealand Internal Auditing, Third
Annual
Benchmarking Survey 2006 (Ernst & Young, Australia).
Ernst & Young, 2008. Escalating the Role of Internal Audit. Ernst & Young Global Limited.
Internal Audit Survey. Retrieved from: www.ey.com/businessrisk, pp: 34.
Fadzil, F.H., H. Haron and M. Jantan, 2005. Internal auditing practices and internal control
system. Management Audit Journal, 20(8): 844-866.
Fisher, R. T. (2001). Role stress, the type A behavior pattern, and external auditor job
satisfaction and performance. Behavioral Research in Accounting, 13(1), 143-170.
Flesher, D.L. and J.S. Zanzig, 2000. Management accountants express a desire for change in
the
functioning of internal audit. Manage. Audit. J., 15(7): 331-337
Fogarty, TJ, Singh, J, Rhoads, GK & Moore, RK. 2000. Antecedents and Consequences
of Burnout in Accounting: Beyond the Role Stress Model. Behavioral Research in
Accounting, vol. 12, pp. 31-67.
Gaudine, A., and L. Thorne (2001). Emotion and ethical decision-making in organizations.
Journal of Business Ethics, 31(2), 175-187.
5
Gazioglu, S., & Tansel, A.(2006). Job satisfaction in Britain: Individual and job related
factors.
Applied Economics, 38(10), 1163–1171.
Gilley, J. and A. Maycunich, 2000. Beyond the Learning Organization. Perseus. Cambridge,
MA. Glascock, K.L., 2002. Auditees or clients? Internal Auditor, 59(4): 84-85.
Glover, S.M., D.F. Prawitt and D.A. Wood, 2008. Internal audit sourcing arrangement and
the external auditor’s reliance decision. Contemporary Accounting., 25: 193- 213.
Gramling, A., M. Maletta, A. Schneider and B. Church, 2004. The role of the internal audit
function in corporate governance: A synthesis of the extantinternal auditing literature and
directions for future research. Journal of Accounting. 23: 194-244.
Hyatt, T.A. and Prawitt, D.F. (2001). ―Does congruence between audit structure and
auditors locus-of-control affect job performance ?, The Accounting Review, Vol. 76 No. 2,
263-274
Jaramillo, F, Mulki, JP & Solomon, P. 2006. The Role of Ethical Climate on Salesperson's
Role Stress, Job Attitudes, Turnover Intention, and Job Performance. The Journal of
Personal Selling and Sales Management, vol. 26, no. 3, pp. 271-282.
Judge, T. A., C. J. Thoresen, J. E. Bono, and G. K. Patton (2001). The job satisfaction-job
performance relationship: A qualitative and quantitative review. Psychological Bulletin,
127(3), 376-407
Kadous, K., S. J. Kennedy, and M. E. Peecher (2003). The effect of quality assessment and
directional goal commitment on auditor’s acceptance of client-preferred accounting
methods. The Accounting Review, 78(3), 759-778.
Kalbers, LP & Cenker, WJ. 2008. The Impact of Exercised Responsibility, Experience,
Autonomy, and Role Ambiguity on Job Performance in Public Accounting. Journal
of Managerial Issues, vol. 20, no. 3, pp.
327-347.
Kinjerski, Val and Skrypnek, Berna J. (2006). Creating organizational conditions that foster
employee spirit at work. Leadership & Organization Development Journal Vol. 27, No. 4,
280-
295
6
Larson, LL. 2004. Internal Auditors and Job Stress. Managerial Auditing Journal, vol.
19, no. 9, pp. 1119-1130.
Lee, Y. J., & Sabharwal, M. (2014). Education–job match, salary, and job satisfaction
across the public, non-profit, and for-profit sectors: Survey of recent college
graduates.Public Management Review, DOI: 10.1080/14719037.2014.957342
Lui, S. S., Ngo, H. Y., & Tsang, A. W. N. (2003). Socialized to be a professional: A study of
the professionalism of accountants in Hong Kong. International Journal of Human Resource
Management, 14, 1192-1205.
Mort, D., 2001. Reengineering the internal audit organization. Management Audit
Journal., 16(8): 458-468.
Moore, D. A., and G. Loewenstein (2004). Self-interest, automaticity and the psychology of
conflict of interest. Social Justice Research, 17(2), 189-202.
Moore, D. A., P. E. Tetlock, L. Tanlu, and M. H. Bazerman (2006). Conflicts of interest and
the case of auditor independence: Moral seduction and strategic issue cycling. The Academy
of Management Review, 31(1), 10-29.
Munoz de Bustillo Llorente, R., and E. Fernandez Macias (2005). Job satisfaction as an
indicator of the quality of work. Journal of Socio-Economics, 34(5), 656-673.
Spira, L.F. and M. Page, 2003. Risk management: The reinvention of internal control and
the changing role of internal audit. Accounting Journal., 16: 640-661
Sweeney, A., T. Hohenshil and J. Fortune, 2002. Job satisfaction among employee
assistance
professionals: A national study. Journal of Employment Couns., 39: 50-60
Tang, T. L. P., and R. K. Chiu (2003). Income, money ethic, pay satisfaction, commitment,
and unethical behavior: Is the love of money the root of evil for Hong Kong employees?.
Journal of Business Ethics, 46(1), 13-30.
Wolf, K., & Kim, H. J. (2013).Emotional intelligence, job satisfaction, and job tenure
among hotel managers. Journal of Human Resources in Hospitality & Tourism, 12(2), 175–
191
8
Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan misinya tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan tempat perusahaan tersebut berada. lingkungan organisasi dapat dikelompokkan atas
terdiri dari struktur (structure), budaya (culture) dan sumber daya (resources) (Wheelen dan
bahwa : Lingkungan internal perusahaan merupakan sumber daya perusahaan (the firm's
resources) yang akan menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sumber daya
perusahaan ini meliputi : sumber daya manusia (human resources) seperti pengalaman
riset dan pengembangan, pemasaran, sistem informasi, dan sistem pengendalian ; dan sumber
daya phisik (physical resources) seperti pabrik dan peralatan, lokasi geografis, akses
terhadap material, jaringan distribusi dan teknologi. Jika perusahaan dapat mengoptimalkan
Wheelen dan Hunger (2006 : 73), mengklasifikasi lingkungan eksternal menjadi dua
kategori, yaitu lingkungan sosial (societal environment) dan lingkungan kerja (task
environment) atau disebut juga dengan industri. Lingkungan umum merupakan kekuatan
yang tidak secara langsung menyentuh kegiatan perusahaan dalam jangka pendek, tetapi
9
demografis (demographic), ekonomi (economic), politik/ hukum (political/ legal),
10
ubahnya dengan organisasi bisnis, yang selalu dihadapkan pada persaingan dan tekanan dari
berbagai pelaku pasar (Gambar 2.1).
Pendatang Baru
yang Potensial
Kekuatan
Ancaman Pendatang Baru
dari
serikat,
pemerinta Pesaing Industri
Stakeholders h, dan Kekuatan
dsbnya Penawara
n Pembeli Pembeli
Kekuatan
Penawara
n
Pemasok
Pemasok
Ancaman produk
atau
Persaingan di antara
jasa pengganti
perusahaan yang ada
Produk Pengganti
(Subsitusi)
Gambar 2.1.
Menurut Porter (1985: 6), situasi persaingan dalam suatu industri ditentukan
oleh lima kekuatan persaingan yaitu: (1) Ancaman masuknya pesaing baru (Threat
of new entrants); (2) Persaingan di antara perusahaan yang ada (Rivalry among
existing firm); (3) Ancaman produk pengganti (Threat of substitute products); (4)
Kekuatan tawar-menawar pembeli (Bargaining power of buyer); dan (5) Kekuatan
tawar menawar pemasok (Bargaining power of suppliers). Wheelen dan Hunger
(2006: 86) menambahkan kekuatan yang keenam dalam daftar Porter, yaitu
berbagai kelompok stakeholders. Kekuatan persaingan tersebut secara bersama-
sama menentukan intensitas persaingan dan kemampulabaan dalam industri.
1
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN BISNIS
Freman (1984) dalam Azhar maksum dan Azizul Kholis (2003) mendefinisikan
stakeholders sebagai “Any group or individual who can affect or is acffected by the
achievement of the organization`s objectives” Berdasarkan definisi yang
dikemukakan oleh Freman, dapat dipahami bahwa stakeholders merupakan
kelompok ataupun individu yang mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa
stakeholders dapat mempengaruhi kelangsungan hidup (going corncern)
perusahaan. Sedangkan Wheelen dan Hunger (2006: 86) mengemukakan kelompok
stakeholder terdiri dari pemerintah, serikat kerja, komunitas lokal, kreditur, asosiasi
perdagangan, kelompok kepentingan khusus, dan pemegang saham. Weiss (2003)
menggambarkan stakeholders dari suatu organisasi bisnis, aplikasinya pada
Pemasok Karyawan
Gambar 2.1.
FAKULTAS EKONOMI - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 5
Weiss (2003) Stakeholders Perguruan Tinggi Swasta 7
perguruan tinggi (Gambar 2.1).
Bab V
Pengendalian Internal
Pengendalian internal (internal control) menurut Committee of Sponsoring
Organizations the Treadway Commission (COSO) adalah : Pengendalian internal adalah
suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, direksi, atau top manajemen, personil-
personil lainnya, dimaksudkan untuk menyajikan keyakinan yang semestinya berkenaan
dengan pencapaian tujuan-tujuan : 1) efektivitas dan efisiensi kegiatan; 2) keandalan atau
dapat dipercayanya laporan keuangan; 3) Ketaatan pada undang-undang dan peraturan yang
telah ditetapkan.
Pengendalian internal dimaksudkan untuk melindungi perusahaan terhadap
penyelewengan keuangan dan hukum, serta untuk mengidentifikasi dan menangani risiko
dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya perusahaan secara efektif
dan efesien, dalam upaya mencapai sasaran-saranan perusahaan.
Bab V
Perusahaan perlu memiliki pedoman perilaku (code of conduct) yang berlaku bagi seluruh
jajaran perusahaan baik dewan komisaris, direksi, maupun seluruh karyawan. Pengendalian
internal yang efektif dimulai dengan kepatuhan terhadap standar- standar etika yang berlaku
di perusahaan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Tidak adanya pemeriksanaan atau
pengawasan yang efektif dapat melemahkan pengendalian intern perusahaan. Demikian pula
pengaruh atau kekuatan yang terlalu besar pada satu pihak tertentu, misalnya direksi, dapat
menarik perusahaan ke suatu kepentingan tertentu yang berpotensi merugikan perusahaan.
Oleh sebab itu diperlukan adanya mekanisme check and balance yang efektif . Mekanisme
ini menghendaki diterapkannya praktik pengecekan yang efektif dan keharusan adanya
pembagian kekuasaan yang seimbang dan saling melengkapi di antara berbagai unsur dalam
perusahaan (Mas Achmad, 2005:158).
Audit Internal
Menurut IIA Board of Directors dalam Sawyer (2003: 9) : Internal Auditing is
an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value
and improve an organization`s operation. It helps an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve
the effectiveness of risk management, control, and governance processes.
Berdasarkan definisi dari IIA Board of Directors, dapat diartikan bahwa audit
internal merupakan aktivitas independen, untuk memberikan keyakinan yang objektif serta
pemberian saran perbaikan demi peningkatan nilai tambah operasi suatu entitas. Audit
internal akan membantu pencapaian tujuan suatu entitas dengan cara-cara yang sistematis,
dan dengan pendekatan yang disiplin dengan melakukan evaluasi dan meningkatkan
keefektifan manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola organisasi.
Bab V
internal adalah memastikan bahwa seluruh kegiatan telah berjalan secara efektif, efisien, dan
menggunakan sumber daya yang dimiliki secara ekonomis. Fokus utama dari auditor internal
adalah melakukan konservasi terhadap sumber daya organisasi sehingga dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi dan membantu pihak manajemen
dalam mengelola organisasinya. Sebagai konsultan, auditor internal harus secara aktif
bertindak sebagai fasilitator pihak auditee dalam rangka mendiskusikan the best possible
choice untuk pemecahan masalah yang dihadapi auditee, dengan tetap mendasarkan pada
prinsip efisien, efektif, dan ekonomis dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
3) Sebagai Catalyst
seluruh bagian dari organisasi dalam scope seperangkat kebijakan yang telah dibuat oleh
manajer senior serta memastikan tidak terjadi pelanggaran atau bertentangan dengan segala
aturan atau kebijakan perusahaan dan perundang- undangan yang berlaku. Fungsi catalyst ini
pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan pengaruh jangka panjang pada organisasi
dengan memfokuskan diri pada nilai-nilai jangka panjang dari organisasi auditee. Peran
catalyst ini membutuhkan komitmen dari auditee dan auditor internal, karena pembentukan
nilai, moral, dan budaya organisasi tidak dapat dilakukan dalam jangka pendek.
Untuk menentukan hirarki dari ketiga peran auditor internal dapat dilihat pada
High
Watchdog Catalyst
Consultant & Catalyst Consultant
Watchdog
low High
Catalyst
low
Gambar 2.2.
Sedangkan kedua posisi lainnya, merupakan posisi yang paling banyak terjadi di
organisasi, sehingga hirarki berdasarkan intensitas peran yang harus dilakukan oleh auditor
internal mempunyai kondisi relatif antara satu peran dengan peran lainnya, tergantung pada
situasi dan kondisi masing-masing auditee.
PENUTUP
Organisasi beroperasi dalam konteks lingkungan yang saling terkait. Kelangsungan
hidup dan kinerja organisasi seringkali sangat bergantung pada hubungan antara organisasi
dan lingkungan. Perguruan tinggi swasta sebagai salah satu organisasi yang memberikan jasa
pendidikan, menghadapi tantangan atas perubahan lingkungan umum dan lingkungan
industri yang merupakan bagian dari lingkungan eksternal organisasi.
Lingkungan internal organisasi merupakan sumber daya organisasi yang akan
menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi. Untuk dapat mempertahankan keunggulan
bersaing, organisasi harus mampu mengoptimalkan penggunaan sumber daya, baik sumber
daya manusia, sumber daya organisasi, maupun sumber daya phisik.
Stakeholders merupakan kelompok ataupun individu yang mempengaruhi atau
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup (going corncern) organisasi.
Audit internal, sebagai suatu fungsi yang independen diharapkan dapat secara
optimal menjalankan perannya dalam organisasi. Sebagai watchdog, auditor internal harus
mampu memantau dan memperingatkan auditee akan berbagai penyimpangan dan praktik
yang tidak sesuai dengan kebijakan manajemen. Sebagai consultant, auditor internal
berperan sebagai penasehat, dan memberikan rekomendasi dan solusi guna membantu
manajemen dalam proses operasional dengan fokus perbaikan menuju efesien, efektif, dan
ekonomis dalam penggunaan sumber daya yang ada. Sebagai catalyst, auditor internal harus
ikut memberikan inspirasi, membimbing, dan menggerakkan manajemen, serta seluruh
anggota organisasi untuk melakukan berbagai perbaikan.
Bab V
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Maksum & Azizul Kholis. 2003. Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan
Akuntansi Sosial Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Internal Audit.
Mas Achmad Daniri. 2005. Good Gorporate Governance. Jakarta : Rai Indonesia Sawyer, B.
Wheelen, Thomas L. & J. David Hunger. 2006. Startegic Management and Business
Policy. Tenth Edition. New Jersey: Pearson Edition Inc. Prentice Hall.
Wright, Peter., Charles D. Pringle, and Mark J. Kroll. 1996. Strategic Management : Text
and Cases. Boston: Allyn and Bacon.