Anda di halaman 1dari 29

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S. M DENGAN CA

ENDOMETRIUM DI IRINA D ATAS RSUP. PROF. DR. R.D.

KANDOU MANADO

MAJESTY ABIGAIL KOWURENG

20014104032

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium atau
miometrium. Kanker endometrium adalah jaringan atau selaput lender rahim yang tumbuh di
luar rahim. Padahal, seharusnya jaringan endometrium melapisi dinding rahim. Kanker
endometrium tumbuh pada ovarium, tuba falopii, dan saluran menuju vagina. Kanker ini
bukan merupakan penyakit akibat hubungan seksual. Wanita muda maupun yang sudah tua
dapat terkena penyakit ini. Walaupun pada umumnya yang terserang wanita yang sudah tua.
Tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim kemungkinan disebabkan oleh darah
menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding
rahim sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Kanker endometrium adalah yang terjadi pada organ endometrium atau pada dinding rahim.
Endometrium adalah organ rahim yang berbentuk seperti buah pir sebagai tempat tertanam
dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang-kadang disebut kanker rahim, tetapi
ada sel-sel lain dalam rahim yang bisa menjadi kanker seperti otot atau sel miometrium.
Kanker endometrium sering terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan
pendarahan vagina di antara periode menstruasi atau setelah menopause (Whoellan 2009).
Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan patogenesis berbeda
pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe kedua
estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang terdapat pada karsinoma
endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat membantu dalam menjelaskan
sifat-sifat klinisnya.
a. Tipe I Estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang umumnya
menyerang wanita pre dan pasca menopause. Pada anamnesis didapatkan riwayat
terpapar estrogen dan berasal dari atipikal endometrial hiperplasia. Tipe
ini berdiferensiasi baik minimal invasif, sehingga mempunyai prognosis yang baik. Pada
beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi, obesitas,
infertilitas dan gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I berpotensi dapat
dicegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi prekursor (hiperplasia
endometrium atipikal) dan pengobatan yang sesuai. (Anderton,2012) 
b. Tipe II Estrogen Independen
Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita post menopause, kurus dan fertil atau wanita
dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan mempunyai prognosis
lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering didapat pada wanita Afro-Amerika.
Yang termasuk kanker endometrium tipe II adalah :
1) high-grade endometrioid cancer
2) uterine papillary serous carcinoma
3) uterine clear cell carcinoma
Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus, tuba
danisthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine di lokasi
tersebut. (Anderton,2012)
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi beberapa
penelitian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus menerus bisa
menyebabkan kanker endometrium.
Berikut ini beberapa faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker
endometrium :
a. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko tiga kali
lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa
infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium didukung penelitian-penelitian
yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang tidak
pernah menikah.
(Schorge JO, et al. 2008)
Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan dengan
risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpapar estrogen yang lama tanpa
progesteron yang cukup), kadar androstenedion serum yang tinggi (kelebihan
androstenedion dikonversi menjadi estron), tidak mengelupasnya lapisan endometrium
setiap bulan (sisa jaringan menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas
dalam serum yang rendah pada nulipara. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah
merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang
disuntikkan kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia
endometrium dan kanker.
(Schorge JO, et al. 2008) 
b. Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Benyak penelitian menunjukkan usia saat
menopause mempunyai hubungan langsung terhadap meningkatnya kanker ini. Sekitar
70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker endometrium adalah pasca menopause.
Wanita yang menopause secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika
dibandingkan sebelum usia 49 tahun. (Schorge JO, et al. 2008)
c. Hormon
1) Hormone endogen
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda berhubungan
dengan kadar estrogen yang tinggi secara abnormal seperti polycystic ovarian
disease yang memproduksi estrogen.
2) Hormone eksogen pasca menopause
Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium meningkat
2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah pemakaian 2-3 tahun.
Risiko relatif tinggi setelah pemakaian selama 10 tahun.
d. Kontrasepsi oral
Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin. Sebaliknya pengguna
kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan kadar progesterone tinggi
mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun
pemakaian.
e. Tamoksifen
Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan risiko kanker endometrium 2-
3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi terapi tamoksifen. Tamoksifen
merupakan anti estrogen yang berkompetisi dengan estrogen untuk menduduki reseptor.
Di endometrium, tamoksifen malah bertindak sebagai faktor pertumbuhan yang
meningkatkan siklus pembelahan sel.
f. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan 13-22 kg BB
ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 kali lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg
akan meningkatkan risiko sampai 10 kali lipat. Obesitas adalah penyebab paling umum
dari kelebihan produksi estrogen endogen. Jaringan adiposa berlebihan akan
meningkatkan aromatisasi androstenedion perifer menjadi estrone. Pada
wanita premenopause, tingkat estrone memicu umpan balik peningkatan abnormal pada
aksis-hipofisis-ovarium hipotalamus. Hasil klinisnya adalah oligo-atau anovulasi.
Dengan tidak adanya ovulasi, endometrium terkena stimulasi estrogen hampir terus -
menerus tanpa efek progestasional berikutnya dan terjadi gangguan menstruasi.
g. Faktor diet
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh peran nutrisi, terutama
tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi sereal, kacang-kacangan,
sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang
memproteksi melalui fitoestrogen.
h. Kondisi medis
Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 kali lebih besar berisiko
terkena kanker endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar estrone dan lemak
dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi penyebabnya. Hipertensi menjadi faktor
risiko pada wanita pasca menopause dengan obesitas
i. Faktor genetik
Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara meningkatkan risiko
terjadinya kanker endometrium. Begitu juga dengan riwayat kanker endometrium dalam
keluarga. 
j. Merokok
Wanita perokok mempunyai resiko setengah kali jika dibandingkan yang bukan
perokok (faktor proteksi) dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2 tahun.
k. Ras
Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih.
l. Faktor risiko lain
Pendidikan dan status sosial ekonomi diatas rata-rata meningkatkan risiko terjadinya
kanker endometrium akibat konsumsi terapi pengganti estrogen dan rendahnya paritas.
( Baziad,Ali dkk.1993)
C. PATOFISIOLOGI
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang berperan
dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari kanker
endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan kraniofasial
kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masa depan bagi penderita
kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran FGFR2 dalam
mempengaruhi endometrium, yaitu dengan menghambat proliferasi sel endometrium pada
siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada karsinoma endometrial. (Chiang W.2012)
Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan
masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron, salah satu hormon
sex yang penting pada wanita. (Chiang W.2012)
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari dan terdapat 2 fase. Pada 2 minggu
pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan lapisan sel
uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya, hormon sex yang
dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan kematangan sel sehingga lapisan
uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang sudah difertilisasi. (Chiang W.2012)

Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium)
akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia simpleks.
Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan uterus. Hal ini
disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan menunjukkan perilaku
yang menyimpang. (Koplajar M.2012)
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada beberapa
kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi estrogen dalam
waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar. (Koplajar M.2012)
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
a. Perdarahan rahim yang abnormal 
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause.
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.(Schorge JO, et al. 2008)

E. KOMPLIKASI
a. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon
atau ureter
b. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma

c. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis


d. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab
infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)
F. PENATALAKSANAAN
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfa denektomi pelvis merupakan pilihan terapi untuk
adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang
meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta
adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua tuba
falopii dan ovarium juga diangkat ( salpingo-ooforektomi bilateral ) karena sel-sel
tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening disekitar tumor, maka
kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka
penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker didaerah
yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan.
Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun 20-30%
dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.

Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor)


atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium Idan
II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah
(stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi. Radiasi
adjuvan diberikan kepada :
a. Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi
setengah miometrium.
b. Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
c. Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo,
2006)
Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker endometrium:
1) Radiasi eksternal 
Digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke daerah
tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali perminggu selama beberapa
minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal
tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh.
2) Radiasi internal (AFL)
Digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatuzat radioaktif, yang
dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani
radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar
jauh atau metastase ke tempat lain .
Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin, golongan platinum, fluorouracil,
siklofosfamid, ifosfamid dan paclitaxel. Hasil penelitian menunjukkan kanker
endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi kombinasi memiliki angka survival
lebih tinggi.
4. Terapi Hormonal
a. Terapi primer 
Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon. Progestin
digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko tinggi operasi.
Namun terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya pilihan
terapi paliatif dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada
adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine progestional dapat
membantu. Namun terapi ini harus digunakan dengan hati-hati.
b. Terapi Hormonal Adjuvan
Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan stadium
lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan  
meningkatkan efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan
telah menunjukkan tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat
rendah, kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit rekuren.
c. Terapi Pengganti Estrogen
Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan
kanker endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita
dengan kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau
kematian. Namun, efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek
terapi pengganti estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi
kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo. Hasilnya
terdapat kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan keamanannya belum
terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati sebelum memulai rejimen estrogen
pasca operasi.
Kanker Endometrium

Etiologi

Faktor perilaku : faktor biologis:

Gaya hidup tidak sehat infeksi virus, genetik, peningkatan kadar estrogen

Poliferasi sel abnormal pada endometrium

Neoplasma non-neoplasma

Maligna kanker benigna kista / tumor MK : Nyeri

MK :Resiko
Kanker endometrium metastase stadium lanjut histerektomi pembedahan Infeksi
Ke organ-organ lain

Penekanan kanker supremasi sum-sum kemoterapi rambut rontok MK : gangguan


Pada endometrium tulang belakang kulit kusam Citra tubuh

Penekanan pada trombositopenia mual muntah MK : Ansietas


syaraf-syaraf
endometrium
perdarahan abnormal dari
MK : Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan tubuh
endometrium
MK : Nyeri

MK : kekurangan volume Cairan


DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : Widya Medica

Winkjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC.

Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta : Media Aesculapius

Jones.Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya medika

Prawirohardjo. S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Jakarta :Widya Medica

Nurarif, Amin Huda &Kusuma,Hardi. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta : EGC
FORMAT PENGKAJIAN KASUS GYNEKOLOGY

Tanggal MRS : 27 Mei 2021


Tanggal pengkajian : 28 Mei 2021 Jam : 08.00 WTA
Ruang/kelas : D Atas A3.8
Diagnosa : Ca. Endometrium Std I B + on Kemoterapi seri III (12/5/2021)
No RM : 00706825

A. ANAMNESA
1. Identitas
Nama : Ny. SM
Umur : 57 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rumoong Bawah, Amurang

2. Keluhan Utama : Nyeri

3. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien pertama kali didiagnosa Ca. Endomentrium std. I B pada bulan Desember 2020.
Pasien mengatakan keluhan awal yang dirasakan yaitu perdarahan serta keputihan yang
banyak keluar dari vagina. Pasien kemudian memeriksakan kondisinya ke dokter. Setelah
didiagnsis Ca. Endometrium pasien mulai menjalani pengobatan kemoterapi sejak
Februari 2021, dan saat ini sudah kemoterapi seri ke-tiga. Pasien dirawat di rumah sakit
saat ini. dikarenakan anemia dan pasien direncanakan untuk kemoterapi seri yang ke
empat. Saat dikaji pasien mengeluh nyeri panggul dan perut bagian bawah, tersasa kram
atau seperti diiris dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus-menerus dan wajah pasien
tampak meringis dan gelisah jika nyeri muncul. Pasien juga mengeluh sedikit lemas,
pasien tampak pucat dan lemah tapi masih bisa berjalan atau bangun dari tempat tidur.

4. Riwayat Penyakit yang pernah diderita :


Pasien mengatakan tidak memilki riwayat penyakit kronis lainnya seperti hipertensi,
diabetes melitus, gout atritis, dan penyakit lain. Pasien juga mengatakan belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya karena penyakit kronis lain selai penyakit yang
diderita saat ini.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengatakan di keluarga tidak ada memilki penyakit yang sama dengan pasien.
Pasien mengatakan ibunya memilki riwayat penyakit hipertensi.

6. Riwayat menstruasi
Menarche : usia 14 tahun
Siklus : normal, 21-28 hari
Jumlah : 50-60 ml
Bau/tidak bau : tidak ada kelainan, tidak bau
Lamanya : 5-7 hari

7. Riwayat Obstetric :
Kehamilan :0
Persalinan :0
Nifas :0
Penggunaan Kontrasepsi : tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, pasien belum
menikah, tidak pernah punya anak.

8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari- hari


Kebutuhan Dirumah Dirumah sakit
Nutrisi Pasien makan dengan frekuensi Pasien makan 6-7 kali sehari,
3 kali sehari, komposisi nasi, pasien makan sedikit-sedikit tapi
lauk, sayur, dan buah. Makanan sering dan menghabiskan 3-4
dihabiskan. Pasien mengatakan sendok setiap kali makan dengan
selama menjalani kemoterapi komposisi makanan yang
pasien setiap hari mengonsumsi disediakan oleh RS ditambah
5 putih telur yang direbus dan susu dan buah-buahan, pasien
mengkonsumsi jus buah naga menghabiskan makanannya.
yang dicampur dengan beat. Pasien mengatakan meskipun
merasa mual tapi pasien tetap
berusaha makan dan tetap
menghabiskan makanan yang di
makan.
Eliminasi Pasien mengatakan BAK 9-10 Pasien mengatakan BAK 9-10
kali per hari dan BAB 1 kali per kali per hari dan BAB baru satu
hari. Pasien mengatakan selama kali sejak MRS. Pasien
menjalani kemoterapi membuat mengatakan selama menjalani
frekuensi BAK meningkat. kemoterapi membuat frekuensi
BAK meningkat.

Aktifitas/istiraha Pasien mengatakan melakukan Pasien masih bisa melakukan


t aktivitas di rumah seperti biasa
beberapa aktivitas sendiri tanpa
secara mandiri. Pasien
bantuan seperti makan/minum,
mengatakan tidur kurang lebih ganti baju, dan pergi ke toilet.
6-7 jam per hari. Pasien menagtakan tidak ada
keluhan dengan pola
istirahat/tidurnya. Selama di
rawat di ruamah sakit pasien
tidur 5-6 jam per hari.
Personal Pasien mengatakan kalau Pasien mengatakan pasien mandi
Hygiene dirumah, pasien mandi 2 kali per 1 kali di pagi hari.
hari saat pagi dan sore hari.
Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada
mempengaruhi
kesehatan
Psikososial dan Pasien mengatakan beragama Pasien mengatakan meskipun
spiritual; Kristen Protestan dan saat di sementara dirawat di rumah sakit,
rumah rajin mengikuti ibadah- ia tetap beribadah secara pribadi
ibadah baik di gereja maupun di dengan selalu berdoa.
rumah. Pasien mengatakan yakin pasti ia
Pasien mengatakan yakin pasti ia bisa sembuh dan menjalani
bisa sembuh dan menjalani aktivitas seperti biasa.
aktivitas seperti biasa.
Kebutuhan Pasien tidak menikah Pasien tidak menikah
seksual

B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum :
Tanda-tanda vital : TD: 12070 mmHg, Nadi:86 x/mnt
RR: 20 x/mnt, Suhu 36 oC.
2) Kepala : bentuk kepala normal, pasien sudah tidak memiliki rambut karena
efek pengobatan kemoterapi yang dijalaninya
Sklera dan konjungtiva: sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
Wajah : bentuk wajah simteris kiri dan kanan, wajah tampak pucat dan
tampak meringis saat nyeri
Mulut dan bibir : mulut tampak bersih, mukosa bibir kering tampak pecah-pecah
Gigi dan gusi : gigi masih lengkap

3) Dada
a) Payudara :
 Pengeluaran cairan : tidak ada
 Kondisi putting susu : menonjol, berwarna kehitaman
 Kondisi, ukuran dan bentuk payudara : bentuk normal, simetris kanan dan kiri
 Kondisi lainnnya : tidak ada kelaianan atau gangguan

b) Paru-paru :
 Suara napas tambahan : tidak ada, bunyi napas vesikuler
 Ekspansi dada : normal, saat mengembang simetris kanan
dan kiri
 Kondisi lainnya : tidak gangguan
c) Jantung :
 Suara jantung : S1, S2 normal
 Kodisi jantung : dari hasil pemeriksaan EKG tidak ada kelainan atau masalah
dengan jantung pasien
 Kondisi lainnya : tidak ada

d) Abdomen :
 Hepar : normal, tidak ada pembesaran
 Limpa :
 Bising Usus : 10 kali per menit
 Vesika Urinaria : tidak adanya distensi kandung kemih

e) Genitalia :
a) Fluor albus :
Warna : putih, konsentrasi kental
Bau : bau khas keputihan
Jumlah : 15 cc

c) Vulva dan serviks : tidak dilakukan pemeriksaan

f) Anus :
g) Ekstremitas :
 Odema : tidak ada edema
 Refleks Patela : positif
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal: 23/04/2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hematologi
Leukosit 2.3 4.0-10.0 10^3/uL
Eritrosit 2.95 4.70 – 6.10 10^6/uL
Hemoglobin 9.0 12.0-16.0 g/dL
Trombosit 168 150-450 10^3/uL
Hematokrit 25.9 37.0 –47.0 %
MCH 30.5 27,0 – 35, 0 pg
MCHC 34.7 30,0 – 40,0 gr/dL
001 Eosinofil 2 1-5 %
002 Basofil 0 0-1 %
003 Netrofil Batang 0 2-8 %
004 Netrofil
Segmen 24 50-70 %
005 Limfosit 51 20-40 %
006 Monosit 23 2-8 %
MCV 87.8 80.0-100.0 fL
Kimia Klinik
SGOT 19 < 33 U/L
SGPT 17 < 43 U/L
Ureum Darah 42 10 – 40 mg/dL
Creatinin Darah 1.3 0,5 – 1,5 mg/dL
Gula Darah 101 70 -140 mg/dL
Sewaktu mEq/L
Chlorida darah 97.9 98.0-109.0 mEq/L
Kalium darah 4.24 3.50-5.30 mEq/L
Natrium darah 136 135-153

E. PROGRAM TERAPI
Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis
Vit. B complex P.O 1 tab/12 jam
Sulfoy ferosus P.O 200 mg/24 jam
Paracetamol P.O 500 mg/8 jam
Dexamethason IV 1 amp/transfusi
Leucogen IV 1 gr/24 jam
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Infiltrasi tumor Nyeri Kronis
- Pasien mengeluh nyeri panggul
dan perut bagian bawah, tersasa
kram atau seperti diiris dengan
skala nyeri 5, nyeri dirasakan
terus-menerus
DO:
- Wajah tampak meringis
- Tampak gelisah
- Nadi : 86 x/menit
2 DS : Kondisi fisiologis Keletihan
- Pasien juga mengeluh lemas, (penyakit kronis,
DO : anemia)
- pasien tampak pucat dan lemah
- Hb 9.0 g/dL
3 Faktor Risiko: Risiko syok
Hipoksemia: Hb 9.0 g/dL

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor d.d:
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh nyeri panggul dan perut bagian bawah, tersasa kram atau seperti
diiris dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus-menerus
Data Objektif :
- Wajah tampak meringis
- Tampak gelisah
- Nadi : 86 x/menit.

2) Keletihan b.d kondisi fisiologis (penyakit kronis, anemia) d.d:


Data Subjektif:
- Pasien juga mengeluh lemas
Data Objektif:
- Pasien tampak pucat dan lemah
- Hb 9.0 g/dL

3) Risiko syok d.d:


Faktor Risiko:
- Hipoksemia: Hb 9.0 g/dL
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1. Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
fisik d.d (D. 0078) keperawatan selama 3x8 jam, Observasi:
DS : maka Tingkat Nyeri Menurun - Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
- Pasien mengeluh nyeri panggul (L.08066) dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dan perut bagian bawah, - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun
tersasa kram atau seperti diiris - Identifikasi respon nyeri non verbal
(5)
dengan skala nyeri 5, nyeri - Identiifikasi faktor yang memperberat dan
- Meringis menurun (5)
dirasakan terus-menerus memperingan nyeri
- Frekuensi nadi membaik
- - Monior efek samping penggunaan analgetik
(5)
DO: Terapeutik:
- Wajah tampak meringis - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Tampak gelisah mengurangi rasa nyeri
- Nadi : 86 x/menit. - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahaayaan,
kebisingan)
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik

2 Keletihan b.d kondisi fisiologis Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi (I.05178)
(penyakit kronis, anemia) d.d selama 3x8 jam, maka Tingkat Observasi:
(D.0057) : Keletihan Membaik (L.05046) - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
DS: dengan kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
- Pasien juga mengeluh lemas - Verbalisasi lelah menurun - Monitor fisik dan emosional
DO: (5) - Monitor pola dan jam tidur
- Pasien tampak pucat dan lemah - Tenaga meningkat (5) Terapeutik:
- Hb 9.0 g/dL - Lesu menurun (5) - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (Cahaya, suara, kunjungan)
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Edukasi:
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelehan tidak berkurang
Kolaborsi:
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Risiko Syok d.d (D.0039): Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (I. 02068)
Faktor Risiko: keperawatan selama 1 x 30 menit, Observasi
- Hipoksemia: Hb 9.0 g/dL maka Tingkat Syok Menurun - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
(L.14125) dengan kriteria hasil : nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
- Kekuatan nadi meningkat - Monitor status cairan (CRT)
(5) Terapeutik
- Akral dingin menurun (5) - Pasang jalur IV
- Pucat menurun (5) Edukasi
- Tekanan darah sistolik - Anjurkan memeperbanyak cairan oral
membaik (5) Kolaborasi
- Tekanan darah diastolik - Kolaborasi pemberian IV
membaik (5)
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


. Jam
1. Jumat, 28 Mei 14.00 WITA
2021 S:
Observasi - Pasien mengeluh nyeri panggul
09.00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan perut bagian bawah, terasa
kualitas, intensitas nyeri kram atau seperti diiris, nyeri
Hasil: dirasakan terus-menerus, skala
- Pasien mengeluh nyeri panggul dan perut bagian nyeri 4
bawah, tersasa kram atau seperti diiris, nyeri -
dirasakan terus-menerus O:
- Pasien tampak meringis
- TD: 120/70 mmhg
- Respirasi: 20 x/menit
09.05 Mengidentifikasi skala nyeri: - Nadi: 90 x/menit
Hasil: - SB: 36,6°C
- Skala nyeri 5
A: Luaran belum tercapai:
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Keluhan nyeri belum menurun
09.08 Hasil: - Meringis belum menurun
- Wajah tampak pasien meringis
P: lanjutkan intervensi:
- Identifikasi lokasi, karateristik,
Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan durasi, frekuensi, kualitas,
09.10 memperingan nyeri intensitas nyeri
Hasil: - Identifikasi skala nyeri
- Nyeri yang dirasakan terus-menerus - Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
09.10 Mengukur tanda-tanda vital pasien - Monior efek samping penggunaan
Hasil: analgetik
- TD: 120/70 mmhg - Kontrol lingkungan yang
- Respirasi: 20 x/menit memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
- Nadi: 90 x/menit ruangan, pencahaayaan,
- SB: 36,6°C kebisingan)
- Kolaborasi pemberian analgetik

Terapeutik
Memberikan teknik nonfarmakologis: teknik distraksi,
09.15 relaksasi napas dalam
Hasil:
- Pasien tampak mengikuti instruksi yang
duberikan
- Pasien berespon dengan baik

Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


09.20 (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Hasil:
- mengatur suhu lingkungan, mengurangi
kebisingan dengan membatasi jumlah
pengunjung dan penjaga di dalam ruangan
- tampak yang menjaga pasien hanya 1 orang
- menutup sampiran
- pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3
bersama beberapa pasien lainnya

Edukasi
Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
09.23 Hasil:
- menjelaskan kepada pasien bahwa penyebab
nyeri yang di rasakan akibat penekanan saraf
oleh tumor/sel kanker yang muncul di
endometrium
-

Kolaborasi
Berkolaborasi pemberian analgetik: paracetamol 500
12.00 mg
Hasil:
- pasien kooperatif
- analgetik diberikan per oral
- setelah di evaluasi pada jam 12.30 WITA pasien
mengatakan nyeri berkurang setelah minum obat
paracetamol, skala nyeri 4

2. Observasi 14.00 WITA


Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S:
08.05 mengakibatkan kelelahan - pasien mengeluh sedikit lemas
Hasil: O:
- kadar Hb pasien 9.0 g/Dl - pasien tampak pucat tapi masih
- pasien on kemoterapi siklus 3 bisa beraktivitas seperti berjalan ke
toilet
Mengidentifikasi pola tidur pasien: - tampak lesu
Hasil:
- paaien baru saja bangun dari istirahatnya A: luaran belum tercapai:
- pasien mengatakan tidur tidak terganggu - tenaga belum meningkat
08.10 Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - verbalisasi lelah belum menurun
stimulus dengan membatasi kunjungan - lesu belum menurun
Hasil:
- tidak ada kunjungan P: lanjutkan intervensi :
- Identifikasi gangguan fungsi
Menganjurkan pasien beraktivitas secara bertahap: tubuh yang mengakibatkan
08.15 Hasil: kelelahan
- pasien kooperatif, tampak pasien melakukan - Monitor fisik dan emosional
aktivitas secara perlahan - Monitor pola dan jam tidur
- pasien beraktivitas secara mandiri - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (Cahaya, suara,
kunjungan)
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
08.15 - Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelehan tidak
berkurang
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
3 Observasi: 14.00 WITA
08.05 Memonitor status kardiopulmonal S:
Hasil: -
- TD: 120/70 mmhg O:
- Respirasi: 20 x/menit - Hb 9.0 g/Dl
- Nadi: 90 x/menit - TD: 120/70 mmhg
- CRT >2 detik - Respirasi: 20 x/menit
- Akral dingin - Nadi: 90 x/menit
- CRT >2 detik
- Wajah pucat

08.00 Edukasi: A: luaran belu tercapai:


Menganjurkan memperbanyak cairan oral - Akral dingin belum menurun
Hasil: - Pucat belum menurun
- Pasien mengatakan setiap hari minum 2500 ml - Tekanan darah diastolik belum
air membaik

P: lanjutkan intervensi:
- Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi nadi, frekuensi napas,
TD, MAP)
- Monitor status cairan (CRT)
- Anjurkan memeperbanyak cairan
oral
- Kolaborasi pemberian IV
1. Sabtu, 29 Mei 19.00 WITA
2021 S:
Observasi - Pasien mengatakan nyeri panggul
15.00 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan perut bagian bawah, terasa
kualitas, intensitas nyeri kram atau seperti diiris, nyeri
Hasil: dirasakan terus-menerus, skala
- Pasien mengeluh nyeri panggul dan perut bagian nyeri 3
bawah, tersasa kram atau seperti diiris, nyeri -
dirasakan terus-menerus O:
- Pasien tidak tampak meringis
- TD: 110/70 mmhg
- Respirasi: 20 x/menit
15.05 Mengidentifikasi skala nyeri: - Nadi: 80 x/menit
Hasil: - SB: 36,6°C
- Skala nyeri 4
A: Luaran tercapai:
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Keluhan nyeri menurun
15.08 Hasil: - Meringis menurun
- Wajah tampak pasien sedikit meringis
P: lanjutkan intervensi dan tetap pantau
kondisi pasien
Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
15.10 memperingan nyeri
Hasil:
- Nyeri yang dirasakan terus-menerus
15.10 Mengukur tanda-tanda vital pasien
Hasil:
- TD: 110/70 mmhg
- Respirasi: 20 x/menit
- Nadi: 86 x/menit
- SB: 36,6°C

Terapeutik
Memberikan teknik nonfarmakologis: teknik distraksi,
15.15 relaksasi napas dalam
Hasil:
- Pasien tampak mengikuti instruksi yang
duberikan: tarik napas dalam lewat hidung dan
buang lewat mulut
- Pasien berespon dengan baik

15.20 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Hasil:
- mengatur suhu lingkungan, mengurangi
kebisingan dengan membatasi jumlah
pengunjung dan penjaga di dalam ruangan
- tampak yang menjaga pasien hanya 1 orang
- menutup sampiran
- pasien dirawat di ruang perawatan kelas 3
bersama beberapa pasien lainnya

Kolaborasi
18.00 Berkolaborasi pemberian analgetik: paracetamol 500
mg
Hasil:
- pasien kooperatif
- analgetik diberikan per oral
- setelah di evaluasi pada jam 18.30 WITA pasien
mengatakan nyeri berkurang setelah minum obat
paracetamol, skala nyeri 3

2. Observasi 14.00 WITA


Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang S:
15.05 mengakibatkan kelelahan - pasien mengeluh sedikit lemas
Hasil: O:
- kadar Hb pasien 9.0 g/Dl - pasien tampak pucat tapi masih
- pasien on kemoterapi siklus 3 bisa beraktivitas seperti berjalan ke
toilet
Mengidentifikasi pola tidur pasien: - tampak lesu
Hasil:
- paaien baru saja bangun dari istirahatnya A: luaran belum tercapai:
- pasien mengatakan tidur tidak terganggu - tenaga belum meningkat
15.10 Menyediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - verbalisasi lelah belum menurun
stimulus dengan membatasi kunjungan - lesu belum menurun
Hasil:
- tidak ada kunjungan P: lanjutkan intervensi :
- Identifikasi gangguan fungsi
Menganjurkan pasien beraktivitas secara bertahap: tubuh yang mengakibatkan
15.15 Hasil: kelelahan
- pasien kooperatif, tampak pasien melakukan - Monitor fisik dan emosional
aktivitas secara perlahan - Monitor pola dan jam tidur
- pasien beraktivitas secara mandiri - Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (Cahaya, suara,
kolaborasi kunjungan)
19.00 Berkolaborasi transfusi darah - Berikan aktivitas distraksi yang
Hasil: menyenangkan
- transfusi PRC 230 cc - Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelehan tidak
berkurang
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
3 Observasi: 14.00 WITA
15.05 Memonitor status kardiopulmonal S:
Hasil: -
- TD: 110/70 mmhg O:
- Respirasi: 20 x/menit - Hb 9.0 g/Dl
- Nadi: 80 x/menit - TD: 120/70 mmhg
- CRT >2 detik - Respirasi: 20 x/menit
- Akral dingin - Nadi: 90 x/menit
- CRT >2 detik
- Wajah pucat

15.00 Edukasi: A: luaran belum tercapai:


Menganjurkan memperbanyak cairan oral - Akral dingin belum menurun
Hasil: - Pucat belum menurun
- Pasien mengatakan setiap hari minum 2500 ml - Tekanan darah diastolik belum
air membaik

Kolaborasi P: lanjutkan intervensi:


18.00 Memasang jalur IV - Monitor status kardiopulmonal
Hasil: (frekuensi nadi, frekuensi napas,
- pasien kooperatif TD, MAP)
- dipasang jalur IV dengan cairan NaCL 0,9%, - Monitor status cairan (CRT)
untuk persiapan transfusi darah - Anjurkan memeperbanyak cairan
oral
- Kolaborasi pemberian IV

Anda mungkin juga menyukai