Makalah Punggunaan Alat Instrumen Laut
Makalah Punggunaan Alat Instrumen Laut
Oleh:
Muhammad Abror (H74216064)
Dosen Pengampu:
Andik Dwi Muttaqin, M.T
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang karena dengan rahmat, karunia serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Peggunaan Instrumen Kelautan di Laut dan
Pesisir" meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terhaturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya karena atas jasa beliau kita
dapat mengenal dan mendalami agama yang rahmatan lil alamin yakni agama islam.
1. Bapak Andik Dwi Muttaqin, M.T selaku pembimbing dan dosen pengampu mata
kuliah akustik dan instrumentasi kelautan.
2. Keluarga, Teman-teman, dan semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan fikirannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan kami yang masih dalam tahap belajar.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini kedepan.
Penyusun
Muhammad Abror
2
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan
2.1 Penggunaan alat-alat instrumentasi kelautan yang dapat digunakan dalam membantu
pekerjaan di laut atau pesisir ................................................................................... 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, mencapai hampir 13.446 pulau, dikenal
sebagai negara maritim karena luas wilayah lautan yang lebih besar dibandingkan
daratan, sekitar 2/3 luas total wilayah negara Indonesia. Luasnya areal lautan
menjadikan perairan Indonesia dapat disebut sebagai arteri dunia karena digunakan
sebagai jalur angkutan laut, aktivitas maritim, dan yang paling penting adalah
perdagangan lintas laut (Halida, 2013 dalam Wahab, 2014).
Hal ini mendorong bidang kelautan dan perikanan sebagai salah satu bidang yang
identik dengan masyarakat Indonesia. Wilayah perairan Indonesia yang sangat besar
tersebut memiliki potensi yang sangat besar bagi usaha, penelitian, serta pembelajaran
di bidang kelautan dan perikanan, khususnya penangkapan ikan (Manafe & Affandi,
2009 dalam Wahab, 2014). Dalam hal tersebut dibutuhkan alat-alat yang digunakan
untuk mempermudah pekerjaan di laut ataupun pesisir. Alat-alat tersebut kebanyakan
berasal dari alat instrumentasi laut.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa alat-alat instrumentasi kelautan yang dapat digunakan dalam membantu
pekerjaan di laut atau pesisir?
2. Bagaimana penggunaan instrumen kelutan untuk pekerjaan di laut atau pesisir?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui alat-alat instrumentasi yang dapat digunakan dalam membantu
pekerjaan di laut atau pesisir.
2. Mengetahui penggunaan instrumen kelutan untuk pekerjaan di laut atau pesisir?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggunaan alat-alat instrumentasi kelautan yang dapat digunakan dalam
membantu pekerjaan di laut atau pesisir
Alat-alat instrumentasi yang digunakan dalam membantu di bidang kelautan
antara lain adalah ehcosounder dan side scan sonar.
2.1.1 Echosounder
Gambar 1. Echosounder
Echosounder adalah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman air laut.
Prinsip kerja dari alat ini adalah pengukuran kedalaman laut berdasarkan pulsa getaran
suara. Getaran pulsa-pulsa tersebut dipancarkan dari transducer kapal secara vertikal ke
dasar laut, selanjutnya permukaan dasar laut, selanjutnya permukaan dasar laut akan
memantulkan kembali pulsa-pulsa itu kemudian diterima oleh transducer kapal.
Prinsip kerja echosounder yaitu pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi
untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan
dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang
mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek,
misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu
gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan
dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.
6
Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang
dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya
akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yang diterima akan diolah dangan suatu
program, kemudian akan diperoleh keluaran (output) dari program tersebut. Hasil yang
diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu
antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui
jarak dari suatu objek yang deteksi.
Cara Pemakaian :
1. Memasang alat dan cek keadaan alat sebelum memulai pengambilan data.
2. Pastikan kabel single beam dan display sudah terpasang.
3. Pasang antena, jika diperlukan input satelit GPS.
4. Masukkan single beam kedalam air.
5. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display.
6. Set frekuensi yang akan digunakan 200 Hz untuk laut dangkal atau 50 Hz
untuk laut dalam atau dual untuk menggunakan keduanya.
7. Set input data air yaitu salinitas, temperatur dan tekanan air.
8. Pengambilan data.
9. Pemrosesan data.
Pengolahan Data :
Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari
echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai waktu
yang diperoleh di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dalam air.
Untuk data kedalaman yang lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur
air, salinitas air dan tekanan air. Hal ini diperlukan untuk memperoleh konversi yang
tepat pada cepat rambat suara di dalam air.
Prinsip dasar awal dari sonar adalah menggunakan suara untuk mendeteksi atau
menemukan objek yang secara khusus berada di laut (Hansen, 2011 dalam Lubis,
2017). Side scan sonar adalah instrumen yang digunakan dalam survei untukmelakukan
pencitraan dasar laut. Side scan sonar (SSS) merupakan pengembangan sonar yang
mampu menunjukkan dalamgambar dua dimensional permukaan dasar laut dengan
kondisi kontur, topografi, dan target secara bersamaan. Instrumen ini mampu
membedakan besar kecil partikel penyusun permukaan dasar laut seperti batuan,
lumpur, pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan lainnya (Bartholoma, 2006 dalam
Lubis, 2017). SSS digunakan untuk berbagai kegunaan, seperti pendeteksian
keberadaan pipa dan kabel laut, pendeteksian struktur dangkal dasar laut, pelaksanaan
pengerukan, studi lingkungan, kemiliteran, arkeologi, perikanan, dan pertambangan
(Manik, 2011 dalam Lubis, 2017).
Sonar adalah istilah umum untuk setiap instrumen yang menggunakan deteksi
forremote suara benda bawah air (Haykin, 1985 dalam Lubis, 2017). Sistem sonar aktif
akan menghasilkan ledakan singkat (ping) dari suara frekuensi tinggi. Gelombang
akustik yang dibangkitkan dari transduser didalam kolom air dan dasar laut sehingga
akan menghasilkan gema yang diukur dengan empat kuadran dalam transduser beam
pattern (Manik, 2015 dalam Lubis, 2017).
Side Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan yang
menggunakan teknologi akustik. Peralatan ini digunakan untuk memetakan dasar laut
yang juga dapat digunakan untuk mempelajari kehidupan di dasar laut. Sistem peralatan
ini merupakan strategi penginderaan untuk merekam kondisi dasar laut dengan
memanfaatkan sifat media dasar laut yang mampu memancarkan, memantulkan
dan/atau menyerap gelombang suara.
8
Gelombang suara yang digunakan dalam teknologi side scan sonar biasanya
mempunyai frekuensi antara 100 dan 500 KHz. Pulsa gelombang dipancarkan dalam
pola sudut yang lebar mengarah ke dasar laut, dan gemanya diterima kembali oleh
reciver dalam hitungan detik.
Side scan sonar mampu membuat liputan perekaman dasar laut dari kedua sisi
lintasan survey. Dalam kondisi laut yang tenang dan haluan kapal yang lurus, sonogram
dapat memberikan gambar atau image yang sangat tajam dan rinci seperti layaknya
sebuah foto.
Prinsip kerja side scan sonar yaitu SSS menggunakan prinsip backscatter akustik
dalam mengindikasikan atau membedakan kenampakan bentuk dasar laut atau objek di
dasar laut.
Prinsip kerja Side Scan Sonar pada dasarnya menggunakan gelombang akuistik,
mirip dengan prinsip kerja echosounder. Namun pada peralatan ini ditekankan pada
penyapuan pada permukaan dari obyek baik ke kanan ataupun ke kiri, sehingga
peralatan side scan sonar mempunyai kemampuan untuk mendeteksi obyek yang berada
dipermukaan dasar laut baik itu yang berada di kiri kapal survei maupun di sebelah
kanannya. Biasanya peralatan ini menggunakan frekuensi 100KHz (Low) dan 500 Khz
(High). Secara umum peralatan ini terdiri dari transducer yang berupa towfish yang
ditarik dibelakang kapal, trans-receiver dan recorder seperi terlihat pada Gambar.
9
Gambar 4. Prinsip Dasar Side Scan Sonar
Transducer berfungsi memantulkan gelombang akuistik yang akan dikirim ke
permukaan dasar laut kemudian hasil pantulan dari gelombang akuistik yang mengenai
objek atau dasar laut akan diterima oleh receiver yang kemudian akan ditampilkan oleh
recorder dalam bentuk citra yang menggambarkan kondisi permukaan dasar laut.
10
targets) atau objek alam (natural targets). Pada umunya, objek buatan manusia memiliki
bentuk yang tidak beraturan.
Survei investigasi bawah air (side scan sonar) dimaksudkan untuk mendapatkan
kenampakan dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin
membahayakan. Dual-channel Side Scan Sonar System dengan kemampuan cakupan
jarak minimal hingga 75m digunakan untuk mendapatkan data kenampakan dasar-laut
(seabed features) di sepanjang koridor yang sama dengan survei Batimetri. Skala
penyapuan yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga terjadi overlap minimal
50% untuk area survei yang direncanakan. Lajur-lajur survei side scan sonar dapat
dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan survei Batimetri dan/atau disesuaikan
dengan kedalaman laut sehingga cakupan minimal tersebut dapat terpenuhi.
Apabila menggunakan towfish yang ditarik, panjang kabel towfish tersedia cukup
agar tinggi towfish di atas dasar laut dapat dijaga kira-kira 10% dari lebar cakupan/
penyapuan yang dipilih. Towfish sebaiknya dioperasikan dari winch bermotor lengkap
dengan electrical slip rings. Rekaman data sonar dikoreksi untuk tow fish lay back dan
slant range. Apabila menggunakan towfish yang dipasang pada lambung kapal (vessel-
mounted), sistim dilengkapi dengan heave compensator untuk mereduksi pengaruh
gelombang. Sistem yang digunakan mampu menghasilkan clear record dari keadaan
dasar laut, identifikasi adanya wrecks, obstacles, debris, sand waves, rock outcrops,
mud flows atau slides dan sedimen.
Kemungkinan adanya bahaya atau keadaan dasar laut yang perlu mendapatkan
perhatian khusus dilakukan investigasi untuk memperjelas jenis dan ukuran bahaya
tersebut. Investigasi tersebut dapat dilaksanakan dengan menjalankan lajur yang lebih
rapat pada arah yang berbeda dengan lajur umum yang telah dijalankan sebelumnya.
Penentuan posisi menggunakan jarak atau waktu tertentu ditandai pada rekaman sonar.
11
Data jarak antara towfish dan antena GPS, termasuk setiap perubahan jarak ini, harus
dicatat secara tertib pada Operator’s Log selama survei berlangsung untuk keperluan
pengolahan data lebih lanjut.
Survei side scan sonar ini akan menghasilkan peta yang berisi gambaran atau citra
dasar laut yang akan menampilkan objek-objek dasar laut yang berhasil dideteksi.
Objek-objek tersebut berupa benda-benda yang terdapat di permukaan dasar laut,
seperti pipa, batu-batu karang, kapal karam, bekas garukan jaring nelayan, dll.
12
Gambar 7. Layback dan Kelengkungan Kabel Towing
b. Jarak Objek terhadap fish
13
Tabel. Hubungan Antara Jangkauan Pencitraan Sonar Dengan Tinggi Towfish
Jangkauan
Jangkauan pencitraan
pencitraan teoritis Tinggi fish (m)
pada citra (m)
di lapangan (m)
75 7.5 74.5
100 10 99.5
150 15 149.5
200 20 199
300 30 298.5
Oleh karena itu agar diperoleh hasil pencitraan yang relatif baik, towfish ditarik dengan
ketinggian 1/10 dari jangkauan pencitraan di lapangan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Echosounder adalah alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman air laut.
Prinsip kerja dari alat ini adalah pengukuran kedalaman laut berdasarkan pulsa
getaran suara.
Side Scan Sonar (SSS) adalah sebuah sistem peralatan survey kelautan yang
menggunakan teknologi akustik. Peralatan ini digunakan untuk memetakan dasar
laut yang juga dapat digunakan untuk mempelajari kehidupan di dasar laut. Sistem
peralatan ini merupakan strategi penginderaan untuk merekam kondisi dasar laut
dengan memanfaatkan sifat media dasar laut yang mampu memancarkan,
memantulkan dan/atau menyerap gelombang suara.
15
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Muhammad Zainuddin dan Wenang Anurogo. 2017. Identifikasi Profil Dasar
Laut Menggunakan Instrumen Side Scan Sonar Dengan Metode Beam Pattern
Discrete-Equi-Spaced Unshaded Line Array. Batam: Politeknik Negeri Batam.
Vol. 10(1)
16