Anda di halaman 1dari 118

LAPORAN TUGAS AKHIR

Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan


Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal
Indonesia Tanjung Perak Surabaya

Disusun oleh :

Nama : Imroatul Husna

NIM : 2017.01.3.0089

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PELABUHAN


PROGRAM DIPLOMA PELAYARAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020
Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan
Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak
Surabaya

TUGAS AKHIR

Untuk memperoleh Ahli Madya


Dalam Program Studi Manajemen Pelabuhan
Program Diploma Pelayaran
Universitas Hang Tuah

Oleh :

IMROATUL HUSNA

NIM : 2017.01.3.0089

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PELABUHAN


PROGRAM DIPLOMA PELAYARAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2020

i
Program Diploma Pelayaran
Hal : Persetujuan Tugas Akhir
Lamp : -

Kepada
Yth. Direktur Program Diploma Pelayaran
UNIVERSITAS HANG TUAH
Di
Surabaya

Setelah melaksanakan pembimbingan tugas akhir, maka kami selaku pembimbing


berpendapat bahwa tugas akhir Saudara :

Nama : IMROATUL HUSNA


NIM : 2017.013.0089
Judul : ANALISIS SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI LAPANGAN
PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS PT. NILAM PORT TERMINAL
INDONESIA TANJUNG PERAK SURABAYA

Dinyatakan telah selesai dan dapat dilakukan ujian dalam sidang ujian Tugas Akhir.

Surabaya,

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Ekka Pujo A. S.E, M.Kom Sofyan Poli. S.Sos, M.M

ii
Program Diploma Pelayaran
iii
Program Diploma Pelayaran
HALAMAN MOTTO

“Semua orang itu merugi, kecuali mereka yang BERILMU.

Semua orang berilmu itu merugi, kecuali mereka yang BERAMAL.

Semua orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang IKHLAS.”

----Imam Al-Ghazali----

iv
Program Diploma Pelayaran
HALAMAN PERSEMBAHAN

v
Program Diploma Pelayaran
ABSTRAK

Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia adalah
pelabuhan multipurpose yang memberikan penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal
bongkar muat petikemas di pelabuhan. Kebakaran di terminal petikemas dapat menyebabkan
banyak kerugian karena memengaruhi nilai aset, proses kerja, dan peluang kerja yang tinggi.
Salah satu upaya untuk mengurangi resiko dan dampak akibat kebakaran adalah dengan adanya
sistem tanggap darurat. Salah satu upaya untuk mengurangi resiko dan dampak yang disebabkan
oleh kebakaran adalah membutuhkan penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan benar
sesuai peraturan yang berlaku.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan
sistem tanggap darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di
terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif
Desktiptif, serta menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari nara sumber dan data
sekunder diperoleh dari dokumen yang memuat fakta-fakta deskriptif, dengan wawancara dan
observasi di lapangan. Penelitian ini dilakukan secara langsung di PT. Nilam Port Terminal
Indonesia. Dalam tugas akhir ini akan dipaparkan bagaimana penerepan sistem tanggap darurat
kebakaran yang ada di PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Hasil dari analisis ini dapat
disimpulkan bahwa PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah melaksanakan sistem tanggap
darurat kebakaran sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun ada beberapa pelaksanaan yang
belum optimal seperti penempatan dan perawatan alat pemadam kebakaran yang kurang tepat,
kesadaran para pekerja akan adanya bahaya kebakaran, pelatihan tanggap darurat kebakaran.

Kata Kunci: Tanggap Darurat, Kebakaran, Lapangan penumpukan.

vi
Program Diploma Pelayaran
ABSTRACK

Container Yard PT. Nilam Port Terminal Indonesia is multipurpose port giving service
provide operational container loading and unloading at the port. A fire at the container terminal
can cause a great deal of loss as it affects a high value of asset, work process and amployment
opportunities. One of the efforts to decrease the risk and impact due to the fire is the emergency
response system . One of the efforts to reduce the risk and impacts caused by fires is to require
the application of a proper and correct amergency response system in accordance with applicable
regulations. The purpose of the study is to analyze the emergency response system in the effort
to prevent and control a fire disaster at terminal container PT. Nilam Port Terminal Indonesia.
The research is a Descriptive Qualitative research, as well as using primary data sources obtained
from sources and secondary data obtained from documents that contained descriptive facts with
interviews and yard observation. This research was conducted directly at PT. Nilam Port
Terminal Indonesia. In this thesis will be explained how the application of the fire emergency
response system that is in PT. Nilam Port Terminal Indonesia. The results of this analysis can be
concluded that PT. Nilam Port Terminal Indonesia has implemented a fire emergency response
system in accordance with applicable regulations, but there are some implementations that have
not been optimal such as improper placement and maintenance of fire extinguishers, then
workers awarness of the danger of fire, and emergency response training.

Keywords: Emergency Response, Fire, Container Yard

vii
Program Diploma Pelayaran
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

Dengan selesainya penulisan Tugas Akhir ini perkenankan saya mengucapkan


terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. ALLAH SWT yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, dan nikmat yang luar biasa
keapada saya.
2. Rektor Universitas Hangtuah Surabaya Laksamana Muda TNI (Purn) Dr. Ir. Sudirman,
S.IP. SE., M.AP., M.H yang telah memberikan kesempatan kepada saya mengikuti kuliah
pada Program Diploma Pelayaran Universitas Hangtuah.
3. Direktur Program Diploma Pelayaran Djamaluddin Malik.,SE.,MAP.,ANT-II yang telah
memberikan kesempatam kepada saya untuk mengikuti Program studi Manajemen
Pelabuhan.
4. Dosen Pembimbing I Bapak Ekka Pujo A. S.E, M.Kom yang telah bersedia membimbing
saya dengan penuh kesabaran sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat saya selesaikan.
Serta selalu membantu memberikan kemudahan bila ada kesulitan selama masa
perkuliahan dan membimbing hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terimakasih atas
segala bantuan dan waktu yang telah diberikan.
5. Dosen pembimbing II Bapak SofyanPoli. S.Sos, M.M yang telah bersedia
meluangkan waktu dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada saya dalam menyusun tugas akhir ini.
6. Semua Dosen dan Karyawan Program Diploma Pelayaran dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan pada saya selama mengikuti perkuliahan di PDP.
7. Manager Operational PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak, Surabaya
Bapak Jairin yang memberikan kesempatan untuk praktek darat sehingga saya
mendapatkan pengalaman yang sangat banyak sebagai bahan penulisan Tugas Akhir
maupun dalam dunia kerja nantinya.yang telah mengijinkan saya untuk melaksanakan
praktek darat (PRADA)
8. Seluruh Staf PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak, Surabaya yang
telah membantu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
viii
Program Diploma Pelayaran
9. Kedua orang tua saya, ayah Harmadi dan ibu Sri Sayekti yang telah membiayai kuliah
saya selama ini, yang telah mendo’akan saya selama ini untuk menjadi anak yang baik
dan membuat orang tua bangga, yang telah memberikan motivasi dan sayang yang luar
biasa pada saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kedua adik laki-laki saya, Yusuf dan Farhan yang selama ini telah menemani saya,
memberikan motivasi dan sayang yang luar biasa pada saya untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11. Teman-teman PDP Khususnya KPN C yang telah saling membantu dalam penulisan
tugas akhir ini dan juga menjadi teman seperjuangan dalam melewati susah senangnya di
PDP.
12. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir.

Penelitian ini disusun guna mengetahui seberapa dalamnya pengetahuan


taruna/taruni PDP (Program Diploma Pelayaran), jurusan Manajemen Pelabuhan
tentang Sistem Tanggap Darurat Kebakaran supaya taruna/taruni PDP (Program
Diploma Pelayaran) sedikit banyak mengetahui pentingnya pengetahuan akan hal
tersebut.
Segala kesalahan dan kekurangan dalam penelitian ini hanya milik
penyususn semata dan segala kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Tuhan
Yang Maha Esa semata, akhirnya saya hanya mampu berharap semoga apa yang
telah saya susun ini bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyususn dan kepada
semua yang berkompeten dalam bidang Manajemen Pelabuhan pada umumnya.

Surabaya, .................................. 2020

Penulis,

IMROATUL HUSNA

2017.013.0089

ix
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii


HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................................... vi

ABSTRAC ..................................................................................................................... vii


KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. x


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................


1.1 Latar Belakang ............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................


1.3 Tujuan Masalah ...........................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................


1.5 Batasan Penelitian .......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................


2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................................

2.2 Landasan Teori ............................................................................................


2.2.1 Analisis ..........................................................................................
2.2.2 Keadaan Darurat ..............................................................................

2.2.2.1 Jenis Keadaan Darurat ........................................................


2.2.2.2 Penyebab Keadaan Darurat ................................................

2.2.3 Kebakaran .......................................................................................


2.2.4 Unsur-Unsur Terjadinya Kebakara ..................................................

2.2.4.1 Bahan Bakar .......................................................................

x
Program Diploma Pelayaran
2.2.4.2 Oksigen ..............................................................................

2.2.4.3 Panas ..................................................................................


2.2.5 Klasifikasi Kebakaran .......................................................................

2.2.5.1 Kategori Kebakaran ............................................................


2.2.5.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran .............................

2.2.6 Faktor Terjadinya Kebakaran ............................................................


2.2.6.1 Faktor Manusia ...................................................................

2.2.6.2 Faktor Teknis ......................................................................


2.2.6.3 Faktor Alam ........................................................................
2.2.7 Sistem Proteksi Kebakaran ................................................................

2.2.8 Sistem Proteksi Aktif .........................................................................


2.2.8.1 Alat Pemadam Api (APAR) ....................................

2.2.8.2 Hidran .....................................................................


2.2.8.3 Sprinkle ...................................................................

2.2.8.4 Detektor Asap .........................................................


2.2.8.5 Alarm Kebakaran ....................................................

2.2.9 Identifikasi Bahaya Kebakaran ..........................................................


2.2.10 Sistem Tanggap Darurat ..................................................................

2.2.11 Manajemen Tanggap Darurat Kebakaran ........................................


2.2.11.1 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran ...............
2.2.11.2 Pencegahan Kebakaran ........................................

2.2.11.3 Penanggulangan Kebakaran .................................


2.2.11.4 Rehabilitasi ...........................................................

2.2.12 Sarana Penyelamatan Jiwa ..............................................................


2.2.12.1 Titik Kumpul ........................................................

2.2.13 Pelatihan Tanggap Darurat Kebakaran ..........................................


2.2.14 Lapangan Penumpukan .................................................................

2.2.15 Petikemas .....................................................................................


2.2.16 Muatan Berbahaya .........................................................................
xi
Program Diploma Pelayaran
2.2.17 Ketentuan Muatan Berbahaya ........................................................

2.2.18 RTG ..............................................................................................


2.2.19 Head Truck dan Chassis .................................................................

2.3 Kerangka Berfikir ...............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

xii
Program Diploma Pelayaran
xiii
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR GAMBAR

xiv
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR TABEL

xv
Program Diploma Pelayaran
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi membuat sektor industri mengalami kemajuan pesat yang

mendorong industri untuk meningkatkan produktifitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

Kemajuan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya peralatan dan bahan-bahan baku baru

untuk menghasilkan produk yang baru pula. Menyebabkan terjadinya perdagangan bebas

antar pulau bahkan antar negara. Hal ini mengakibatkan terjadinya perpindahan barang

dalam jumlah yang besar dan dapat di jangkau melalui berbagai jalur seperti jalur darat,

udara, dan perairan. Salah satunya dalam perpindahan barang melalui jalur perairan

membutuhkan pelabuhan besar yang mengatur handling petikemas.

Faktor resiko terkait dengan operasional di area kerja pelabuhan/ terminal

handling petikemas akan selalu menyertai dan perlu untuk mendapat perhatian serius dari

semua pihak. Resiko seperti kebakaran dan ledakan akibat kesalahan prosedur

pengoperasian yang terjadi di lingkungan kerja akan menjadi ancaman serius yang harus

ditanggapi. Bahan-bahan baku dan produk yang dihasilkan dari proses produksi terkadang

mengandung bahan berbahaya, yang apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam

pengelolaan, penanganan dan penaggulangannya dapat mengakibatkan bencana besar yang

menimbulkan kerugian yang sangat besar pula. Penggunaan teknologi terkini dengan

material berbahahaya dan proses kerja yang kompleks, terdapat potensi bahaya yang besar

jika tidak dikelola dengan baik yang memungkinkan akan terjadinya kecelakaan kerja dan

bahkan keadaan darurat.

1
Program Diploma Pelayaran
2

Keadaan darurat adalah keadaan yang sulit serta tak terduga, kejadian yang tidak

direncanakan yang dapat menimpa siapapun yang akan menyebabkan kematian atau injury

yang signifikan pada para pekerja, pelanggan atau masyarakat umum, atau kejadian yang

dapat mematikan bisnis atau usaha, menghentikan kegiatan operasional, menyebabkan

kerusakan fisik atau lingkungan, atau sesuatu yang dapat mengancam kerugian fasilitas

keuangan atau reputasi perusahaan di mata masyarakat. Kejadian yang membutuhkan

penanganan sesegera mungkin.

Menurut FEMA (Federal Emergency Management Agancy), keadaan darurat

adalah segala kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang bisa

mengakibatkan kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan atau bahkan masyarakat,

mematikan/mengganggu proses pekerjaan, menyebabkan kerusakan fisik atau lingkungan,

atau mengancam kerusakan faslitas bangunan, atau merusak citra publik.

Situasi yang berpotensi darurat merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana

keadaan ini cenderung atau berpotensi membahayakan. Situasi seperti ini hendaknya segera

diantisipasi karena jika dibiarkan situasi ini akan menjadi situasi darurat. Situasi ini sering

terjadi karena adanya kelalaian atau ketidak telitian pekerja terhadap bidang pekerjaanya

sehingga menyebabkan lingkungan kerja berpotensi membahayakan diri. Bahaya yang perlu

diperhatikan adalah bahaya yang dapat menimbulkan keadaan darurat dan mengakibatkan

pekerja serta masyarakat disekitarnya terancam, salah satunya yaitu bahaya kebakaran.

Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali yang dapat terjadi karena

bereaksinya 3 unsur, yaitu bahan mudah terbakar, sumber panas, dan oksigen. Suatu

kejadian yang tidak terkendali diluar kemampuan dan keinginan manusia. Kebakaran
Program Diploma Pelayaran
3

merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang sangat merugikan semua pihak, baik pihak

pengelola dan perusahaan, hal ini menimbulkan berbagai macam kerugian yang bersifat

ekonomi maupun non ekonomi seperti sakit, cidera bahkan meninggal dunia. Jika kebakaran

sudah terjadi, maka perusahaan harus melakukan penanggulangan yang tepat dan sesuai

dengan standar atau prosedur yang berlaku agar pekerja selamat, meminimalkan kerusakan,

dan ancaman bahaya bagi orang sekitarnya dapat terhindar. Bahaya tersebut dapat dicegah

apabila perusahaan memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencegahnya. Oleh karena

itu, potensi bahaya kebakaran harus ditemukan dan diteliti, agar selanjutnya risiko yang

dihasilkan tidak berdampak besar atau bahkan dapat dicegah, berbagai langkah dan upaya

penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal penting yang perlu diterapkan dan

dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya bahaya kebakaran dapat dilakukan melalui pengertian dan pemahaman

yang baik tentang sebab-sebab terjadinya kebakaran, proses terjadinya kebakaran dan akibat

yang dapat ditimbulkan sebagai prinsip dasar dalam melakukan penanggulangan kebakaran.

Dibutuhkan suatu sistem tanggap darurat guna sebagai penanggulangan bahaya kebakaran.

Upaya pencegahan bahaya kebakaran haruslah menjadi program dalam kebijaksanaan

manajemen perusahaaan dan juga harus didukung oleh segenap pekerja.

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) merupakan terminal multipurpose

yang terletak disisi timur, Tanjung Perak Surabaya. PT. Nilam Port Terminal Indonesia

(NPTI) memberikan penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar muat

container di pelabuhan (container terminal handling) yang handal, aman, dan terintegrasi

antar moda. Terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia memiliki CY

(Container Yard) yang menjadi tempat proses kerja berlangsung. CY (Container Yard)

tersebut memiliki enam blok terdiri dari blok (A, B, C, D, E, dan F) dengan fasilitas riffer

Program Diploma Pelayaran


4

plug (blok khusus untuk container river) pada blok D. Pada setiap Blok di CY (Container

Yard) memiliki proses kerja yang sama dengan sistem penyusunan petikemas yang berbeda.

Terdapat 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) yang merupakan milik dari PT. NPTI sendiri

dan 1 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) milik PT. Pelindo III, 32 unit head truck beserta

trailer milik PT. NPTI yang terdiri dari 18 unit untuk kegiatan Lolo haulage dan 14 unit

untuk kegiatan Relokasi Depo (REPO) untuk kegiatan Truck Losing (TL).

Di dalam proses kerja handling petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia

tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai jenis muatan dan penggunaan alat

besar pengangkut container dilapangan penumpukan yang dapat berpotensi menimbulkan

bahaya salah satunya potensi bahaya kebakaran. Jika dalam proses kerja handling petikemas

tidak memperhatikan adanya sistem tanggap darurat kebakaran yang baik, maka akan

menimbulkan suatu bahaya yang dapat merugikan bagi perusahaan dan terutama bagi para

pekerja yang langsung bekerja di lapangan.

Terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) merupakan salah

satu perusahaan yang memiliki potensi bahaya kebakaran yang besar dalam kegiatan

operasional handling. Faktor bahaya yang terdapat di perusahaan berasal dari muatan

material yang berada di dalam petikemas, lingkungan kerja dengan cuaca panas yang

ekstrim, dan faktor kelistrikan yang bersumber dari mesin serta peralatan-peralatan lain yang

ada di unit kerja tersebut. Dilihat dari potensi bahaya yang dimiliki, CY (Container Yard)

memiliki potensi bahaya yang besar karena memuat berbagai macam muatan umum

(general cargo), muatan barang berbahaya (dangerous goods) yang dapat menyebabkan

kebakaran, serta instalasi listrik dan bahan bakar solar yang dipakai pada alat berat.

Program Diploma Pelayaran


5

Berdasarkan survey yang telah dilakukan, terminal petikemas PT. Nilam Port

Terminal Indonesia (NPTI) telah memiliki tim tanggap darurat yang mengadakan drill

pelatihan tanggap darurat dalam 3 (tiga) bulan sekali, namun dalam prosedur tanggap

darurat, manajemen tanggap darurat kebakaran, pengadaan alat pemadam kebakaran,

perawatan alat pemadam kebakaran, dan kesadaran para karyawan/pekerja dalam mengikuti

drill demi keselamatan bekerja di lapangan belum terlaksana dengan baik atau belum

optimal. Dengan permasalahan yang ada tersebut, penulis membuat penelitian tugas akhir

dengan judul “Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan

Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KTPS/2000

perusahaan besar dengan tingkat risiko kebakaran yang tinggi diwajibkan memiliki sistem

tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat. Dengan adanya sistem tanggap darurat maka

pengusaha atau pengelola wajib untuk memelihara sistem proteksi aktif kebakaran yang

tercantum pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. PER/04/MEN/1980.

Di dalam sistem tanggap darurat terdapat petugas tanggap darurat yang memiliki peran dan

tugasnya masing-masing menurut NFPA 101 tahun 2010 dan kepmenaker no 186 tahun

1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186 Tahun 1999 tentang

Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja, menyebutkan bahwa pengurus atau

pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, dan latihan

penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Hal demikian perlu dilakukan, karna perusahaan

harus memproteksi aset-aset yang mereka miliki.

Program Diploma Pelayaran


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian

yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

Bagaimana penerapan sistem tanggap darurat kebakaran di lapangan penumpukan

terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui penerapan sistem tanggap darurat kebakaran di lapangan

penumpukan terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, dan melatih penulis

untuk dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh dari perkuliahan.

b. Dengan melakukan penelitian, diharapkan dapat memberikan pengalaman yang

berguna bagi peneliti untuk dapat berfikir secara analisis dan dinamis di masa yang

akan datang.

c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis dan

mengembangkan wawasan tentang sistem tanggap darurat kebakaran di Terminal

Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan, sebagai bahan informasi atau bahan pertimbangan bagi perusahaan

untuk mengambil keputusan dalam menyikapi penerapan sistem tanggap darurat

Program Diploma Pelayaran


7

kebakaran di Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak

Surabaya.

b. Bagi Akademis, sebagai kelengkapan perbendaharaan perpustakaan dan dapat

menambah wawasan mahasiswa serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian

selanjutnya.

c. Bagi Pembaca, menambah pengalaman dan keterampilan sehingga mengetahui

bagaimana sistem tanggap darurat kebakaran di Terminal Petikemas PT. Nilam Port

Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya.

1.5 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang

dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Objek penelitian dilakukan di lapangan penumpukan terminal petikemas, PT. Nilam Port

Terminal Indonesia.

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi.

3. Peneliti hanya membuat penelitian tentang sistem tanggap darurat kebakaran yaitu yang

terdiri dari manajemen tanggap darurat kebakaran, prosedur tanggap darurat kebakaran,

petugas tanggap darurat, sistem proteksi aktif kebakaran, pelatihan tanggap darurat

kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini sebagai sumber referensi penulis, berikut beberapa

penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Grandis Harini

Sambada, Bina Kurniawan, Suroto (2016), yang meneliti tentang “Analisis Sistem Tanggap

Darurat Kebakaran di Container Yard 02 Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III

(Persero) Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem tanggap

darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di teminal Container

Yard 02. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan

data dilakukan dengan metode penelitian observasi dan wawancara secara mendalam.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III Semarang telah

menerapkan sistem tanggap darurat kebakaran guna pengendalian keadaan darurat

kebakaran. Container Yard 02 memiliki semua fasilitas pemadam api aktif seperti APAR

dan hidran dan titik kumpul pertemuan. Organisasi tanggap darurat di Terminal Petikemas

disusun berdasarkan Surat Perintah Nomor SP.10/KP 0301/TPKS 2016 yang beranggotakan

karyawan yang ditunjuk dari seluruh divisi yang ada. Prosedur tanggap darurat yang ada di

Terminal Petikemas berupa instruksi penanganan kebakaran No. Dokumen IKMK3L-09-01.

Namun belum terdapat prosedur pengehentian operasi dan evakuasi korban. Pelatihan

tanggap Terminal Petikemas dilakukan secara periodik yaitu tiga bulan sekali dengan bentuk

pelatihan pemberian materi dan drill namun masih belum efektif. Sarana Proteksi Aktif

Kebakaran berupa APAR dan HIDRAN halaman belum tersimpan dengan aman. Sarana

penyelamatan jiwa sudah tersedia dengan dengan baik yaitu titik kumpul yang berada dekat
7
Program Diploma Pelayaran
8

lapangan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Terminal Container sudah

menerapkan sistem keadaan darurat, seperti simulasi kebakaran, sosialisasi kebijakan

pencegahan kebakaran, pelatihan pemadam kebakaran dan evakuasi korban.

Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis buat dalam tugas

akhir saat ini adalah memiliki tujuan penelitian yang sama yaitu untuk menganalisis sistem

tanggap darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di terminal

petikemas, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dilakukan

dengan metode penelitian observasi dan wawancara secara mendalam.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis buat dalam tugas

akhir saat ini adalah penelitian terdahulu berlokasi di Container Yard 02 Terminal Petikemas

PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang yang berfokus meneliti keadaan sistem

tanggap darurat kebakaran hanya di CY 02, sedangkan penelitian yang penulis buat dalam

tugas akhir saat ini berlokasi di lapangan penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port

Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya, dengan meneliti keadaan sistem tanggap

darurat kebakaran di seluruh lapangan penumpukan PT. Nilam Port Terminal Indonesia.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Analisis

Pengertian analisis menurut KBBI (2008:58) Analisis adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb).

Program Diploma Pelayaran


9

Pengertian analisis menurut Komaruddin (2011:53) Analisis merupakan suatu

kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga

dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi

masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu.

Pengertian analisis menurut Kristanto (2003) Analisis sistem adalah suatu

proses mengumpulkan dan menginterpretasikan kenyataan-kenyataan yang ada,

mendiagnosa persoalan dan menggunakan keduanya untuk memperbaiki sistem.

Dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan suatu usaha dalam mengamati

sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan komponen pembentuknya atau

menyusun sebuah komponen untuk kemudian dikaji lebih mendalam.

2.2.2 Keadaan Darurat

Menurut FEMA (Federal Emergency Management Agency) Keadaan darurat

adalah kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang bisa mengakibatkan

kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan, atau bahkan masyarakat,

mematikan/mengganggu proses pekerjaan, menyebabkan kerusakan fisik atau lingkungan,

atau mengancam kerusakan fasilitas bangunan, atau merusak citra publik.

Menurut Salami dkk, 2015 Keadaan darurat merupakan suatu kejadian mendadak

yang menyebabkan banyak kematian atau cedera yang parah kepada pekerja dan

masyarakat sekitar atau yang dapat mengganggu dan menghentikan proses industri,

perdagangan, dan menyebabkan kerusakan lingkungan, serta merugikan secara finansial dan

citra masyarakat secara umum.

Program Diploma Pelayaran


10

Setiap perusahaan memiliki potensi bencana yang berasal dari alam maupun non

alam. Oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam menghadapi bencana/ keadaan darurat

untuk meminimalkan kerugian yang dapat terjadi akibat keadaan darurat tersebut, sehingga

dibutuhkan kesiapsiagaan tanggap darurat (Faeliskah dkk, 2017).

2.2.2.1 Jenis Keadaan Darurat

Menurut NFPA (National Fire Protection Association) keadaan darurat

dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Keadaan darurat besar

Apabila keadaan darurat yang terjadi dipandang dapat mempengaruhi

jalannya operasi perusahaan atau mempengaruhi tatanan lingkungan sekitar, dan

penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang banyak dan besar.

2. Keadaan darurat kecil

Apabila keadaan darurat yang terjadi dapat diatasi sendiri oleh petugas

setempat dan tidak membutuhkan tenaga banyak.

2.2.2.2 Penyebab Keadaan Darurat

Pada dasarnya keadan darurat terjadi karena bencana alam atau bencana

yang disebabkan manusia. Menurut Erkins terdapat tiga kategori kejadian yang

menimbulkan keadaan darurat yaitu :

1. Operasi dalam keadaan darurat (Operational Emergencies) seperti kebakaran,

peledakan, tumpahan bahan kimia, kebocoran gas, release energi dan kecelakaan

besar (major accident).

Program Diploma Pelayaran


11

2. Gangguan public (Public disturbance) seperti ancaman bom, sabotase, jatuhnya

pesawat, radiasi.

3. Bencana alam (Natural disaser) seperti banjir, tsunami, angin puting, gempa

bumi, tersambar petir dll.

2.2.3 Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 bahaya kebakaran

adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial terkena pancaran api sejak

dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.

Menurut NFPA secara umum kebakaran didefinisikan sebagai suatu peristiwa

oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu bahan bakar yang mudah terbakar,

oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan

kerugian harta benda, cidera bahkan kematian.

Menurut (Ashary dkk., 2015) Masalah bahaya kebakaran di industri sangat

berbeda dengan tempat umum atau pemukiman. Industri yang khusus mengelola bahan

berbahaya memiliki tingkat risiko kebakaran yang tinggi yang akan menimbulkan kerugian

sangat besar karena menyangkut nilai aset yang tinggi pula.tiga unsur yang harus ada, yaitu

bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau

panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera, bahkan kematian.

Pengertian kebakaran menurut (David A Cooling) adalah sebuah reaksi kimia

dimana bahan bakar di oksidasi sangat cepat dan menghasilkan panas.

Program Diploma Pelayaran


12

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur

yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk

suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian materiil dan moril.

2.2.4 Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran

Menurut (Ramli, 2010) Kebakaran dapat terjadi karena adanya tinga unsur api

(bahan bakar, sumber panas, dan oksigen) saling bereaksi satu dengan yang lain. Api akan

terbentuk dari suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan

panas. Teori ini dikenal sebagai segitiga api (fire triangle).

Sumber Oksigen
Panas

Bahan Bakar

Gambar 2.1 Segitiga Api (fire triangle).

Sumber Modul Unsur Api dan Pencegahannya, Moch. Luqman Ashari K3-PPNS

Teori segitiga api, kebakaran dapat terjadi karena adanya faktor 3 unsur yang saling

berinteraksi, yaitu :

a. Adanya bahan yang mudah terbakar

b. Adanya cukup oksigen oksidator

c. Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar (panas).

Program Diploma Pelayaran


13

2.2.4.1 Bahan Bakar (yang harus menjadi/berbentuk uap)

Bahan bakar dapat berupa padat, cair dan gas. Bahan bakar yang dapat

terbakar yang yang bercampur dengan oksigen dari udara.

Sifat-sifat benda yang terbakar sangat dipengaruhi oleh :

a. Titik nyala (Flash Point) merupakan temperature minimum dari cairan dimana

dapat memberikan uap yang cukup dan bercampur dengan udara dan membentuk

campuran yang dapat terbakar dekat permukaan cairan dan akan menyala sekejap

bila diberi sumber penyalaan karena tidak cukup banyak uap yang dihasilkan.

b. Batas daerah terbakar (Flammability Limits) merupakan campuran uap bahan

bakar di udara hanya akan menyala dan terbakar dengan baik pada daerah

konsentrasi tertentu.

c. Suhu penyalaan sendiri (Auto Ignition Temperature) merupakan suhu zat dimana

dapat menyala dengan sendirinya tanpa adanya panas dari luar.

2.2.4.2 Oksigen (yang cukup untuk menentukan titik penyalaan)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diperlukan oleh mahluk

hidup, kendaraan bermotor, maupun industri. Sumber oksigen adalah dari udara,

dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar

terjadi pembakaran. Tanpa adanya oksigen maka proses kebakaran pun tidak dapat

terjadi.

2.2.4.3 Panas

Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat

mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain : panas matahari,

Program Diploma Pelayaran


14

permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi

listrik, dan percikan api listrik, api las / potong.

Sumber-sumber nyal api dapat terjadi karena beberapa peristiwa, yaitu :

a. Listrik

Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api dikarenakan

faktor-faktor :

1) Instalasi tidak memakai sekering atau sekering diganti dengan kawat.

2) Pemasangan kabel dengan tidak tepat (sambungan tidak erat) sehingga

terjadi hubungan pendek.

3) Keadaan kabel-kabel baik dari instalasi listrik maupun, dalam peralatan

listrik yang sudah usang atau rusak (Suma’mur P. K, 1996).

b. Rokok

Merokok di tempat terlarang atau membuang putung rokok masih menyala

disembarangan tempat di tempat kerja sehingga dapat menibulkan kebakaran.

c. Pemanasan Berlebih

Pemanasan berlebih dapat timbul dari pengoperasian alat-alat yang tidak

terkontrol dengan baik.

d. Nyala Api Terbuka

Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan yang mudah

terbakar, misalnya menyalakan api untuk penerangan ditempat penyimpanan

bahan berbahaya atau bahan bakar (bensin) yang mudah terbakar (Suma’mur P.

K, 1996).

Program Diploma Pelayaran


15

e. Letikan Bara Pemanasan

Bunga api bisa terjadi karena percikan bara api mesin, misal mesin diesel atau

mesin gerinda pada kegiatan penggerindaan dan pengelasan.

f. Sambaran Petir

Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindung penyalur petir

atau pada instalasi petirnya tidak memenuhi syarat.

g. Reaksi Kimia

Nyala api dapat timbul akibat reaksi-reaksi kimia tertentu yang menghasilkan

cukup panas yang berakibat menimbulkan kebakaran.

2.2.5 Klasifikasi Kebakaran

2.2.5.1 Kategori Kebakaran

Kategori kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis

bahan yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudaha dalam

pemilihan media pemadaman yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran.

Klasifikasi kebakaran yang dimiliki Indonesia mengacu pada standard

National Fire Protection Association (NFPA Standard No. 10, for the installation of

portable fire extinguishers) yang telah dipakai oleh PERMANAKERTRANS RI No.

Per 04/MEN/1980.

Program Diploma Pelayaran


16

1. Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 10 Thaun 2013

KELAS KLASIFIKASI KEBAKARAN

Kelas A Kebakaran pada benda mudah terbakar yang


menimbulkan arang/karbon (contoh: kayu, kertas,
karton/kardus, kain, kulit, plastik)

Kelas B Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah


terbakar (contoh: bahan bakar, bensin, lilin,
gemuk, minyak tanah, thinner)

Kelas C Kebakarn pada benda yang menghasilkan listrik


atau yang mengandung unsur listrik

Kelas D Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh:


sodium, lithium, radium)

Kelas K Kebakaran pada bahan masakan (contoh: lemak


hewani, nabati)

Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran NFPA

Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar memudahkan usaha pencegahan

dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran digunakan untuk memilih media

(bahan) pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu kelas kebakaran, sehingga usaha

pencegahan dan pemadaman api akan tepat. Klasifikaksi kebakaran juga berguna

untuk menentukan sarana proteksi kebakaran untuk menjamin keselamatan nyawa

tim pemadam kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


17

2. Klasifikasi kebakaran menurut PERMANAKERTRANS RI No. Per

04/MEN/1980

Kelas Material/Jenis Alat Pemadam

Kelas A Kebakaran dengan bahan Air sebagai alat pemadam


padat bukan logam pokok

Kelas B Kebakaran dengan bahan Jenis basah sebagai alat


cair atau gas mudah terbakar pemadam pokok

Kelas C Kebakaran instalasi listrik Dry Chemical, CO2, Gas


bertegangan Hallon

Kelas D Kebakaran dengan bahan Bubuk kimia kering (Dry


bakar logam Sand bubuk pryme)

Tabel 2.2 Klasifikasi Kebakaran PERMANAKERTRANS RI No. Per


04/MEN/1980

2.2.5.2 Klasifikasi Tingkat Potensi Bahaya Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Kep.

186/MEN pasal 4 ayat (1), kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Bahaya Kebakaran Ringan

Tingkat kemudahan terbakar yang rendah dan menjalarnya api

lambat, seperti tempat ibadah, sekolah, hotel, restoran, rumah sakit, penjara

dan museum.

b. Bahaya Kebakaran Sedang I

Tingkat kemudahan terbakar kategori sedang, adanya timbunan

bahan yang mencapai 2,5 meter dan menjalarnya api sedang, seperti pabrik

elektronik, roti, gelas, minuman, pengalengan, permata, binatu, pabrik susu

dan temoat parkir.


Program Diploma Pelayaran
18

c. Bahaya Kebakaran Sedang II

Tingkat kemudahan terbakar kategori sedang, tingkat penimbunan

bahan lebih dari 4 meter dan menjalarnya api sedang, seperti penggilingan

padi, pabrik makanan, bengkel, percetakan, gudang perpustakaan, pabrik

barang kulit, pabrik tekstil, pabrik kimia (kimia dengan kemudahan

terbakar sedang), perkakntoran dengan pramuniaga kurang dari 50 orang

dan sebagainya.

d. Bahaya Kebakaran Sedang III

Tingkat kemudahan kebakaran tinggi dengan menjalarnya api

cepat, seperti pabrik makanan, pabrik ban, sabun, lilin, tembakau, pesawat

terbang, pakaian dan sebagainya.

e. Bahaya Kebakaran Berat

Tingkat kemudahan tinggi, menyimpan bahan-bahan yang mudah

terbakar dan menjalarnya api cepat, seperti pabrik kimia, kembang api, cat,

bahan peledak, dan penyulingan minyak.

2.2.6 Faktor Terjadinya Kebakaran

2.2.6.1 Faktor Manusia

Kelalaian, kecerobohan, kurang hati-hati dan kurang waspada terhadap

aturan pemakain/konsumen energi listrik merupakan faktor utama yang mentebabkan

terjadinya kebakaran listrik.

1. Faktor pekerja

a. Tidak mau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran.

b. Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa

menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.


Program Diploma Pelayaran
19

c. Pemakaian tenaga listri yang berlebihan.

d. Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsur kesengajaan.

2. Faktor pengelola

a. Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.

b. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

c. Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan engan baik terutama dalam

kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya.

d. Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan.

2.2.6.2 Faktor Teknis


Kebakaran dapat terjadi karena faktor teknis. Faktor teknis meliputi proses

kimia, tenaga listrik, dan fisik/ mekanis.

2.2.6.3 Faktor Alam

Kebakaran dapat terjadi secara alami antara lain disebabkan oleh petir,

letusan gunung berapi, batu bara yang terbakar. Curah hujan juga merupakan faktor

alam yang dapat mempengaruhi peristiwa kebakaran.

2.2.7 Sistem Proteksi Kebakaran

Setiap perencanaan tempat kerja harus mempertimbangkan syarat-syarat dan

ketentuan-ketentuan upaya penanggulangan kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan

sarana. Sistem proteksi kebakaran digunakan untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem

proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan

lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


20

2.2.8 Sistem Proteksi Aktif

Menurut Kepmen No. 10/KTPS/2000, Sistem proteksi aktif adalah sistem

perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang

dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas

pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi peamadaman. Selain itu sistem ini

digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal keabakaran.

Sistem proteksi aktif menurut PERMEN PU No. 26/PRT/2008 adalah sistem

proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksi kebakaran baik

manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti sprinkler, pipa

tegak, dan selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti

APAR dan pemadam khusus.

2.2.8.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan (APAR) menurut (Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi PER.04/MEN/1980) adalah alat yang ringan serta mudah

dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.

Menurut (SNI 03-3987-1995) APAR adalah pemadam api ringan yang

ringan, mudah dibawa/dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut

hanya digunakan untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran pada saat api

belum terlalu besar.

Program Diploma Pelayaran


21

Gambar 2.2 APAR

Sumber : Sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com, Tata cara penggunaan APAR,


Hebbie Ilma, S.ST

Menurut Depnaker (1987) pemilihan APAR harus di perhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Jenis harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran yang mungkin terjadi

b. Jenis dan ukuran harus sesuai dengan beban kebakaran

c. Harus dirawat secara teratur agar senantiasa siap pakai

d. karyawan yang ada harus dapat mengoperasikannya

1. Jenis APAR menurut PERMENAKER No. PER 04/MEN/1980 yaitu

a. Jenis cair (air)

b. Jenis busa

c. Jenis tepung kering

d. Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya)

Program Diploma Pelayaran


22

2. Penggunaan APAR

Dalam buku encyclopaedia of occupational health and safety menjelaskan

bahwa penghuni bangunan seharusnya tidak menggunakan Alat Pemadam Api

Ringan kecuali jika mereka telah dilatih dalam menggunakannya. Dalam

menggunakan APAR, yang perlu diperhatikan adalah PASS

- PULL (Buka pin pengaman)

- AIM (Arahkan selang ke arah api)

- SQUEEZE (Tekan handle)

- SWEEP (Kibas-kibaskan ke arah api)

3. Klasifikasi APAR

 Jenis APAR menurut OSHA

a. APAR jenis air

APAR yang berisikan air hanya untuk digunakan untuk kebakaran

tipe A, yaitu kebakaran bahan padat bukan logam, contohnya kayu, kertas,

karton/kardus, kain, kulit, plastik. Sistem kerja APAR yang berisikan air ini

adalah dengan menghilangkan unsur panas dari segitiga api, yaitu

mendinginkan permukaan dari bahan bakar tersebut. APAR jenis ini tidak

boleh digunakan pada kebakaran cairan mudah terbakar dan juga kebakaran

pada elektrik, dikarenakan api akan semakin membesar.

b. APAR jenis serbuk kimia kering

Sifat serbuk kimia ini tidak beracun tetapi dapat menyebabkan

sementara sesak nafas dan pandangan mata agak terhalang. Dapat digunakan

untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan C. Daya pemadaman serbuk

kimia kering tergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan

Program Diploma Pelayaran


23

yang terbakar. Cara kerjanya adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran

dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Makin

halus butiran serbuk kimia kering maka makin luas permukaan yang ditutupi.

Karena kemampuannya untuk mematikan jenis api di tiga kelas, jenis tabung

ini paling banyak digunakan diberbagai kantor dan perumahan.

c. APAR jenis Carbon Dioksida (CO2)

APAR ini berisikan bahan karbondioksida (CO2) yang merupakan

gas tidak mudah terbakar pada tekanan sangat rendah. Api dipadamkan

dengan menggantikan oksigen atau dengan kata lain mengisolasi oksigen yang

merupakan salah satu elemen dari segitiga api. CO2 memiliki pengaruh

pendinginan yang efektif dan memadamkan api dengan mengurangi kadar

oksigen dari udara. APAR tipe ini digunakan untuk tipe B dan C, yaitu

kebakaran bahan cair atau gas mudah terbakar dan kebakaran instalasi listrik

bertegangan. APAR ini tidak boleh digunakan pada kebakaran tipe A

dikarenakan api semakin membesar jika karbondioksida sudah habis. Selain

itu, dilarang menggunakan APAR ini pada ruangan tertutup ketika masih ada

orang tanpa menggunakan alat pelindung pernafasan yang baik.

d. Dry and Wet Chemical (Kimia Basah dan Kering)

Alat pemadam jenis ini digunakan untuk memadamkan api karena

kebakaran minyak (nabati) dapur (Kelas K). Ketika memakai jenis alat

pemadam ini lampu dan listrik harus dimatikan karena agen pemadam ini

bersifat konduktif listrik. Untuk jenis kimia kering menggunakan agen

bernama kalium bikarbonat sedangkan jenis kimia basah menggunakan kabut

halus.

Program Diploma Pelayaran


24

 Berdasarkan fasenya media pemadaman dibagi menjadi 3 golongan besar

menurut dasar-dasar penaggulangan kebakaran, yaitu :

1) Media Pemadaman Jenis Padat

Misalnya Pasir, tanah atau lumpur, karung atau kain basah, selimut api (Fire

Balanket), tepung kimia (Dry Chemical Powder)

2) Media Pemadaman Jenis Cair

Misalnya air, busa, soda, cairan mudah menguap (Hallon)

3) Media Pemadaman Jenis Gas

Misalnya karbondioksida, nitrogen, argon.

 Berdasarkan klasifikasi kebakaran yang dapat dipadamkan dibagi sebagai

berikut, menurut Buku dasar-dasar peanggulangan kebakaran :

a. Tepung Kimia Regular

Tepung ini sangat efisien untuk memadamkan api dari kelas

kebakaran B dan C. Adapun bahan dasrnya adalah :

- Sodium Bikarbonat/Baking Soda (NaHCI3)

- Potasium Bikarbonat (KHCO3)

- Potasium Karbonat

- Potasium Clorida

b. Tepung Kimia Serbaguna (Multipurpose)

Biasa digunakan dengan istilah tepung kimia serbaguna, dengan

kemampuannya dapat memadamkan api dari kelas kebakaran A, B dan C.

Adapun bahan dasarnya adalah Kalium Sulfat dan Monoammonium Fosfat.

Program Diploma Pelayaran


25

Tepung kimia multipurpose ini dipergunakan untuk pemadaman

karena mempunyai sifat-sifat dapat menyerap panas sekaligus

mendinginkan, dapat menahan radiasi panas, bukan pengahantar listrik,

mempunyai daya lekat yang baik dan menghalangi terjadinya oksidasi pada

bahan bakar.

Tabel 2.3 Kelas dan Jenis APAR

KELAS BAHAN YANG TERBAKAR APAR


A Kayu, kertas, teks, plastik. Karet, busa, Tepung kimia serba
styrofoam, file. guna, Air, CO2.
B Bahan bakar minyak oli, aspal, cat, Tepung kimia
alkohol, elpiji, gemuk, karbit. biasa, CO2
C Pembangkit listrik, travo, panel listrik, Tepung kimia bias
sentral telepon
D Logam, magnesium, sodium, titanium, Tepung kimia
potasium, aluminium khusus logam

4. Pemasangan APAR

Berdarsarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. 04/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR

dijelaskan bahwa :

1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada

posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta

dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.

2. Tanda pemasangan berupa tiga sama sisi dengan warna dasar merah dengan

ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih, tinggi tanda panah

7,5 cm warna putih.

Program Diploma Pelayaran


26

Gambar 2.3 Tanda Petunjuk APAR

Sumber https://firecek.com, tanda tanda APAR

3. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat

diatas satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.

4. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan

penggolongan kebakaran.

5. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak bole melebihi 15

meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan

kerja.

6. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah

berlubang atau cacat karena karat.

7. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding

dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan

ditempatkan pada lemari (box) yang tidak dikunci.

8. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada keinggian 1.2 m

dari lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih

rendah dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari

permukaan lantai.

Program Diploma Pelayaran


27

9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu

melebihi 49o C atau turun sampai minus 44o C kecuali APAR tersebut

dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.

10. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.

11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus

dilindungi dengan tutup pengaman.

5. Pemeliharaan APAR

Berdarsarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. 04/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR

dijelaskan bahwa :

Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:

a. Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;

- Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam

tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung

bertekanan dan mekanik penembus segel;

- Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handel

dan label harus selalu dalam keadaan baik

- Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang

tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak.

- Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa

dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam

keras diluar tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat

pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali;

Program Diploma Pelayaran


28

- Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara

mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat

diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan

tersebut dapat dipasang kembali;

- Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali

jenis tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya

sesuai dengan aslinya dapat dipasang kembali;

- Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan

cara melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat

dapat dipasang kembali.

- Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa

dengan cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat

yang tertera pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat

kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi

kembali sesuai dengan berat yang ditentukan.

b. Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;

 Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan

pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan

dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti

sebagai berikut:

- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah

ditentukan;

- Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak

boleh tersumbat atau buntu;

Program Diploma Pelayaran


29

- Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran

penyemprotan tidak boleh tersumbat.

- Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak

dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak

gesket atau paking harus masih dalam keadaan baik;

- Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik;

- Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang

atau cacat karena karat;

- Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan

larutannya harus dalam keadaan baik;

- Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus

masih dilak dengan baik;

- Lapisan pelindung dan tabung gas bertekanan, harus dalam

keadaan baik;

- Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan

kapasitasnya.

 Untuk alat pemadam api jenis hydrocarbon berhalogen dilakukan

pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan

dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti

menurut ketentuan sebagai berikut;

- Isi tabung harus diisi dengan berat yang telah ditentukan;

- Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak

boleh tersumbat atau buntu;

- Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak

boleh tersumbat;

Program Diploma Pelayaran


30

- Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, harus dapat

bergerak dengan bebas,

- Mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan luas penekan harus

da!am keadaan baik;

- Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik;

- Lapiran pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik;

- Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan

kapasitasnya.

 Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical)

dilakukan pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-

hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan

kemudian diteliti menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

- Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan

tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir

- Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak

boleh buntu atau tersumbat

- Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak

dengan bebas, mempunyai rusuk dan sisi yang tajam

- Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik

- Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau

cacat karena karat

- Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam

keadaan baik

- Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan

kapasitasnya yang diperiksa dengan cara menimbang

Program Diploma Pelayaran


31

 Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC (Carbon

Tetrachiorida) harus diadakan pemeriksaan lebih lanjut sebagai

benikut:

- Peralatan pompa harus diteliti untuk memastikan bahwa

pompa tersebut dapat bekerja dengan baik

- Tuas pompa hendaklah dikembalikan lagi pada kedudukan

terkunci sebagai semula

- Setelah pemeriksaan selesai, bila dianggap perlu segel

diperbaharui

2.2.8.2 Hidran Kebakaran

Menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008, hidran adalah alat yang

dilengkapi dengan selang dan mulut pemancar (nozzle) untuk mengalirkan air

bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadam kebakaran dan diletakkan di

halaman bangunan gedung.

System hidran harus dipasang pada bangunan yang memiliki luas lantai

total lebih dari 500 m2. System hidran adalah sistem pemadam manual yang

menggunakan selang penyemprot dengan cara membuka kran pada hidran pilar/box.

Menurut Kepemen PU No. 02/KTPS/1985 sistem hidran terdiri dari :

1. Sumber persediaan air

2. Pompa-pompa kebakaran

3. Selang kebakaran

4. Kopling penyambung, dan perlenngkapan lainnya.

Program Diploma Pelayaran


32

 Berdasarkan penempatan terdiri dari :

1. Hidran halaman (diluar gedung)

Hidran halaman menurut Permen PU No. 26/PRT/M/2008 adalah

alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pemancar (nozzle) untuk

mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadam

kebakaran dan diletakkan di halaman bangunan gedung. Hidran halaman ini

digunakan untuk menyalurkan air bagi unit-unit mobil pompa kebakaran yang

biasanya dipasang di pinggir jalan yang rawan terhadap kebakaran.

Hidran halaman biasanya menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang selang

30 m dengan diameter 2,5 inchi serta mampu mengalirkan air 950 liter/menit.

a. Hidran di atas tanah

Hidran jenis ini terletak di tempat-tempat umum. Hidran ini mudah

ditemukan karena warnanya yang mencolok dan penggunaannya juga

cukup mudah serta terdiri atas tiga kopling pengeluaran.

b. Hidran di bawah tanah

Hidran bawah tanah ini merupakan sistem yang digunakan untuk

mendapatkan sumber air bagi keperluan pemadaman.

2. Hidran didalam gedung

Menurut jenisnya, hidran gedung dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu tipe bejana kering dan bejana basah. Pada jenis bejana kering,

didalamnya tidak berisi air, walaupun telah dihubungkan dengan sumber air.

Hidran bejana basah di dalamnya berisi air sehingga jika dibuka air lansung

menyemprot. Hidran memiliki koneksi atau penghubung yang disebut kopling

yang dapat disambung dengan selang pemadam kebakaran atau peralatan

lainnya (Ramli, 2010).


Program Diploma Pelayaran
33

Gambar 2.4 Hidran


Sumber Firesystem.id

 Berdasarkan pembagian kelas terdiri dari :

a. Hidran kelas I

Ialah hidran yang menggunakan selang 2,5” (Khusus orang yang terlatih)

b. Hidran kelas II

Ialah hidran yang menggunakan selang 1,5”

c. Hidran kelas III

Ialah hidaran yang menggunakan sistem gabungan kelas I dan II

Menurut Kepmen Pekerjaan Umum NO. 02/KPTS/1985 untuk pemasangn

hidaran adalah :

a. Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran.

b. Hidran gedung dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter

2,5 inchi dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan kopling dari unit

pemadam kebakaran, dan ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai

oleh unit pemadam kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


34

c. Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan ukuran 6 inchi

(15 cm) dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit untuk setiap kopling.

Penempatan hidran halaman tersebut harus mudah dicapai oleh mobil unit

kebakaran.

d. Hidran halaman yang mempunyai 2 kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang berdiameter minimum 10 cm dan yang

mempunyai 3 kopling pengeluaran harus menggunakan pembuka

berdiameter 15 cm.

e. Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak

terhalang oleh benda lain.

f. Pemakaian hidran sesuai dengan klasifikasi, bangunan industri termasuk

klasifikasi A sehingga untuk suatu bangunan industri dibutuhkan 1 buah

hidran untuk 800 m2 untuk ruang tertutup dan 2 buah per 800 m2 untuk

ruang tertutup dengan ruang terpisah. Sedangkan untuk bangunan bertingkat

kelas A, setiap tingkat harus mempunyai minimum sebuah hidran halaman.

2.2.8.3 Sprinkle

Menurut Permen PU No. 26/PRT/M2008, Sprinkle adalah alat pemancar

air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada

ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata.

2.2.8.4 Detektor Asap

Detektor adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat

membangkitkan alarm dalam suatu sistem. Prinsip kerja dari sensor asap yaitu

Program Diploma Pelayaran


35

mendeteksi keberadaan asap hasil pembakaran. Detektor asap ini menggunakan

teknologi photoelectric detector dan didesain untuk mudah dipasang karena tanpa

menggunakan instalasi kabel. Alarm akan berbunyi apabila alat ini mendeteksi

adanya asap yang masuk ke dalam detektor dan segera dilakukan tindakan

pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang terjadi.

Detektor memiliki beberapa jenis, yaitu:

a) Detektor asap, alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak

terlihat dari suatu pembakaran.

b) Detektor nyala api, alat yang mendeteksi sinar infra merah, ultra violet, atau

radiasi yang terlihat yang ditimbulkan oleh suatu kebakaran.

c) Detektor gas kebakaran, alat untuk mendeteksi gas-gas yang terbentuk oleh

suatu kebakaran.

2.2.8.5 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran adalah alat untuk memberi peringatan secara dini kepada

penghuni gedung atau petugas tentang adanya kejadian kebakaran di suatu bagian

gedung. Alarm kebakaran merupakan salah satu sistem proteksi aktif yang memiliki

3 komponen, yaitu manual call box (titik panggil manual), fire detector (alat

pengindra kebakaran), main control panel (panel control).

Program Diploma Pelayaran


36

Gambar 2.5 Alarm Kebakaran


Sumber www.endlessafe.com, Jenis-jenis detector fire alarm

Sistem alarm kebakaran otomatis dirancang untuk memberikan peringatan

kepada penghuni akan adanya bahaya kebakaran sehingga dapat melakukan tindakan

proteksi dan penyelamatan dalam kondisi darurat (Kepmen PU No. 10/KTPS/2000).

2.2.9 Identifikasi Bahaya Kebakaran

Menurut (Ramli, 2010) Dalam melakukan identifikasi risiko kebakaran dapat

dilakukan pendekatan sebagai berikut :

1) Sumber Kebakaran

Mengidentifikasi sumber kebakaran dapat dilakukan melalui pendekatan segitiga api,

yaitu sumber bahan bakar, sumber panas, dan sumber oksigen.

2) Proses Produksi

Proses produksi juga mengandung berbagai potensi bahaya kebakaran dan peledakan,

seperti reaktor, proses pemanasan, pembakaran, dan lainnya.

3) Material Mudah Terbakar

Identifikais risiko kebakaran memperhitungkan jenis material yang digunakan,

disimpan, diolah atau diproduksi di suatu tempat kerja.

Program Diploma Pelayaran


37

2.2.10 Sistem Tanggap Darurat Kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 sistem penanganan

kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan gedung

untuk memperingatkan orang terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan,

membatasi penyebaran kebakaran, dan pemadaman kebakaran termasuk sistem proteksi aktif

dan pasif.

Dalam sistem tersebut, terdapat siklus tanggap darurat bencana yang merupakan

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat terjadi bencana untuk

menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana (Annilawati dan Fitri, 2019).

2.2.10.1 Tindakan Awal Dalam Perencanaan Tanggap Darurat

1. Merencanakan suatu Assembly Point yang merupakan suatu Denah Evakuasi

yang menunjukan kemana pekerja berkumpul bila terjadi kondisi darurat dan

diperintahkan untuk evakuasi.

2. Mengadakan simulasi kebakaran yang melibatkan Dinas Kebakaran setempat

dan kalau perlu dengan mengikut sertakan Dinas Tenaga Kerja setempat.

3. Menyiapkan sirine-sirine dan alarm tanda bahaya

Dalam menyiapkan tanda-tanda keadaan darurat, tentunya disertai dengan

prosedur pelaksanaannya atau petunjuk kerja, misalkan dapat dilakukan dengan

membunyikan, sirine/alarm, pemukulan benda-benda yang menimbulkan suara

nyaring dan berteriak, atau mempunyai isyarat tersendiri yang ditandai dengan

panjang pendeknya sirine yang dibunyikan

Program Diploma Pelayaran


38

4. Menyiapkan rambu-rambu arah ketempat Assembly Point, lokasi Tabung

Pemadam Kebakaran dll

5. Menyiapkan prosedur tanggap darurat

Prosdur ini menerangkan fase kejadian suatu situasi keadaan darurat yang perlu

ditanggapi oleh petugas yang bertanggung jawab di daerah kejadian untuk

tujuan pengendalian keadaan darurat di areal pekerjaan.

adapun prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut :

a. Setiap pekerja/karyawan bertanggung jawab untuk mengamati keadaan di

daerah kegiatannya dan menanggualngi atau melaporkan segera setiap

kejadian yang tidak biasa di daerah tersebut.

b. Karyawan pada saat menemukan api, kebocoran gas atau cairan berbahaya

lainnya segera melapor kepada atasannya atau petugas yang menguasai

areal tersebut.

c. Setelalah melapor atas petunjuk pengawas di daerah tersebut langsung

mengambil tindakan untuk menguasai keadaan atau menjaga agar api tidak

meluas sampai bantuan datang, seperti memindahkan bahan-bahan yang

mudah terbakar, menutup kerangan saluran gas, mengaktifkan sistem

sprinkler, penggunaan tabung pemadam kebakaran dll.

d. Pengawas/Supervisor mendengarkan laporan, mengajukan pertanyaan

sebab-sebab kejadian dan mengintruksikan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengatasi keadaan darurat.

e. Pengawas/Supervisor segera menuju ke tempat kejadian mengamati

keadaan dan meyakinkan bahwa prosedur tanggap darurat sudah

dilaksanakan dengan baik.

Program Diploma Pelayaran


39

f. Jika situasi sukar diatasi dan perlu bantuan maka salah seorang segera

menelepon pihak yang dimintai tolong seperti Pemadam Kebakaran,

Polisi, Rumah Sakit dll.

6. Penyediaan Kendaraan

Hanya kendaraan keadaan darurat yang telah ditentukan yang boleh memasuki

daerah gawat darurat.

Jangan halangi jalan menuju daerah keadaan darurat. Tinggalkan kunci kontak

untuk memudahkan pemindahan kendaraan jika diperlukan.

7. Pengendalian Kendaraan

a. Segara menuju Assembling Point Area.

b. Semua Personil/Pekerja yang tidak terlibat pengamanan daerah kejadian

sudah berada di Assembly Area untuk kemudian dicatat sambil menunggu

instruksi selanjutnya.

c. Jangan meninggalkan Assambly Area sebelum tercatat oleh Supervisor

atau Pengawas.

8. Menghubungi pihak-pihak yang terlibat atu dilibatkan dalam Tanggap Darurat

a. Pimpinan dan staff Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta seluruh

Petugas Pemadam Kebakaran dan Keamanan.

b. Klinik dan Rumah Sakit yang terdekat atau Rumah Sakit rujukan.

c. Pihak Kepolisian terdekat.

d. Dinas Kebakaran dan Pos Kebakaran yang terdekat.

e. Dinas Tenaga Kerja.

f. Asuransi Kecelakaan Kerja.

g. Warga sekitar lokasi

Program Diploma Pelayaran


40

Semua telepon dari pihak yang terkait dipampang dipapan pengumuman

dan jika perlu nama personelnya yang dapat dihubingi.

9. Mempersiapkan sistem dan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyelidikan

kecelakaan.

2.2.11 Manajemen Tanggap Darurat Kebakaran

Menurut (Ramli, 2010) Manajemen kebakaran dilaksanakan dalam tiga tahapan

dimulai dari pencegahan, penanggulangan kebakaran, dan rehabilitasinya. Pencegahan

dilakukan sebelum kebakaran terjadi (pra kebakaran), penanggulangan saat kejadian, dan

rehabilitasi dijalankan setelah kebakaran.

2.2.11.1 Organisasi Tanggap Darurat Kebakaran

Menurut Kepmen No. 186/MEN/1999, organisasi tanggap darurat

kebakaran adalah satua tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang

kebakaran. Petugas peran peanggulangan kebakaran adalah petugas yang ditunjuk

dan diserahi tugas tambahan untuk mengidentifikasi sumber bahaya dan

melaksanakan upaya penaggulangan keabakaran unit kerjanya.

Bentuk struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran tergantung pada

klasifikasi risiko terhadap bahaya kebakarannya. Jumlah minimal anggota tim

penaggulangan kebakaran didasarkan atas jumlah penghuni/penyewa dan jenis bahan

berbahaya atau mudah terbakar/meledak yang disimpan dalam gedung atau

dilingkungan tersebut. Struktur organisasi tim penanggulangan kebakaran terdiri dari

penaggung jawab tim penagggulangan kebakaran, kepala bagian, teknik

Program Diploma Pelayaran


41

pemeliharaan, dan kepala bagian keamanan (Raden Hanyokro Kusumo Pragola,

2008; Kepmen PU No. 11/KTPS/2000).

2.2.11.2 Pencegahan Kebakaran

Kebakaran dapat dilakukan pemadaman dengan menghilangkan unsur-

unsur yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sbelumnya

bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsur-

unsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh

karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan

terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar.

Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum no. 10/2000

Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait

dalam melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahap perencanaan

pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu

bangunan gedung dan lingkungan.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 pencegahan

kebakaran pada bangunan gedung adalah mencegah terjadinya kebakaran pada

bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya

kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat mengurangi secara substansial

terjadinya kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


42

Mencegah kebakaran dapat dilakukan antara lain :

1. Mengendalikan setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan kebakaran yaitu :

a. Cara menyimpan bahan

b. Cara penanganan bahan

c. Cara mengamankan peralatan/mesin

d. Tata ruang dan tata letak

e. Kebersihan tempat kerja dan lingkungan kerja

2. Dengan cara memasang/mengadakan system proteksi kebakaran yaitu :

a. Memasang Sistem Pasif Fire Protection

b. Memasang Sistem Aktif Fire Protection

3. Melaksanakan manajemen pencegahan kebakaran ditempat kerja dengan baik,

yaitu dengan melaksanakan kegiatan :

a. Membentuk organisasi penanggulangan kebakaran

b. Mengadakan pelatihan kebakaran bagi personel perusahaan

c. Membuat prosedur kerja aman/izin kerja pada jenis dan tempat kerja tertentu

d. Membuat prosedur tanggap darurat ditempat kerja

2.2.11.3 Penanggulangan Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.186/1999

Penanggulangan kebakaran ialah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran

dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana

proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap

darurat untuk memberantas kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


43

Dalam buku dasar-dasar penanggulangan kebakaran dijelaskan bahwa teknik-

teknik pemadaman antara lain :

1. Cooling/Pendinginan

Suatu kebakarn dapat dipadamkan dengan menghilangkan panas serta

mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air

sampai mencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain

mengurangi/menurunkan panas sampai benda yang terbakar mencapai suhu

dibawah titik nyalanya (flash point). Pendinginan permukaan yang terbakar

tersebut akan menghentikan proses terbentuknya uap.

2. Smothering/Penyelimutan

Kebakaran dapat juga dipadamkan dengan menghilangkan unsur oksigen

atau udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa

akan menghentikan suplai udara. Biasa juga dikenal sistem pemadaman

isolasi/lokalisasai yaitu memutuskan hubungan udara luar dengan benda yang

terbakar, agar perbandingan udara dengan bahan bakar terebut berkurang.

3. Memisahkan bahan yang terbakar (starvation)

Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran

yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai bahan bakar yang

dapat terbakar yaitu mengurangi atau mengambil jumlah bahan-bahan yang

terbakar menutupi aliran bahan yang terbakar.

4. Memutus Rantai Reaksi

Pemutusan rantai reaksi pembakaran dapat juga dilakukan secara fisik,

kimia atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan

peledakan bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia pemadaman

nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat myerap

Program Diploma Pelayaran


44

hidroksit (OH) dari rangkaian reaksi pembakaran. Bahan-bahan tersebut dapat

dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemical)

b. Ammonia berupa tepung kimia kering

2.2.11.4 Rehabilitasi

Tindakan rehabilitasi yaitu tindakan pemulihan yang dilakukan setelah

terjadimya kebakaran yang dilakukan terhadap suatu kelompok bangunan atau

lingkungan setelah dilakukan pemeriksaan dan penelitian mengenai tingkat

kehandalan bangunan atau lingkungan tersebut setelah kejadian kebakaran sesuai

dengan pedoman teknis yang berlaku.

2.2.12 Sarana Penyelamatan Jiwa

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 Tahun 2008 Sarana

penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun

petugas kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi

kebakaran pada suatu bangunan gedung dan ligkungan.

2.2.12.1 Titik Kumpul (Assembly Point)

Assembly Point adalah salah satu sarana penyelamatan jiwa atau tempat

berkumpul aman yang merupakan tempat berkumpul setelah evakuasi. Criteria

Assembly Point adalah tidak ada ancaman api, dari sana penghuni dapat secara aman

berhambur setelah penyelamatan dari keadaan darurat menuju kejalan atau ruang

terbuka (Kepmen PU No. 10/2000).

Menurut PU No. 26 Tahun 2008 juga menjelaskan kriteria tempat aman meliputi :

a. Tidak ada ancaman api.


Program Diploma Pelayaran
45

b. Dari sana penghuni dapat secara aman berhambur setelah penyelamatan dari

keadaan darurat menuju kejalan atau ruang terbuka.

c. Suatu jalan atau ruang terbuka.

2.2.13 Pelatihan Tanggap Darurat Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/KTPS/2000 Latihan

kebakaran merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu

penanggulangan kebakaran dalam tim tangap darurat harus melaksanakan atau mengikuti

latihan secara kontinyu dan efektif. Latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat praktik.

Tujuan dari latihan kebakaran ini adalah menciptakan kesiapsiagaan anggota tim di dalam

menghadapi kebakaran agar mampu bekerja untuk menanggualangi kebakaran secara efektif

dan efisien. Latihan yang bersifat prakstik harus diberikan dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan atau kecakapan anggota dalam melaksanakan tugas yang diharapkan.

2.2.14 CY/Lapangan Penumpukan

Container Yard (CY) adalah kawasan di daerah pelabuhan yang digunakan

untuk menimbun petikemas Full Container Load (FCL) yang akan dimuat atau

dibongkar dari kapal. Wilayah CY biasa terbagi / dikelompokkan berdasarkan jenis dan

sifat muatannya. Dalam CY terdapat blok khusus petikemas impor dan ekspor, empty

dan full, muatan berbahaya, petikemas reefer dan special container.

Container Yard (CY) atau lapangan penumpukan petikemas adalah suatu

tempat untuk menimbun dan meletakkan petikemas dilapangan secara teratur (Madya,

2009)

Program Diploma Pelayaran


46

2.2.15 Petikemas (Container)

Menurut IMO (International Maritime Organization) peti kemas adalah suatu

benda yang dijadikan sebagai alat pengangkut barang yang bersifat permanen, kuat, dapat

digunakan berulangkali, dirancang khusus untuk mudah diangkut berbagai moda transportasi

secara aman dan dilengkapi dengan soket pengangkat pada sudut-sudutnya.

Menurut Amir (2009:113) petikemas adalah peti yang terbuat dari logam yang

memuat barang-barang yang lazim disebut muatan umum (general cargo) yang dikirimkan

melalui laut.

Menurut para ahli tranportasi laut Kramadibrata (2012:280) petikemas adalah

suatu bentuk kemasan satuan muatan yang terbaru, yang diperkenalkan sejak awal 1960, di

awali dengan ukuran 20 kaki (twenty feet container). Pada umumnya peti kemas dibuat dari

bahan-bahan yang berupa baja, alumunium dan polywood atau FRP (Fiber lass Reinforced

Plastics). Pemilihan bahan petikemas ini berdasarkan pada jenis muatan yang diangkut.

2.2.16 Muatan Berbahaya/ DG (Dangerous Goods)

Muatan berbahaya adalah semua jenis muatan yang memerlukan penanganan

khusus, semua barang yang sifat, ciri khas dan keadaannya merupakan bahaya terhadap

keselamatan atau kesehatan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Menurut Suyono (2007:317) muatan berbahaya adalah muatan yang dapat

terbakar atau meledak. Oleh karena itu, muatan berbahaya perlu mendapatkan perhatian

Program Diploma Pelayaran


47

khusus dari berbagai pihak, baik pemilik barang, stevedore, pengangkut, keagenan maupun

instansi terkait.

Muatan berbahaya adalah barang yang oleh karena sifatnya, apabila di dalam

penanganan, pekerjaan, penimbunan/penyimpanan tidak mengikuti petunjuk-petunjuk,

peraturan-peraturan serta persyaratan yang ada maka dapat menibulkan bencana/kerugian

terhadap manusia, benda dan lingkungan (Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja dan

Pencegahan Kecelakaan (Jakarta,1995) hal. 26)

2.2.17 Ketentuan tentang Muatan Berbahaya

Komite Maritime Safety pada Internasional Maritime Organization (IMO) yang

telah menetapkan Konvensi Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 menempatkan peraturan

barang berbahaya di Chapter VII yaitu International Maritime Dangerous Goods (IMDG)

Code yang diberlakukan Indonesia dengan pedoman berdasarkan KM. No 17 Tahun 2000.

Dimana didalamnya berisi klasifikasi muatan berbahaya, berikut klasifikasi muatan

berbahaya berdasarkan IMDG Code sebagai berikut :

a. Kelas 1 Mudah Meledak (Explosive)

Divisi 1.1 : Zat dan barang yang mudah meledak secara massal

Divisi 1.2:Zat dan barang yang memiliki mudah meledak tetapi bukan ledakan massal

Divisi 1.3 : Zat dan barang mudah terbakar dengan ledakan kecil

Divisi 1.4 : Zat dan artikel berbahaya tapi tidak signifikan

Divisi 1.5 : Barang sangat sensitif timbulkan ledakan massal

Divisi 1.6 : Barang sangat sensitif tapi tidak timbulkan ledakan massal

b. Kelas 2 Gas

Divisi 2.1 : Gas yang mudah terbakar

Program Diploma Pelayaran


48

Divisi 2.2 : Gas tidak mudah terbakar

Divisi 2.3 : Gas beracun

c. Kelas 3 Zat Cair Mudah Menyala (Flammable Liquid)

d. Kelas 4 Zat Padat (Flammable Solid)

Divisi 4.1 : Zat padat mudah terbakar

Divisi 4.2 : Zat padat yang dapat terbakar sendiri

Divisi 4.3: Zat padat jika terkena air dapat memancarkan gas-gas mudah menyala

e. Kelas 5 Oksidator (Oxidizing Substances)

Divisi 5.1 : Bahan beroksidasi

Divisi 5.2 : Peroksida organik

f. Kelas 6 Zat Beracun (Toxic)

Divisi 6.1 : Zat beracun

Divisi 6.2 : Zat tajam yang dapat timbulkan infeksi

g. Kelas 7 Radioaktif (Radioactive)

h. Kelas 8 Zat Korosif

i. Kelas 9 Bermacam-macam zat berbahaya yaitu zat-zat lain yang menurut pengalaman

telah memperlihatkan atau dapat memperlihatkan sifat sedemikian rupa, sehingga

ketentuan-ketentuan tentang barang berbahaya yang harus diterapkan.

Dalam penanganan muatan berbahaya, ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Handle carefully (tangani dengan penuh perhatian) Penanganan barang berbahaya di

kapal maupun pelabuhan perlu dilakukan dengan hati- hati, karena bisa berdampak

beresiko terhadap manusia dan lingkungan. Penggunaan peralatan stevedoring seperti

sling, forklift, ganco dan sebagainya harus memenuhi standar yang telah ditetapkan

agar tidak merusak muatan.


Program Diploma Pelayaran
49

b. Know the nature of hazard (mengetahui sifat-sifat bahaya dari barang tersebut) dengan

mengetahui sifat kimia dan fisika termasuk klasifikasinya maka dapat mengangani

muatan berbahaya tersebut dan dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan.

2.2.18 RTG (Rubber Tyred Gantry)

RTG atau Transtainer adalah alat untuk mengankut, menstack dan

membongkar/memuat Petikemas dilapangan penumpukan (Container Yard). Alat ini

bergerak dan di tempatkan dilapangan penumpukan.

2.2.19 Head Truck dan Chassis

Kegiatan – kegiatan ship operation, quay transfer operation, yard operation, dan

receipt / delivery operation sangat tergantung pada lini penghubung satu sama lain yakni

kegiatan haulage dengan menggunakan pasangan head truck-chassis. Alat ini menjembatani

berbagai lokasi kegiatan (spots) di terminal, dari dan ke dermaga, Container Freight Station,

lapangan, depo, bahkan ikut bersama kapal ro-ro.

Sumber tenaga gerak adalah mesin diesel dilengkapi dengan sistem elektrikal

untuk mengatur antara lain temperatur muatan petikemas reefer. Head truck disebut juga

tugmasters atau prime mover mengingat fungsinya sebagai penarik beban. Satu head truck

mampu melayani beberapa chassis. Dengan atau tanpa muatan, chassis dapat dilepaskan dari

head truck untuk diparkir di suatu tempat sambil menunggu rencana pergerakan berikutnya.

Sehingga head truck punya kesempatan melayani pasangan chassis lain.

Program Diploma Pelayaran


50

Head truck dan chassis disambungkan dengan sistem privot yang dinamakan fifth

wheel dengan elevasi yang dapat diatur secara hidrolik. Fifth wheel merupakan bagian yang

sangat perlu mendapatkan perhatian truck operator terlebih jika trailer melintasi jalan umum

(public road) karena pivot pin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya menjadi tidak

aman. Seluruh beban chassis terhadap platform fifth wheel yang berkisar antara 21 sampai

30 ton ditahan dengan pin dimaksud. Cycle times tergantung jarak tempuh dalam operasi

dermaga.

2.3 Kerangka Berfikir

Menurut Prof. DR.H. Abdurrahmat Fatoni.Msi (2000) dalam bukunya metodologi

penelitian dan teknik penyusunan skripsi, kerangka pemikiran merupakan rangkuman atau

ringkasan mengenai faktor-faktor yang terlibat, karateristik masing-masing dan sifat

pengaruhnya terhadap masalah. Kerangka berpikir adalah model konsep tentang bagaimana

teori yang telah berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis atau

variabel yang telah diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel

independen dan dependen.

Program Diploma Pelayaran


51

Agar penulisan tugas akhir ini jelas, maka penulis memberikan uraian dalam bentuk

kerangka berfikir pada Gambar 2.6

Keamanan Lapangan
Sistem Tanggap Darurat Penumpukan Terminal
Kebakaran Petikemas PT. Nilam Port
Terminal Indonesia

Gambar 2.6 Keranga Berfikir

Penjelasan kerangka berpikir dalam penelitian tugas akhir ini adalah

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) memberikan penyediaan dan

pelayanan jasa operator terminal bongkar muat container di pelabuhan yang handal, aman,

dan terintegrasi antar moda, yang tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai

jenis muatan yaitu muatan umum (general cargo) dan muatan barang berbahaya (dangerous

goods) serta penggunaan alat besar pengangkut container yang terdiri dari RTG, Head truck

dan chassis dilapangan penumpukan yang dapat berpotensi menimbulkan bahaya salah

satunya bahaya kebakaran, jika dalam proses kerja handling petikemas tidak memperhatikan

adanya sistem tanggap darurat kebakaran yang baik, maka akan menimbulkan suatu bahaya

yang dapat merugikan. Melalui penerapan sistem tanggap darurat kebakaran yang baik dan

sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka resiko kebakaran di lapangan penumpukan

dapat dicegah, tidak merugikan perusahaan dan para pekerja di lapangan juga lebih aman

dalam melaksanakan tugasnya.

Dengan adanya permasalahan potensi bahaya kebakaran di lapangan

penumpukan. Penulis mendapatkan beberapa peraturan yang mengatur tentang penerapan

Program Diploma Pelayaran


52

sistem tanggap darurat kebakaran dan sistem pencegahan serta penanggulangan kebakaran

yang berlaku yaitu Permen PU No. 26/PRT/2008, Kepmenaker No. 186/1999, Permenaker

No. 04/MEN/1980, Kepmen PU No. 10/KTPS/2000, Kepmen PU No. 11/KTPS/2000, SNI.

Peraturan-peraturan tersebut dijadikan pedoman untuk penerapan sistem tanggap darurat

kebakaran yang berlaku dengan keadaan nyata di lapangan penumpukan petikemas.

Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran terwujud dengan adanya

sistem tanggap darurat yang baik. Pencegahan kebakaran dilakukan dengan Mengendalikan

setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan kebakaran, memasang/mengadakan system

proteksi kebakaran (Sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif),

melaksanakan manajemen pencegahan kebakaran ditempat kerja dengan baik (Membentuk

organisasi penanggulangan kebakaran, mengadakan pelatihan kebakaran bagi personel

perusahaan, membuat prosedur kerja aman/izin kerja pada jenis dan tempat kerja tertentu,

dan membuat prosedur tanggap darurat ditempat kerja).

Sarana fasilitas penunjang pencegahan bahaya kebakaran seperti sistem deteksi

kebakaran (Detektor panas, detektor asap, detektor nyala api, dan detektor gas kebakaran),

alarm peringatan kebakaran, alat pemadam kebakaran (APAR, hidran), penyelamatan jiwa

di lapangan penumpukan (Titik kumpul), dan pelatihan tangap darurat kebakaran yang

menciptakan kesiapsiagaan anggota tim di dalam menghadapi kebakaran agar mampu

bekerja untuk menanggualangi kebakaran secara efektif dan efisien penting untuk di

perhatikan agar sistem tanggap darurat kebakaran berjalan dengan baik.

Program Diploma Pelayaran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang disusun menggunakan jenis

dan strategi tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenaran data yang

diperoleh. Penelitian dipandang dari aspek-aspek tertentu yang memiliki beberapa

jenis dan strategi yang akan digunakan.

Menurut Sugiyono (2013:2), Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu

cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan.

Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut

Sugiyono (2010:15) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekan makna dari pada generalisasi.

50
Program Diploma Pelayaran
51

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan data informasi yang berdasarkan dengan kenyataan (fakta) yang

diperoleh di lapangan. Penelitian deskriptif sendiri merupakan penelitian yang

paling dasar. Ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena

yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian

ini mengkaji bentuk, aktivitas, karaterisktik, perubahan, hubungan, kesamaan dan

perbedaannya dengan fenomena yang lain. Deskriptif kualitatif dalam penelitian ini

digunakan untuk menggambarkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh

di lapangan.

Tujuan atau sasaran penelitian pada tugas akhir ini adalah penerapan sistem

tanggap darurat kebakaran.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan,

serta keterlibatan langsung penulis selama melaksanakan praktek darat (PRADA)

selama tiga bulan terhitung dari tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 30 April

2020 di PT Nilam Port Terminal Indonesia Surabaya, sebagai berikut :

Alamat : Jl. Nilam Timur, Surabaya

Telepon : (+62) 31 3291051

Fax : (+62) 31 3542006

Program Diploma Pelayaran


52

3.3 Definisi Operasional Variabel

Operasional variable adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang

apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variable atau konsep definisi

operasional tersebut membantu penulis untuk mengklasifikasi gejala di sekitar

kedalam kategori khusus dari variabel. Operasional variable dapat diartikan juga

sebagai penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciris pesifik yang lebih detail

dari suatu konsep. Dengan tujuan diharapkan peneliti dapat mencapai suatu bentuk

tolak ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya,

maka peneliti harus memasukkan operasionalnya yang akan digunakan untuk

variabel yang akan diteliti.

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)

adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki

variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk

menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:61).

Program Diploma Pelayaran


53

Variabel yang diteliti dalam penelitian pada tugas akhir ini yaitu sistem

tanggap darurat kebakaran yang meliputi kebijakan, prosedur, pengorganisasian,

perencanaan, pengendalian, penanggulangan, serta sistem proteksi aktif kebakaran

dan pelatihan tanggap darurat kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 sistem penanganan

kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan gedung

untuk memperingatkan orang terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan,

membatasi penyebaran kebakaran, dan pemadaman kebakaran termasuk sistem proteksi aktif

dan pasif.

Indkator variabel sistem tanggap darurat kebakaran adalah sebagai berikut :

a. Mengendalikan setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan kebakaran.

b. Memasang/mengadakan system proteksi aktif kebakaran.

c. Mempersiapkan sirine-sirine dan alarm tanda bahaya.

d. Mempersiapkan suatu Assembly Point (denah evakuasi).

e. Mempersiapkan rambu-rambu lokasi Tabung Pemadam Kebakaran, ketempat

Assembly Point dll.

f. Mempersiapkan prosedur tanggap darurat kebakaran.

g. Mempersiapkan organisasi/tim tanggap darurat kebakaran.

h. Penyediaan kendaraan keadaan darurat kebakaran.

i. Mengadakan pelatihan/simulasi tanggap darurat kebakaran.

j. Menghubungi pihak-pihak yang terlibat atau dilibatkan dalam tanggap darurat.

k. Mempersiapkan sistem dan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyelidikan

kecelakaan.

Program Diploma Pelayaran


54

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Arikunto (2002) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita

dalam suatu lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data,

bukan manusianya.

Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Adapun populasi yang ada dalam penelitian ini adalah semua gedung/bangunan,

alat bongkar muat, petikemas dan muatan, dan truk yang ada di PT. Nilam Port

Terminal Indonesia.

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2008) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2006 :

131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gedung/bangunan,

alat bongkar muat, petikemas dan muatan, dan truk yang ada di lapangan penumpukan

terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia.

Program Diploma Pelayaran


55

3.5 Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai

data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Menurut (Uma Sekaran, 2011) Data primer adalah data yang mengacu

pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan

dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah

responden individu, kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer

jika koesioner disebarkan melalui internet.

Pengertian data primer menurut Umi Narimawati (2008;98) dalam

bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi”

bahwa: “Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini

tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini

harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang

yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana

mendapatkan informasi ataupun data.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi

lapangan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap kondisi sistem

manajemen tanggap darurat kebakaran yang tersedia, wawancara kepada koordinator

repo yang mengerti tentang keadaan sistem tanggap darurat kebakaran yang ada di

lapangan, dokumentasi sebagai tanda bukti.

Program Diploma Pelayaran


56

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian diperoleh melalui penelusuran dokumen

yang memuat fakta-fakta deskriptif. Dokumen yang dipergunakan didalam penelitian

adalah dokumen resmi yang diperoleh dari dokumen internal dan dokumen eksternal.

Dokumen internal adalah berupa pengumuman, instruksi aturan dari suatu instansi

pemerintah yang digunakan dalam kalangan instansi maupun pengguna jasa,

keputusan pimpinan kantor, dan semacamnya. Sedangkan dokumen eksternal terdiri

dari informasi yang dihasilkan dari suatu instansi tertentu, misalnya majalah dan

buletin. Dokumen-dokumen tersebut bertujuan untuk memperkaya data dalam

penelitian ini. Dalam upaya memperoleh data sekunder, peneliti juga melakukan studi

literatur dengan melakukan studi terhadap bahan-bahan kepustakaan seperti buku,

jurnal, koran, internet, serta dokumen data instansi yang berkaitan dengan tema

penelitian ini (Rahma : 2006).

Data sekunder umunya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak

dipublikasikan. Dalam hal ini data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh

penulis dari dokumen-dokumen yang ada.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-

dokumen berupa data dan arsip perusahaan mengenai gambaran umum perusahaan,

aktifitas yang dilakukan dan data mengenai sistem tanggap darurat kebakaran seperti

dokumen penempatan APAR, hydrant, alarm, detektor, tim tanggap darurat,

manajemen tanggap darurat dan prosedur tanggap darurat. Data sekunder juga

diperoleh dari hasil studi literatur, kumpulan jurnal publik, artikel tentang standar

yang sesuai dengan sistem tanggap darurat kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


57

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan

penelitian, maka mustahil peneliti dapat menghasilkan temuan, apabila tidak memperoleh

data.

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.

Menurut Burhan Bungin (2003:42), menjelaskan bahwa teknik atau metode

pengumpulan data adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat

dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan

reliabel.

Maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati langsung fenomena – fenomena di lapangan. Metode ini

digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses

kerja, dan gejala – gejala alam. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk

melihat dan mengamati perubahan fenomena–fenomena social yang tumbuh dan

berkembang yang kemudian dapat dilakukan perubahan atas penilaian tersebut,

bagi pelaksana observaser untuk melihat obyek moment tertentu, sehingga

mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.

(Margono, 2007:159).

Program Diploma Pelayaran


58

2. Metode Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:194) wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.

Tujuan dari wawancara semi terstruktur menurut Sugiyono (2008:233)

adalah “untuk menemukan permasalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang

diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya”.

3. Metode Dokumentasi

Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas

yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah

mencari data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, aturan,

dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bahwa

metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang

berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Program Diploma Pelayaran


59

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2013 : 142).

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dalam memaknai data yang

diperoleh, sehingga penelitian ini dapat di fokuskan pada penunjukan makna,

deskripsi dan penempatan data pada konteksnya masing-masing, oleh sebab itu

analisis data yang digunakan lebih banyak menggunakan kata-kata dari pada angka.

Merujuk pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode deskriptif

kualitatif dalam penulisannya. Menurut Punaji Setyosari (2010), penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait

dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka maupun kata-kata.

Data diolah secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk kalimat yang

menggambarkan keadaan sesungguhnya tentang objek yang diteliti dan dianalisis

dengan kondisi nyata yang ada pada obyek penelitian yaitu penerapan sistem tanggap

darurat kebakaran dan sistem pencegahan serta penanggulangan kebakaran dengan

peraturan yang berlaku yaitu Permen PU No. 26/PRT/2008, Kepmenaker No. 186/1999,

Permenaker No. 04/MEN/1980, Kepmen PU No. 10/KTPS/2000, Kepmen PU No.

11/KTPS/2000, SNI, NFPA.


Program Diploma Pelayaran
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) didirikan berdasarkan Akte Notaris

Tri Avianti Merpatiningsih,S.H. No 13 tanggal 09 Juli 2008 dan disahkan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia. Sesuai dengan akte yang didirikannya

PT. NPTI, maksud dari perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang

penyediaan dan pelayanan jasa terminal bongkar muat petikemas di pelabuhan. Mulai

beroperasi sejak tahun 2009, PT. NPTI telah banyak memberikan kontribusi yang cukup

besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting tidak hanya bagi

peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh kawasan timur

Indonesia pada pelabuhan Tanjung Perak. PT. NPTI merupakan terminal multipurpose yang

terletak di sisi Timur Tanjung Perak dan merupakan badan usaha perusahaan konsorsium

eks Terminal Nilam yang memiliki legalitas bidang usaha operator pelabuhan dan kegiatan

jasa bongkar muat. Pembangunan PT. NPTI dilakukan dengan meratakan sejumlah gudang

untuk mendukung penyediaan lapangan seluas 4 hektare. Selain itu, PT. NPTI memiliki

dermaga sepanjang 320 meter dengan pengerukan kedalaman sampai minus 8 LWS,

diharapkan dapat menangani kapal-kapal domestik. Demaga NPTI dengan skala prioritas

untuk kapal petikemas antar pulau dengan rata-rata panjang 70 meter sampai dengan 110

meter yang bisa ditambati 2 kapal sekaligus untuk melakukan bongkar muat petikemas.

60
Program Diploma Pelayaran
61

PT. Nilam Port Terminal Indonesia mulai beroperasi tahun 2009, pada awal PT.

NPTI beroperasi masih menggunakan Ship Crane sedangkan dilapangan menggunakan

Reach Stacker untuk full dan forklift untuk empty container, untuk kegiatan haulage

menggunalkan trailer menyewa milik PT. Meratus Line dan PT. Bintang Rejeki. Kemudian

untuk mendukung kegiatannya saat beroperasi.

Pada tahun 2010 PT. NPTI menyediakan 3 unit Container Crane (CC) yang

merupakan milik dari PT. Pelindo III, 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) yang merupakan

milik dari PT. NPTI sendiri, dan 27 unit head truck beserta trailer milik PT. NPTI yang siap

dioperasikan guna melayani para pengguna jasa di PT. Nilam Port Terminal Indonesia

(NPTI).

Kemudian berkembang pada tahun 2020 PT. NPTI menyediakan 4 unit Container

Crane (CC) yang merupakan milik dari PT. Pelindo III, 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG)

yang merupakan milik dari PT. NPTI sendiri dan 1 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) milik

PT. Pelindo III, 32 unit head truck beserta trailer milik PT. NPTI yang terdiri dari 18 unit

untuk kegiatan Lolo haulage dan 14 unit untuk kegiatan Relokasi Depo (REPO) untuk

kegiatan Truck Losing (TL). Tetapi semua juga dapat untuk menunjang kegiatan REPO

kecuali unit yang tidak diijinkan mekanik untuk kegiatan REPO dengan beberapa alasan

tertentu.

Adapun tujuan dari perusahaan ini adalah sebagai berikut :

a. Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa operator termnial bongkar muat

contaier di pelabuhan.

b. Mengusahakan penyediaan dan pelayanan jasa kepelabuhanan dan jasa terkait

dengan angkutan perairan.

Program Diploma Pelayaran


62

Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebuat PT. Nilam Port Terminal Indonesia

melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

a. Menyelenggaraan usaha di bidang jasa penyediaan dan pelayanan jasa lapangan

penumpukan petikemas.

b. Menyelenggarakan usaha di bidang penyediaan dan pelayanan jasa bongkar muat

barang dari petikemas meliputi stevedoring, stacking, dan jasa handling lainnya.

c. Menyelenggarakan usaha di bidang penyediaan dan pelayanan jasa distribusi dan

konsolidasi barang.

d. Menyelenggarakan usaha di bidang pnyediaan dan pelayanan jasa dermaga untuk

bertambat kapal.

e. Menyelenggarakan usaha di bidang jasa penyediaan dan pelayanan jasa dermaga

untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat container.

f. Menyelenggarakan usaha di bidang penyediaan dan pelayanan jasa pengangkutan

container.

g. Menyelenggarakan usaha di bidang penyediaan dan pelayanan jasa penyaluran dan

pengisian bahan bakar minyak (BBM) dan air bersih.

h. Menyelenggarakan usaha di bidang jasa yang terkait dengan kepelabuhanan yang

meliputi kegiatan usaha yang menunjang kelancaran operasional pelabuhan antara

lain perkantoran, pelayanan bunker, tempat tunggu kendaraan bermotor.

i. Menyelenggarakan usaha di bidang pelayanan jasa peralatan bongkar muat untuk

semua jenis barang dan container serta peralatan pelabuhan.

Program Diploma Pelayaran


63

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

Menjadi suatu perusahaan yang mampu memberikan pelayanan dan

kepuasan pelanggan di bidang penyedia jasa operator terminal bongkar muat

petikemas di Indonesia.

b. Misi

1. Menyediakan jasa pelayanan pelabuhan yang berkualitas sehingga memenuhi

harapan pelanggan dan ikut serta dalam meningkatkan kegiatan perdagangan di

Indonesia.

2. Menjalankan proses bisnis yang efisien dan efektif dengan memperhatikan

K3L (Keselamatan, Keseshatan Kerja dan Lingkungan).

3. Memberikan nilai tambah kepada para stakeholder.

4.1.3 Divisi-Divisi Perusahaan

Dalam melakukan kegiatan usahanya setiap hari, PT. Nilam Port Terminal Indonesia

dibagi menjadi beberapa divisi yaitu :

1. Divisi HRD & GA

Bertanggung jawab atas penysusunan personalia pada suatu perusahaan

sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar

setiap tenaga kerja memberi daya guna maksimal kepada perusahaan agar menjadi

suatu SDM yang handal dan terampil.

Program Diploma Pelayaran


64

2. Divisi Operasional

Bertanggung jawab atas semua kegiatan bongkar muat yang antara lain

seperti receiving, loading, discharging, delivery, stacking dan lain-lain agar

berjalan sebagaimana mestinya sehingga dapat tercipta suatu sistem terminal yang

dapat meningkatkan produktivitas untuk perusahaan.

3. Devisi Teknik

Bertanggung jawab atas kinerja peralatan bongkar muat yang dimiliki PT.

NPTI berupa 5 unit RTG dan 30 headtruck dan trailernya untuk mendukung

kinerja divisi operasional. Unit RTG yang dimiliki PT. NPTI dibuat pada tahun

2008 dengan merek ZPMC buatan RRC yang mempunyai kapasitas angkat

maksimal 60 ton (twin spreader) dengan 8 roda sebagai penggerak dengan

kemampuan penanganan 5+1 tier container high cube dan 6+1 row container.

Unit Headtruck yang dimiliki PT. NPTI dibuat pada tahun 2009 dengan merek

Nissan PK 260CF EURO 2 dengan trailer yang dapat memuat petikemas

berukuran 45 feet.

4.1.4 Struktur Organisasi

PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang bekerja sama dengan PT.

PELINDO III (Persero) yang berada di kota Surabaya merupakan perusahaan

pelayanan jasa bongkar muat container yang bertujuan memberikan pelayanan yang

terbaik bagi customer nya. Untuk mencapat tujuan tersebut perlu dibentuk suatu

struktur organisasi guna kelancaran pelaksanaan operasional suatu pelayanan.

Struktur organisasi sebagai berikut :

Program Diploma Pelayaran


65

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Nilam Port Terminal Indonesia

Program Diploma Pelayaran


66

Tugas / Job discription

1. Manager Operasional

Manager opersional bertugas memverifikasi laporan harian, verifikasi

premi box, verifikasi berita acara tagihan bersama dengan pihak PELINDO III.

2. Ass Manager Operational

Ass Manager Operational meeting perencanaan kapal dengan PELINDO

III dan agen pelayaran, memeriksa rekaman penerimaan (job order receiving,

delivery lift on & lift off dan haulage), mnerbitkan laporan crosscheck per shift hasil

produksi dengan pihak PELINDO III dan menyerahkan laporan crosscheck per shift

ke Manager Operasional.

3. Ass Manager Operational Repo

Ass Manager Operational Repo bertugas mengkoordinasi semua kegiatan

repo, konfirmasi order repo dari pengguna jasa lalu berkoordinasi dengan pengguna

jasa mengenai kesiapan unit untuk pelayanan kegiatan repo lalu mengintruksikan

kepada foreman relokasi/Repo untuk mengalokasikan unit sesuai order dari

pengguna jasa.

4. CY Coordinator / Foreman Lapangan

CY Coordinator / Foreman Lapangan bertugas menyusun Yard Alocation

sebagai pedoman lokasi container, mengkoordinasikan teknik pelaksanaan pelayanan

container dengan yard foreman, mengecek lokasi penumpukan sesuai dengan hasil

meeting planning stack 3 harian. Mengawasi semua kegiatan di CY seperti kesiapan

Opr. RTG, Opr. Headtruck, Yard Foreman, Adm. CY. Sebelum dimulai kegiatan

pelayanan container di CY Coordinator memberi pengarahan tentang kegiatan

pelaksanaan kegiatan pembongkaran/pemuatan petikemas dan memastikan kesiapan

SDM, unit RTG dan Headtruck.

Program Diploma Pelayaran


67

5. Ship Foreman

Ship Foreman bertugas melaksanakan pengawasan proses bongkar/muat

dari dan ke kapal.

6. Adm. Coordinator

Adm. Coordinator bertugas mengkoordinasikan hasil input dalam sistem

dan laporan per shift, verifikasi hasil produksi dan laporan harian, membuat monthly

report, rekap premi box, membuat tagihan.

7. Operator RTG

Operator RTG bertugas melaksanakan pelayanan petikemas sesuai intruksi

dari foreman lapangan.

8. Operator Headtruck

Operator Headtruck bertugas mengoperasikan unit headtruck sesuai

perintah dari foreman repo dan membawa headtruck ke depo asal/tujuan sesuai

dengan surat jalan/EIR.

9. Yard Foreman / Stackman

Yard Foreman / Stackman bertugas memeriksa kondisi fisik, seal

danmencocokan nomor container degan Job Order, mengintruksi kepada Operator

RTG untuk melaksanakan kegiatan pelayanan petikemas, memberi perintah letak

timbun kepada Operator RTG, menerima Job Order dengan menerbitkan CDR

(Container Demage Report) atau surat berita acara jika terjadi kerusakan atau ketidak

sesuaian.

10. Adm. CY

Adm. CY bertugas menerima EIR / Surat jalan / Job dari Foreman

lapangan, selanjutnya melakukan input data ke sistem monitoring sesuai kegiatan

saat melakukan input kegiatan kedalam sistem, lakukan juaga crosscheck inputan

melalui form monitoring produksi hal ini untuk meminimalkan kesalahan input ,

Program Diploma Pelayaran


68

menghitung manual EIR/ Surat Jalan/ JOB per shipping dan per tanggal, menyimpan

EIR/ Surat Jalan/ JOB dengan baik.

11. Adm. Repo

Adm Repo bertugas menerima EIR / Surat jalan / Job dari Foreman repo,

selanjutnya melakukan input data ke sistem monitoring repo sesuai kegiatan saat

melakukan input kegiatan kedalam sistem, lakukan juaga crosscheck inputan melalui

form monitoring produksi hal ini untuk meminimalkan kesalahan input , menghitung

manual EIR/ Surat Jalan/ JOB per shipping dan per tanggal, menyimpan EIR/ Surat

Jalan/ JOB dengan baik.

12. Foreman Repo

Foreman Repo mengarahkan unit headtruck dan operator headtruck sesuai

intruksi order kegiatan repo dari Ass. Manager Repo & Planner lalu koordinasi

dengan foreman kapal dan pihak pengguna jasa apabila terjadi hambatan.

13. Opr. Headtruck Repo

Opr. Headtruck Repo bertugas mengoperasikan unit headtruck sesuai

perintah dari foreman repo dan membawa headtruck ke depo asal/tujuan sesuai

dengan surat jalan/EIR.

Program Diploma Pelayaran


69

4.2 Hasil Penelitian

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) memberikan penyediaan dan

pelayanan jasa operator terminal bongkar muat container di pelabuhan yang handal, aman,

dan terintegrasi antar moda, yang tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai

jenis muatan yaitu muatan umum (general cargo), muatan barang berbahaya (dangerous

goods) serta penggunaan alat besar pengangkut container yang terdiri dari RTG, Head truck

dan chassis dilapangan penumpukan yang dapat berpotensi menimbulkan bahaya salah

satunya bahaya kebakaran, faktor bahaya yang terdapat di perusahaan berasal dari muatan

material yang berada di dalam petikemas, lingkungan kerja dengan cuaca panas yang

ekstrim, dan faktor kelistrikan yang bersumber dari mesin serta peralatan-peralatan lain yang

ada di unit kerja tersebut. Dilihat dari potensi bahaya yang dimiliki, CY (Container Yard)

memiliki potensi bahaya yang besar karena memuat berbagai macam yang dapat

menyebabkan kebakaran, serta instalasi listrik dan bahan bakar solar yang dipakai pada alat

berat.

4.2.1 Potensi Bahaya Terjadinya Kebakaran

Potensi bahaya yang dapat terjadi di lapangan penumpukan terminal petikemas

PT. Nilam Port Terminal Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Pada lapangan penumpukan (CY) berpotensi menyebabkan bahaya kebakaran

karena lingkungan kerja berada di tempat terbuka dengan cuaca panas yang

ekstrim.

b. Pada muatan material yang berada di dalam petikemas, muatan umum

(general cargo) dan muatan berbahaya (dangerous goods) berpotensi

menyebabkan bahaya kebakaran yang di karenakan kondisi container yang

Program Diploma Pelayaran


70

tertutup kedap udara dan berada di tempat terbuka dengan cuaca panas yang

ekstrim.

c. Pada alat handling petikemas RTG, Head truck dan chassis terdapat faktor

kelistrikan yang bersumber dari mesin induk dan bahan bakar solar yang

dipakai berpotensi menyebabkan bahaya kebakaran jika terjadi konsleting.

d. Pada gedung/bangunan di daerah lapangan penumpukan, yaitu salah satunya

bangunan tempat para mekanik bekerja yang terbuat dari container, berbagai

macam kegiatan perbaikan dilakukan, terdapat faktor kelistrikan yang

bersumber dari alat-alat mekanik yang berpotensi menyebabkan bahaya

kebakaran.

e. Pada Sumber Daya Manusia (SDM) atau pekerja yang berada di lapangan

penumpukan petikemas, jika tidak ada kesadaran dalam diri untuk keamanan

bekerja seperti tindakan merokok atau tindakan lainnya, akan dapat

berpotensi menyebabkan bahaya kebakaran.

4.2.2 Sarana dan Fasilitas Keadaan Darurat

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat pemadam api berbentuk tabung (berat

maksilmal 16 kg) yang mudah dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api

di awal terjadi kebakaran. Dalam pemasangan dan pemeliharaan APAR di PT.

Nilam Port Terminal Indonesia, telah dilaksanakan seperti peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat

pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Program Diploma Pelayaran


71

 Syarat-syarat pemasangan APAR adalah sebagai berikut :

1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan

pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil

serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.

2. Tanda pemasangan berupa tiga sama sisi dengan warna dasar merah

dengan ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih, tinggi

tanda panah 7,5 cm warna putih.

3. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai

tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.

4. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan

penggolongan kebakaran.

5. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak bole melebihi

15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli

keselamatan kerja.

6. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah

berlubang atau cacat karena karat.

7. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding

dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya

dan ditempatkan pada lemari (box) yang tidak dikunci.

8. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada keinggian

1.2 m dari lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan

lebih rendah dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm

dari permukaan lantai.

9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu

melebihi 49o C atau turun sampai minus 44o C kecuali APAR tersebut

dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut.


Program Diploma Pelayaran
72

10. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.

11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus

dilindungi dengan tutup pengaman.

 Syarat pemeliharaan APAR adalah :

1. Setiap alat pemadam api diperiksa 2 kali dalam setahun.

2. Cacat pada perlengkapan alat pemadam api ringan yang ditemui pada

waktu pemeriksaan harus segera diperbaiki atau alat tersebut harus

segera diganti dengan yang tidak cacat.

Tabel 4.1 Hasil observasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Lapangan
Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Gambar Letak Keterangan

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai


 APAR diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau
RTG 01
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
sengkang pada dinding RTG di dekat pintu
kabin
 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam
keadaan baik
 Tabung APAR tidak berkarat

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai


 APAR diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau
RTG 02
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
sengkang
 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam
keadaan baik
 Tabung APAR tidak berkarat

Program Diploma Pelayaran


73

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai, APAR


diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau, Tabung APAR tidak berkarat
RTG 04
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
sengkang

 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam


keadaan baik

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai, APAR


diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
sengkang
RTG 05
 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam
keadaan baik
 Tabung APAR tidak berkarat

 APAR diletakan menggantung di atas pagar


pembatas hanya dengan ikatan tali

 APAR tidak mudah terlihat, dan dijangkau


RTG 06
 APAR diletakan dengan posisi miring

 Peletakan APAR seperti gambar dapat


membuat selang APAR bocor

Program Diploma Pelayaran


74

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai


 APAR diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
Office
Dalam sengkang
 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam
keadaan baik
 Tabung APAR tidak berkarat

 APAR dalam keadaan baik, siap pakai


 APAR diletakkan d tempat mudah dilihat dan
dijangkau
 APAR diletakan menggantung dengan penguat
Office
Depan sengkang
 Nozzle dan hose masih berfungsi dan dalam
keadaan baik
 Tabung APAR tidak berkarat

APAR yang tersedia di lapangan penumpukan petikemas PT.

Nilam Port Terminal Indonesia berjumlah 25 unit, pada setiap RTG terdapat

5 unit APAR yang terdiri dari jenis powder dan foam. Dalam pemasangannya,

APAR dipasang dengan tinggi kurang lebih 120 cm dan jarak APAR satu

dengan yang lainnya 15 meter, di atas APAR diberi tanda segitiga merah pada

tembok, dan semua tabung APAR berwarna merah. Telah sesuai seperti

peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 04/MEN/1980

tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

Program Diploma Pelayaran


75

b. Instalasi Hidran

Hidran adalah instalasi pipa air yang dipasang untuk memadamkan

kebakaran. PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah memiliki hidran halaman

(out door) di lapangan penumpukan yang terletak di pinggir lapangan

penumpukan berjumlah 4 unit. Pengujian terhadap fungsi hidran dilakukan

setiap 1 bulan sekali.

Tabel 4.2 Hasil observasi Hidran di Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas


PT. Nilam Port Terminal Indonesia

Gambar Letak Keterangan

 Hidran dalam keadaan


baik
Hidran  Hidran dilengkapi dengan
halaman di selang, sambungan selang,
pinggir keran pembuka, nozzle
lapangan dan kopling di dalam
penumpukan kotak hidran
 Kotak hidran terkunci
 Tidak terdapat petunjuk
penggunaan hidran

 Hidran dilengkapi dengan


Hidran
selang, sambungan selang,
halaman di
keran pembuka, nozzle
pinggir
dan kopling di dalam
lapangan
kotak hidran
penumpukan
 Kotak hidran terkunci
 Tidak terdapat petunjuk
penggunaan hidran

Program Diploma Pelayaran


76

c. Assembly Point

PT. Nilam Port Terminal Indonesia memiliki tempat berkumpul

sementara terpusat yang terletak di area pintu masuk lapangan penumpukan.

Ketika keadaan darurat terjadi, seluruh unit kerja dapat menggunakan lokasi ini

karena dapat terlihat dari jangkauan mana saja area lapangan penumpukan atau

dengan mengikuti rambu-rambu yang mengarahkan menuju titik kumpul.

Assembly point ini sebagai tempat berkumpul yang aman untuk melindungi

pekerja dalam situasi darurat.

d. System Deteksi dan Alarn Kebakaran

Pada terminal penumpukan petikemas PT. Nilam Port Terminal

Indonesia telah memiliki alat deteksi kebakaran otomatis yaitu detector asap

(smoke detector) terdapat 5 unit di setiap RTG, sehingga apabila terdapat asap

dan panas yang berpotensi menimbulkan api dapat dideteksi secara dini atau

secara langsung.

4.2.3 Prosedur Tanggap Darurat

Prosedur tanggap darurat diperlukan agar adanya kejelasan

terhadap penanggulangan bencana yang akan berjalan dengan terkoordinir dan

sistematis. Berikut adalah operasional tanggap darurat yang tersedia di PT. Nilam

Port Terminal Indonesia.

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) telah menerapkan

prosedur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur tangap

darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dalam lampiran 2.2.10 Sistem tanggap

darurat kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


77

Proses Prosedur Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat

Gambar 4.2 Proses Prosedur Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal
Indonesia

Program Diploma Pelayaran


78

4.2.4 Tim Tanggap Darurat Kebakaran

PT. Nilam Port Terminal Indonesia untuk menangani keadaan

darurat kebakaran yang terjadi, perusahaan membentuk team tanggap darurat

yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) yang beranggotakan Staf Office,

scurity yang bertugas di area lapangan penumpukan dan office, serta para

Operator RTG, Stackman dan Mekanik.

Struktur Emergency Response Team (ERT) Pt. Nilam Port Terminal

Indonesia Area Nilam

Gambar 4.3 Struktur Emergency Response Team (ERT) PT. Nilam Port Terminal
Indonesia Area Nilam

Program Diploma Pelayaran


79

Uraian Tugas Tim Tanggap Darurat

PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah memiliki team tanggap darurat

yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) untuk menanggulangi dan menangani

keadaan darurat kebakaran yang terjadi. Berikut ini adalah uraian tugas atau tanggung

jawab dari masing-masing petugas agar team tanggap darurat berjalan dengan lancar

sesuai tugas dan tugasnya.

Jabatan Tanggung Jawab

1. Menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam


penanganan keadaan darurat
2. Memberikan keputusan-keputusan yang diperlukan dalam
General penanganan keadaan darurat
Manager 3. Mendapat pelaporan keadaan darurat dan mengaktifkan
keadaan darurat tingkat 3
4. Memberikan keputusan penanganan keadaan darurat tingkat 3
5. Medapatkan pelaporan keadaan darurat tingkat 2

1. Mengecek dan memantau recovery keadaan darurat


2. Mengatifkan keadaan darurat tingkat 2 dan melaporkan
kepada General Manager
Ketua ERT
3. Melakukan koordinasi penanganan keadaan darurat tingkat 2
4. Memberikan keputusan penanganan keadaan darurat tingkat 2
5. Mendapatkan pelaporan keadaan darurat tingkat 1

Program Diploma Pelayaran


80

Tim Tanggap Darurat (TTD)


1. Memimpin penanganan keadaan darurat dan recovery
keadaan darurat
2. Mengkoordinasikan TTD dalam penanganan tanggap darurat
Koordinator 3. Memberikan keputusan-keputusan untuk penanganan keadaan
Tim Tanggap darurat dengan berkonsultasi dengan pihak-pihak yang
Darurat berkepentingan
4. Memastikan anggota tim mendapatkan kompetensi yang
memadai
5. Melaporkan semua keadaan darurat kepada Manager
Operational dengan Prosedur Pelaporan dan Penyelidikan
Insiden
Bertanggung jawab pada efektivitas evakuasi manusia dan
properti untuk penyelamatan dari bahaya yang timbul di tempat
kerja
1. Mengarahkan karyawan ke lokasi titik kumpul/daerah
Tim Evakuasi evakuasi
2. Menghitung jumlalh karyawan sebelum dan sesudah kejadian
keadaan darurat
3. Mengamankan karyawan yang terkena musibah
4. Memberitahukan kepada karyawan untuk tidak panic
5. Membuat kronologi kejadian dan melaporkannnya kepada
pimpinan/koordinator ERT
Bertanggung jawab pada menurunkan tingkat keadaan darurat
yang timbul di tempat kerja:
1. Membunyikan sirine/alarm, menginformasikan keadaan
darurat lewat sarana yang ada termasuk berteriak
Tim Mitigasi 2. Mematikan aliran listrik saat terjadi kebakaran atau keadaan
bahaya di lokasi tersebut
3. Menilai keadaan darurat dapat ditangani secara internal (oleh
ERT) atau memerlukan bantuan pihak luar, jika memerlukan
bantuan pihak luar, segera informasikan ke tim komunikasi
4. Menangani keadaan darurat jika memungkinkan ditangani
secara internal, contoh menggunakan APAR saat terjadi

Program Diploma Pelayaran


81

kebakaran
5. Setelah keadaan darurat dapat ditangani, membuat kronologi
kejadian dan melaporkan kepada Pimpinan ERT
6. Mengidentifikasi potensi bahaya di area kerja sebagai
tindakan preventif
Bertanggung jawab pada penanganan korban dalam memberikan
pertolongan darurat medis untuk mencegah kerugian yang lebih
besar pada manusia & penanganan lanjut pada korban, antara
lain:
1. Membawa kotak P3K dan peralatan bantuan lainnya ke tittk
kumpul atau lokast korban
Tim P3K 2. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan ringan
segera setelah para korban di evakuasi
3. Jika pertolongan pertama tidak dapat dilakukan, segera
membawa korban ke klinik atau Rumah Sakit terdekat
(telepon minta Ambulans atau jika mendesak memakai mobil
lain) dan mengawal prosesnya.
4. Melaporkan hasil kerja kepada pimpinan ERT
Tim Bertanggung jawab pada fungsi komunikasi internal dan
Komunikasi eksternal
Bertanggung jawab mengendalikan ancaman keamanan di tempat
kerja, antara lain :
1. Mengamankan area saat terjadi keadaan bahaya/darurat
dengan pembagian posisi dan tugas masing-masing
2. Mengawasi dan mencegah orang yang hendak mencari
Tim Keamanan kesempatan berbuat kriminal
3. Melaksanakan pengaturan lalu lintas kendaraan dan
sebagainya agar tidak mengganggu tindakan pengendalian
keadaan darurat
4. Memandu dan membantu tim pemadam kebakaran dan tim
medis ke lokasi yang di butuhkan

Tabel 4.3 Tugas Tim Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia

Program Diploma Pelayaran


82

Intruksi Kerja Tim Tanggap Darurat

Gambar 4.4 Intruksi Kerja Tim Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia

Program Diploma Pelayaran


83

4.2.5 Program Pemeriksaan dan Pemeliharaan (Maintenance)

a) APAR

Pemeriksaan APAR di lapangan penumpukan terminal petikemas

PT. Nilam Port Terminal Indonesia dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu

pemeriksaan setiap bulan, pemeriksaan setiap 6 bulan dan pemeriksaan setiap 12

bulan sekali, pemeriksaan tersebut dilaksanakan oleh petugas maintenance dari

petugas ERT (Emergency Respon Team).

 Pemeriksaan setiap bulan. Adapun pemeriksaannya meliputi :

1) Segel pengaman

a. Kawat segel pengaman tidak putus/kondisi disegel.

b. Pen pengaman (Safety pin) harus terpasang dengan benar

c. Rantai pen pengaman (bila ada) harus terpasang degan benar

2) Alat Pancar

a. Tuas atau pengatup untuk pengoperasian APAR (Operating lever)

harus dalam kondisi baik.

b. Handel pegangan untuk menenteng APAR (Carrying handle) harus

dalam kondisi baik.

c. Selang pancar (hose) tidak bocor atau pecah.

d. Mulut pancar atau corong dan nosel (Horn and Nozzle) tidak

tersumbat.

e. Seal pengaman pada mulut pancar tidak robek/ APAR bekas

digunakan.

3) Tabung

a. Tabung tidak terkorosi atau cacat, cat kembali bila perlu.

b. Isi tabung dapat dilihat pada petunjuk tekanan.

Program Diploma Pelayaran


84

4) Kartu Pemeriksaan

a. Plastik pembungkus kartu pemeriksaan tidak robek/bocor.

b. Hindari kartu pemeriksaan dari air dan kotoran.

c. Pengisian kartu sesuai jadwal pemeriksaan, diberi tanggal dan

ditanda tangani.

d. Setiap APAR harus dilengkapi dengan kartu pemeriksaan.

5) Penempatan APAR

a. Tempatkan APAR 120 cm dari permukaan lantai.

b. Posisi APAR tidak terhalang dan mudah dijangkau.

c. Setiap APAR diberi tanda segitiga warna merah scochlight.

d. Kotak APAR (bila ada, perbaiki dan cat kembali).

e. Plastik pembungkus APAR bila rusak diganti baru.

f. Nomor inventaris APAR, harus sesuai dengan nomor penempatan.

 Pemeriksaan Setiap 6 bulan

1) Jenis serbuk kimia kering (Drychemical powder)

a. Memeriksa kondisi serbuk, mungkin isinya berkurang atau terjadi

penggumpalan.

b. Apabila APAR berjenis storage pressure, lakukan penimbangan

APAR, bila beratnya berkurang 10% dari berat semula, pemadam

dinyatakan afkir.

c. Memeriksa kondisi tabung, bila terkorosi berat diganti dengan yang

baru, bial terkorosi ringan dibersihkan dan dicat kembali.

d. Memeriksa mulut pancar, kemungkinan rusak atau tersumbat.

Program Diploma Pelayaran


85

2) Jenis gas asam arang/carbon dioxide/CO2

Pemeriksaan dilakukan dengan cara menimbang tabung gas asam

arang dari APAR tersebut, apabila berat totalnya kurang 10% dari berat

semula (biasanya tertera dalam tabung) maka CO2 cartridge harus diganti

baru.

Untuk APAR jenis CO2 harus dilakukan uji tekan dengan syarat :

a. Uji tekan pertama minimal 1,5 kali tekanan kerja.

b. Uji tekan ulang 1,5 kali tekanan kerja.

c. Uji tekanan pertama tidak boleh lebih dari 10 tahun, sedang uji tekan

berikutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.

d. Apabila sewaktu dilakukan pemeriksaan rutin terdapat cacat karena

karat, maka harus diuji tekan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan uji

tekanan berikutnya tidak boleh lebih dari 5 tahun.

b) Hidran

Pemeriksaan dan perawatan instalasi hidran dilakukan secara rutin setiap

4 bulan sekali, khusus untuk hidran pillar dilakukan meriksaan setiap 1 bulan

sekali. Perawatan tersebut dimaksudkan untuk menjaga peralatan dalam kondisi

siap dioperasikan

1) Hidran Pillar

a. Pemeriksaan rutin, agar tidak ada yang macet (block valve, mata air,

tutup mata air), melakukan pelumasan apabila diperlukan.

b. Melakukan pengecatan apabila kelihatan kotor atau catnya

mengelupas.

c. Ditutup dengan plastik.

Program Diploma Pelayaran


86

2) Valve interconection

a. Dibersihkan secara rutin, diberi grease.

b. Dicoba buka/tutup agar tidak macet.

c. Ditutup dengan plastik.

3) Hose Reel

a. Diperiksa dan dibersihkan secara rutin, pelumasan pada valve.

b. Dicoba dioperasikan untuk menghindari kemacetan.

4) Fire cabinet

a. Diperiksa dan dibersihkan secara rutin, pelumasan pada valve.

b. Dicoba dioperasikan untuk menghindari kemacetan.

c. Hose harus dikeringkan dan dipasang kembali.

4.2.6 Pelatihan atau Training (Drill)

Pelatihan atau training (Drill) tanggap darurat kebakaran bertujuan

untuk melatih kesiapsiagaan dari tim pemadam kebakaran. PT. Nilam Port

Terminal Indonesia telah mengadakan pelatihan atau training (Drill) tanggap

darurat kebakaran untuk melatih kesiap siagaan serta meningkatkan pengetahuan

dan melatih personil ERT dan karyawan tentang tanggap darurat kebakaran.

Pelatihan atau drill tanggap darurat kebakaran ini dilaksanakan setiap 3 bulan atau

selambat-lambatnya 6 bulan sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam

(office), maupun yang bekerja dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi

darurat atau darurat bahaya kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


87

4.3 Pembahasan

Dari hasil yang telah diuraikan dalam hasil penelitian sebelumnya mengenai

tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan sebagai upaya pengadaan dan pelaksanaan sistem

tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia, maka penulis akan

membahas hasil penelitian tersebut sebagia berikut :

4.3.1 Potensi Bahaya Terjadinya Kebakaran

Potensi bahaya di area lapangan penumpukan handling petikemas

PT. Nilam Port Terminal Indonesia sangat kompleks, potensi yang ada salah

satunya potensi bahaya kebakaran. PT. Nilam Port Terminal Indonesia melakukan

usaha-usaha untuk pencegahan penanggulangan kebakaran yang terjadi di area

lapangan penumpukan, usaha yang dilakukan adalah

a. Membentuk dan melaksanakan manajemen tanggap darurat kebakaran

b. Membentuk dan melaksanakan prosedur tanggap darurat kebakaran

c. Membentuk dan melaksanakan tim tanggap darurat atau ERT (Emergency

Respon Team)

d. Melaksanakan pengadaan sarana dan fasilitas peralatan pemadam kebakaran,

sistem proteksi aktif kebakaran

e. Melaksanakan pemeriksaan terhadap sarana dan fasilitas peralatan pemadam

kebakaran, sistem proteksi aktif kebakaran

f. Melaksanakan pelatihan, drill tanggap darurat kebakaran

g. Membentuk dan melaksanakan patroli keamanan di lapangan penumpukan

Program Diploma Pelayaran


88

4.3.2 Sarana dan Fasilitas Keadaan Darurat

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Dari hasil pengamatan dan interview, APAR yang tersedia di

lapangan penumpukan petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia berjumlah

25 unit, pada setiap RTG terdapat 5 unit APAR yang terdiri dari jenis powder dan

foam. Dalam pemasangannya, APAR dipasang dengan tinggi kurang lebih 120 cm

dan jarak APAR satu dengan yang lainnya 15 meter, di atas APAR diberi tanda

segitiga merah pada tembok, dan semua tabung APAR berwarna merah. Telah

sesuai seperti peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per

04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam

Api Ringan .

Dalam pemasangan APAR ini memang sudah dilaksanakan tetapi

belum optimal, dalam penempatannya ada APAR yang tidak sesuai dengan

ketentuan, seharusnya penempatan APAR ini digantung pada dinding RTG

dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan

ditempatkan pada peti (box) yang tidak dikunci, tetapi pada APAR di RTG 06

keadaanya menggantung di atas pagar pembatas hanya dengan ikatan tali tidak

dengan penguat sengkang atau kontruksi lainnya (kondisi tidak aman).

Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 1 bulan sekali oleh Tim

keamanan (security) dan untuk pergantian APAR dilakukan setiap 5 tahun sekali

atau setiap tekanan turun. Untuk pemeriksaan APAR ini telah dilakukan tetapi

juga belum optimal, karena dalam setiap APAR di RTG terdapat pencatatan, list

pemeriksaan atau list perawatan (maintenance) tetapi belum diperhatikan

Program Diploma Pelayaran


89

kejelasan dalam penulisan, dan keadaan APAR belum dicek dengan benar, hanya

sekedar formalitas bahwa telah diadakan pengecekan, APAR ini dalam kondisi

kotor, berdebu seharusnya keadaan fisual APAR juga diperhatikan untuk rasa

kenyamanan dan keamanan para pekerja di lapangan serta timbulnya rasa berhati-

hati dalam bekerja.

b. Instalasi Hidran

Dari hasil pengamatan dan interview wawancara, PT. Nilam Port

Terminal Indonesia telah memiliki hidran halaman (out door) di lapangan

penumpukan (CY) yang terletak di pinggir lapangan penumpukan berjumlah 4

unit. Pengujian terhadap fungsi hidran dilakukan setiap 1 bulan sekali.

Kotak hidran mudah dilihat dan dijangkau, berwarna merah

dengan tulisan hidran berwarna putih, penempatan hidran sudah disesuaikan

dengan kebutuhan sehingga dapat digunakan dalam keadaan darurat dengan cepat

telah sesuai dengan peraturan yang berlaku Kepmen Pekerjaan Umum NO.

02/KPTS/1985, Kepmen PU No.10/KTPS/2000. Namun, kotak tersebut terkunci

karena alasan keamanan agar tidak di ambil oleh orang yang tidak bertanggung

jawab atau di curi, ketentuan terhadap dikuncinya kotak hidran tersebut kurang

tepat, menurut Kepmen Pekerjaan Umum NO. 02/KPTS/1985 untuk pemasangan

hidaran, karena jika dalam keadaan darurat menimbulkan kepanikan dibutuhkan

sikap tanggap, sigap dan cepat tim tanggap darurat.

Program Diploma Pelayaran


90

c. Assembly Point

PT. Nilam Port Terminal Indonesia memiliki tempat berkumpul

sementara terpusat yang terletak di area pintu masuk lapangan penumpukan.

Ketika keadaan darurat terjadi, seluruh unit kerja dapat menggunakan lokasi ini

karena dapat terlihat dari jangkauan mana saja area lapangan penumpukan atau

dengan mengikuti rambu-rambu yang mengarahkan menuju titik kumpul.

Assembly point ini sebagai tempat berkumpul yang aman untuk melindungi

pekerja dalam situasi darurat.

d. System Deteksi dan Alarm Kebakaran

Pada terminal penumpukan petikemas PT. Nilam Port Terminal

Indonesia telah memiliki alat deteksi kebakaran otomatis yaitu detector asap

(smoke detector) terdapat 5 unit di setiap RTG, sehingga apabila terdapat asap dan

panas yang berpotensi menimbulkan api dapat dideteksi secara dini atau secara

langsung.

4.3.3 Prosedur Tanggap Darurat

PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) telah menerapkan

prosedur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur tangap

darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dalam lampiran 2.2.10 Sistem tanggap

darurat kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


91

Prosedur dan tanggup jawab dalam sistem tanggap darurat

kebakaran PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah diatur dengan baik dan sudah

didistribusikan kesetiap bagian. Setiap staf telah dibekali dengan prosedur yang

jelas, tanggung jawab, trainning, pelatihan dan petunjuk yang berkaitan dengan

tindakan yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat. Organisasi di susun

untuk mengarahkan bagaimana tindakan yang efektif dan efisien yang akan

diambil untuk mencegah situasi darurat dan meminimalisir kerugian yang

mungkin terjadi dengan melibatkan komponen perusahaan.

4.3.4 Tim Tanggap Darurat Kebakaran

PT. Nilam Port Terminal Indonesia untuk menangani keadaan

darurat kebakaran yang terjadi, perusahaan membentuk team tanggap darurat

yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) yang beranggotakan Staf Office,

scurity yang bertugas di area lapangan penumpukan dan office, serta para

Operator RTG, Stackman dan Mekanik. Team ini melaksanakan berbagai

pelatihan, simulasi atau drill setiap 3 bulan atau selambat-lambatnya 6 bulan

sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam (office), maupun yang bekerja

dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi darurat atau darurat bahaya

kebakaran. Dengan adanya team tanggap darurat ini sehingga telah sesuai dengan

PERMENAKER RI No. KEP-186/MEN/1999 tentang Tugas dan Syarat Unit

Penanggulangan Kebakaran dan Kepmen PU No. 11/KTPS/2000 dalam lampiran

2.2.11.1

Program Diploma Pelayaran


92

4.3.5 Program Pemeriksaan dan Pemeliharaan (Maintenance)

PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah melaksanakan

pemeriksaan dan pemeriksaan berkala terhadap sarana pencegahan dan

penanggulangan kebakaran seperti APAR, hidran, dan alarm kebakaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pelaksanaan pemeriksaan peralatan

tersebut telah memiliki prosedur dan pencatatan mengenai pemeriksaan,

pemeliharaan, tetapi pemeriksaan dan pemeliharaan tersebut hanya sekedar

formalitas tidak dilaksanakan dengan tepat seperti penguji cobaan terhadap

peralatan kebakaran dan pembersihan dari kotoran karena alat tersebut berada di

ruang terbuka.

4.3.6 Pelatihan atau Training (Drill)

Pelatihan atau training (Drill) tanggap darurat kebakaran bertujuan

untuk melatih kesiapsiagaan dari tim pemadam kebakaran. PT. Nilam Port

Terminal Indonesia telah mengadakan pelatihan atau training (Drill) tanggap

darurat kebakaran untuk melatih kesiap siagaan serta meningkatkan pengetahuan

dan melatih personil ERT dan karyawan tentang tanggap darurat kebakaran.

Pelatihan atau drill tanggap darurat kebakaran ini dilaksanakan setiap 3 bulan atau

selambat-lambatnya 6 bulan sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam

(office), maupun yang bekerja dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi

darurat atau darurat bahaya kebakaran.

Hal ini sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 186/MEN/1999

tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja yaitu pasal 2 ayat 1

yang menyebutkan “Pengurus ataupun pengusaha wajib mencegah, mengurangi,

dan memadamkan kebakarn, latihan penaggulangan kebakaran di tempat kerja”.

Program Diploma Pelayaran


93

4.3.7 Usaha-Usaha Lain

Selain penyediaan sarana pemadam kebakaran, pembentukan tim

tanggap daruarat kebakaran, pelaksanaan pelatihan atau drill, juga dilakukan

usaha-usaha lainnya yaitu, pengamanan listrik, pemasangan penangkal petir yang

ada pada RTG, pemasangan papan peringatan, dan diadakannya briefing sebelum

mengawali aktifitas kerja. Usaha-usaha lain yang dilakukan ini sudah baik seperti

diadakannya briefing sebelum aktifitas kerja yang bertujuan untuk menyatukan

persepsi dan tujuan kerja sama dalam tim, membuat setiap karyawan mengerti

tentang apa yang harus dilakukan atau mengerti peran masing-masing dengan

benar agar meminimalisir terjadinya suatu situasi darurat karena situasi darurat

juga berfaktor dari manusia, lalu adanya safety patrol pengawasan di lapangan

penumpukan oleh koordinator lapangan atau foreman lapangan setiap hari

menggunakan mobil patroli lapangan atau dengan berkeliling jalan kaki juga

untuk meminimalisir terjadinya suatu situasi darurat. Hal ini telah sesuai dengan

UU No 1 tahun 1970 tentang mencegah, mengurangi, dan memadamkan

kebakaran.

Program Diploma Pelayaran


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari uraian di atas dan analisa yang dilakuan peneliti mengenai

Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Lapangan Penumpukan Terminal

Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya Maka peneliti

menyimpulkan sebagai berikut :

1. PT. Nilam Port Terminal Indonesia melakukan usaha-usaha untuk pencegahan

penanggulangan kebakaran yang terjadi di area lapangan penumpukan, usaha yang

dilakukan adalah

a. Membentuk dan melaksanakan manajemen tanggap darurat kebakaran

b. Membentuk dan melaksanakan prosedur tanggap darurat kebakaran

c. Membentuk dan melaksanakan tim tanggap darurat atau ERT (Emergency Respon

Team)

d. Melaksanakan pengadaan sarana dan fasilitas peralatan pemadam kebakaran,

sistem proteksi aktif kebakaran

e. Melaksanakan pemeriksaan terhadap sarana dan fasilitas peralatan pemadam

kebakaran, sistem proteksi aktif kebakaran

f. Melaksanakan pelatihan, drill tanggap darurat kebakaran

g. Membentuk dan melaksanakan patroli keamanan di lapangan penumpukan

2. Dalam pemasangan APAR sudah dilaksanakan tetapi belum optimal, dalam

penempatannya ada APAR yang tidak sesuai dengan ketentuan, seharusnya

penempatan APAR ini digantung pada dinding RTG dengan penguatan sengkang atau

dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan pada peti (box) yang tidak
94
Program Diploma Pelayaran
95

dikunci, tetapi pada APAR di RTG 06 keadaanya menggantung di atas pagar pembatas

hanya dengan ikatan tali tidak dengan penguat sengkang atau kontruksi lainnya

(kondisi tidak aman).

3. Dalam setiap APAR di RTG terdapat pencatatan, list pemeriksaan atau list perawatan

(maintenance) belum diperhatikan kejelasan dalam penulisan, dan keadaan APAR

belum dicek dengan benar, hanya sekedar formalitas bahwa telah diadakan

pengecekan, APAR ini dalam kondisi kotor, berdebu seharusnya keadaan fisual APAR

juga diperhatikan untuk rasa kenyamanan dan keamanan para pekerja di lapangan

4. Kotak hidran terkunci karena alasan keamanan agar tidak di ambil oleh orang yang

tidak bertanggung jawab atau di curi, ketentuan terhadap dikuncinya kotak hidran

tersebut kurang tepat, menurut Kepmen Pekerjaan Umum NO. 02/KPTS/1985 untuk

pemasangan hidaran, karena jika dalam keadaan darurat menimbulkan kepanikan

dibutuhkan sikap tanggap, sigap dan cepat tim tanggap darurat.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang diberikan oleh peneliti menurut permasalahan yang

terjadi di PT. Nilam Port Terminal Indonesia

1. Mengadakan pemeriksaan yang lebih optimal atau lebih diperhatikan kembali untuk

pengoptimalisasian keadaan peralatan pemadam kebakaran di lapangan penumpukan

Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia

2. Lebih memperhatikan ketepatan penempatan alat pemadam kebakaran di lapangan

penumpukan dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku agar tidak terjadi hal

yang tidak diinginkan, dan jika ada keadaan darurat pergerakan akan cepat.

3. Hidran halaman dalam keadaan dikunci, seharusnya kotak hidran tersebut tidak terkunci

agar tidak menghambat pergerakan, jika dalam keadaan darurat akan menimbulkan

Program Diploma Pelayaran


96

kepanikan dibutuhkan sikap tanggap, sigap dan cepat tim tanggap darurat. Tim tanggap

darurat harus bergerak cepat jika terjadi kejadian darurat di lapangan penumpukan PT.

Nilam Port Terminal Indonesia.

4. Lebih mengoptimalisasikan kembali pelatihan atau drill yang ada, agar pengetahuan para

tim tanggap darurat dan karyawan terhadap sistem tanggap darurat kebakaran lebih baik

dan lebih meningkat.

Program Diploma Pelayaran


97

DAFTAR PUSTAKA

Rigen Adi Kowara, T. M. 2017. Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran. Jurnal Manajemen Kesehatan, Vol 3 (1):70-85.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KTPS/2000. Ketentuan Teknis Pengaman
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Zaki Muthahhari Lubis, J. S. 2019. Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di
PT. X. Vol 2 (2): 70-77.

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

Pati, R. H. 2008. Evaluasi Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Gedung OSI
PT. Krakatau STEEI. Skripsi di terbitkan. Depok: Universitas Indeonesia.

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KTPS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkantoran.

Nita Amalia Putri, M. M. 2019. Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan
Kebakaran. Jurnal Bangun Rekaprima, Vol 05 (2): 59-69.

Ummah, H. A.2016. Gambaran Sistem Penanggulangan Kebakaran di PT. PLN Area Pengatur
Distribusi Jateng & DIY. Skripsi di terbitkan. Semarang : Universitas Muhammadiyah

Suma’mur, 1989. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV Haji


Mas Agung

Gandis Harini Sambada, B. K. 2016. Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Container
Yard 02 Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol 4 (4): 667-672.

Program Diploma Pelayaran


98

Naru, M. P. 2019. Perencanaan Tata Letak dan Kebutuhan APAR Dalam Upaya Pencegahan
Kebakaran di Gedung Medik RS. ST Carolus. Jakarta: Universitas Binawan.

Ashari, M. L. (n.d.). Unsur Api dan Pencegahannya. K3 PPNS: Modul 1.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung:


ALFABETA).

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

Setyosari, Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangnnya, Jakarta:


Kencana, 2010.

National Fire Protection Association (NFPA) 10. 1995. Standard for Portable Fire Extiguisher.
United State of Amarica.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. KEP 186/MEN/1999 tentang Tugas
dan Syarat Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Program Diploma Pelayaran

Anda mungkin juga menyukai