Disusun oleh:
dr. Hanna Immanuela
Pendamping:
dr. Ayi Irma Marliana
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu
syarat dalam penyelesaian Program Internship Dokter Indonesia. Laporan kasus ini dapat
terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. dr. Ayi Irma Marliana, selaku pendamping utama Dokter Internship di Puskesmas
Malingping yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam pengerjaan laporan
kasus ini.
2. dr. Riana Regina Gonggalang, selaku pendamping lapangan Dokter Internship di
Puskesmas Malingping yang telah memberikan bimbingan dalam kegiatan harian.
3. Bapak Juju Suardi, SKM, M.M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Malingping yang telah
memberikan kesempatan untuk belajar di Puskesmas Malingping.
4. Bd. Euis, selaku Pemegang Program KIA-KB Puskesmas Malingping yang telah
memberikan data dalam pengerjaan laporan kasus ini.
5. dr. Budi Mulyanto, selaku Kabid SDK, Farmasi dan POM Dinas Kesehatan Kabupaten
Lebak yang telah membimbing Dokter Internship.
6. Yeni Srimulyani.,S.Kep,Ners, selaku Kasi SDMK dan SIK Dinas Kesehatan
Kabupaten Lebak yang telah memberi arahan kepada Dokter Internship.
7. Pasien yang telah ikut berpartisipasi dalam laporan kasus ini.
8. Orangtua, keluarga serta teman-teman Dokter Internship yang telah memberikan
dukungan dan doa dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Saya berharap hasil laporan kasus ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan seluruh pihak
terkait.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HANNA IMMANUELA
Lembar ini menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan laporan kasus hasil karya
penulis dengan nama di atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan dalam segala
aspek untuk diajukan dalam presentasi laporan kasus.
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………1
Kata Pengantar……………………………………………………………………... 2
Lembar Pengesahan…………………………………………………………………3
Daftar Isi…………………………………………………………………………….4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 6
1.3 Tujuan Laporan Kasus…………………………………………………….. 6
1.4 Manfaat Laporan Kasus……………………………………………………. 6
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………30
3.2 Saran………………………………………………………………………..30
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..32
LAMPIRAN……………………………………………………………………….33
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
tetap tinggi di 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi kecenderungan
penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil mencapai target MDGs yang
harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.3,4,5
Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang diadakan pada Februari 2019,
disebutkan ada 83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara ada 9.825
kematian ibu di Puskesmas, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit. Penyebab
kematian ibu di Indonesia per 2019 antara lain akibat hipertensi (33,07%), perdarahan
obstetrik (27.03%), komplikasi non obstetric (15.7%), komplikasi obstetric lainnya
(12.04%), infeksi pada kehamilan (6.06%) dan penyebab lainnya (4.81%).5
AKI di Kabupaten Serang tahun 2017 adalah 195/100.000 KH. Kematian ibu di
Kabupaten Serang tahun 2017 berdasarkan tiga penyebab kematian ibu tertinggi adalah
Perdarahan (37,9%), Eklampsi (27,6%) dan Penyakit Jantung (22%).6
Kematian ibu akibat perdarahan postpartum dapat diatasi dengan mengoptimalkan
pelayanan kesehatan ibu terutama di Fasilitas Kesehatan Primer sebagai upaya untuk
mencegah dan menangani komplikasi perdarahan postpartum sehingga target MDGs
dapat diraih. Untuk mendukung pencapaian target tersebut, dibutuhkan petugas
kesehatan yang terlatih dan pedoman yang aplikatif.
6
2. Manfaat untuk Dokter Internship
a. Sebagai sumber pengetahuan dalam mempelajari perdarahan postpartum.
b. Sebagai referensi dalam penyusunan laporan kasus berikutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.4 Faktor Risiko Perdarahan Postpartum
Faktor risiko PPS meliputi grande multipara dan gemelli. Meskipun demikian,
PPS dapat saja terjadi pada perempuan yang tidak teridentifikasi memiliki faktor
risiko secara riwayat maupun klinis.7
Faktor risiko PPS dapat muncul saat antepartum maupun intrapartum dan
asuhan harus dimodifikasi saat faktor risiko tersebut terdeteksi. Praktisi harus
menyadari risiko PPS dan menjelaskan hal ini pada saat konseling mengenai
pemilihan tempat persalinan yang penting untuk kesejahteraan dan keselamatan ibu
dan bayi.7
9
10
B. Penilaian dan Manajemen Risiko Intrapartum
11
Pasien dengan faktor risiko intrapartum untuk PPS, memerlukan monitor
meliputi tanda-tanda vital, tonus fundus, dan kehilangan darah 1-2 jam segera
setelah melahirkan.7
12
2.5 Diagnosis Perdarahan Postpartum
Beberapa teori telah menyatakan bahwa pengukuran kehilangan darah saat
persalinan bertujuan untuk memastikan diagnosis perdarahan postpartum pada saat
yang tepat dan memperbaiki hasil akhir (outcome). Meskipun demikian, belum ada
studi yang secara langsung dapat menjawab pertanyaan penelitian tersebut.7
Adapun beberapa metode/teknis yang sering digunakan untuk menghitung
perkiraan jumlah kehilangan darah setelah persalinan pervaginam antara lain
metode perkiraan visual dan metode kuantitatif. Pada penelitian telah yang
dilakukan, didapatkan bahwa metode perkiraan visual menilai lebih rendah dari
13
jumlah yang sebenarnya jika dibandingkan dengan metode kuantitatif. Namun tidak
sedikit juga penelitian menunjukkan bahwa metode perkiraan visual
memprediksikan kehilangan darah mendekati kehilangan darah yang
sesungguhnya.
Metode perkiraan visual tersebut antara lain:
a. Pembalut; standar mampu menyerap 100 mL darah.
b. Tumpahan darah di lantai; dengan diameter 50 cm, 75 cm, 100 cm berturut-
turut mewakili kehilangan darah sebesar 500 mL, 1000 mL, 1500 mL.
c. Kidneydish/Nierbeken; mampu menampung 500 mL.
d. Underpads ukuran 75 cm x 57 cm; mewakili kehilangan darah sebesar 250
mL.
e. Kassa; ukuran 10 cmx10 cm menampung 60 mL darah, sedangkan kassa
ukuran 45 cmx45 cm menampung 350 mL darah.
14
Metode kuantitatif dilakukan dengan cara pemasangan pispot bersih di bokong
ibu setelah bayi lahir sehingga darah yang keluar diukur setelah berakhirnya proses
persalinan kala II.
Penyebab dari PPS adalah 4T yang merupakan singkatan dari Tone, Trauma,
Tissue dan Thrombin. Tone merupakan masalah pada 70% kasus PPS, yaitu
diakibatkan oleh atonia dari uterus. Sedangkan, 20% kasus PPS disebabkan oleh
trauma. Trauma dapat disebabkan oleh laserasi serviks, vagina dan perineum,
perluasan laserasi pada SC, ruptur atau inversi uteri dan trauma non traktus
genitalia, seperti ruptur subkapsular hepar. Sementara itu, 10% kasus lainnya dapat
disebabkan oleh faktor tissue yaitu seperti retensi produk konsepsi, plasenta
(kotiledon) selaput atau bekuan, dan plasenta abnormal. Faktor penyebab dari
thrombin diantaranya abnormalitas koagulasi yang sangat jarang terjadi yaitu
sekitar <1% kasus.7
15
2.6 Tatalaksana Perdarahan Postpartum
Terapi perdarahan postpartum yang efektif sering memerlukan intervensi
multidisiplin yang simultan. Tenaga kesehatan harus memulai usaha resusitasi
sesegera mungkin, menetapkan penyebab perdarahan, berusaha mendapatkan
bantuan tenaga kesehatan lain, seperti ahli obstetri, anestesi dan radiologi.
Menghindari keterlambatan dalam diagnosis dan terapi akan memberikan dampak yang
bermakna terhadap sekuele dan prognosis.7
Bila perdarahan postpartum terjadi, harus ditentukan dulu kausa perdarahan,
kemudian penatalaksanaannya dilakukan secara simultan, meliputi perbaikan tonus
uterus, evakuasi jaringan sisa, dan penjahitan luka terbuka disertai dengan persiapan
koreksi faktor pembekuan.7
Perdarahan biasanya disebabkan oleh tonus, tissue, trauma atau thrombin. Bila
terjadi atonia uterus, lakukan perbaikan pada tonus uterus. Bila kausa perdarahan
berasal dari tissue, lakukan evakuasi jaringan sisa plasenta. Lakukan penjahitan luka
terbuka bila terjadi trauma dan koreksi faktor pembekuan bila terdapat gangguan pada
thrombin.7
Tahapan penatalaksanaan perdarahan postpartum dilakukan dengan prinsip
“HAEMOSTASIS”, yaitu:
- Ask for HELP
Segera meminta pertolongan atau dirujuk ke rumah sakit bila persalinan dilakukan
di bidan/PKM. Kehadiran ahli obstetri, bidan, ahli anestesi, dan hematologis
menjadi sangat penting.
Pendekatan multidisipliner dapat mengoptimalkan monitoring dan pemberian
cairan. Monitoring elektrolit dan parameter koagulasi adalah data yang penting
untuk penentuan tahap tindakan berikutnya.
16
crossmatch (RIMOT = Resusitasi, Infus 2 jalur, Monitoring keadaan umum, nadi
dan tekanan darah, Oksigen, dan Team approach). Diberikan cairan kristaloid dan
koloid secara cepat sambil menunggu hasil crossmatch.
- OXYTOCIN infusion/prostaglandins–IV/perrectal/IM/intramyometrial
Dapat dilakukan pemberian oksitosin 40 unit dalam 500 cc normal salin dengan
kecepatan 125 cc/jam (peringkat bukti IA, rekomendasi A). Hindari kelebihan
cairan karena dapat menyebabkan edema pulmoner hingga edema otak yang pada
akhimya dapat menyebabkan kejang karena hiponatremia. Hal ini timbul karena
efek antidiuretic hormone (ADH) - like effect dan oksitosin; sehingga monitoring
17
ketat masukan dan keluaran cairan sangat esensial dalam pemberian oksitosin
dalam jumlah besar. Pemberian ergometrin sebagai lini kedua dari oksitosin
dapat diberikan secara intramuskuler atau intravena. Dosis awal 0,2 mg (secara
perlahan), dosis lanjutan 0,2 mg setelah 15 menit bila masih diperlukan. Pemberian
dapat diulang setiap 2-4 jam bila masih diperlukan. Dosis maksimal adalah 1 mg
atau 5 dosis per hari. Kontraindikasi pada pemberian ergometrin yaitu
preeklampsia, vitiumcordis, dan hipertensi (peringkat bukti IA, rekomendasi A).
Bila PPS masih tidak berhasil diatasi, dapat diberikan misoprostol per rektal 800-
1000ug.
Pada perdarahan masif perlu diberikan transfusi darah, bahkan juga diperlukan
pemberian fresh frozen plasma (FFP) untuk menggantikan faktor pembekuan yang
turut hilang. Direkomendasikan pemberian 1 liter FFP (15 mL/kg) setiap 6 unit
darah. Pertahankan trombosit di atas 50.000, bila perlu diberikan transfusi
trombosit. Kriopresipitat direkomendasikan bila terjadi DIC yang ditandai dengan
kadar fibrinogen <1 gr/dl (10 gr/L).
18
Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan dan mencegah koagulopati karena
perdarahan masif serta kebutuhan tindakan bedah. Hal ini perlu dilakukan pada
pasien yang tidak membaik dengan terapi medis. Pemasangan tamponade uterus
dapat menggunakan Bakri SOS baloon dan tampon balon kondom kateter.
Biasanya dimasukkan 300-400 cc cairan untuk mencapai tekanan yang cukup
adekuat sehingga perdarahan berhenti. Balon tamponade Bakri dilengkapi alat
untuk membaca tekanan intrauterin sehingga dapat diupayakan mencapai tekanan
mendekati tekanan sistolik untuk menghentikan perdarahan. Segera libatkan
tambahan tenaga dokter spesialis kebidanan dan hematologis sambil menyiapkan
ruang ICU.
- APPLY compression sutures–B-Lynch/modified
Dalam menentukan keputusan, harus selalu dipertimbangkan antara
mempertahankan hidup dan keinginan mempertahankan fertilitas. Apabila
tindakan B-Lynch tidak berhasil, dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.
- SYSTEMATIC pelvic devascularization
Ligasi a. uterina dan ligasi a. Hipogastrika.
- INTERVENTIONAL radiologis, if appropriate, uterine artery embolization
- SUBTOTAL/ TOTAL ABDOMINAL HYSTERECTOMY
Pilihan obat:
19
kombinasi ini. Selain itu, adanya insidens peningkatan tekanan darah
diastolik juga ditemukan.
• Misoprostol dibandingkan dengan Injeksi Uterotonika; terjadi peningkatan
risiko perdarahan >1000 ml pada perempuan yang menerima misoprostol
oral (400-800 ng) namun tidak ada perbedaan yang bermakna secara
statistik pada insiden morbiditas berat, termasuk kematian maternal.
• Untuk manajemen perdarahan postpartum, oksitosin lebih dipilih
dibandingkan ergometrin tunggal, kombinasi oksitosin-ergometrin dan
prostaglandin. Jika oksitosin tidak tersedia, atau perdarahan tidak berespon
dengan oksitosin dan metil ergometrin sebaiknya diberikan misoprostol
Jika lini kedua tidak tersedia, atau jika perdarahan tidak berespon terhadap
lini kedua, prostaglandin sebaiknya ditawarkan sebagai lini ketiga.
- Misoprostol (bentuk tablet yang digunakan via oral, sublingual dan rektal)
20
- Injeksi Asam Traneksamat
- Injeksi rekombinan faktor VIIa
1. Massase uterus
Masase uterus sebagai terapi yaitu memijat uterus secara manual melalui
abdomen dan dipertahankan sampai perdarahan berhenti atau uterus
berkontraksi dengan adekuat. Masase uterus sebaiknya dilakukan segera
setelah plasenta lahir dan dipertahankan terus sampai kontraksi uterus baik.
2. Kompresi bimanual
Kompresi bimanual interna dapat dilakukan pada kasus PPS dengan atonia
uteri sementara menunggu terapi lebih lanjut. Seorang tenaga medis harus
terlatih secara benar dalam aplikasi komplikasi bimanual dan dinyatakan
bahwa prosedur tersebut dapat menyebabkan nyeri.
21
metode sementara untuk terapi PPS saat resusitasi sambil menunggu rencana
terapi dibuat. Kompresi eksterna sebagai terapi PPS karena atonia uteri setelah
persalinan pervaginam dapat dilakukan sebagai metode sementara sampai
terapi yang sesuai tersedia.
Dilakukan sesuai indikasi. Transfusi produk darah diperlukan bila jumlah darah
yang hilang cukup masif dan masih terus berlanjut, terutama jika tanda vital
tidak stabil. Tujuan dari transfusi produk darah adalah untuk mengganti faktor
koagulasi dan sel darah merah yang berkapasitas membawa oksigen, bukan
sebagai pengganti volume.
22
“TERAPI PPS SEKUNDER”
23
2.7 Komplikasi Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum dapat menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi
diantaranya:
- Perdarahan yang sangat cepat menyebabkan kolapsnya sirkulaai dan
mengarah kepada syok dan kematian.
- Anemia purpura dan morbiditas.
- Kerusakan pada alirah darah ke kelenjar hipofisis sehingga menyebabkan
nekrosis (Sindroma Sheehan).
- Rasa takut pada ibu untuk menjalani kehamilan berikutnya.
24
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun
Alamat : Kp. Marga RT 05/RW 02, Desa Sukamanah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 24 September 2020
KELUHAN UTAMA:
OS mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang setelah melahirkan 10 jam
sebelumnya di Puskesmas.
25
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat anemia disangkal.
- Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya disangkal.
- Riwayat melahirkan bayi besar (> 4000 gram) disangkal.
- Riwayat melahirkan anak kembar disangkal.
- Riwayat retentio plasenta disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda-Tanda Vital
KU: TSS
Kes: CM
TD:
Pukul Keterangan Tekanan Darah
(mmHg)
00:00 Kala I fase aktif (pembukaan 4) 130/80
03:30 Kala I fase aktif (pembukaan 8) 130/90
03:50 Kala II 130/90
04:00 Kala III 130/90
04:30 Kala IV 130/90
08:00 Observasi postpartum 90/70
11:00 Observasi postpartum 90/70
12:00 Observasi postpartum 80/70
13:30 Observasi postpartum 80/palpasi
14:30 Post resusitasi cairan 100/80
15:00 Post resusitasi cairan 110/80
20:00 Post resusitasi cairan 110/80
HR:
Pukul Keterangan Heart Rate (kali/menit)
00:00 Kala I fase aktif 82
03:50 Kala II 84
04:00 Kala III 86
04:30 Kala IV 98
13:30 Observasi postpartum 134
14:30 Post resusitasi cairan 102
RR: 22 x/menit
T: 36,5 C
26
- Pemeriksaan Fisik
Antropometri
TB: 155 cm
BB: 75 kg
BMI: 31,2
Status generalis
Mata: CA +/+, SI -/-
Pulmo: BND ves, Rh -/-, Wh -/-
Cor: BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: supel, BU (+), timpani, NT (-)
Ekstremitas: akral lembab, pucat, CRT<3”
Status Obstetrik
Inspeksi:
- Inspeksi perineum dan perianal: tidak ada laserasi dan perdarahan aktif.
- Inspekulo: tidak didapatkan laserasi dan perdarahan aktif dari fornix, portio
maupun serviks.
Palpasi:
- Kontraksi fundus uteri kurang adekuat.
- TFU:
TFU Keterangan Dalam cm/Perabaan
00:00 Kala I fase aktif 32 cm
04:00 Kala III 2 jari di atas pusat
04:30 Kala IV Setinggi pusat
08:00 Observasi postpartum 1 jari di bawah pusat
13:30 Observasi postpartum 2 jari di bawah pusat
14:30 Post resusitasi cairan Setinggi pusat
Vaginal toucher: melalui eksplorasi manual tidak ada sisa jaringan plasenta
maupun bekuan darah.
27
HbsAg: negatif
HIV: negatif
DIAGNOSTIK HOLISTIK
A. Aspek Personal
- Alasan kedatangan : mulas-mulas.
- Harapan : ibu dan bayi lahir dengan selamat.
- Kekhawatiran : nyeri dan perdarahan pada persalinan.
B. Aspek Klinis: P5A0 + syok hipovolemik grade … ec. perdarahan post partum
primer ec.suspect Atonia Uteri dd/ Thrombin?
PENATALAKSANAAN
Farmakologis
- IVFD RL 2 line loading 1000 cc
- Oksitosin 1 ampul loading dalam 500 cc RL (IV)
- Asam Tranexamat 1x500 mg (IV)
- Tablet Fe 1x1 tab (PO)
Non-farmakologis
- Oksigenasi: NK 3 lpm
- Terpasang kateter urin
- Terpasang tampon uteri
- Observasi TTV dan perdarahan per 30 menit
28
- Edukasi tentang kontrasepsi untuk Keluarga Berencana
PROGNOSIS
- Quo ad vitam: dubia ad bonam
- Quo ad functionam: dubia ad bonam
- Quo ad sanationam: dubia ad bonam
29
BAB IV
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum masih menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi AKI
(Angka Kematian Ibu) di Indonesia. Diperlukan upaya pencegahan dan tatalaksana
yang tepat untuk perdarahan postpartum di Fasilitas Kesehatan Primer, khususnya
Puskesmas.
Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan di Puskesmas adalah dengan
melakukan penilaian terhadap faktor risiko perdarahan postpartum. Dengan
mengetahui adanya faktor risiko tersebut maka manajemen dapat segera dilakukan.
Tatalaksana yang cepat dan tepat pada kasus perdarahan postpartum di Puskesmas
mulai dari menegakkan diagnosis, resusitasi cairan hingga mencari penyebab
perdarahan postpartum dapat mencegah terjadinya komplikasi dan mempermudah
manajemen sistem rujukan. Prognosis perdarahan postpartum umumnya baik bila
ditangani dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan hasil dari laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya
upaya pencegahan dan tatalaksana perdarahan post partum yang tepat di Puskesmas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari laporan kasus ini, berikut beberapa harapan dan
sasaran yang dapat diberikan:
1. Pasien diharapkan dapat lebih mengetahui tentang perdarahan postpartum
secara menyeluruh dengan panduan yang singkat, padat dan mudah dimengerti.
2. Tenaga Kesehatan di Puskesmas dapat melakukan kegiatan edukatif mengenai
pencegahan perdarahan postpartum secara berkelanjutan kepada ibu hamilyang
menjadi sasaran sehingga dapat membantu upaya pencegahan perdarahan
postpartum. Tenaga Kesehatan di Puskesmas juga dapat memperlengkapi diri
dengan mengikuti kegiatan ilmiah dan pelatihan mengenai tatalaksana
perdarahan postpartum.
30
3. Kader diharapkan dapat menyampaikan informasi kepada ibu hamil untuk rutin
menghadiri Posyandu dan ANC ke fasilitas kesehatan primer serta membawa
dan membaca buku pink.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
LAMPIRAN
PARTOGRAF
34