65
ISBN 978-979-028-659-7
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai budaya dan mempunyai
penduduk yang beraneka ragam baik dari segi sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan
sebagainya. Keragaman ini merupakan modal dan kekayaan tersendiri bagi masyarakat
Indonesia, terutama keragaman dalam pola makan, budaya makan serta jenis- jenis
makanan yang dikonsumsi untuk tiap-tiap daerah/wilayah, yang mempunyai ciri khas
berbeda dan sudah menjadi tradisi dari masing-masing daerah tersebut. Hal ini sering kita
sebut dengan makanan tradisional, karena bahannya diambil dari bahan-bahan lokal yang
ada disekitar wilayah tersebut. Makanan tradisional adalah makanan dan minuman
termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan secara tradisional dan
telah lama berkembang secara spesifik di daerah tertentu (Deptan, 2002). Sedangkan
makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, baik
masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Konsumsi makanan tradisional diperkirakan
akan terus meningkat, karena selain murah dan mudah diperoleh, juga cita rasa yang telah
disesuaikan dengan keinginan konsumen. Semakin meningkatnya tuntutan konsumen
akan makanan tradisional yang dikonsumsi khususnya makanan daerah Tegal yang dijual
di WARTEG, maka perlu dilakukan berbagai upaya yang dapat mempengaruhi minat
konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional tersebut.
Dewasa ini makanan tradisonal di Indonesia merupakan makanan yang sudah
banyak dimodifikasi dan mengalami pengembangan variasi, yaitu dari bahan bakunya,
bahan pelengkap lain untuk menunjang rasa, tekstur, aroma, dan bentuk, sehingga
menjadikan makanan tradisional tersebut sebagai makanan pilihan yang padat dengan gizi
dan diminati konsumen.
Makanan tradisional merupakan salah satu produk makanan olahan yang sering
menjadi pilihan masyarakat. Keunggulanmakanan tersebut murah dan mempunyai cita
rasa yang sesuai dengan selera konsumen, yang akhirnya menjadi pilihan masyarakat.
Keberadaan makanan tradisional semakin diakui masyarakat sebagai mata pencaharian.
Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pedagang makanan tradisional khususnya
WARTEG diberbagai kota besar di Indonesia dan memilih lokasi yang srategis sebagai
tempat untuk berjualan.
Meskipun memiliki banyak keunggulan, makanan tradisonal juga mempunyai
resiko terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang kurang
memperhatikan sanitasi higiene, sehingga memberikan peluang terhadap berkembang
biaknya mikroba pada makanan tersebut, karena pada umumnya makanan tradisional
dihasilkan dari home industry dengan penangan secara tradisional.
Sedangkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi makanan tradisonal, dapat
dipengaruhi oleh tingkat kemajuan diberbagai daerah khususnya kawasan industri perkotaan yang
66
ISBN 978-979-028-659-7
secara faktual telah mendorong tumbuhnya dinamika sosial ekonomi diluar industri tersebut, tak
terkecuali berkembangnya warung-warung tegal (WARTEG) yang kesehariannya dinilai cukup
memberikan pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan serta bervariasinya jenis makanan dengan
harga yang murah, cepat saji, sehingga menimbulkan minat untuk mengkonsumsi makanan
tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi minat antara lain; 1) faktor intrinsik yang meliputi
(ketertarikan, kesadaran, kemauan, perhatian, dan perilaku), 2) faktor ekstrinsik (lingkungan
keluarga, tempat tingal, budaya, dan teman pergaulan).
Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang harus mendapat perhatian dari para
pemilik usaha/warung. Dalam suatu kegiatan termasuk kegiatan pelayanan di warung-warung
tradisioanal, minat konsumen dalam membeli makanan merupakan hal yang penting karena minat
dapat mempengaruhi seberapa besar perhatian seseorang terhadap kegiatan yang ia lakukan baik
dalam pembelian makanan maupun dalam menikmati makanan tradisional tersebut. Minat juga
memiliki peranan penting dalam kehidupan, aktivitas yang dilakukan oleh seorang konsumen
sangat bergantung pada kuat tidaknya minat yang timbul dari dalam diri mereka. Namun pada
kenyataannya setiap manusia memiliki tingkat minat yang berbeda-beda. Seorang konsumen yang
memiliki minat yang tinggi terhadap makanan tradisional, maka ia akan berusaha keras untuk
mencari dan membeli serta mengkonsumsi makanan tersebut. Dengan demikian bayak faktor yang
mempengaruhi minat konsumen untuk mengkonsumsi makanan tradisional tersebut, baik faktor
yang muncul dari dalam individu maupun faktor dari luar individu.
Dengan dasar permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional
daerah Tegal di warung Tegal (WARTEG) Balek Maning Yogyakarta”. Maka dapat
diidentifikasikan berbagai permasalahan yang ada adalah tingginya minat konsumen
dalam mengkonsumsi makanan tradisional dapat dipengaruhi oleh faktor yang muncul dari
dalam individu (instrinsik) maupun faktor dari luar individu (ekstrinsik ). Minat tersebut
nantinya akan mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Dalam penelitian ini pembatasan masalah difokuskan pada “Faktor-faktor yang
mempengaruhi minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal di
WARTEG Balek Maning Yogyakarta”. Sehingga dapat dirumuskan permasalahan yang akan
diteliti yaitu “Bagaimana gambaran minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan
tradisional dari daerah Tegal di warung Tegal (WARTEG) Balik Maning Yogyakarta yang
ditinjau dari faktor :
1. Instrinsik meliputi ketertarikan, kesadaran, kemauan, perhatian, perilaku.
2. Ekstrinsik meliputi lingkungan keluarga, tempat tingal, budaya, dan teman pergaulan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui :
1. Minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal, ditinjau dari
faktor instrinsik.
2. Minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal, ditinjau dari
faktor ekstrinsik.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi produsen makanan tradisional, dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas
pelayanan, sehingga memberikan kepuasan pada konsumen.
2. Bagi konsumen, dapat digunakan sebagai masukan dalam mengkonsumsi makanan
tradisional khususnya makanan daerah Tegal.
67
ISBN 978-979-028-659-7
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Warung Tegal (WARTEG) Balik Maning (Jl.
Glagahsari Yogyakarta), antara bulan September 2013 sampai Februari 2014 (± selama 6
bulan). Dan merupakan penelitian ex-post facto, karena data penelitian sudah ada
sehingga tinggal mengungkap atau menggalinya. Sesuai dengan bidang ilmu, penelitian ini
termasuk dalam penelitian pendidikan (pendidikan konsumen). Dalam penelitian ini
mempunyai satu variabel, yaitu minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan
tradisional daerah Tegal di Warung Tegal (WARTEG).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang datang dan
membeli/mengkonsumsi makanan tradisional yang disajikan di warung Tegal (WARTEG) Balek
Maning Jl. Glagahsari Yogyakarta, yang berjumlah 550 responden. Jumlah tersebut didapatkan
melalui observasi insidental yang merupakan langkah awal untuk mengetahui gambaran populasi
yang diambil selama 7 hari.
Penelitian ini merupakan penelitian sampling. Pengambilan sampel secara acak,
sehingga setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan
sampel. Menurut Sugiyono (2009:67) , sampel insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel jika dipandang cocok sebagai sumber data.
Sedangkan untuk sampel ditentukan 15% dari jumlah populasi, yaitu 83 responden.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner,
angket dalam bentuk skala sikap dari Likert, digunakan untuk memperoleh informasi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen dalam mengkonsumsi
makanan tradisional daerah Tegal di warung Tegal (WARTEG) Balek Maning Yogyakarta
yang sudah dimodifikasi. Sedangkan angket penelitian ini berupa angket tertutup untuk
mengungkap data tentang minat mengkonsumsi makanan dilihat dari faktor instrinsik
(ketertarikan, kesadaran, kemauan, perhatian, perilaku) dan faktor ekstrinsik (lingkungan
keluarga, tempat tingal, budaya, dan teman pergaulan),dengan empat alternatif jawaban,
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Skor
untuk jawaban dari pertanyaan/pernyataan positif adalah SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1.
Angket diuji cobakan pada 30 subyek, dengan uji coba terpakai. Data uji coba
dicari kesahihan dan keterandalannya. Hasil analisis korelasi product moment dari 15 butir
untuk faktor instrinsik tidak ada yang gugur (0) dan dari 12 butir untuk faktor ekstrinsik
terdapat 3 butir gugur (yaitu nomer 20,24,26), artinya dapat dijadikan sebagai alat
pengumpul data penelitian untuk indikator faktor internal dan faktor eksternal. Butir-butir
instrumen yang gugur tidak diganti karena semua masih terwakili. Berikut ini kisi-kisi
instrumen penelitian yang telah disusun:
68
ISBN 978-979-028-659-7
Jumlah 27
69
ISBN 978-979-028-659-7
ideal = 15 dan skor tertinggi ideal = 60. Nilai rata-rata ideal = 37,5 dan standar deviasi
ideal = 12,5.
c. Faktor ekstrinsik terdiri dari 9 item. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh skor
terendah observasi = 9 dan skor tertinggi observasi = 32. Nilai rata-rata observasi =
23,33; median = 23,00; Mode = 24; dan standar deviasi = 3,186. Sedangkan skor
terendah ideal = 9 dan skor tertinggi ideal = 36. Nilai rata-rata ideal= 22,5 dan standar
deviasi ideal = 10.
Hasil angket kemudian dijelaskan melalui skor observasi dan skor ideal seperti ada Tabel 2
berikut.
Simpulan
Berdasarkan hasil temuan di atas, maka penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil deskriptif menunjukkan bahwa minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan
tradisional daerah Tegal cenderung cukup tinggi, karena berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa skor rata-rata observasi lebih tinggi dari pada skor rata-rata ideal,
yaitu skor rata-rata observasi 64,63, sedangkan skor rata-rata ideal 60. Apabila dilihat
dari kategori minat konsumen dalam mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal
sebagian besar dalam kategori sedang dengan frekuensi relatif 73,50%, sedangkan
sisanya 16,86%dalam kategori tinggi dan 9,64% dalam kategori rendah.
2. Hasil perhitungan dilihat dari masing-masing indicatorsebagai berikut.
a. Faktor instrinsik, dari hasil temuan menunjukkan bahwa rata-rata observasi lebih
tinggi dari pada rata-rata ideal yaitu skor rata-rata observasi 41,30 sedangkan rata-
rata ideal 41. Dilihat dari faktor instrinsik dalam minat konsumen dalam
mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal menunjukkan bahwa sebagian
besar konsumen termasuk dalam kategori sedang dengan frekuensi relatif 74,7%,
sedangkan sisanya menduduki kategori tinggi dengan frekuensi relatif 14,5% dan
kategori rendah dengan frekuensi 10,8%.
b. Faktor ekstrinsik, dari hasil temuan menunjukkan bahwa skor rata-rata observasi
lebih tinggi dari pada skor rata-rata ideal yaitu skor rata-rata observasi 41,30,
70
ISBN 978-979-028-659-7
sedangkan rata-rata ideal 41. Dilihat dari faktor ekstrinsik dalam minat konsumen
dalam mengkonsumsi makanan tradisional daerah Tegal menunjukkan bahwa
sebagian besar konsumen termasuk dalam kategori sedang dengan frekuensi relatif
71,1%, sedangkan sisanya menduduki kategori tinggi dengan frekuensi relatif 15,7%
dan kategori rendah dengan frekuensi 13,2%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi di atas dapat disarankan sebagai berikut.
1. Bagi masyarakat agar lebih meminati makanan tradisional dalam rangka pelestarian
aset budaya nasional, dan khususnya keluarga untuk lebih membudayakan makanan
tradisional yang diwujudkan dalam hidangan keluarga sehari-hari atau pada pola
makan keluarga.
2. Bagi produsen yang bergerak dibidang pengolahan makanan tradisional khususnya
Daerah Tegal untuk meningkatkan mutu dan kualitas makanan tersebut, sehingga
banyak diminati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya.
3. Bagi pemerintah untuk lebih memotivasi dan memfasilitasi pengembangan makanan
tradisional dari daerah-daerah lain, agar dapat meningkatkan daya tarik wisatawan
domestik maupun mancanegara.
Daftar Pustaka
Aditya. 2010. Minat. http//:www.adityaromantika.blogspot.com/2010/12/minat.html.
(diakses pada tanggal 5 September 2013 pukul 14.30 WIB).
Daryanto. 2011. Sari Kuliah Manajemen Pemasaran. Bandung: Satu Nusa.
Fandy Ciptono. 2005. Pemasaran Jasa. Malang: Bayu media.
Fandy Tjiptono. 2005. Prinsip-prinsip Total Quality Management. Yogyakarta: Andi.
Husein Umar. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Marwanti. 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya.
Muhibbin Syah. 2003. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. Bandung: Sinar Baru.
Nasution , M N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu Pemasaran. Bogor: Ghalia.
Robert W. 2004. Fool Proof Marketing. Jakarta : Erlangga.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Siti Fatonah. 2005. Proceding Seminar Nasional Membangun Cipta Makanan Tradisional.
Semarang: Graha Cendika.
Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsini Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suryadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali.
Winkel WS. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
71