Percobaan Potensiometri Pengukuran PH
Percobaan Potensiometri Pengukuran PH
Oleh :
Kelompok VIII
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN pH)
I. Tujuan
1. Membuat kurva hubungan pH - volume pentiter
2. Menentukan titik akhir titrasi
3. Menghitung kadar zat
Elektrode membran gelas sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H +).
Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion tersebut diamati. Melalui kurva hubungan
antara volume pentiter vs pH, dapat ditentukan titik akhir titrasinya. Pada titik akhir titrasi
terjadi lonjakan perubahan pH secara drastis dengan perubahan volume pentiter yang kecil.
(Susanti, dkk., 2011)
Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst yang dilakukan
dengan cara pengukuran dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol, yang mana
persamaan ini menyatakan adanya hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dengan
konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan (Khopkar, 2003).
Potensiometri memiliki beberapa keuntungan yaitu cara potensiometri ini sangat
berguna ketika tidak ada indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi, misalkan
ketika sampel yang akan dititrasi keruh atau berwarna dan ketika daerah titik ekivalen sangat
pendek sehingga tidak ada indikator yang cocok. Biayanya yang relatif murah dan sederhana.
Voltmeter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang paling modern.
Selain itu, pada saat potensial sel dibaca pada metode potensiometri, tidak terdapat arus yang
mengalir dalam larutan dimana arus residual tatanan sel dan efek polarisasi dapat diabaikan.
Manfaat potensiometri secara umum yaitu untuk menetapkan tetapan kesetimbangan.
Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan yang
mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga bermanfaat untuk
pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi. Sedangkan manfaat metode potensiometri ini
dalam analisis di bidang farmasi yaitu potensiometri digunakan untuk penentuan titik akhir
titrasi pada titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan
kompleks (Khopkar, 2003).
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat :
Pipet volume 5 ml dan 10 ml
Labu erlenmeyer 100 ml
Beaker glass 100 ml
pH meter
Buret 25 ml
Tissue
Elektrode gelas
Magnetic Stirer
3.2 Bahan :
Larutan NaOH 0,1 N
Larutan sampel HCl 0,1 N
Asam Oksalat 0,1 N
Aquades
4.2 Pengukuran :
1. Penyiapan buret
a. Buret yang sudah bersih dipasang pada statif dengan baik.
b. Buret tersebut diisi dengan NaOH sesuai kebutuhan.
2. Titrasi Asam Basa
a. Sebanyak 10 ml larutan asam diambil dengan pipet volume 10 ml.
b. Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 25 ml.
c. Pelaksanaan titrasi dimulai dengan penambahan pentiter sesuai tabel.
V. DATA PENGAMATAN
1. Standarisasi NaOH 0,1 N dengan 10 ml Asam Oksalat 0,1 N
Indikator : 3 tetes phenolphtalein
Titrasi Volume NaOH Pengamatan Kesimpulan
I 11,5 ml Ungu muda Sudah mencapai titik akhir titrasi
II 11,4 ml Ungu muda Sudah mencapai titik akhir titrasi
VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan Normalitas NaOH
Diketahui : Volume Asam Oksalat = 10 ml
Normalitas Asam Oksalat = 0,1 N
Volume NaOH pada titrasi I = 11,5 ml
Volume NaOH pada titrasi II = 11,4 ml
Ditanya : Normalitas rata-rata NaOH ?
Jawab :
Molaritas Asam Oksalat
H2C2O4 2H+ + C2O4-
Valensi H2C2O4 = 2 ekivalen/mol
M = N : valensi
= 0,1 N : 2 ekivalen/mol
= 0,05 M
mol Asam Oksalat
M = mol : volume
mol = M volume
= 0,05 M × 10 ml
= 0,500 mmol
Δ pH pH1 −pH 2
=
Δ V V 1 −V 2
2,37−2,26
¿
4,5−2,5
¿ 0 , 055
Dari data ke-2 dan data ke-3 :
Δ pH pH1 −pH 2
=
Δ V V 1 −V 2
2,44−2,37
¿
5,5−4,5
¿ 0 , 07
- turunan kedua:
ΔpH ΔpH
2 ( ) ( )
Δ pH ΔV 2 ΔV
=
−
1
ΔV2 V 2−V 1
0,07−0,055
¿
4,5−2,5
¿ 0,0075
Kurva Titrasi
pH vs Volume
14
12
10
8
pH
pH
6
4
2
0
5.5
9.4
9.6
9.8
10
10.2
10.4
10.7
2.5
7.5
9
11.4
13.4
Volume (mL)
Volume ekivalen
52 , 25
10 , 9 + × 0,5 ml
= 52 , 25−(−24 ,38 )
52 ,25
10,9 + ×0,5 ml
= 76 ,63
= 10,9 + 0,341
= 11,241 ml
Hal ini berarti bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan larutan sampel
(HCl) tersebut adalah 11,241 ml.
Untuk menghitung kadar sampel dapat digunakan cara perhitungan sebagai berikut :
Reaksi yang terjadi :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Diketahui : Volume NaOH = 11,241 ml
Normalitas NaOH = 0,0875 N
Volume Larutan HCl = 10 ml
BM HCl = 36,5 mg/mmol
Ditanya :
a. Mol NaOH = …..?
b. Mol HCl = .….?
c. Kadar HCl atau sampel =…..?
Jawab :
Reaksi : NaOH + HCl → NaCl + H2O
a. Normalitas NaOH = 0,0875 N
1 ekivalen NaOH = 1 mol
Maka, Molaritas NaOH = N : valensi
= 0,0875 N : 1 ekivalen/mol
= 0,0875 M
1
×mmol NaOH
b. mmol HCl = 1
1
×0 ,984 mmol=0 , 984 mmol
= 1
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran kadar sampel, yaitu HCl. Kadar
sampel ditentukan melalui metode titrasi asam basa. Penentuan titik akhir titrasi pada
praktikum ini adalah dengan metode potensiometri. Pada titrasi asam basa ini,
digunakan larutan baku NaOH. Sebelum dilakukan penetapan kadar dari sampel,
dilakukan pembakuan larutan NaOH. NaOH merupakan zat yang tidak stabil di udara,
yaitu bersifat higroskopik dan mudah menyerap CO2 di udara (Anonim, 1995) sehingga
dapat mengalami perubahan kadar. Oleh karena itu, sebelum digunakan larutan NaOH
harus distandarisasi untuk dapat menjamin kadarnya. NaOH yang diketahui memiliki
kadar 0,1 N distandarisasi dengan menggunakan larutan asam oksalat 0,1 N. Asam
oksalat ini disebut sebagai baku primer karena memiliki tingkat kemurnian yang tinggi
(Gandjar dan Rohman, 2007). Asam oksalat merupakan suatu asam lemah dan NaOH
merupakan suatu basa kuat. Titrasi asam oksalat dengan NaOH akan menghasilkan
garam yang terhidrolisis dalam larutan yang tergantung pada konstanta disosiasi asam.
Pada titik ekivalen, pH berada di atas 7 sehingga indikator yang digunakan adalah
fenolftalein.
Pada pembakuan larutan NaOH, NaOH sebagai titran (larutan pada buret) dan
asam oksalat sebagai titrat (pada erlenmeyer). Titrasi dilakukan dua kali. Pada titrasi
pertama, volume NaOH yang diperlukan untuk tepat bereaksi dengan asam oksalat
adalah 11,5 ml dan pada titrasi kedua 11,4 ml. Melalui perhitungan, didapatkan
normalitas larutan baku NaOH adalah 0,087 N pada titrasi pertama dan 0,088 N pada
titrasi kedua dengan rata-rata 0,0875 N. Larutan NaOH ini selanjutnya disebut sebagai
baku sekunder yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar sampel, yaitu HCl.
Berbeda dengan pembakuan NaOH, penetapan kadar larutan HCl dilakukan
melalui titrasi asam basa dengan potensiometri. Sebelum penetapan kadar, larutan
sampel HCl dipipet sebanyak 10 ml, kemudian diencerkan dengan 40 ml aquades.
Larutan NaOH yang telah dibakukan digunakan sebagai pentiter. Larutan HCl di atas
kemudian dititrasi dengan larutan larutan NaOH 0,0875 N.
Di dalam pH meter terdapat elektrode gelas yang berfungsi sebagai elektrode
indikator. Elektrode indikator adalah elektrode yang potensialnya bergantung pada
konsentrassi ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis senyawa yang
hendak ditentukan (Widjaja, dkk., 2008). Karena pada percobaan ini yang ditetapkan
adalah pH yang memiliki berhubungan dengan konsentrasi ion H +, digunakan elektrode
indikator yang potensialnya bergantung pada konsentrasi ion H+, yaitu elektrode gelas.
Setiap penambahan larutan NaOH pada volume tertentu, dilakukan pengukuran
pH dengan pH meter dan angka yang ditunjukkan oleh pH meter dicatat. Titik akhir
titrasi dari larutan HCl sampel ditentukan dengan cara melihat lonjakan perubahan pH
yang terjadi secara drastis dengan perubahan volume pentiter (larutan NaOH) yang
kecil (Susanti, dkk., 2011). Adapun reaksi yang terjadi :
NaOH + HCl → NaCl + H2O
pH meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan
dengan prinsip kerja dari alat ini mengacu pada mekanisme kerja dari elektrode
membran gelas yang terdapat didalamnya. Saat elektrode gelas pada pH meter
dicelupkan ke dalam larutan, terjadi kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang
terdapat di bagian tipis bola gelas dan ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang
diuji. Elektrode ini akan membiarkan ion H+ untuk menembusnya, tetapi menahan ion
yang lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen dalam larutan HCl, semakin banyak
ion hidrogen yang masuk ke dalam lapisan gelas tadi. Hal ini menyebabkan pada saat
awal-awal titrasi, nilai pH kecil. Dengan bertambahnya pentiter yang ditambahkan,
semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan HCl karena ion hidrogen akan
bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dan membentuk air. Hal ini akan menyebabkan
ion hidrogen yang memasuki lapisan gelas juga semakin sedikit sehingga muatan
elektrode gelas berkurang, maka nilai pH pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
kurva hubungan antara pH dan volume pentiter.
pH vs Volume
14
12
10
8
pH
pH
6
4
2
0
2.5
9.6
9.8
5.5
7.5
9.4
10
10.2
11.4
10.4
10.7
13.4
Volume (mL)
Berdasarkan data pengamatan dibuat kurva antara volume pentiter dengan pH,
seperti yang ditunjukkan pada kurva di atas. Pada kurva tersebut dapat dilihat adanya
lonjakan harga pH secara tiba-tiba. Dari data pengamatan lonjakan pH terjadi yaitu dari
pH 4,28 menjadi 11,08. Hal ini disebabkan terjadinya titik ekivalen dimana ion
hidrogen yang berasal dari HCl telah habis bereaksi dengan ion hidroksida (OH -) yang
berasal dari NaOH, sehingga tidak terdapat lagi ion hidrogen dan jumlah ion hidroksida
menjadi meningkat. Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas secara tiba-tiba
akan menyebabkan arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat pula
secara tiba-tiba dan kemudian turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi
sinyal pada pH meter adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan HCl
yang dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,0875 N). Lonjakan harga pH ini terjadi saat
titik akhir titrasi tercapai yaitu pada volume larutan pentiter (Larutan NaOH 0,1 N)
sebanyak 11,4 ml. Pada titik ekivalen, volume NaOH yang diperlukan untuk
menetralkan larutan sampel (HCl) tersebut adalah 11,241 ml. Dari hasil tersebut dapat
ditentukan konsentrasi HCl dan kadarnya dalam larutan sampel. Berdasarkan
perhitungan diperoleh konsentrasi HCl sebesar 0,0984 M atau 0,0984 N dalam
pemipetan 10 ml larutan sampel. Hasil yang diperoleh mendekati konsentrasi HCl yang
digunakan dalam percobaan, yaitu 0,1 N. Dan kadar HCl dalam larutan diperoleh
sebesar 0,36% b/v.
VIII. Kesimpulan
1. Dari kurva hubungan antara volume pentiter dan pH terlihat adanya lonjakan pH
yang drastis yaitu dari 4,28 menjadi 11,08 saat volume pentiter (NaOH 0,0875 N)
ditambahkan dari 10,9 menjadi 11,4 ml.
2. Titik akhir titrasi yang diperoleh adalah 11,241 ml, dihitung berdasarkan volume
NaOH yang menyebabkan terjadinya lonjakan pH yang drastis
3. Kadar HCl yang diperoleh dalam larutan sampel sebesar 0,36% b/v.
DAFTAR PUSTAKA
2. Penyiapan buret
Di ambil 10 ml HCl
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan penambahan pentiter sesuai buku petunjuk
Volume larutan NaOH pada titik akhir titrasi dicatat dan dihitung kadar larutan HCl