Bab I Dislokasi Fix
Bab I Dislokasi Fix
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal
antara kedua permukaan sendi secara komplet atau lengkap yaitu
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi dan bisa
komponen tulangnya saja yang bergeser dari posisinya yang normal
(Santosa 2013).
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi
(Santosa 2013).
Berdasasarkan data Riskesdas (2018), prevalensi penyakit sendi di
Indonesia tercatat sekitar 7,3% dan osteoarthritis atau radang sendi
merupakan penyakit sendi yang umum terjadi. Osteoartritis sampai saat ini
masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa osteoartritis merupakan salah
satu penyebab utama kegagalan fungsi yang mengurangi kualitas hidup
manusia di dunia seperti terhambatnya ruang gerak penderita dan
penurunan kemampuan kerja (Cross, di dalam Dian, 2020).
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital) (Santosa, 2013).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari dislokasi?
b. Apa etiologi dari dislokasi?
c. Apa saja tanda dan gejala dari dislokasi
d. Bagaimanakah patofisiologis pada dislokasi?
e. Bagaimana patway dari dislokasi?
f. Bagaimana diagnosis dan tindakan keperawatan atau pembedahan
dislokasi?
g. Bagaimana rehabilitasi dislokasi?
h. Bagaiaman asek legal etik dislokasi?
i. Apa saja fungsi advokasi dislokasi?
j. Apa saja health education dislokasi?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dislokasi
b. Untuk mengetahui etiologi dari dislokasi
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari dislokasi
d. Untuk mengetahui patofisiologis pada dislokasi
e. Untuk mengetahui patway dari dislokasi
f. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan atau
pembedahan dislokasi
g. Untuk mengetahui rehabilitasi dislokasi
h. Untuk mengetahui apsek legal etik dislokasi
i. Untuk mengetahui fungsi advokasi dislokasi
j. Untuk mengetahui health education dislokasi
D. Mafaat
A. Pengertian
Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal
antara kedua permukaan sendi secara komplet atau lengkap yaitu
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi dan bisa
komponen tulangnya saja yang bergeser dari posisinya yang normal
(Melati, 2019).
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser
dari tempat yang seharusnya. Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya
pernah mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akbibatnya sendi
itu gampang mengalami dislokasi kembali (Melati, 2019).
C. Tanda Gejala
1. Nyeri akut
2. Perubahan kontur sendi
3. Perubahan panjang ekstremitas misalnya dislokasi anterior sendi
panggul.
4. Kehilangan mobilitas normal (Gangguan gerakan)
5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
6. Gangguan gerakan
7. Kekakuan
8. Pembengkakan
9. Deformitas pada persendian (Brunner and Suddarth, 2012).
D. Patofisiologi
Deformatis Tulang
Gangguan Bentuk
dan Pergerakan
Gangguan
mobilitas Pengungkapan secara Rasa tidak nyaman
fisik Verbal merasa malu, karena inflamasi
cemas dan takut tidak
di terima
Gangguan
citra tubuh
Tidak nafsu
nyeri Makan
Ketidaksei
mbangn
nutrisi
F. Diagnosis Dan Tindakan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat,
agama, bahasa yang digunakan, stattus perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi golongan darah, nomor
registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit, (MRS) , dan
diagnosis medis. Dengan fokus, meliputi :
1. Umur
Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang
sehingga menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara
kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada
orang dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien jatuh
dengan keras dalam keadaan strecth out
2. Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh
kecelkaan yang mengakibatkan trauma atau ruda
paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai
pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh, atupun
kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan industri
dan atlit olahraga, seperti pemain basket, sepak
bola dll
3. Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki–
laki dari pada permpuan karna cenderung dari segi
aktivitas yang berbeda .
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan
kelumpuhan, ekstermitas, nyeri tekan otot, dan deformitas
pada daerah trauma, untuk mendapatkan pengkajian yang
lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan metode
PQRS.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu
lintas, kecelekaan industri, dan kecelakaan lain, seperti
jatuh dari pohon atau bangunan, pengkajian yang di dapat
meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok .
d. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
penyakit, seperti osteoporosis, dan osteoaritis yang
memungkinkan terjadinya kelainan, penyakit alinnya
seeperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus,
penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di
guanakan klien , perlu ditanyakan pada keluarga klien .
e. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang–orang
disekitarnya seperti hubungannya dengan keluarga, teman
dekat, dokter, maupun dengan perawat.
2. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien
pemekrisaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian
anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-B6
a. Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak
mengalami penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan
tanda-tanda vital, yang meliputi brikardia, hipotensi dan tanda-
tanda neurogenik syok.
Berdasarkan B1-B6
a. B1(Breathing)
Inspeksi: Tidak ada perubahan yang menonjol seperti
bentuk dada ada tidaknya sesak nafas, pernafasan cuping
hidung, dan
pengembangan paru antara kanan dan kiri simetris.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan (apabila ada nyeri tekan
berarti adanya fraktur) dan tidak ada benjolan.
Perkusi: Bunyi paru resonan.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan
seperti whezzing atau ronchi. Pada pemeriksaan system
pernafasan didapatkan bahwa klien fraktur tidak mengalami
kelainan.
b. B2 Blood (Sistem Kardiovaskuler)
Inspeksi: Kulit dan membran mukosa pucat.
Palpasi: Tidak ada peningkatan frekuensi dan irama denyut
nadi, tidak ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik
pada ekstermitas yang mengalami dislokasi.
Perkusi: Bunyi jantung pekak
Auskultasi: tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang
terlihat sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II
terdengar lupdup tidak ada suara tambahan seperti mur mur
atau gallop.
c. B3 ( brain)
Inspeksi: Mengkaji kesadaran (Composmentis, apatis,
samnolen, supor, koma, atau gelisah), tidak ada kejang.
Palpasi: Tidak ada gangguan yaitu normal, simetris dan
tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri kepala.
d. B4 Bledder (Sistem Urinaria)
Inspeksi: Pada miksi klien tidak mengalami gangguan,
warna orange gelap, Memakai kateter.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih.
e. B5 usus besar (Bowel)
Inspeksi: Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, keadaan
abdomen normal tidak asites.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan atau massa pada abdomen.
Perkusi: Normal suara tympani
Auskultasi: Peristaltik normal 20x/menit. Bising usus
mengalami penurunan karena efek obat anastesi total.
f. B6 (Musculoskeletal)
Inspeksi: Aktivitas dan latihan mengalami
perubahan/gangguan sehingga kebutuhan perlu dibantu
baik oleh perawat atau keluarga, misalnya kebutuhan
sehari-hari, mandi, BAB, BAK dilakukan diatas tempat
tidur. Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem
integumen seperti warna kulit, adanya jaringan parut/lesi,
adanya perdarahan, adanya pembengkakan, tekstur kulit
kasar dan suhu kulit hangat serta kulit kotor.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Ketidakseimbangn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri
B. Intervensi
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
SLKI
a. Berat badan
b. Moblitas fisik
c. Fungsi sensori
d. Keseimbangan
SIKI
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnyya
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
c. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu
d. Fasilitasi melakukan mobolisasi fisik jika perlu
e. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
f. Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
g. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
SLKI
a. Tingkat nyeri
b. Fungsi gastrointestinal
c. Control nyeri
d. Pola tidur
e. Tingkat cedera
SIKI
a. Identifikasi lokal, karakterisktik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon non verbal
d. Identifikasi faktor Yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Fasilitasi istirahat dan tidur
f. Identifikasi riwayat alergi obattor efektifitas analgesik
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan panjang
ekstremitas
SLIKI
a. Citra tubuh
b. Berat badan
c. Kesadaran diri
d. Tingkat agitasi
SIKI
a. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
b. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
c. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
d. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
e. Identifikasi adanya peran yang tidak terpenuhi
f. Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh pasien atau
orangtua tuntuk memenuhi peran
g. Ciptakan lingkungan yang tenang
G. Farmakologi
1. Farmakologi (Melati, 2019)
a. Pemberian obat-obatan: analgesik non narkotik
1) Analgesik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi,
sakit kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini
adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa:
sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
2) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan
atau sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri
persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek
samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis,
aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.
b. Nonfarmakologi
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
2. RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
K. Rehabilitasi
1. Latihan Fleksibilitas (Latihan ROM)
Latihan fleksibilitas merupakan teknik dasar yang digunakan untuk
meningkatkan jangkauan gerak (ROM). Gerakan akan mempengaruhi
semua struktur pada area tersebut termasuk persendian, kapsul sendi,
ligamen, fasia, pembuluh darah dan syaraf. Jangkauan gerak
dipengaruhi oleh jangkauan sendi dan jangkauan otot. Jangkauan sendi
dideskripsikan dalam istilah fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi dan rotasi.
Aktivitas ROM diperlukan untuk memelihara mobilitas sendi dan otot
serta untuk meminimalkan kehilangan fleksibilitas jaringan dan
pembentukan kontraktur.
2. Latihan Beban
Performa otot dapat dinilai berupa kekuatan (strength), tenaga (power)
dan ketahanan (endurance). Keseluruhan performa otot tersebut dapat
dilatih dengan menggunakan latihan beban. Beberapa manfaat latihan
beban antaralain adalah:
a. Meningkatkan kekuatan jaringan ikat seperti tendon, ligamen dan
jaringan ikat intramuscular.
b. Peningkatan kepadatan masa tulang.
c. Peningkatan komposisi otot terhadap lemak
d. Peningkatan keseimbangan (Muttaqin, 2014)
L. Apsek Legal Etik
1. Autonomi
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembelaan diri.
2. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan.
3. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.
M. Fungsi Advokasi
Menurut Kohnke dalam KoZier,B et all,. tindakan seorang
advocator adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif,
berhati-hati agar tidak bertentangan dengan setuju atau tidak setuju
suatu keputusan yang dipilih klien. Seorang advokator
menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien
dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat
adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan otonomi klien.
Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk memilih nilai-nilai
yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis
tindakan yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan
hak untuk membuang nilai-nilai yang mereka pilih tanpa paksaan dari
orang lain.
Peran perawat sebagai advokasi:
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai
penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya
kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.Selain itu, perawat juga harus dapat
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak klien
tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi
hal-hal berikut:
1. Penyakit yang dideritanya
2. Tindakan medik apa yang hendak dilakukan
3. Kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan
tindakan untuk mengatasinya
4. Alternatif terapi lain beserta resikonya
5. Prognosis penyakitnya;
6. Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit
yang dideritanya
7. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur
8. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan
tanpa diskriminasi
9. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan
yang akan dilakukan oleh perawat/ tindakan medik
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent)
10. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap
dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas
tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas
tentang penyakitnya
11. Hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
12. Hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang
mengganggu pasien lain
13. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit;
14. Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya
15. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun
spiritual
16. Hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa
dokter
17. Hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan
kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai
dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana
pelayanan kesehatan
18. Hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan
kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
19. Hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar
di rumah sakit tersebut (second opion), terhadap penyakit
yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang
menangani.
20. Hak untuk mengetahui isi rekam medik.
N. Healt Education
1. Latihan Fleksibilitas (Latihan ROM)
2. Melakukan diet yang sudah dianjurkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi
tulang yang memebentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Secara
kasar tulang terlepas dari sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen
tulangnya saja yang bergeser dari tempat yang seharusnya. Dislokasi sendi
dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Dislokasi Congonital: Dislokasi sendi yang terjadi sejak lahir
akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik: Dislokasi sendi akibat penyakit sendi atau
jaringan sekitar sendi.
3. Dislokasi Traumatic: Dislokasi sendi akibat cedera dimana sendi
mengalami kerusakan akibat kekerasan.
B. Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan
perlu ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan
yang berhubungan dengan keperawatan medikal bedah III tentang konsep
asuhan keperawatan pada pasien dislokasi dengan harapan institusi
pendidikan mampu mengerjakan pengenalan terhadap berbagai
keperawatan medikal bedah. Semoga makalah tentang keperawatan
medikal bedah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA