Anda di halaman 1dari 34

97

d
5 PERENCANAAN GESER

c.i
DAN TORSI

y.a
Pada umumnya elemen-elemen pada struktur beton bertulang tidak dapat
dihindarkan dari pengaruh gaya geser. Komponen gaya ini biasanya bekerja
secara bersamaan dengan momen lentur, beban aksial, dan bisa juga momen

un
puntir (torsi). Penjalaran gaya geser pada beton sangat tergantung pada kuat tarik
dan kuat tekan beton. Hal ini berakibat fenomen gagal geser pada beton terjadi
secara tidak daktail sehingga harus diusahakan perkuatan guna menghindari

dimungkinkan gagal @
terjadinya kegagalan geser pada struktur beton bertulang karena sangat
geser terjadi secara mendadak sehingga
membahayakan. Konsep ini diterapkan secara tegas dalam perencanaan bangunan
sangat
do
tahan gempa yang sangat mengutamakan daktilitas struktur, pada perencanaan ini
harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi kegagalan geser pada setiap elemennya.
Penerapan konsep klasik tentang tegangan geser pada material elastis,
do

homogen, dan isotropis sampai saat ini masih dapat diterima dalam penyelesaian
masalah geser pada elemen beton bertulang meskipun telah banyak pula dilakukan
berbagai penelitian untuk mendapatkan formulasi yang lebih sesuai berkaitan
i

dengan terbentuknya retakan dan kekuatan beton bertulang dalam menerima


sw

pengaruh gaya geser.

A. Konsep Dasar dalam Analisis Geser

Analisis tegangan geser dapat dimulai dengan melakukan tinjauan terhadap


:

keseimbangan gaya pada sebuah elemen p-p’-n’-n, yang merupakan potongan dari
ail

sebuah balok dengan dua bagian potongan penampang yaitu m-n dan m’-n’
dengan jarak dx dalam arah longitudinal (searah bentangan balok). Permukaan
bawah elemen (n-n’) adalah permukaan terbawah dari penampang balok,
m

sedangkan permukaan atasnya (p-p’) sejajar dengan garis netral dengan jarak y1.
Pada permukaan atas (p-p’) bekerja tegangan geser τ, sedangkan pada kedua
e-
98

d
permukaan (m-n dan m’-n’) bekerja tegangan lentur normal σx, seperti terlihat

c.i
pada Gambar 5-1.

1 2

y.a
1 2

un
dx

m m’ b

h/2

M
@ M + dM
do
x p υ p’ y1
x h y1
h/2
σX y
do

n n’ τmax
dx
Gambar 5-1 Tegangan Geser pada Balok
i
sw

Pada umumnya struktur balok akan memiliki nilai momen lentur yang
berbeda-beda menurut fungsi jaraknya, sehingga pada Gambar 5-1 ditunjukkan
momen lentur “M” pada tampang m-n dan sebesar “M + dM” pada tampang m’-
n’. Dengan meninjau bagian elemen seluas dA berjarak y dari garis netral, apabila
:

elemen luasan ini terletak di sebelah kiri p-n maka besarnya gaya normal yang
ail

bekerja adalah :
M.y
σ x .dA = .dA (5-1)
I
m

Penjumlahan gaya-gaya elemen yang bekerja melalui luas tampang p-n


memberikan gaya total F1, yang dapat dihitung dengan :
e-
99

d
M.y
F1= ∫ .dA (5-2)

c.i
I
Integrasi Persamaan di atas dilakukan dengan batasan y = y1 sampai dengan y =
h/2. Analog dengan cara di atas maka dapat dihitung besarnya gaya total di

y.a
sebelah kanan permukaan p’-n’ menggunakan Persamaan berikut :
(M + dM ).y
F2= ∫ I
.dA (5-3)

Berikutnya dapat dihitung besarnya gaya horisontal yang bekerja di atas

un
permukaan p-p’, yang besarnya adalah :
F3= υ.b.dx (5-4)
di mana b merupakan lebar balok dan dx merupakan panjang potongan dalam arah
longitudinal.
@
Gaya-gaya F1, F2 dan F3 harus memenuhi prinsip keseimbangan gaya,
sehingga keseimbangan gaya dalam arah horisontal dapat dinyatakan dalam
do
Persamaan :
F1= F2 – F3 (5-5)
atau
do

(M + dM ).y .dA − M .y
τ .b.dx = ∫ I ∫ I
.dA ; sehingga diperoleh :

dM  1 
. . y .dA∫
i

υ= (5-6)
dx  I.b 
sw

dM
Dengan mensubstitusikan V =
dx
, dan Sx = M 1x = ∫ y dA , maka tegangan geser
A

dapat dihitung dengan


V .S
:

υ= (5-7)
I.b
ail

Harus diingat bahwa pada Persamaan (5-7.) di atas, nilai “τ” mewakili
tegangan geser pada arah longitudinal (x) dan transversal (b yang searah sumbu z),
maka besarnya gaya geser per satuan panjang yang terjadi dalam arah longitudinal
m

dapat dihitung dengan :


V .S
q= υ.b = .b (5-8)
e-

I.b
100

d
V.S V
q= = (5-9)

c.i
I z
I
dimana z = , merupakan besaran modulus tampang.
Sx

y.a
Para peneliti di bidang beton bertulang selanjutnya berusaha menyesuaikan
konsep klasik diatas dengan idealisasi penampang beton bertulang yang telah
mengalami retak. Gambar 5-2 menunjukkan komponen gaya horisontal yang
dialirkan pada daerah retakan besarnnya selalu konstan, sehingga besarnya aliran

un
geser pada daerah tarik selalu konstan dan terdapat selisih gaya tarik pada kedua
potongan (potongan 1-1 dan 2-2) sebesar dT.

C1 C2
@ c
dC=C2 - C1
c
3
dC
do
g.n. d
d −c
T1 As dT=T2 - T1 3 dT
T2
do

Gambar 5-2 Analogi Geser Balok Beton Bertulang

Pada gambar 5-2 dapat dilihat bahwa di bawah garis netral terjadi gaya
geser sebesar:
i
sw

M2 M1 (5-10)
dC = dT = T2 − T1 = −
(
d −c
3
) (d − c 3 )
dC =
(M2 − M1 ) (5-11)
(d − c 3)
:

dengan mensubstitusikan nilai M2 − M1 = V .dx , maka:


ail

dC = (V .dx ) (5-12)
(d − c 3)
dengan lebar balok (b) maka tegangan geser beton yang terjadi di bawah garis
m

netral sebesar:
dC V .dx V
υ= = = (5-13)
(
b.dx dx.b. d − c ) b.(d − c 3)
e-

3
101

d
dengan alasan besaran c 3 bervariasi dan nilainya sangat kecil sehingga dapat

c.i
diabaikan maka:
V
υ= (5-14)
b.d

y.a
dimana:
V = tegangan geser beton (MPa)
b = lebar balok (mm)

un
d = jarak antara sisi luar beton tertekan dan tulangan tarik (mm)
Hal ini membuktikan bahwa pengaruh geser pada balok beton bertulang
sangat dipengaruhi ukuran penampang melintang (b dan d) Bekerjanya beban

@
transversal selalu mengakibatkan timbulnya pengaruh geser sampai pada suatu
nilai pembebanan tertentu dicapai tahapan kritis, dimana jika tetap dilakukan
penambahan beban maka akan terjadi kegagalan struktur.
do
Untuk keperluan perancangan geser pada komponen struktur non-pratekan,
SNI 03-2847-2002 mengijinkan penampang yang jaraknya kurang daripada d dari
muka tumpuan boleh direncanakan terhadap gaya geser Vu yang nilainya sama
do

dengan gaya geser yang dihitung pada titik sejarak d. Ketentuan diatas boleh
dipergunakan jika: (1) 1eban bekerja pada atau dekat permukaan atas komponen
struktur, (2) tidak ada beban terpusat bekerja di antara muka tumpuan dan lokasi
i

penampang kritis yang didefinisikan


sw

Vu Vu Vu
d d d
:
ail

Vu
m

Vu
e-

Gambar 5-3 Lokasi geser maksimum untuk perencanaan


102

d
B. Kekuatan Geser Nominal

c.i
Komponen struktur, kecuali komponen struktur-lentur-tinggi, yang
menerima beban geser harus direncanakan menurut ketentuan berikut:

y.a
Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada:
Vu≤ ϕ .Vn (5-15)
dengan
Vu = gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau

un
ϕ = factor reduksi kekuatan (0,75)
Vn = kuat geser nominal yang dihitung dari:

Vn=Vc+Vs
dengan @
Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton
(5-16)
do
Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser

1. Kekuatan geser nominal beton


do

Sesuai dengan sifat beban yang bekerja pada komponen struktur non-
pratekan, maka kuat geser Vc yang disumbangkan oleh beton ditentukan sebagai
berikut:
i

a) Untuk komponen struktur yang dibebani geser dan lentur berlaku,


sw

 f ' 
 c 
Vc =   bw d (5-17)
 6
 
:

atau dapat juga dihitung secara rinci dengan ketentuan:


ail

 V d b d
Vc =  fc' + 120 ρw u  w (5-18)
 Mu  7
m

tetapi tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,3 fc' bwd. Besaran Vud/Mu

tidak boleh diambil melebihi 1,0, di mana Mu adalah momen terfaktor yang
e-

terjadi bersamaan dengan Vu pada penampang yang ditinjau.


103

d
c.i
b) Untuk komponen struktur yang dibebani tekan aksial,

 Nu  fc' 

Vc =  1 + 
bw d (5-19)

y.a
 14 Ag  6
  

Besaran Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa.

un
atau dapat juga dihitung secara rinci dengan ketentuan:
Persamaan (5-18) boleh digunakan untuk menghitung Vc dengan nilai Mm
menggantikan nilai Mu dan nilai Vu d/M u boleh diambil lebih besar daripada
1,0, dengan

M m = M u − Nu
@
(4h − d ) (5-20)
do
8

Tetapi dalam hal ini, Vc tidak boleh diambil lebih besar daripada:
do

0,3Nu
Vc = 0,3 fc' bw d 1 + (5-21)
Ag

Besaran Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa. Bila Mm yang dihitung dengan
i

Persamaan (5-20) bernilai negatif, maka Vc harus dihitung dengan Persamaan


sw

(5-21).

c) Untuk komponen struktur yang dibebani oleh gaya tarik aksial yang cukup
besar, tulangan geser harus direncanakan untuk memikul gaya geser total yang
:

terjadi, kecuali bila dihitung secara lebih rinci sesuai dengan ketentuan:
ail

 0,3Nu  fc '
Vc =  1 +  b d (5-22)
 Ag  6 w
 
m

tapi tidak kurang daripada nol, dengan Nu adalah negatif untuk tarik. Besaran
Nu/Ag harus dinyatakan dalam MPa.
e-
104

d
Dalam menggunakan persamaan-persamaan di atas, harus diperhatikan bahwa

c.i
nilai fc' yang digunakan di dalamnya tidak boleh melebihi 25/3 MPa, dan

untuk komponen struktur bundar, luas yang digunakan untuk menghitung Vc

y.a
harus diambil sebagai hasil kali dari diameter dan tinggi efektif penampang.
Tinggi efektif penampang boleh diambil sebagai 0,8 kali diameter penampang
beton.

2. Kekuatan nominal tulangan geser

un
Jenis-jenis tulangan geser yang dapat digunakan sebagai tulangan geser
terdiri dari:
a) sengkang yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,

@
b) jaring kawat baja las dengan kawat-kawat yang dipasang tegak lurus terhadap
do
sumbu aksial komponen struktur,
c) spiral, sengkang ikat bundar atau persegi.

Untuk komponen struktur non-pratekan, tulangan geser dapat juga terdiri


do

dari:
a) sengkang yang membuat sudut 45° atau lebih terhadap tulangan tarik
longitudinal.
i
sw

b) tulangan longitudinal dengan bagian yang dibengkokkan untuk membuat


sudut sebesar 30° atau lebih terhadap tulangan tarik longitudinal.
c) kombinasi dari sengkang dan tulangan longitudinal yang dibengkokkan.
d) spiral.
:

Bila gaya geser terfaktor Vu lebih besar daripada kuat geser φVc, maka harus
ail

disediakan tulangan geser untuk memenuhi persamaan (5-15) dan (5-16).


a) Untuk penggunaan tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial
komponen struktur, maka
m

Av f y d
Vs = (5-23)
s
e-

dengan Av adalah luas tulangan geser yang berada dalam rentang jarak s.
105

d
Bila sengkang ikat bundar, sengkang ikat persegi, atau spiral digunakan

c.i
sebagai tulangan geser, maka Vs harus dihitung menggunakan Persamaan (5-
23), luas yang digunakan untuk menghitung Vc harus diambil sebagai hasil
kali dari diameter dan tinggi efektif penampang. Tinggi efektif penampang

y.a
boleh diambil sebagai 0,8 kali diameter penampang beton. Nilai Av harus
diambil sebagai dua kali luas batang tulangan pada sengkang ikat bundar,
sengkang ikat persegi, atau spiral dengan spasi s, dan f yn adalah kuat leleh

un
tegangan sengkang ikat bundar, sengkang ikat persegi, atau spiral.
b) Bila sebagai tulangan geser digunakan sengkang miring, maka
Av f y (sin α + cos α )d
Vs = (5-24)
s

@
Dalam hal perencanaan kekuatan geser beton bertulang dengan formulasi di atas,
do
kuat leleh rencana tulangan geser tidak boleh diambil lebih daripada 400 MPa,
kecuali untuk jaring kawat baja las, kuat leleh rencananya tidak boleh lebih
daripada 550 MPa.
do

3. Kebutuhan penulangan geser

a) Jika Vu ≤ 0,50.ϕ.Vc (5-25)


i

untuk kasus ini tidak diperlukan tulangan geser


sw

b) Jika 0,50.ϕ.Vc ≤Vu ≤ ϕ.Vc (5-26)


untuk kasus ini diperlukan tulangan geser minimum, kecuali untuk pelat,
pondasi telapak, dan balok dengan tinggi total yang tidak lebih dari nilai
terbesar di antara 250 mm, 2,5 kali tebal sayap, atau 0,5 kali lebar badan.
:

Perkuatan geser yang diperlukan untuk kasus ini sebesar:


ail

jarak sengkang (s) maksimum ≤ d/2 ≤ 600 mm (5-28)


bw .s
luas tulangan geser minimum Av = (5-29)
3.fy
m

 
c) Jika ϕVc < Vu ≤ ϕVc + ϕ  f ' c 3 .bw .d  (5-30)
   
e-
106

d
untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu yang

c.i
dihitung sebagai berikut:
ϕVs perlu = Vu − ϕVc (5-31)
ϕAv .fy .d
(untuk α=90o)

y.a
ϕVs ada = (5-32)
s
jarak sengkang (s) maksimum ≤ d/2 ≤ 600 mm (5-33)
   
d) Jika ϕVc + ϕ  f ' c 3 .bw .d  < Vu ≤ ϕVc + ϕ  2 f ' c 3 .bw .d  (5-34)
       

un
untuk kasus ini diperlukan tulangan geser dengan kuat geser perlu yang
dihitung menurut Persamaan (5-31) dan (5-32) dengan;
jarak sengkang (s) maksimum ≤ d/4≤ 300 mm (5-35)

 
@ 

e) Jika Vu > ϕVc + ϕ  2 f ' c 3 .bw .d 

(5-36)
do
untuk kasus ini ukuran penampang melintang beton harus diperbesar
sedemikian hingga dicapai:
   
Vu ≤ ϕVc + ϕ  2 f ' c .bw .d  (5-37)
3
do

   

Langkah-langkah dalam perencanaan kekuatan geser beton bertulang


i

disajikan pada Gambar 5-4.


: sw
ail
m
e-
107

d
MULAI

c.i
Diketahui: Vu, f’c, bw, d, fy

y.a
Hitung:
 ' 
 fc 
Vc =   bw d ; jika tidak ada beban aksial
 6 
 

un
 Nu  fc ' 
Vc = 1 +  b d; jika terdapat aksial tekan
 14 Ag  6  w
  
 0,3Nu  fc'
Vc = 1 +  bw d ; jika terdapat aksial tarik
 
 Ag  6

@
Vu > 5.ϕ.Vc
Ya
do
Penampang
diperbesar
Tidak
Ya
Vu ≤ 0,5.ϕ.Vc Tanpa tulangan
do

geser
Tidak
Tidak Ya
0,5.ϕ .Vc < Vu ≤ ϕ.Vc
i

tulangan geser
sw

minimum
ϕVs perlu ≥ Vu − ϕVc

Tentukan Av dan s
:

SELESAI
ail

Gambar 5-4 Bagan Alir Perencanaan Geser


C. Torsi pada Elemen Beton Bertulang
Elemen-elemen struktural pada umumnya difungsikan untuk menganggung
berbagai macam beban layan yang mengakibatkan bekerjanya gaya-gaya dalam
m

yang berupa momen lentur, gaya aksial, gaya geser, dan seringkali dijumpai pula
bekerjanya momen puntir (torsi). Torsi dapat didefinisikan sebagai peristiwa
e-

bekerjanya momen puntir di sepanjang batang yang mengakibatkan terpilinnya


108

d
elemen struktur dalam arah longitudinal. Pada prinsipnya torsi dapat terjadi karena

c.i
bekerjanya beban transversal yang tidak segaris dengan posisi garis berat
penampang. Dalam perhitungan beton bertulang, torsi dibedakan menjadi dua
macam, yaitu: (1) torsi keseimbangan dan (2) torsi keselarasan yang dibedakan

y.a
atas dasar pemicu terjadinya puntiran pada elemen struktur yang dianalisis.
Torsi keseimbangan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang
disebabkan bekerjanya aksi primer, artinya titik tangkap beban yang bekerja pada
elemen yang ditinjau secara individual memang tidak segaris dengan posisi garis

un
berat penampang. Hal ini berakibat terpilinnya elemen struktur yang hanya bisa
ditahan oleh kekuatan elemen yang bersangkutan dalam menahan momen puntir,
sehingga dapat memenuhi prinsip keseimbangan (aksi sama dengan reaksi).

@
Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis struktur statis tertentu.
do
perencanaan puntir tidak
boleh direduksi, karena
do

tidak dapat terjadi


redistribusi momen

a)
i
sw

P1 P2

c) b)
:
ail

Gambar 5-5 Fenomena Torsi Keseimbangan


m
e-
109

d
c.i
a)

y.a
perencanaan puntir boleh
direduksi, karena dapat
terjadi redistribusi momen

un
b)

@
Gambar 5-6 Fenomena Torsi Keselarasan
do
Torsi keselarasan adalah jenis puntiran pada elemen beton bertulang yang
disebabkan bekerjanya aksi sekunder. Jenis torsi ini terjadi karena adanya
kesinambungan antar elemen struktur yang disatukan secara monolith (kaku
do

sempurna) pada sambungan-sambungannya sehingga dalam pergerakan sistem


struktur terjadi dengan mengikuti prinsip keselarasan (compatibility). Hal ini
berakibat bekerjanya beban pada suatu elemen akan mempengaruhi kinerja
i
sw

elemen struktur yang lain. Fenomena torsi semacam ini dijumpai pada jenis
struktur statis tak tertentu, contoh nyata yang paling mudah diamati pada struktur
bangunan gedung adalah fenomena puntir yang terjadi pada balok tepi (eksterior).
Momen torsi dalam balok menimbulkan tegangan geser torsi sehingga
secara akumulatif menambah besaran tegangan geser yang ditimbulkan akibat
:
ail

pengaruh geser lentur. Torsi menyebabkan timbulnya tegangan-tegangan geser


memicu terjadinya tegangan tarik miring yang membentuk sudut kira-kira 45o
terhadap sumbu memanjang dari elemen struktur, dan apabila tegangan tarik yang
m

terjadi melampaui kekuatan tarik beton maka akan terjadi retak-retak diagonal
menyerupai spiral di sekeliling elemen tersebut.
e-
110

d
Pengaruh torsi dalam elemen struktur pada umumnya terjadi secara

c.i
bersamaan dengan efek geser, maka secara otomatis tulangan torsi bisa
digabungkan dengan tulangan geser.

y.a
C. Perencanaan Kekuatan Puntir
Pengaruh puntir dapat diabaikan bila nilai momen puntir terfaktor Tu
besarnya kurang daripada:
untuk komponen struktur non-pratekan:

un
φ fc'  Acp
2 
 (5-38)
12  pcp 
 

φ fc'  Acp
12  pcp
2 

 1 +
3f pc
fc'
@
untuk komponen struktur pratekan:

(5-39)
do
 
Untuk komponen struktur yang dicor secara monolit dengan pelat, lebar
bagian sayap penampang yang digunakan dalam menghitung Acp dan pcp harus
do

sesuai dengan ketentuan berikut:


 untuk balok T maka b = bw + 2.(3.hf ) ;
 untuk balok L maka b = bw + (3.hf ) .
i
sw

1. Perhitungan momen puntir terfaktor Tu


Bila momen puntir terfaktor Tu pada suatu komponen struktur diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan (struktur statis tertentu), dan nilainya
melebihi nilai minimum yang diberikan pada Persamaan (5-38) untuk beton
:

bertulang dan Persamaan (5-39) untuk beton pratekan, maka komponen struktur
ail

tersebut harus direncanakan untuk memikul momen puntir sesuai dengan


ketentuan dalam SNI 03-2847-2002 Butir 11.6(3) hingga Butir 11.6(6).
m

Pada struktur statis tak tentu dimana dapat terjadi pengurangan momen
puntir pada komponen strukturnya yang disebabkan oleh redistribusi gaya-gaya
dalam akibat adanya keretakan (Gambar 5-6), momen puntir terfaktor maksimum
e-

Tu dapat dikurangi menjadi:


111

d
untuk komponen struktur non-pratekan:

c.i
fc'  Acp
2 
φ  (5-40)
3  pcp 
 

y.a
penampang-penampang yang berada dalam jarak d dari muka tumpuan dapat
direncanakan terhadap momen puntir Tu yang bekerja pada penampang sejarak d
dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam
rentang jarak d tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah

un
diambil pada muka tumpuan.
untuk komponen struktur pratekan:

fc'  Acp
2 
 1 + 3f pc
φ
3  pcp


 fc'
@ (5-41)

penampang-penampang yang berada dalam jarak h/2 dari muka tumpuan dapat
do
direncanakan terhadap momen puntir Tu yang bekerja pada penampang sejarak
h/2 dari muka tumpuan. Jika terdapat beban puntir terpusat yang bekerja di dalam
rentang jarak h/2 tersebut, maka penampang kritis untuk perencanaan haruslah
do

diambil pada muka tumpuan.


Dalam hal ini, nilai-nilai momen lentur dan geser yang telah
diredistribusikan pada komponen struktur yang berhubungan dengan komponen
i
sw

struktur yang ditinjau harus digunakan dalam perencanaan komponen struktur


tersebut, sedangkan beban puntir dari suatu pelat boleh dianggap terdistribusi
merata di sepanjang komponen yang ditinjau kecuali bila dilakukan analisis yang
lebih eksak.
:

2. Kuat lentur puntir


ail

Dimensi penampang melintang harus memenuhi ketentuan berikut:


untuk penampang solid:
m

2 2
 Vu   T p   2 fc' 
  +  u h  ≤ φ  Vc +  (5-42)
 bw d   1,7 A 2   bw d 3 
 oh   
e-
112

d
untuk penampang berongga:

c.i
 Vu   Tu ph   2 fc' 
  +  ≤ φ  Vc +  (5-43)
 w   1,7 Aoh   bw d 
b d 2 3
  

y.a
Aoh dapat ditentukan berdasarkan Gambar 5-7

Acp = x0.y0
pcp = 2(x0+y0)

un
y1 y0 Aoh = x1.y1
ph = 2(x1+y1)

x1

x0 @ sengkang
do
i do
sw

Aoh = daerah yang


diarsir
:

Gambar 5-7 Definisi Parameter Torsi Beton Bertulang


ail

Jika tebal dinding bervariasi di seputar garis keliling penampang berongga,


maka Pers. (5-43) harus dievaluasi pada lokasi dimana ruas kiri Pers. (5-43)
m

mencapai nilai maksimum, sedangkan apabila tebal dinding adalah kurang


daripada Aoh/ph, maka nilai suku kedua pada Pers. (5-43) harus diambil sebesar
e-
113

d
 Tu 
  (5-44)

c.i
 1,7 Aoh t 
dengan t adalah tebal dinding penampang berongga pada lokasi di mana
tegangannya yang sedang diperiksa.

y.a
Tulangan yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus ditentukan dari:
φTn ≥ Tu (5-45)
dengan Tu adalah momen puntir terfaktor pada penampang yang ditinjau dan Tn

un
adalah kuat momen puntir nominal penampang. Dalam kondisi aktual kuat puntir
nominal penampang (Tn) sesungguhnya disumbangkan oleh kuat puntir nominal
beton (Tc) dan kuat momen puntir nominal tulangan puntir (Ts), tetapi dengan

sehingga dapat diabaikan. @


alasan penyederhaan desain maka besaran Tc diasumsikan sama dengan nol

Tulangan sengkang untuk puntir harus direncanakan berdasarkan persamaan


do
berikut:
2 Ao At f yv
Tn = cot θ (5-46)
s
do

dengan
Ao, kecuali ditentukan berdasarkan analisis, dapat diambil sebesar 0,85Aoh ,
dan kuat leleh rencana untuk tulangan puntir non-pratekan tidak boleh
i
sw

melebihi 400 MPa.


Nilai θ tidak boleh kurang daripada 30 derajat dan tidak boleh lebih besar
daripada 60 derajat. Nilai θ boleh diambil sebesar:
a) 45 derajat untuk komponen struktur non-pratekan atau komponen
:

struktur pratekan dengan nilai pratekan yang besarnya tidak melebihi


ail

ketentuan pada Butir di bawah ini,


b) 37,5 derajat untuk komponen struktur pratekan dengan gaya pratekan
efektif tidak kurang daripada 40 persen kuat tarik tulangan longitudinal.
m

Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk menahan puntir


tidak boleh kurang daripada:
e-
114

d
At  f yv 
Al = ph  cot 2 θ (5-47)

c.i
s f 
 yt 
dengan θ adalah nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Pers. (5-46)
dan At/s harus dihitung dari Pers. (5-46).

y.a
Tulangan untuk menahan puntir harus disediakan sebagai tambahan
terhadap tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur, dan
aksial yang bekerja secara kombinasi dengan gaya puntir. Dalam hal ini,

un
persyaratan yang lebih ketat untuk spasi dan penempatan tulangan harus dipenuhi.
3. Ketentuan tulangan puntir minimum

Luas minimum tulangan puntir harus disediakan pada daerah dimana

@
momen puntir terfaktor Tu melebihi nilai yang disyaratkan pada Persamaan (5-38)
atau (5-39).
do
Bilamana diperlukan tulangan puntir berdasarkan ketentuan di atas, maka luas
minimum tulangan sengkang tertutup harus dihitung dengan ketentuan:
75 f' c bw s
Av + 2At = (5-48)
do

1200 f yv

1 bw s
namun (Av + 2At ) tidak boleh kurang dari .
3 f yv
i
sw

sedangkan luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan
ketentuan:

5 fc' Acp A  f yv
Al , min = − t  ph (5-49)
:

12f yl  s  f yl
ail

At
dengan tidak kurang dari bw / 6f yv .
S
m

4. Spasi tulangan puntir


Dalam pemasangan tulangan puntir harus diperhatikan ketentuan-ketentuan
e-

berikut:
115

d
a) Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara ph/8

c.i
atau 300 mm.
b) Tulangan longitudinal yang dibutuhkan untuk menahan puntir harus
didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi tidak

y.a
melebihi 300 mm. Batang atau tendon longitudinal tersebut harus berada di
dalam sengkang. Pada setiap sudut sengkang tertutup harus ditempatkan
minimal satu batang tulangan atau tendon longitudinal. Diameter batang
tulangan longitudinal haruslah minimal sama dengan 1/24 spasi sengkang,

un
tetapi tidak kurang daripada 10 mm.
c) Tulangan puntir harus dipasang melebihi jarak minimal (bt + d) di luar daerah
dimana tulangan puntir dibutuhkan secara teoritis.

@
Langkah-langkah perencanaan puntir pada balok beton bertulang disajikan
dalam Gambar 5-8.
do
i do
: sw
ail
m
e-
116

d
c.i
MULAI

Data: bw, h, d, x0, y0, x1, y1, fyv, fyl, f’c, θ

y.a
Hitung Vu dan Tu pada daerah kritis sejarak d di muka tumpuan,
f 'c  A 2 cp 
Untuk jenis torsi keselarasan: Tu ≤ ϕ. . 
 
3  pcp 

un
Torsi Tidak  A 2 cp 
f 'c
Tu > ϕ. . 
diabaikan  pcp 

Hitung penulangan
geser (Gambar 5-4)
@ 12  

Ya
do
2 2
 Vu   T p   V 2 fc' 
  +  u h2  ≤ φ  c +
 1,7 A   bw d 3 
do

 bw d   oh  

Tidak

Perbesar ukuran Ya
i

penampang
sw

Hitung:
At Tn
= ; Ao = 0,85.Aoh
s 2.Ao .fy v . cot θ

At  f yv  '
5 fc Acp  At  fyv At
ph  cot 2 θ ≥ Al ,min = −   ph ;
:

Al = ≥ bw / 6f yv
s  f yl  12fyl  s  fyl s
 
ail

A
m
e-
117

d
A

c.i
Hitung:
1 bw s
Luas total sengkang/dua kaki: Av t = 2.At + Av ≥

y.a
3 fyv

Luasan sengkang dua kaki


Jarak sengkang: s=
Av t
s
ph
Jarak maksimum: smax = ≤ 300mm

un
8

SELESAI

@
Gambar 5-8 Bagan Alir Perencanaan Torsi Beton Bertulang Solid

D. Contoh-Contoh Aplikasi
do
Contoh 5-1
Rencanakan penulangan geser dengan sengkang vertikal yang dibutuhkan untuk
do

balok dengan tumpuan sederhana seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Elemen balok tersebut memiliki bentang (L) 6,6 m, lebar tumpuan 0,30 m, lebar
balok (bw) 300 mm, tinggi balok (h) 550 mm, selimut beton 40 mm, diameter
i

sengkang 10 mm, dan diameter tulangan pokok 22 mm, kuat tekan karakteristik
sw

beton (f’c) 25 MPa dan kuat leleh baja (fy) 400 MPa. Beban yang bekerja berupa
beban mati (qDL) sebesar 3 t/m (termasuk berat sendiri) dan beban hidup (qLL)
sebesar 2,5 t/m.
:

6,6 m
ail

550 mm
m

0,30 m

300 mm
e-

Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 5-4)


118

d
Hitung perkiraan tinggi efektif balok (d)

c.i
d = 550 − 40 − 10 − 22 = 489mm
2
Posisi penampang kritis sejarak d di muka tumpuan;
 0,30 + 0,489 = 0,639m  ≈ 0,600m dari ujung bentang teoritis.

y.a
 2 
Hitung besaran gaya geser yang menentukan
qDL .L
VDL = − qDL .0,600
2

un
3.6,6
= − 3.0,600 = 8,1ton
2
qLL .L
VLL = − qLL .0,600

=
2
2,5.6,6
2
@
− 2,5.0,600 = 6,75ton
do
VU = 1,2.VDL + 1,6.VLL
= 1,2.8,1 + 1,6.6,75 = 20,52ton
= 205,2kN
do

Hitung kapasitas geser beton


f 'c 25
Vc = .bw .d = .300.489
6 6
i

= 122250N
sw

ϕ.Vc = 0,75.122250

= 91687,5N
3.ϕ.Vc = 3.91687,5

= 275062,5N
:

Hitung spasi sengkang


ail

91687,5N < 205200N < 275062,5N

ϕ.Vc < Vu < 3.ϕ.Vc Diperlukan tulangan geser


m

ϕ.Vs = Vu − ϕ.Vc

= 205200 − 91687,5 = 113512,5N


e-

ϕ.Vs 113512,5
Vs = = = 151350N
ϕ 0,75
119

d
Av .fy .d
s =

c.i
Vs

=
(2.0,25.π .10 ).320.489
2

151350

y.a
= 162,4038mm
≈ 150 mm
Berdasarkan persyaratan spasi sengkang dapat ditentukan:
 Spasi sengkang untuk memenuhi syarat kekuatan= 150 mm

un
 Spasi sengkang maksimum= d 2 < 600mm

d = 489 = 244,5mm ≈ 240 mm


2 2


s=
@
Spasi maksimum umum tulangan geser minimum
( )
3.Av .fy 3. 2.0,25.π .10 2 .320
bw
=
300
= 502,655mm ≈ 500 mm
do
Daerah batas perubahan spasi sengkang:
Vu = ϕ .Vc = 91687,5N = 9,1689ton
do

qu .L
= − qu .x
2
 (1,2.3 + 1,6.2,5 ).6,6  − 9,1689
 2 
x = = 2,09m di muka tumpuan
i

(1,2.3 + 1,6.2,5)
sw

Selanjutnya dapat ditentukan pemasangan sengkang untuk:


 Spasi sengkang untuk dareah dimana Vu > ϕ.Vc (masing-masing berjarak
2,25 m dari kedua ujung tumpuan, baik sisi kanan maupun kiri) digunakan
sengkang tertutup ∅10-150
:

 Spasi sengkang untuk dareah dimana Vu ≤ ϕ.Vc (bagian tengah sepanjang


ail

2,1 m) digunakan sengkang tertutup ∅10-240


m
e-
120

d
c.i
y.a
2,25 m 2,10 m 2,25 m

un
∅8-150 ∅8-240 ∅8-150

Contoh 5-2
@
Rencanakan tulangan geser untuk penampang kolom persegi berukuran bw = 300
do
mm, h = 450 mm, dan d = 400 mm, menahan gaya aksial tekan 40 ton (beban
mati), dan 25 ton (beban hidup). Gaya lintang yang bekerja sebesar 6 ton (beban
mati) dan 4 ton (beban hidup). Material yang digunakan adalah beton dengan kuat
do

tekan karakteristik 20 MPa dan baja untuk tulangan geser berdiameter 8 mm


dengan kuat leleh 400 MPa.

Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 5-4)


i
sw

Hitung kapasitas geser beton


Nu = 1,2.NDL + 1,6.NLL
= 1,2.40 + 1,6.25
= 88ton
:

= 880000N
ail

 Nu  fc' 
Vc = 1 +  b d
 14 Ag  6  w
  

88000  20 
m


= 1 +  300.400 = 131088,0063N
 14(300.450 )  6 

ϕ.Vc = 0,75.131088,0063 = 98316,0047N


e-

Hitung kebutuhan tulangan geser


121

d
Vu = 1,2.VDL + 1,6.VLL

c.i
= 1,2.60000 + 1,6.40000 = 136000N
ϕ.Vc < Vu < 3.ϕ.Vc Diperlukan tulangan geser
ϕ.Vs = Vu − ϕ.Vc

y.a
= 136000 − 98316,007 = 37683,99528N
37683,99528
Vs = = 50245,327N
0,75

un
Av .fy .d
s =
Vs

=
(2.0,25.π .8 ).320.400
2

= 256,1027 mm
≈ 250 mm
50245,327

@
do
Berdasarkan persyaratan spasi sengkang dapat disimpulkan
 Spasi sengkang untuk memenuhi syarat kekuatan= 250 mm
 Spasi sengkang maksimum= d 2 < 600mm
do

d = 400 = 200mm
2 2
 Spasi maksimum umum tulangan geser minimum
i

( )
3.Av .fy 3. 2.0,25.π .8 2 .320
sw

s= = = 321,6991mm ≈ 320 mm
bw 300

Menurut perhitungan di atas, maka sengkang harus dipasang dengan jarak 200
mm (∅8-200).
:

Contoh 5-3
ail

Rencanakan penulangan untuk penampang balok T dengan dimensi tergambar


yang menerima beban geser terfaktor (Vu) sebesar 200 kN, dan momen torsi
m

terfaktor:
a) Tu = 50 kN.m (torsi keseimbangan)
b) Tu = 40 kN.m (torsi keselarasan)
e-
122

d
Jika digunakan tulangan lentur (As) = 4D25 (1963,495 mm2)

c.i
kuat tekan beton (f’c) = 28 MPa
kuat leleh baja (fy) = 400 MPa

y.a
1150 mm

hf =100 mm

3.hf 3.hf

un
550
300 mm 300 mm

0
350

@
Penyelesaian: (Cara perencanaan sesuai bagan alir pada Gambar 5-8)
Kasus (a)
do
Diasumsikan bagian sayap (flens) tidak menyatu secara monolith dengan bagian
badan (web), maka:
Acp = 350 x 650 = 227500 mm 2
do

Pcp = 2(350 + 650 ) = 2000mm

Catatan: jika dalam penyelesaian yang lain diasumsikan bagian sayap


i

menyatu secara monolith dengan bagian badan, maka:


sw

Acp = 350 x 650 + 2(300 x100 ) = 287500 mm 2

Pcp = 2(350 + 650 ) + 2 x 2(300 + 100 ) = 3600mm

Hitung batasan nilai momen torsi yang boleh diabaikan:


:

f ' c  A 2cp 
Tu = ϕ. .
12  pcp 
ail

28  287500 2 
= 0,75. .  = 7593329,228N.mm = 7,5933kN.m
12  3600 
m

Tu = 50kN.m > 7,5933kN.m maka torsi harus diperhitungkan.

Hitung tahanan momen torsi yang diperlukan (Tn)


e-
123

d
Tu 50kN.m
Tn = = = 66,6667kN.m = 66,6667 x10 6 N.mm

c.i
ϕ 0,75

Hitung sifat-sifat tampang datar yang diperlukan


Ao = 0,85.Aoh , di mana Aoh merupakan bagian luasan penampang yang dibatasi

y.a
garis berat sengkang tertutup. Jika diasumsikan diameter sengkang 10 mm dan
selimut beton yang digunakan setebal 40 mm, maka:
x1 = 350 − 2.( 40 + 5) = 260mm

un
y1 = 650 − 2.( 40 + 5) = 560mm

Aoh = x1.y1 = 260.560 = 145600 mm 2

Ao = 0,85.Aoh = 0,85.145600 = 123760 mm 2

ph
= 650 − 40 − 10 − 25
@2
= 587,5mm

= 2.( x1 + y 1 ) = 2.( 260 + 560 ) = 1640 mm


do
Nilai θ ditetapkan 45o karena merupakan komponen struktur non-pratekan,
sehingga nilai cot θ = 1,0
do

Periksa kecukupan dimensi penampang menurut Persamaan (5-42)


2 2
 Vu   T p   V 2 fc' 
  +  u h2  ≤ φ  c +
   bw d 3 
 bw d   1,7 Aoh  
i

 f 'c   
sw

Vc =  .bw .d =  28 .350.587,5 = 181344,2044N


 6   6 
   
2
2
 200000   50000000 .1640   181344,2044 2 28 
  +   ≤ φ  + 
2   350.587,5 
 350.587,5   1,7.145600   3 
:

2,4745MPa < 3,3073MPa Maka kuat lentur tampang mencukupi


ail

Hitung kebutuhan tulangan torsi


At Tn 66,6667 x10 6
= =
s 2.Ao .fy v . cot θ 2.123760.400.1,0
m

= 0,6735mm 2 / mm / satu kaki


e-

Hitung kebutuhan tulangan geser


124

d
 f 'c   
Vc =  .bw .d =  28 .350.587,5 = 181344,2044N

c.i
 6   6 
   
ϕ.Vc = 0,75.181344,2044 = 136008,1533N
Vu 200000

y.a
Vn perlu = = = 266666,6667N
ϕ 0,75

dengan demikian ϕ.Vc < Vu < 3.ϕ.Vc , sehingga perlu tulangan geser
Vu
Vs perlu = − Vc = 266666,6667 − 181344,1533 = 85322,5134N
ϕ

un
Av V 85322,5134
= s = = 0,3631mm 2 / mm / dua kaki
s fy .d 400.587,5

Avt 2.At Av
s
=
s
+
s
@
= 2.0,6735 + 0,3631 = 1,7098mm 2 / mm / dua kaki

dengan sengkang berdiameter 10 mm, maka luasan dua kaki


do
Aφ 10 = 0,25.π .10 2.2 = 157,0796mm 2 / dua kaki

Aφ 10 157,0796
s= = = 91,8705mm ≈ 90 mm
Avt 1,7098
s
do

syarat pemasangan tulangan torsi:


ph
s < smax = ≤ 300mm
8
i
sw

1640
90 < smax = = 205mm ≤ 300mm memenuhi syarat
8
1 bw s
Avt ≥
3 fyv

1 350.75
:

Avt ≥
3 400
ail

157,0796mm 2 ≥ 21,875mm 2 memenuhi syarat

Maka digunakan sengkang tertutup ∅10-90


m

Kebutuhan tulangan torsi arah longitudinal

At  fyv 
Al = ph  cot 2 θ
s  
 fyl 
e-
125

d
 400  2
Al = 0,6735.1640. 1,0 = 1104,54mm 2

c.i
 400 
'
5 fc Acp  A  fyv
Al ,min = −  t  ph
12fyl  s  fyl

y.a
At
≥ bw / 6fyv = 350 = 0,1458
s 6.400

5 28. 227500 400


Al ,min = − (0,6735 ).1640.
12.400 400

un
Al ,min = 1253,8759 − 1104,54 = 149,4359mm 2

Al = 1104,54 > Ai min = 149,4359 Memenuhi syarat


Maka digunakan tulangan torsi arah longitudinal 1104,54 mm2

@
Dalam pemasangannya tulangan torsi longitudinal (Al) disebar;
1
4
Al dipasang di
do
1 1
sisi atas, Al di sisi bawah dan Al didistribusikan merata pada muka tampang
4 2
arah vertikal untuk memenuhi ketentuan jarak maksimum tulangan longitudinal
sebesar 300 mm, sehingga:
do

1
 Tulangan bagian atas: 1104,54mm 2 = 276,135mm 2
4

Dipakai 2D16 = 402,1239mm 2


i
sw

1
 Tulangan bagian badan: 1104,54mm 2 = 552,27mm 2
2

Dipakai 2D19 = 567,0575mm 2


1
 Tulangan bagian bawah: As + Al
4
:

1
ail

4D25 + 1104,54mm 2 = 2239,63mm 2


4
1
1963,495 + 1104,54mm 2 = 2239,63mm 2
4
m

Dipakai 4D28 = 2463,0086mm 2


e-
126

d
c.i
2D16
650

y.a
2D19
∅10-90

4D28
350

un
Kasus (b)
Diasumsikan bagian sayap (flens) tidak menyatu secara monolith dengan bagian
badan (web), maka:
Acp = 350 x 650 = 227500 mm 2

Pcp = 2(350 + 650 ) = 2000mm


@
do
Hitung batasan nilai momen torsi yang boleh diabaikan:

f ' c  A 2cp 
Tu = ϕ. .
12  pcp 
do

28  287500 2 
= 0,75. .  = 7593329,228N.mm = 7,5933kN.m
12  3600 
i

Tu = 40kN.m > 7,5933kN.m maka torsi harus diperhitungkan.


sw

Hitung batas atas nilai momen torsi yang harus diperhitungkan pada torsi
keselarasan yang disertai redistribusi momen:

f ' c  A 2cp 
Tu = ϕ. .
3  pcp 
:
ail

28  287500 2 
= 0,75. .  = 30373316,92N.mm = 30,3733kN.m
3  3600 

Tu = 40kN.m > 30,3733kN.m


m

Maka momen torsi yang diperhitungkan adalah Tu = 30,3733kN.m

Hitung tahanan momen torsi yang diperlukan (Tn)


e-
127

d
Tu 30,3733kN.m
Tn = = = 40,4978kN.m = 40,4978 x10 6 N.mm

c.i
ϕ 0,75

Hitung sifat-sifat tampang datar yang diperlukan


Ao = 0,85.Aoh , di mana Aoh merupakan bagian luasan penampang yang dibatasi

y.a
garis berat sengkang tertutup. Jika diasumsikan diameter sengkang 10 mm dan
selimut beton yang digunakan setebal 40 mm, maka:
x1 = 350 − 2.( 40 + 5) = 260mm

un
y1 = 650 − 2.( 40 + 5) = 560mm

Aoh = x1.y1 = 260.560 = 145600 mm 2

Ao = 0,85.Aoh = 0,85.145600 = 123760 mm 2

ph
= 650 − 40 − 10 − 25
@
2
= 587,5mm

= 2.( x1 + y 1 ) = 2.( 260 + 560 ) = 1640 mm


do
Nilai θ ditetapkan 45o karena merupakan komponen struktur non-pratekan,
sehingga nilai cot θ = 1,0
do

Periksa kecukupan dimensi penampang menurut Persamaan (5-42)


2 2
 Vu   T p   V 2 fc' 
  +  u h2  ≤ φ  c +
 1,7 A   bw d 3 
 bw d   oh  
i

 f 'c   
sw

Vc =  .bw .d =  28 .350.587,5 = 181344,2044N


 6   6 
   
2
 200000 
2
 30373316,92.1640   181344,2044 2 28 
  +   ≤ φ  + 
 350 . 587,5   1,7 .145600 2
  350 . 587,5 3 
 
:

1,6901MPa < 3,3073MPa Maka kuat lentur tampang mencukupi


ail

Hitung kebutuhan tulangan torsi


At Tn 40,4978 x10 6
= =
s 2.Ao .fy v . cot θ 2.123760 .400.1,0
m

= 0,409mm 2 / mm / satu kaki


e-

Hitung kebutuhan tulangan geser


128

d
 f 'c   
Vc =  .bw .d =  28 .350.587,5 = 181344,2044N

c.i
 6   6 
   
ϕ.Vc = 0,75.181344,2044 = 136008,1533N
Vu 200000

y.a
Vn perlu = = = 266666,6667N
ϕ 0,75

dengan demikian ϕ.Vc < Vu < 3.ϕ.Vc , sehingga perlu tulangan geser
Vu
Vs perlu = − Vc = 266666,6667 − 181344,1533 = 85322,5134N
ϕ

un
Av V 85322,5134
= s = = 0,3631mm 2 / mm / dua kaki
s fy .d 400.587,5

Avt 2.At Av
s
=
s
+
s
@
= 2.0,409 + 0,3631 = 1,1812mm 2 / mm / dua kaki

dengan sengkang berdiameter 10 mm, maka luasan dua kaki


do
Aφ 10 = 0,25.π .10 2.2 = 157,0796mm 2 / dua kaki

Aφ10 157,0796
s= = = 132,9863mm ≈ 125 mm
Avt 1,1812
s
do

syarat pemasangan tulangan torsi:


ph
s < smax = ≤ 300mm
8
i
sw

1640
125 < smax = = 205mm ≤ 300mm memenuhi syarat
8
1 bw s
Avt ≥
3 fyv

1 350.75
:

Avt ≥
3 400
ail

157,0796mm 2 ≥ 21,875mm 2 memenuhi syarat

Maka digunakan sengkang tertutup ∅10-125


m

Kebutuhan tulangan torsi arah longitudinal

At  fyv 
Al = ph  cot 2 θ
s  
 fyl 
e-
129

d
 400  2
Al = 0,409.1640. 1,0 = 670,76mm 2

c.i
 400 
'
5 fc Acp  A  fyv
Al ,min = −  t  ph
12fyl  s  fyl

y.a
At
≥ bw / 6fyv = 350 = 0,1458
s 6.400

5 28. 227500 400


Al ,min = − (0,409 ).1640.
12.400 400

un
Al ,min = 1253,8759 − 670,76 = 583,2159mm 2

Al = 670,76 > Ai min = 583,2159 Memenuhi syarat


Maka digunakan tulangan torsi arah longitudinal 670,76 mm2

@
Dalam pemasangannya tulangan torsi longitudinal (Al) disebar;
1
4
Al di sisi atas
do
1 1
penampang, Al di sisi bawah dan Al didistribusikan secara merata pada muka
4 2
tampang arah vertikal untuk memenuhi ketentuan jarak maksimum tulangan
longitudinal sebesar 300 mm, sehingga:
do

1
 Tulangan bagian atas: 670,76mm 2 = 167,79mm 2
4

Dipakai 2D12 = 226,1947mm 2


i
sw

1
 Tulangan bagian badan: 670,76mm 2 = 335,38mm 2
2

Dipakai 2D16 = 402,1239 mm2


1
 Tulangan bagian bawah: As + Al
4
:

1
ail

4D25 + 670,76mm 2 = 2131,1854 mm 2


4
1
1963,495 + 670,76mm 2 = 2131,1854mm 2
4
m

Dipakai 4D28 = 2463,0086mm 2


e-
130

d
c.i
2D12
650

2D16

y.a
∅10-125

4D28
350

un
@
do
i do
: sw
ail
m
e-

Anda mungkin juga menyukai