Anda di halaman 1dari 18

RESUME PBL

SKENARIO 5
“NYERI PERUT KANAN ATAS”

NAMA : SANGGA ADI YUDHANEGARA


NPM : 119170163
KELOMPOK : 9A
TUTOR : dr.TISSA OCTAVIRA P., MMedEd

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 5
“NYERI PERUT KANAN ATAS”

Seorang wanita usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan
atas. Keluhan di sertai dengan buang air besar dan feses yang berwarna pucat.
Keluhan di rasa semakin memberat Ketika makan makanan berlemak. Setelah di
lakukan pemeriksaan fisik, dokter menyarankan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang lanjutan pada saluran empedu.

STEP 1 CLARIFY UNFAMILIAR TERMS


1. Saluran empedu adalah struktur tabung panjang yang membawa empedu.
2. Empedu adalah cairan pencernaan yang berwarna kuning yang di produksi
oleh pigmen hati berfungsi untuk absorpsi lemak.

STEP 2 DEFINE THE PROBLEMS


1. Bagaimana struktuk mikroskopis dan makroskopis saluran empedu ?
2. Mengapa wanita tersebut mengeluhkan sakit perut pada kanan atas ?
3. Mengapa dengan mengkonsumsi makanan yang berlemak dapat
memperparah?
4. Mengapa feses pasien berwarna pucat?

STEP 3 BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESES OR EXPLANATION


1. Vesica biliaris ini biasanya menampung sekitar 40-70ml cairan empedu
kemudian vesica ini terdiri atas 3 bagian utama, yaitu terdapat bagian fundus,
collum serta corpus. untuk struktur lebih lanjutnya terdapat tunica mucosa,
tunica serosa serta plica mucosa yang terdiri di corpus vesica biliaris. kemudia
terdapat pula struktur yang dinamakan plica spiralis dimana plica ini
dinamakan spiralis karena bentuknya yang seperti spiral, terdapat pula ductus
cysticus yang berada di skitar plica spiralis. kemudian nantisaluran ke ductus
hepaticus communis dmana apabila ke arah atas akan dibagi menjadi dua
cabang, yaitu ductus hepaticus sinister serta ductus hepaticus dexter dan
apabila ke arah bawah annati menjadi duktus choledochus yang muaranya
akan ke pars descendens dari duodenum, tepatnya papilla duodeni major serta
dalam perjalananya dapat bergabung dengan ductus pancreaticus.
2. karena ada kemungkinan wanita tersebut adanya penyumbatan pada ductus
biliaris
3. Makanan masuk ke duodenum, Kandung empedu mengkosongkan isinya
dengan kontraksi, , Kandung empedu mengosongkan seluruh isinya
4. Karena adanya pigmen bilirubin yang tidak dapat mencapai kantung empedu.

STEP 4 ARRANGE EXPLANATIONS INTO A TENTATIVE SOLUTION


1. Makroskopis
Letak vesical fellea dihimpit oleh hepar, lobusnya dan berada di abdomen
kanan bagian atas vesica fellea panjangnya 7-10 cm, terdapat fundus yang
terletak cartilage costa IX, corpus bersentuhan dengan facies visceralis hepar,
colon transversum, superior duodenum sedangkan collum terdapat runcing ke
arah porta hepatis. ductus cysticus terdapat valvula spiralis atau plica spirali,
menghubungkan collum dan ductus hepaticus communis. vaskularisasinya
Arteri cystica yang menghantarkan darah dari ductus choleoduchus dan
cysticus dan vena cystica yang menyalurkan darah dari tractus billiaris dengan
hepar melalui vena porta hepatica. secara histologi ductus hepaticus, cysticus,
dan choleoduchus dilapisi oleh membrane mukosa epitel selapis silindri,
terdapat juga lamina propria dan submukosatipis dan kelenjar mukosa dan
muskularis tipis. Batas-Batas vesica fellea
a. Anterior: Dinding anterior abdomen dan facies inferior hepatis.
b. Posterior: Colon transversum dan bagian pertama dan kedua duodenum
Bagian:
a. Fundus : Di marga inferior hepar
b. Corpus : Berhubungan dengan facles ulseralis hepar ke arah atas,
belakang, kiri
c. Collum
d. Vaskularisasi: Arteria cystica, cabang arteria hepatica dextra, mendarahi
vesica biliaris. Vena cystica mengalirkan darah langsung ke vena porta.
Sejumlah arteri dan vena kecil juga berjalan di antara hepar dan vesica
felea.
Aliran Limfe. Cairan limfe mengalir ke nodus lymphaticus cysticus yang
terletak dekat collum vesicae biliaris. Dari sini, pembuluh limfe berjalan ke
nodi hepatici dengan berjalan sepanjang perjalanan arteria hepatica dan
kemudian ke nodi coeliaci.
struktur mikroskopisnya tunica mukosa yang dimana tunica mukosa ini
terdiri atas epitel kolumner selapis yang tinggi dengan terdiri atas mikrovili,
sitoplamanya terdiri atas warna merah pucat dan inti yang bearad di basal.
Lamina basalnya halus serta lamina proprianya terdri atas jaringan ikat dan
banyak pembuluh darah. tidak meiliki submukosa serta tunika muskularisnya
terdiri atas serabut otot polos tebal yang sirkuler longitudinale serta oblig.
2. Posisi nya karena ada kesalahan pada saluran empedu, yang posisinya di
abdomen, pada regio lumbalis dextra, adanya nyeri karena adanya sumbatan
batu empedu, batu empedu berusaha di keluarkan, dan pada kandung empedu
tersumbat dan adanya kontraksi adanya nyeri, bersifat tegang otot, nyeri colik
karena adanya obtruksi atau peradangan pada abdomen.
1. di ketahui adanya batu ampedu adanya senyawa garam untuk mengalirkan
kolestrol yang menyebabkan sulitnya mengeluarkan batu empedu.
2. tiap tiap bahan masuk ke empedu ke kanalikulus ,fosfatdikoli masuk ke
empedu dan menghasilkan kolesterol dan masuk ke ductus,
3. empedu di hasilkan sel hepatosit menghasilkan kolestrol yang
berkonjungasi membetuk garam empedu, sumbatan akan menyebabkan
nyeri karena adanya kolestrol dalam tubuh, sehinggan akan menyebabkan
pada kandung empedu tersebut ,untuk kandungan empedu terdiri dari air,
natrium, kalsium, dan ion di karbonat.
4. Fungsinya empedu ada 2 fungsi memainkan pencernaan dan absorsi dari
lemak ,karena asam empedu membantu mengemulasi enzim lipase ,dan si
empedu bekerja sebagai alat ,mengeluarkan produk- produknya.
5. adanya peranan mekanisme cck ,makanan di cerna ,di traktus ,makanan
masuk ke duodenum ,adanya kontraksi ritmis di kantung empedu ,adanya
relaksasi ,rangsangan yang masuk ke cck ini masuk ke duodenum adanya
lemak di duo denum ,rangsangan oleh saraf vagus ,kedua saraf ,kandung
empedu yang.pengosongan empedu akan berlangsung ,terdapat lemak di
kandung empedu ,
6. ketika makan makanan berlemak akan merangsang kolosistokinin,
hormone kolosistokinin ini ketika berkontraksi akan mengeluarkan ductus,
ketika ada hambatan maka si otot akan secara kuat, dan akan timbul tegang
otot, nyeri ini hilang timbul di bagian abdomen
7. membuat kandung empedu kontraksi karena adanya hormone cck yang
merangsang empedu, yang merangsang cck karena adanya lemak .
8. kandung empedu di rangsang oleh nervus vagus dan interik usus ,kedua
saraf akan meningkatkan motilitasi di organ gastrointestinal sebagai
rangsangan asetilkolin.

3. Adanya peranan mekanisme cck ,makanan di cerna ,di traktus ,makanan


masuk ke duodenum ,adanya kontraksi ritmis di kantung empedu ,adanya
relaksasi ,rangsangan yang masuk ke cck ini masuk ke duodenum adanya
lemak di duo denum ,rangsangan oleh saraf vagus ,kedua saraf ,kandung
empedu yang.pengosongan empedu akan berlangsung ,terdapat lemak di
kandung empedu, ketika makan makanan berlemak akan merangsang
kolosistokinin, hormone kolosistokinin ini Ketika berkontraksi akan
mengeluarkan ductus, ketika ada hambatan maka si otot akan secara kuat ,dan
akan timbul tegang otot, nyeri ini hilang timbul di bagian abdomen membuat
kandung empedu kontraksi karena adanya hormone cck yang merangsang
empedu, yang merangsang cck karena adanya lemak. Kandung empedu di
rangsang oleh nervus vagus dan interik usus, kedua saraf akan meningkatkan
motilitasi di organ gastrointestinal sebagai rangsangan asetilkolin.

4. Karena bilirubin karena adanya enzim enzim, ketika adanya sekresi bilirubin
warna feses akan pucat ketika feses berwarna pucat di karenakan adanya
ganguan di kandung empedu. sel hepatosis mengandung kolestrol, Sel
hepatosit menghasilkan garam empedu dan kolesterol berkonjugasi dengan :
Glycine → Glycocholic acid + Na2+ atau K+
Tourine → Tourocholic acid + Na2+ atau K+
Empedu mengandung:
a. Air
b. Garam empedu
c. Kolesterol
d. Pigmen empedu (bilirubin)
e. Asam lemak lesitin
f. Ion-ion seperti Na+, K+, Ca+, Cl-
g. Bikarbonat (HCO3-).
Empedu di sekresi secara terus menerus oleh hati sekitar ,di simpan di
empedu selama 12 jam ,Ketika usus membutuhkan si empedu akan
mengeluarkan Kembali ,di sel hepatosit di kolestrol berasal dari sel darah
merah, empedu mengalir ke splingter odi ,sekitar 97,7 % air dan 2,4%,
penyimpanan di kantong empedu,fesica biliaris tidak kosong dan tersisa
cairannya, otot kandung empedu berkontraksi akan mengalir ke ductus
listikus dan berakhir ke duodenum ,di bantu oleh factor saraf dan hormone,
dan asam lemak amino.
MIND MAP

vesica fellea
(biliaris)

fungsi dan
struktur faktor yang Mekanisme
mempengaruhi

-FUNGSI PENGELUAR
mikroskopis makroskopi -FAKTOR PROSES
PERSYARAF AN CAIRAN
s PERSYARAF PEMBENTU
AN EMPEDU
AN KAN
-FUNGSI EMPEDU
CAIRAN -FAKTOR
-Lapisan EMPEDU HORMON
muskularis - letak
-Tunika - batas-batas
Mukosa - vaskularisasi
-Tunika - duktus
serosa - inervasi
- limfatik

STEP 5 DEFINE LEARNING OBJECTIVE


1. Struktur mikroskopis dan makroskopis vesica fellea!
2. Mekanisme pembentukan empedu dihubungkan dengan substansi cairan
empedu!
3. Mekanisme penyimpanan, pemekatan, dan pengosongan cairan empedu!
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi empedu!

REFLEKSI DIRI
Alhamdulillah PBL pertemuan pertama scenario 5 telah selesai, saya lebih
memahami tentang vesica fellea. Terimakasih kepada dr Tissa telah hadir pada
pertemuan pertama. Semoga kedepannya saya lebih baik lagi.
STEP 6 INFORMATION GATHERING AND PRIVAT STUDY
BELAJAR MANDIRI.

STEP 7 SYNTHESIZE AND TEST ACQUIRED INFORMATION


1. Struktur mikroskopis dan makroskopis vesica fellea ?
A. Makroskopis

Gambar 1 vesica billiaris

Vesica biliaris biasanya menampung sekitar 40-70 ml cairan


empedu. Vesica biliaris terdiri dari Corpus vesicae biliaris dengan bagian
Fundus dan leher (Collum vesicae biliaris). Lipat spiral (Plica spiralis
HEISTER) pada u.jung terminal Collum menutup Ductus cysticus yang
kemudian menyatu dengan Ductus hepaticus communis membentuk
ductus choledochus.1
Gambar 2 kandung empedu pada duodenum

Ductus choledochus biasanya memiliki panjang 6 cm dan


berdiameter 0.4-0.9cm. Ductus tersebut berjalan di dalam Lig.
hepatoduodenale pada sisi ventral V. portae hepatis, kemudian berjalan di
belakang Pars superior duodeni melewati Caput pancreatis dan mencapai
Pars descendens duodeni. Pada 60% kasus, Ductus choledochus.
Choledochus berfusi dengan Ductus pancreaticus membentuk Ampulla
hepatopancreatica, yang masuk Duodenum pada Papilla duodeni major
(Papilla VATERI). Pada ujung distalnya, otot polos Ductus choledochus
membentuk M. sphincter ductus choledochi. Oleh sebab itu, bagian
inferior yang meliputi ampula dan tempat masuk ke Duodenum disebut
juga M. sphincter ampullae {ODDI).1

B. Mikroskopis
Fungsi utama kandung empedu adalah mengumpulkan,
menyimpan, memekatkan, dan mengeluarkan empedu bila diperlukan
untuk emulsifikasi lemak. Empedu secara terus menerus diproduksi oleh
hepatosit dan diangkut melalui duktus ekskretorius ke kandung empedu
untuk disimpan. Di sini, natrium secara aktif diangkut melalui epitel
selapis silindris kandung empedu ke dalam jaringan ikat ekstraselular
sehingga tercipta tekanan osmotik yang kuat. Ion klorida dan air mengikuti
secara pasif sehingga empedu memekat. Pengeluaran empedu ke dalam
duodenurn berada di bawah kontrol hormon. Sebagai respons terhadap
masuknya lemak makanan ke dalam duodenum proksimal, hormon

Gambar 3 dinding kandung empedu

Mukosa terdiri dari epitel silindris selapis (1) dan jaringan ikat
lamina propria (2) dibawahnya yang mengandung jaringan ikat longgar,
beberapa jaringan limfoid difus, dan pembuluh darah, venula dan arteriol
(9) Dalam keadaan tidak teregang, dinding kandung empedu
memperlihatkan lipatan mukosa (7) temporer yang menghilang saat
kandung empedu teregang oleh empedu. Lipatan mukosa (7) mirip dengan
vili di usus halus; namun, ukuran dan bentuknya berbeda, dan susunannya
tidak teratur. Kriptus atau diverticulum (3, 8) terdapat di antara lipatan
mukosa (7) dan sering membentuk indentasi yang dalam di mukosa. Pada
potongan melintang, divertikulum atau kriptus (3, 8) di lamina propria (2)
mirip dengan kelenjar tubular. Namun, tidak ada kelenjar di dalam
kandung empedu, kecuali di collum vesicae biliaris. Di bagian eksternal
lamina propria (2) yaitu otot kandung empedu dengan berkas serat otot
polos (10) tersusun acak yang tidak menunjukkan lapisan-lapisan yang
jelas dan serat elastic (4) yang tersebar. Di sekeliling berkas serat otot
polos (10) terdapat lapisan tebal jaringan ikat (6) padat yang mengandung
pembuluh darah besar, arteri dan vena (11), pembuluh limfe, dan saraf (5).
Serosa (12) melapisi seluruh permukaan kandung empedu yang
menggantung bebas. Lapisan jaringan ikat, tempat kandung empedu
melekat pada permukaan hati, disebut adventisia.2

2. Mekanisme pembentukan empedu dihubungkan dengan substansi cairan


empedu?
Hati terus menyekresikan empedu, bahkan di antara waktu makan.
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang
mencegah empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan.
Ketika sfingter ini tertutup, empedu yang disekresikan oleh hati menabrak
sfingter yang tertutup dan dialihkan balik ke dalam kandung empedu, suatu
struktur kecil berbentuk kantong yang terselip di bawah tetapi tidak langsung
berhubungan dengan hati. Karena itu, empedu tidak diangkut langsung dari
hati ke kandung empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di
kandung empedu di antara waktu makan. Transpor aktif garam di luar
kandung enipedu, yang diikuti air secara osmosis, menghasilkan konsentrasi
konstituen organik yang 5-10 kali lebih besar. Setelah makan, empedu masuk
ke duodenum akibat efek kombinasi relaksasi sfingter Oddi, kontraksi
kandung empedu, dan peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah empedu
yang disekresikan per hari berkisar dari 254 mL hingga 1 liter, bergantung
pada derajat perangsangan Karena menyimpan empedu yang terkonsentrasi,
kandung empedu adalah lokasi utama bagi presipitasi konstituen empedu
terkonsentrasi menjadi batu empedu. Untungnya, kandung empedu tidak
berperan dalam fungsi digestif yang penting, sehingga pengangkatannya
sebagai terapi bagi penyakit kandung empedu atau batu empedu tidak
menghadapi masalah bermakna. Setelah pengangkatan kandung empedu,
sekresi empedu di antara waktu makan disimpan di duktus biliaris komunis,
yang menjadi terdilatasi.3
Bilirubin disekresikan ke dalam empedu. Sekresi bilirubin terkonjugasi
ke dalam empedu terjadi oleh suatu mekanisme transpor aktif, yang mungkin
menentukan laju keseluruhan proses metabolisme bilirubin di hati. Protein
yang terlibat adalah transporter anion organik multispesifik (MOAT) yang
terletak di membran plasma kanalikulus empedu. Protein ini merupakan
anggota famili transporter ATP-binding cassette, menangani sejumlah anion
organik. Transpor bilirubin terkonjugasi di hati ke dalam empedu dapat
diinduksi oleh obat-obat yang juga mampu menginduksi konjugasi bilirubin.
Konjugasi dan ekskresi bilirubin bertindak seperti suatu unit fungsional
terpadu. Sebagian besar bilirubin diekskresikan di dalam empedu pada
mamalia adalah bilirubin diglukuronida. Aktivitas bilirubin UDP glusuronosil
transferase dapat diindukasi oleh beberapa obat, termasuk fenobarbital.
Namun, ketika bilirubin konjugasi ada kelainan dalam plasma manusia
(misalnya, dalam ikterus obstruktif), secara predominan monoglukuronida.4

Gambar 4 proses bilirubin.4


Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam
empedu, kolesterol, lesitin (suatu fosfolipid), dan bidirubin (semua berasal
dari aktivitas hepatosit) dalam suatu cairun encer alkalis (ditambahkan
oleh sel duktus) yang serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas. Meskipun
empedu tidak mengandw-ig enzinl pencernaan apapun, bahan ini penting
dalam pencernaan dan penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas
garam empedu. Garam empedu adalah turunan kolesterol. Garam-garam
ini secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya niasuk ke
duadenum bersama dengan konstituen empedu lainnya. Setelah ikut serta
dalam pencernaan dan penyerapan lemak sebagian besar gararn empedu
diserap kembali ke dalam darah oleli rnekanisme transpor aktif khusus
yang terletak di ileum terminal. Dari sini, garam empedu dikembalikan
oleh sistem porta hati ke hati, yang kembali menyekresikannya ke dalam
empedu. Daur-ulang garam empedu ini (dan sebagian konstituen empedu
lainnya) antara usus halus dan hati disebut sirkulasi enterohelpatik (entero
artinya "usus"; hepatik artinya "hati"), Jumlah total garam empedu di
tubuh adalah sekitar 3 hingga 4 g, tetapi dalam satu kali makan mungkin
dikeluarkan 3 hingga 15 g garam empedu ke dalam duodenum. Siklus
garam empedu antara usus halus dan hati biasanya terjadi dua kali selama
pencernaan makanan. Biasanya hanya terdapat sekitar 5% empedu yang
disekresikan yang keluar dari tubuh melalui tinja setiap hari. Kehilangan
garam empedu ini diganti oleh pembentukan garam empedu baru oleh hati;
dengan demikian, jumlah total garam empedu dijaga konstan.
Garam empedu adalah perangsang paiing kuat bagi peningkatan
sekresi empedu; CCK mendorong pengosongan kandung empedu.
a. Mekanisme kimiawi (garam empedu). Setiap bahan yang
meningkatkan sekresi empedu disebut koleretik. Koleretik paling kuat
adalah garam empedu itu sendiri. Di antara waktu makan, empedu
disimpan di kandung empedu, tetapi sewaktu makan empedu
disalurkan ke dalam duodenum oleh kontraksi kandung empedu.
Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam
empedu direahsorpsi dan dikembalikan oleh sirkulasi enterohepatik ke
hati, tempat zat-zat ini bekerja sebagai koleretik poten untuk
merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Karena itu, sewaktu makan,
ketika garam empedu dibutuhkan dan sedang digunakan, sekresi
empedu oleh hati meningkat.
b. Mekanisme hormon (sekretin). Selain meningkatkan sekresi NaHCO3
cair oleh pankreas, sekretin juga merangsang peningkatan sekresi
empedu alkalis cair oleh duktus hepatikus tanpa disertai oleh
peningkatan setara garam-garam empedu.
c. Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi vagus ke hati berperan kecil
dalam sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan, mendorong
peningkatan aliran empedu hati bahkan sebelwn makanan mencapai
lambung atau usus. Selama pencernaan makanan, ketika kimus
mencapai usus halus, keberadaan makanan, khususnya lemak, dalam
lumen duodenum memicu pelepasan CCK. Hormon ini menstimulasi
kontraksi kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga
kandung empedu dikosongkan ke duadenum, tempat zat ini membantu
penyerapan dan pencernaan lemak yang memicu pelepasan CCK.3
Gambar 5 sistem enterohepatic garam empedu

Pembentukkan misel garam empedu bersama dengan kolesterol


dan lesitin, yang juga merupakan konstituen empedu berperan penting
dalam mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel.
Seperti garam empedu, lesitin (suatu fosofolipid yang serupa dengan
yang terdapat pada dwilapis lipid membran plasma) memiliki bagian
yang larut lemak dan bagian yang tarut air, sementara kolesterol
hampir sama sekali tak-larut dalam air. Dalam suatu misel, garam
empedu dan lesitin bergumpal dalam kelompok- kelompok kecil
dengan bagian larut-lemak menyatu di bagian tengah membentuk inti
hidrofobik ("takut-air"), sementara bagian larut-air membentuk
selubung hidrohlik ("senang-air") di sebelah luar. Sebuah misel
memiliki garis tengah 3 hingga 10 nm, dibandingkan dengan diameter
rata-rata droplet lipid teremulsifikasi yang 1000 nm. Misel larut dalam
air berkat selubung hidrofiliknya, tetapi dapat melarutkan bahan tak-
larut air (dan karenanya larutlemak) di bagian tengahnya yang larut-
lemak. Karena itu, misel merupakan wadah yang dapat digunakan
untuk mengangkut bahanbahan tak-larut air melalui isi lumen yang
cair. Bahan larut-lemak terpenting yang diangkut di dalam misel
adalah produk-produk pencernaan lemak (monogliserida dan asam
lemak bebas), serta vitamin larut-lemak, yang semuanya diangkut ke
tempat penyerapannya dengan cara ini. Jika tidak menumpang di
dalam misel yang larut air ini, berbagai nutrien mengangkut bahan-
bahan tak-larut air melalui isi lumen yang cair. Bahan larut-lemak
terpenting yang diangkut di dalam misel adalah produk-produk
pencernaan lemak (monogliserida dan asam lemak bebas), serta
vitamin larut lemak, yang semuanya diangkut ke tempat
penyerapannya dengan cara ini. Jika tidak menumpang di dalam misel
yang larut air ini, berbagai nutrien ini akan mengapung di permukaan
kimus (seperti minyak terapung di atas air) dan tidak pernah mencapai
permukaan absorptif usus halus. Selain itu, kolesterol, suatu bahan
yang sangat tidak larut air, larut dalam inti misel yang hidrofobik.3

3. Mekanisme penyimpanan, pemekatan, dan pengosongan cairan empedu?


A. Penyimpanan dan Pemekatan Empedu di dalam Kandung Empedu.
Empedu disekresikan secara terus-menerus oleh sel-sel hati, namun
sebagian besar normalnya disimpan dalam kandung empedu sampai
diperlukan di dalam duodenum. Volume maksimal yang dapat ditampung
kandung empedu hanya 30 sampai 60 ml. Meskipun demikian, sekresi
empedu selama 12 jam (biasanya sekitar 450 ml) dapat disimpan dalam
kandung empedu karena air, natrium, klorida, dan kebanyakan elektrolit
kecil lainnya secara terus-menerus diabsorbsi melalui mukosa kandung
empedu, memekatkan sisa zat-zat empedu yang mengandung garam
empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin.3
Kebanyakan absorpsi kandung empedu ini disebabkan oleh
transpor aktif natrium melalui epitel kandung empedu, dan keadaan ini
diikuti oleh absorpsi sekunder ion klorida, air, dan kebanyakan zat-zat
terdifusi lainnya. Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali lipat
dengan cara ini, tetapi dapat dipekatkan sampai maksimal 20 kali lipat. 3

B. Pengosongan empedu
Hati terus menyekresikan empedu, bahkan diantara waktu makan.
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, yang
mencegah empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan
makanan. Ketika sfingter ini tertutup, empedu yang disekresikan oleh hati
menabrak sfingter yang tertutup dan dialihkan balik ke dalam kandung
empedu, suatu struktur kecil berbentuk kantong yang terselip dibawah tapi
tidak langsung berhubungan dengan hati. Karena itu, empedu tidak
diangkut langsung dari hati ke kandungan empedu. Empedu kemudian
disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu makan.
Transpor aktif garam di luar kandung empedu, yang diikuti air secara
osmosis, menghasilkan konsentrasi konstituen organik yang 5 sampai 10
kali lebih besar. 3
Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek
kombinasi relaksasi sfingter oddi, kontraksi kandung empedu, dan
peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah empedu yang disekresikan
per hari berkisar dari 254 mL hingga 1 liter, bergantung pada derajat
perangsangan karena menyimpan empedu yang terkonsentrasi, kandung
empedu adalah lokasi utama bagi presipitasi konstituen empedu
konsentrasi menjadi batu empedu. Untungnya, kandung empedu tidak
berperan dalam fungsi digestif yang penting, sehingga pengankatannya
sebagai terapi bagi penyakit kandung empedu atau batu empedu tidak
menghadapi masalah bermakna. Setelah pengangkatan kandung empedu,
sekresi empedu di antara waktu makan disimpan di duktus biliaris
komunis, yang menjadi terdilatasi. 3

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi empedu


a. Mekanisme kimiawi (garam empedu). Setiap bahan yang meningkatkan
sekresi empedu disebut koleretik. Koleretik paling kuat adalah garam
empedu itu sendiri. Di antara waktu makan, empedu disimpan di kandung
empedu, tetapi sewaktu makan empedu disalurkan ke dalam duodenum
oleh kontraksi kandung empedu. Setelah ikut serta dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, garam empedu direahsorpsi dan dikembalikan oleh
sirkulasi enterohepatik ke hati, tempat zat-zat ini bekerja sebagai koleretik
poten untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut. Karena itu, sewaktu
makan, ketika garam empedu dibutuhkan dan sedang digunakan, sekresi
empedu oleh hati meningkat.
b. Mekanisme hormon (sekretin). Selain meningkatkan sekresi NaHCO3 cair
oleh pankreas, sekretin juga merangsang peningkatan sekresi empedu
alkalis cair oleh duktus hepatikus tanpa disertai oleh peningkatan setara
garam-garam empedu.
c. Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi vagus ke hati berperan kecil
dalam sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan, mendorong
peningkatan aliran empedu hati bahkan sebelwn makanan mencapai
lambung atau usus. Selama pencernaan makanan, ketika kimus mencapai
usus halus, keberadaan makanan, khususnya lemak, dalam lumen
duodenum memicu pelepasan CCK. Hormon ini menstimulasi kontraksi
kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga kandung empedu
dikosongkan ke duadenum, tempat zat ini membantu penyerapan dan
pencernaan lemak yang memicu pelepasan CCK.3

DAFTAR PUSTAKA

1. Von H, Paulsen F, & Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Organ


Interna. Edisi 24. Volume 2. Jakarta: Elsivier. 2018.
2. Eroschenko, V. P. Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional.
Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2016.
3. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 9.
Jakarta; EGC.2018
4. Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper. Edisi
30. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2015 

Anda mungkin juga menyukai