Disusun oleh :
NIM : 2017.01.3.0089
TUGAS AKHIR
Oleh :
IMROATUL HUSNA
NIM : 2017.01.3.0089
i
Program Diploma Pelayaran
Hal : Persetujuan Tugas Akhir
Lamp : -
Kepada
Yth. Direktur Program Diploma Pelayaran
UNIVERSITAS HANG TUAH
Di
Surabaya
Dinyatakan telah selesai dan dapat dilakukan ujian dalam sidang ujian Tugas Akhir.
Surabaya,
ii
Program Diploma Pelayaran
iii
Program Diploma Pelayaran
HALAMAN MOTTO
Semua orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang IKHLAS.”
----Imam Al-Ghazali----
iv
Program Diploma Pelayaran
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
Program Diploma Pelayaran
ABSTRAK
Lapangan Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia adalah
pelabuhan multipurpose yang memberikan penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal
bongkar muat petikemas di pelabuhan. Kebakaran di terminal petikemas dapat menyebabkan
banyak kerugian karena memengaruhi nilai aset, proses kerja, dan peluang kerja yang tinggi.
Salah satu upaya untuk mengurangi resiko dan dampak akibat kebakaran adalah dengan adanya
sistem tanggap darurat. Salah satu upaya untuk mengurangi resiko dan dampak yang disebabkan
oleh kebakaran adalah membutuhkan penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan benar
sesuai peraturan yang berlaku.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan
sistem tanggap darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di
terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif
Desktiptif, serta menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari nara sumber dan data
sekunder diperoleh dari dokumen yang memuat fakta-fakta deskriptif, dengan wawancara dan
observasi di lapangan. Penelitian ini dilakukan secara langsung di PT. Nilam Port Terminal
Indonesia. Dalam tugas akhir ini akan dipaparkan bagaimana penerepan sistem tanggap darurat
kebakaran yang ada di PT. Nilam Port Terminal Indonesia. Hasil dari analisis ini dapat
disimpulkan bahwa PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah melaksanakan sistem tanggap
darurat kebakaran sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun ada beberapa pelaksanaan yang
belum optimal seperti penempatan dan perawatan alat pemadam kebakaran yang kurang tepat,
kesadaran para pekerja akan adanya bahaya kebakaran, pelatihan tanggap darurat kebakaran.
vi
Program Diploma Pelayaran
ABSTRACK
Container Yard PT. Nilam Port Terminal Indonesia is multipurpose port giving service
provide operational container loading and unloading at the port. A fire at the container terminal
can cause a great deal of loss as it affects a high value of asset, work process and amployment
opportunities. One of the efforts to decrease the risk and impact due to the fire is the emergency
response system . One of the efforts to reduce the risk and impacts caused by fires is to require
the application of a proper and correct amergency response system in accordance with applicable
regulations. The purpose of the study is to analyze the emergency response system in the effort
to prevent and control a fire disaster at terminal container PT. Nilam Port Terminal Indonesia.
The research is a Descriptive Qualitative research, as well as using primary data sources obtained
from sources and secondary data obtained from documents that contained descriptive facts with
interviews and yard observation. This research was conducted directly at PT. Nilam Port
Terminal Indonesia. In this thesis will be explained how the application of the fire emergency
response system that is in PT. Nilam Port Terminal Indonesia. The results of this analysis can be
concluded that PT. Nilam Port Terminal Indonesia has implemented a fire emergency response
system in accordance with applicable regulations, but there are some implementations that have
not been optimal such as improper placement and maintenance of fire extinguishers, then
workers awarness of the danger of fire, and emergency response training.
vii
Program Diploma Pelayaran
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
1. ALLAH SWT yang telah memberikan kehidupan, kesehatan, dan nikmat yang luar biasa
keapada saya.
2. Rektor Universitas Hangtuah Surabaya Laksamana Muda TNI (Purn) Dr. Ir. Sudirman,
S.IP. SE., M.AP., M.H yang telah memberikan kesempatan kepada saya mengikuti kuliah
pada Program Diploma Pelayaran Universitas Hangtuah.
3. Direktur Program Diploma Pelayaran Djamaluddin Malik.,SE.,MAP.,ANT-II yang telah
memberikan kesempatam kepada saya untuk mengikuti Program studi Manajemen
Pelabuhan.
4. Dosen Pembimbing I Bapak Ekka Pujo A. S.E, M.Kom yang telah bersedia membimbing
saya dengan penuh kesabaran sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat saya selesaikan.
Serta selalu membantu memberikan kemudahan bila ada kesulitan selama masa
perkuliahan dan membimbing hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini. Terimakasih atas
segala bantuan dan waktu yang telah diberikan.
5. Dosen pembimbing II Bapak SofyanPoli. S.Sos, M.M yang telah bersedia
meluangkan waktu dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada saya dalam menyusun tugas akhir ini.
6. Semua Dosen dan Karyawan Program Diploma Pelayaran dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan pada saya selama mengikuti perkuliahan di PDP.
7. Manager Operational PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak, Surabaya
Bapak Jairin yang memberikan kesempatan untuk praktek darat sehingga saya
mendapatkan pengalaman yang sangat banyak sebagai bahan penulisan Tugas Akhir
maupun dalam dunia kerja nantinya.yang telah mengijinkan saya untuk melaksanakan
praktek darat (PRADA)
8. Seluruh Staf PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak, Surabaya yang
telah membantu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga Tugas
Akhir ini dapat terselesaikan.
viii
Program Diploma Pelayaran
9. Kedua orang tua saya, ayah Harmadi dan ibu Sri Sayekti yang telah membiayai kuliah
saya selama ini, yang telah mendo’akan saya selama ini untuk menjadi anak yang baik
dan membuat orang tua bangga, yang telah memberikan motivasi dan sayang yang luar
biasa pada saya untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Kedua adik laki-laki saya, Yusuf dan Farhan yang selama ini telah menemani saya,
memberikan motivasi dan sayang yang luar biasa pada saya untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11. Teman-teman PDP Khususnya KPN C yang telah saling membantu dalam penulisan
tugas akhir ini dan juga menjadi teman seperjuangan dalam melewati susah senangnya di
PDP.
12. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir.
Penulis,
IMROATUL HUSNA
2017.013.0089
ix
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................................... vi
x
Program Diploma Pelayaran
2.2.4.2 Oksigen ..............................................................................
BAB V PENUTUP
xii
Program Diploma Pelayaran
xiii
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR GAMBAR
xiv
Program Diploma Pelayaran
DAFTAR TABEL
xv
Program Diploma Pelayaran
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya peralatan dan bahan-bahan baku baru
untuk menghasilkan produk yang baru pula. Menyebabkan terjadinya perdagangan bebas
antar pulau bahkan antar negara. Hal ini mengakibatkan terjadinya perpindahan barang
dalam jumlah yang besar dan dapat di jangkau melalui berbagai jalur seperti jalur darat,
udara, dan perairan. Salah satunya dalam perpindahan barang melalui jalur perairan
handling petikemas akan selalu menyertai dan perlu untuk mendapat perhatian serius dari
semua pihak. Resiko seperti kebakaran dan ledakan akibat kesalahan prosedur
pengoperasian yang terjadi di lingkungan kerja akan menjadi ancaman serius yang harus
ditanggapi. Bahan-bahan baku dan produk yang dihasilkan dari proses produksi terkadang
mengandung bahan berbahaya, yang apabila terjadi kesalahan sedikit saja dalam
menimbulkan kerugian yang sangat besar pula. Penggunaan teknologi terkini dengan
material berbahahaya dan proses kerja yang kompleks, terdapat potensi bahaya yang besar
jika tidak dikelola dengan baik yang memungkinkan akan terjadinya kecelakaan kerja dan
1
Program Diploma Pelayaran
2
Keadaan darurat adalah keadaan yang sulit serta tak terduga, kejadian yang tidak
direncanakan yang dapat menimpa siapapun yang akan menyebabkan kematian atau injury
yang signifikan pada para pekerja, pelanggan atau masyarakat umum, atau kejadian yang
kerusakan fisik atau lingkungan, atau sesuatu yang dapat mengancam kerugian fasilitas
adalah segala kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang bisa
mengakibatkan kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan atau bahkan masyarakat,
Situasi yang berpotensi darurat merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana
keadaan ini cenderung atau berpotensi membahayakan. Situasi seperti ini hendaknya segera
diantisipasi karena jika dibiarkan situasi ini akan menjadi situasi darurat. Situasi ini sering
terjadi karena adanya kelalaian atau ketidak telitian pekerja terhadap bidang pekerjaanya
sehingga menyebabkan lingkungan kerja berpotensi membahayakan diri. Bahaya yang perlu
diperhatikan adalah bahaya yang dapat menimbulkan keadaan darurat dan mengakibatkan
pekerja serta masyarakat disekitarnya terancam, salah satunya yaitu bahaya kebakaran.
Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali yang dapat terjadi karena
bereaksinya 3 unsur, yaitu bahan mudah terbakar, sumber panas, dan oksigen. Suatu
kejadian yang tidak terkendali diluar kemampuan dan keinginan manusia. Kebakaran
Program Diploma Pelayaran
3
merupakan suatu peristiwa atau kejadian yang sangat merugikan semua pihak, baik pihak
pengelola dan perusahaan, hal ini menimbulkan berbagai macam kerugian yang bersifat
ekonomi maupun non ekonomi seperti sakit, cidera bahkan meninggal dunia. Jika kebakaran
sudah terjadi, maka perusahaan harus melakukan penanggulangan yang tepat dan sesuai
dengan standar atau prosedur yang berlaku agar pekerja selamat, meminimalkan kerusakan,
dan ancaman bahaya bagi orang sekitarnya dapat terhindar. Bahaya tersebut dapat dicegah
apabila perusahaan memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencegahnya. Oleh karena
itu, potensi bahaya kebakaran harus ditemukan dan diteliti, agar selanjutnya risiko yang
dihasilkan tidak berdampak besar atau bahkan dapat dicegah, berbagai langkah dan upaya
penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal penting yang perlu diterapkan dan
dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya bahaya kebakaran dapat dilakukan melalui pengertian dan pemahaman
yang baik tentang sebab-sebab terjadinya kebakaran, proses terjadinya kebakaran dan akibat
yang dapat ditimbulkan sebagai prinsip dasar dalam melakukan penanggulangan kebakaran.
Dibutuhkan suatu sistem tanggap darurat guna sebagai penanggulangan bahaya kebakaran.
yang terletak disisi timur, Tanjung Perak Surabaya. PT. Nilam Port Terminal Indonesia
(NPTI) memberikan penyediaan dan pelayanan jasa operator terminal bongkar muat
container di pelabuhan (container terminal handling) yang handal, aman, dan terintegrasi
antar moda. Terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia memiliki CY
(Container Yard) yang menjadi tempat proses kerja berlangsung. CY (Container Yard)
tersebut memiliki enam blok terdiri dari blok (A, B, C, D, E, dan F) dengan fasilitas riffer
plug (blok khusus untuk container river) pada blok D. Pada setiap Blok di CY (Container
Yard) memiliki proses kerja yang sama dengan sistem penyusunan petikemas yang berbeda.
Terdapat 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) yang merupakan milik dari PT. NPTI sendiri
dan 1 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) milik PT. Pelindo III, 32 unit head truck beserta
trailer milik PT. NPTI yang terdiri dari 18 unit untuk kegiatan Lolo haulage dan 14 unit
untuk kegiatan Relokasi Depo (REPO) untuk kegiatan Truck Losing (TL).
Di dalam proses kerja handling petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia
tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai jenis muatan dan penggunaan alat
bahaya salah satunya potensi bahaya kebakaran. Jika dalam proses kerja handling petikemas
tidak memperhatikan adanya sistem tanggap darurat kebakaran yang baik, maka akan
menimbulkan suatu bahaya yang dapat merugikan bagi perusahaan dan terutama bagi para
Terminal petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) merupakan salah
satu perusahaan yang memiliki potensi bahaya kebakaran yang besar dalam kegiatan
operasional handling. Faktor bahaya yang terdapat di perusahaan berasal dari muatan
material yang berada di dalam petikemas, lingkungan kerja dengan cuaca panas yang
ekstrim, dan faktor kelistrikan yang bersumber dari mesin serta peralatan-peralatan lain yang
ada di unit kerja tersebut. Dilihat dari potensi bahaya yang dimiliki, CY (Container Yard)
memiliki potensi bahaya yang besar karena memuat berbagai macam muatan umum
(general cargo), muatan barang berbahaya (dangerous goods) yang dapat menyebabkan
kebakaran, serta instalasi listrik dan bahan bakar solar yang dipakai pada alat berat.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan, terminal petikemas PT. Nilam Port
Terminal Indonesia (NPTI) telah memiliki tim tanggap darurat yang mengadakan drill
pelatihan tanggap darurat dalam 3 (tiga) bulan sekali, namun dalam prosedur tanggap
perawatan alat pemadam kebakaran, dan kesadaran para karyawan/pekerja dalam mengikuti
drill demi keselamatan bekerja di lapangan belum terlaksana dengan baik atau belum
optimal. Dengan permasalahan yang ada tersebut, penulis membuat penelitian tugas akhir
Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya”.
perusahaan besar dengan tingkat risiko kebakaran yang tinggi diwajibkan memiliki sistem
tanggap darurat dan organisasi tanggap darurat. Dengan adanya sistem tanggap darurat maka
pengusaha atau pengelola wajib untuk memelihara sistem proteksi aktif kebakaran yang
tercantum pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. PER/04/MEN/1980.
Di dalam sistem tanggap darurat terdapat petugas tanggap darurat yang memiliki peran dan
tugasnya masing-masing menurut NFPA 101 tahun 2010 dan kepmenaker no 186 tahun
1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186 Tahun 1999 tentang
penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Hal demikian perlu dilakukan, karna perusahaan
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi penulis, selain sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, dan melatih penulis
berguna bagi peneliti untuk dapat berfikir secara analisis dan dinamis di masa yang
akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan, sebagai bahan informasi atau bahan pertimbangan bagi perusahaan
kebakaran di Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak
Surabaya.
selanjutnya.
bagaimana sistem tanggap darurat kebakaran di Terminal Petikemas PT. Nilam Port
1. Objek penelitian dilakukan di lapangan penumpukan terminal petikemas, PT. Nilam Port
Terminal Indonesia.
2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi.
3. Peneliti hanya membuat penelitian tentang sistem tanggap darurat kebakaran yaitu yang
terdiri dari manajemen tanggap darurat kebakaran, prosedur tanggap darurat kebakaran,
petugas tanggap darurat, sistem proteksi aktif kebakaran, pelatihan tanggap darurat
kebakaran.
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Grandis Harini
Sambada, Bina Kurniawan, Suroto (2016), yang meneliti tentang “Analisis Sistem Tanggap
Darurat Kebakaran di Container Yard 02 Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III
(Persero) Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem tanggap
darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di teminal Container
Yard 02. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode penelitian observasi dan wawancara secara mendalam.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III Semarang telah
kebakaran. Container Yard 02 memiliki semua fasilitas pemadam api aktif seperti APAR
dan hidran dan titik kumpul pertemuan. Organisasi tanggap darurat di Terminal Petikemas
disusun berdasarkan Surat Perintah Nomor SP.10/KP 0301/TPKS 2016 yang beranggotakan
karyawan yang ditunjuk dari seluruh divisi yang ada. Prosedur tanggap darurat yang ada di
Namun belum terdapat prosedur pengehentian operasi dan evakuasi korban. Pelatihan
tanggap Terminal Petikemas dilakukan secara periodik yaitu tiga bulan sekali dengan bentuk
pelatihan pemberian materi dan drill namun masih belum efektif. Sarana Proteksi Aktif
Kebakaran berupa APAR dan HIDRAN halaman belum tersimpan dengan aman. Sarana
penyelamatan jiwa sudah tersedia dengan dengan baik yaitu titik kumpul yang berada dekat
7
Program Diploma Pelayaran
8
lapangan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Terminal Container sudah
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis buat dalam tugas
akhir saat ini adalah memiliki tujuan penelitian yang sama yaitu untuk menganalisis sistem
tanggap darurat dalam upaya mencegah dan mengendalikan bencana kebakaran di terminal
petikemas, dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dilakukan
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis buat dalam tugas
akhir saat ini adalah penelitian terdahulu berlokasi di Container Yard 02 Terminal Petikemas
PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang yang berfokus meneliti keadaan sistem
tanggap darurat kebakaran hanya di CY 02, sedangkan penelitian yang penulis buat dalam
tugas akhir saat ini berlokasi di lapangan penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port
Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya, dengan meneliti keadaan sistem tanggap
darurat kebakaran di seluruh lapangan penumpukan PT. Nilam Port Terminal Indonesia.
2.2.1 Analisis
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang
dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi
adalah kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang bisa mengakibatkan
kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan, atau bahkan masyarakat,
Menurut Salami dkk, 2015 Keadaan darurat merupakan suatu kejadian mendadak
yang menyebabkan banyak kematian atau cedera yang parah kepada pekerja dan
masyarakat sekitar atau yang dapat mengganggu dan menghentikan proses industri,
perdagangan, dan menyebabkan kerusakan lingkungan, serta merugikan secara finansial dan
Setiap perusahaan memiliki potensi bencana yang berasal dari alam maupun non
alam. Oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam menghadapi bencana/ keadaan darurat
untuk meminimalkan kerugian yang dapat terjadi akibat keadaan darurat tersebut, sehingga
Apabila keadaan darurat yang terjadi dapat diatasi sendiri oleh petugas
Pada dasarnya keadan darurat terjadi karena bencana alam atau bencana
yang disebabkan manusia. Menurut Erkins terdapat tiga kategori kejadian yang
peledakan, tumpahan bahan kimia, kebocoran gas, release energi dan kecelakaan
pesawat, radiasi.
3. Bencana alam (Natural disaser) seperti banjir, tsunami, angin puting, gempa
2.2.3 Kebakaran
adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial terkena pancaran api sejak
dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan.
oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu bahan bakar yang mudah terbakar,
oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan
berbeda dengan tempat umum atau pemukiman. Industri yang khusus mengelola bahan
berbahaya memiliki tingkat risiko kebakaran yang tinggi yang akan menimbulkan kerugian
sangat besar karena menyangkut nilai aset yang tinggi pula.tiga unsur yang harus ada, yaitu
bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau
panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera, bahkan kematian.
kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur
yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen dan sumber panas yang membentuk
Menurut (Ramli, 2010) Kebakaran dapat terjadi karena adanya tinga unsur api
(bahan bakar, sumber panas, dan oksigen) saling bereaksi satu dengan yang lain. Api akan
terbentuk dari suatu proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan
Sumber Oksigen
Panas
Bahan Bakar
Sumber Modul Unsur Api dan Pencegahannya, Moch. Luqman Ashari K3-PPNS
Teori segitiga api, kebakaran dapat terjadi karena adanya faktor 3 unsur yang saling
berinteraksi, yaitu :
c. Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar (panas).
Bahan bakar dapat berupa padat, cair dan gas. Bahan bakar yang dapat
a. Titik nyala (Flash Point) merupakan temperature minimum dari cairan dimana
dapat memberikan uap yang cukup dan bercampur dengan udara dan membentuk
campuran yang dapat terbakar dekat permukaan cairan dan akan menyala sekejap
bila diberi sumber penyalaan karena tidak cukup banyak uap yang dihasilkan.
bakar di udara hanya akan menyala dan terbakar dengan baik pada daerah
konsentrasi tertentu.
c. Suhu penyalaan sendiri (Auto Ignition Temperature) merupakan suhu zat dimana
hidup, kendaraan bermotor, maupun industri. Sumber oksigen adalah dari udara,
dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar
terjadi pembakaran. Tanpa adanya oksigen maka proses kebakaran pun tidak dapat
terjadi.
2.2.4.3 Panas
permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi kimia eksotermis, energi
a. Listrik
faktor-faktor :
b. Rokok
c. Pemanasan Berlebih
bahan berbahaya atau bahan bakar (bensin) yang mudah terbakar (Suma’mur P.
K, 1996).
Bunga api bisa terjadi karena percikan bara api mesin, misal mesin diesel atau
f. Sambaran Petir
Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindung penyalur petir
g. Reaksi Kimia
Nyala api dapat timbul akibat reaksi-reaksi kimia tertentu yang menghasilkan
bahan yang terbakar. Dengan adanya kategori tersebut, akan lebih mudaha dalam
National Fire Protection Association (NFPA Standard No. 10, for the installation of
Per 04/MEN/1980.
(bahan) pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu kelas kebakaran, sehingga usaha
pencegahan dan pemadaman api akan tepat. Klasifikaksi kebakaran juga berguna
04/MEN/1980
lambat, seperti tempat ibadah, sekolah, hotel, restoran, rumah sakit, penjara
dan museum.
bahan yang mencapai 2,5 meter dan menjalarnya api sedang, seperti pabrik
bahan lebih dari 4 meter dan menjalarnya api sedang, seperti penggilingan
dan sebagainya.
cepat, seperti pabrik makanan, pabrik ban, sabun, lilin, tembakau, pesawat
terbakar dan menjalarnya api cepat, seperti pabrik kimia, kembang api, cat,
1. Faktor pekerja
2. Faktor pengelola
c. Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan engan baik terutama dalam
Kebakaran dapat terjadi secara alami antara lain disebabkan oleh petir,
letusan gunung berapi, batu bara yang terbakar. Curah hujan juga merupakan faktor
bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan
sarana. Sistem proteksi kebakaran digunakan untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas
pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi peamadaman. Selain itu sistem ini
proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksi kebakaran baik
manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti sprinkler, pipa
tegak, dan selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti
Kerja Dan Transmigrasi PER.04/MEN/1980) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
ringan, mudah dibawa/dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut
hanya digunakan untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran pada saat api
Menurut Depnaker (1987) pemilihan APAR harus di perhatikan hal-hal sebagai berikut :
b. Jenis busa
2. Penggunaan APAR
3. Klasifikasi APAR
tipe A, yaitu kebakaran bahan padat bukan logam, contohnya kayu, kertas,
karton/kardus, kain, kulit, plastik. Sistem kerja APAR yang berisikan air ini
mendinginkan permukaan dari bahan bakar tersebut. APAR jenis ini tidak
boleh digunakan pada kebakaran cairan mudah terbakar dan juga kebakaran
sementara sesak nafas dan pandangan mata agak terhalang. Dapat digunakan
kimia kering tergantung pada jumlah serbuk yang dapat menutupi permukaan
yang terbakar. Cara kerjanya adalah dengan merusak reaksi kimia pembakaran
dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan bahan yang terbakar. Makin
halus butiran serbuk kimia kering maka makin luas permukaan yang ditutupi.
Karena kemampuannya untuk mematikan jenis api di tiga kelas, jenis tabung
gas tidak mudah terbakar pada tekanan sangat rendah. Api dipadamkan
dengan menggantikan oksigen atau dengan kata lain mengisolasi oksigen yang
merupakan salah satu elemen dari segitiga api. CO2 memiliki pengaruh
oksigen dari udara. APAR tipe ini digunakan untuk tipe B dan C, yaitu
kebakaran bahan cair atau gas mudah terbakar dan kebakaran instalasi listrik
itu, dilarang menggunakan APAR ini pada ruangan tertutup ketika masih ada
kebakaran minyak (nabati) dapur (Kelas K). Ketika memakai jenis alat
pemadam ini lampu dan listrik harus dimatikan karena agen pemadam ini
halus.
Misalnya Pasir, tanah atau lumpur, karung atau kain basah, selimut api (Fire
- Potasium Karbonat
- Potasium Clorida
mempunyai daya lekat yang baik dan menghalangi terjadinya oksidasi pada
bahan bakar.
4. Pemasangan APAR
dijelaskan bahwa :
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
2. Tanda pemasangan berupa tiga sama sisi dengan warna dasar merah dengan
ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih, tinggi tanda panah
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
4. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
5. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak bole melebihi 15
meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
kerja.
8. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada keinggian 1.2 m
dari lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari
permukaan lantai.
9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu
melebihi 49o C atau turun sampai minus 44o C kecuali APAR tersebut
11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
5. Pemeliharaan APAR
dijelaskan bahwa :
Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu:
- Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
- Untuk alat pemadam api ringan cairan atau asam soda, diperiksa
- Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan cara
diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api ringan
cara melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat
- Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa
kekurangan berat sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi
sebagai berikut:
- Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah
ditentukan;
- Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak
- Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
dengan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak
- Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus
keadaan baik;
kapasitasnya.
- Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak
- Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak
boleh tersumbat;
- Mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan luas penekan harus
kapasitasnya.
Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (dry chemical)
hati dan dijaga supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan
- Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan
- Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak
keadaan baik
Untuk alat pemadam api ringan jenis pompa tangan CTC (Carbon
benikut:
diperbaharui
dilengkapi dengan selang dan mulut pemancar (nozzle) untuk mengalirkan air
System hidran harus dipasang pada bangunan yang memiliki luas lantai
total lebih dari 500 m2. System hidran adalah sistem pemadam manual yang
menggunakan selang penyemprot dengan cara membuka kran pada hidran pilar/box.
2. Pompa-pompa kebakaran
3. Selang kebakaran
alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pemancar (nozzle) untuk
digunakan untuk menyalurkan air bagi unit-unit mobil pompa kebakaran yang
Hidran halaman biasanya menggunakan pipa induk 4-6 inchi. Panjang selang
30 m dengan diameter 2,5 inchi serta mampu mengalirkan air 950 liter/menit.
yaitu tipe bejana kering dan bejana basah. Pada jenis bejana kering,
didalamnya tidak berisi air, walaupun telah dihubungkan dengan sumber air.
Hidran bejana basah di dalamnya berisi air sehingga jika dibuka air lansung
a. Hidran kelas I
Ialah hidran yang menggunakan selang 2,5” (Khusus orang yang terlatih)
b. Hidran kelas II
hidaran adalah :
2,5 inchi dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan kopling dari unit
c. Hidran halaman harus disambung dengan pipa induk dengan ukuran 6 inchi
(15 cm) dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit untuk setiap kopling.
Penempatan hidran halaman tersebut harus mudah dicapai oleh mobil unit
kebakaran.
berdiameter 15 cm.
e. Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak
hidran untuk 800 m2 untuk ruang tertutup dan 2 buah per 800 m2 untuk
2.2.8.3 Sprinkle
air untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada
ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara merata.
Detektor adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat
membangkitkan alarm dalam suatu sistem. Prinsip kerja dari sensor asap yaitu
teknologi photoelectric detector dan didesain untuk mudah dipasang karena tanpa
menggunakan instalasi kabel. Alarm akan berbunyi apabila alat ini mendeteksi
adanya asap yang masuk ke dalam detektor dan segera dilakukan tindakan
a) Detektor asap, alat yang mendeteksi partikel yang terlihat atau yang tidak
b) Detektor nyala api, alat yang mendeteksi sinar infra merah, ultra violet, atau
c) Detektor gas kebakaran, alat untuk mendeteksi gas-gas yang terbentuk oleh
suatu kebakaran.
Alarm kebakaran adalah alat untuk memberi peringatan secara dini kepada
penghuni gedung atau petugas tentang adanya kejadian kebakaran di suatu bagian
gedung. Alarm kebakaran merupakan salah satu sistem proteksi aktif yang memiliki
3 komponen, yaitu manual call box (titik panggil manual), fire detector (alat
kepada penghuni akan adanya bahaya kebakaran sehingga dapat melakukan tindakan
1) Sumber Kebakaran
2) Proses Produksi
Proses produksi juga mengandung berbagai potensi bahaya kebakaran dan peledakan,
kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan gedung
membatasi penyebaran kebakaran, dan pemadaman kebakaran termasuk sistem proteksi aktif
dan pasif.
Dalam sistem tersebut, terdapat siklus tanggap darurat bencana yang merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat terjadi bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana (Annilawati dan Fitri, 2019).
yang menunjukan kemana pekerja berkumpul bila terjadi kondisi darurat dan
dan kalau perlu dengan mengikut sertakan Dinas Tenaga Kerja setempat.
nyaring dan berteriak, atau mempunyai isyarat tersendiri yang ditandai dengan
Prosdur ini menerangkan fase kejadian suatu situasi keadaan darurat yang perlu
b. Karyawan pada saat menemukan api, kebocoran gas atau cairan berbahaya
areal tersebut.
mengambil tindakan untuk menguasai keadaan atau menjaga agar api tidak
f. Jika situasi sukar diatasi dan perlu bantuan maka salah seorang segera
6. Penyediaan Kendaraan
Hanya kendaraan keadaan darurat yang telah ditentukan yang boleh memasuki
Jangan halangi jalan menuju daerah keadaan darurat. Tinggalkan kunci kontak
7. Pengendalian Kendaraan
instruksi selanjutnya.
atau Pengawas.
b. Klinik dan Rumah Sakit yang terdekat atau Rumah Sakit rujukan.
kecelakaan.
dilakukan sebelum kebakaran terjadi (pra kebakaran), penanggulangan saat kejadian, dan
kebakaran adalah satua tugas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang
unsur yang dapat menyebabkan kebakaran terjadi. Seperti yang dijelaskan sbelumnya
bahwa unsur-unsur tersebut adalah sumber panas, oksigen, dan bahan bakar. Unsur-
unsur tersebut akan bereaksi secara kimia dan dapat menyebabkan kebakaran. Oleh
karena itu, teori pemadaman api itu sendiri adalah dengan menghilangkan unsur dan
terjadilah pemutusan reaksi sehingga kebakaran yang terjadi tidak semakin membesar.
Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak terkait
pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi kebakaran pada suatu
bangunan gedung atau ruang kerja. Bila kondisi-kondisi yang berpotensi terjadinya
kebakaran dapat dikenali dan dieliminasi akan dapat mengurangi secara substansial
terjadinya kebakaran.
c. Membuat prosedur kerja aman/izin kerja pada jenis dan tempat kerja tertentu
1. Cooling/Pendinginan
mendinginkan permukaan dan bahan yang terbakar dengan bahan semprotan air
sampai mencapai suhu dibawah titik nyalanya. Atau dengan kata lain
2. Smothering/Penyelimutan
atau udara. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan karbondioksida atau busa
Suatu bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran
yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai bahan bakar yang
kimia atau kombinasi fisik-kimia. Secara fisik nyala api dapat dipadamkan dengan
nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat myerap
2.2.11.4 Rehabilitasi
penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh penghuni maupun
petugas kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta benda bila terjadi
Assembly Point adalah salah satu sarana penyelamatan jiwa atau tempat
Assembly Point adalah tidak ada ancaman api, dari sana penghuni dapat secara aman
berhambur setelah penyelamatan dari keadaan darurat menuju kejalan atau ruang
Menurut PU No. 26 Tahun 2008 juga menjelaskan kriteria tempat aman meliputi :
b. Dari sana penghuni dapat secara aman berhambur setelah penyelamatan dari
kebakaran merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk itu setiap anggota unit regu
penanggulangan kebakaran dalam tim tangap darurat harus melaksanakan atau mengikuti
latihan secara kontinyu dan efektif. Latihan yang bersifat teori maupun yang bersifat praktik.
Tujuan dari latihan kebakaran ini adalah menciptakan kesiapsiagaan anggota tim di dalam
menghadapi kebakaran agar mampu bekerja untuk menanggualangi kebakaran secara efektif
dan efisien. Latihan yang bersifat prakstik harus diberikan dengan tujuan untuk mengetahui
untuk menimbun petikemas Full Container Load (FCL) yang akan dimuat atau
dibongkar dari kapal. Wilayah CY biasa terbagi / dikelompokkan berdasarkan jenis dan
sifat muatannya. Dalam CY terdapat blok khusus petikemas impor dan ekspor, empty
tempat untuk menimbun dan meletakkan petikemas dilapangan secara teratur (Madya,
2009)
benda yang dijadikan sebagai alat pengangkut barang yang bersifat permanen, kuat, dapat
digunakan berulangkali, dirancang khusus untuk mudah diangkut berbagai moda transportasi
Menurut Amir (2009:113) petikemas adalah peti yang terbuat dari logam yang
memuat barang-barang yang lazim disebut muatan umum (general cargo) yang dikirimkan
melalui laut.
suatu bentuk kemasan satuan muatan yang terbaru, yang diperkenalkan sejak awal 1960, di
awali dengan ukuran 20 kaki (twenty feet container). Pada umumnya peti kemas dibuat dari
bahan-bahan yang berupa baja, alumunium dan polywood atau FRP (Fiber lass Reinforced
Plastics). Pemilihan bahan petikemas ini berdasarkan pada jenis muatan yang diangkut.
khusus, semua barang yang sifat, ciri khas dan keadaannya merupakan bahaya terhadap
terbakar atau meledak. Oleh karena itu, muatan berbahaya perlu mendapatkan perhatian
khusus dari berbagai pihak, baik pemilik barang, stevedore, pengangkut, keagenan maupun
instansi terkait.
Muatan berbahaya adalah barang yang oleh karena sifatnya, apabila di dalam
terhadap manusia, benda dan lingkungan (Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja dan
telah menetapkan Konvensi Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 menempatkan peraturan
barang berbahaya di Chapter VII yaitu International Maritime Dangerous Goods (IMDG)
Code yang diberlakukan Indonesia dengan pedoman berdasarkan KM. No 17 Tahun 2000.
Divisi 1.1 : Zat dan barang yang mudah meledak secara massal
Divisi 1.2:Zat dan barang yang memiliki mudah meledak tetapi bukan ledakan massal
Divisi 1.3 : Zat dan barang mudah terbakar dengan ledakan kecil
Divisi 1.6 : Barang sangat sensitif tapi tidak timbulkan ledakan massal
b. Kelas 2 Gas
Divisi 4.3: Zat padat jika terkena air dapat memancarkan gas-gas mudah menyala
i. Kelas 9 Bermacam-macam zat berbahaya yaitu zat-zat lain yang menurut pengalaman
Dalam penanganan muatan berbahaya, ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan yaitu :
kapal maupun pelabuhan perlu dilakukan dengan hati- hati, karena bisa berdampak
sling, forklift, ganco dan sebagainya harus memenuhi standar yang telah ditetapkan
b. Know the nature of hazard (mengetahui sifat-sifat bahaya dari barang tersebut) dengan
mengetahui sifat kimia dan fisika termasuk klasifikasinya maka dapat mengangani
Kegiatan – kegiatan ship operation, quay transfer operation, yard operation, dan
receipt / delivery operation sangat tergantung pada lini penghubung satu sama lain yakni
kegiatan haulage dengan menggunakan pasangan head truck-chassis. Alat ini menjembatani
berbagai lokasi kegiatan (spots) di terminal, dari dan ke dermaga, Container Freight Station,
Sumber tenaga gerak adalah mesin diesel dilengkapi dengan sistem elektrikal
untuk mengatur antara lain temperatur muatan petikemas reefer. Head truck disebut juga
tugmasters atau prime mover mengingat fungsinya sebagai penarik beban. Satu head truck
mampu melayani beberapa chassis. Dengan atau tanpa muatan, chassis dapat dilepaskan dari
head truck untuk diparkir di suatu tempat sambil menunggu rencana pergerakan berikutnya.
Head truck dan chassis disambungkan dengan sistem privot yang dinamakan fifth
wheel dengan elevasi yang dapat diatur secara hidrolik. Fifth wheel merupakan bagian yang
sangat perlu mendapatkan perhatian truck operator terlebih jika trailer melintasi jalan umum
(public road) karena pivot pin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya menjadi tidak
aman. Seluruh beban chassis terhadap platform fifth wheel yang berkisar antara 21 sampai
30 ton ditahan dengan pin dimaksud. Cycle times tergantung jarak tempuh dalam operasi
dermaga.
penelitian dan teknik penyusunan skripsi, kerangka pemikiran merupakan rangkuman atau
pengaruhnya terhadap masalah. Kerangka berpikir adalah model konsep tentang bagaimana
teori yang telah berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis atau
variabel yang telah diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel
Agar penulisan tugas akhir ini jelas, maka penulis memberikan uraian dalam bentuk
Keamanan Lapangan
Sistem Tanggap Darurat Penumpukan Terminal
Kebakaran Petikemas PT. Nilam Port
Terminal Indonesia
pelayanan jasa operator terminal bongkar muat container di pelabuhan yang handal, aman,
dan terintegrasi antar moda, yang tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai
jenis muatan yaitu muatan umum (general cargo) dan muatan barang berbahaya (dangerous
goods) serta penggunaan alat besar pengangkut container yang terdiri dari RTG, Head truck
dan chassis dilapangan penumpukan yang dapat berpotensi menimbulkan bahaya salah
satunya bahaya kebakaran, jika dalam proses kerja handling petikemas tidak memperhatikan
adanya sistem tanggap darurat kebakaran yang baik, maka akan menimbulkan suatu bahaya
yang dapat merugikan. Melalui penerapan sistem tanggap darurat kebakaran yang baik dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka resiko kebakaran di lapangan penumpukan
dapat dicegah, tidak merugikan perusahaan dan para pekerja di lapangan juga lebih aman
sistem tanggap darurat kebakaran dan sistem pencegahan serta penanggulangan kebakaran
yang berlaku yaitu Permen PU No. 26/PRT/2008, Kepmenaker No. 186/1999, Permenaker
sistem tanggap darurat yang baik. Pencegahan kebakaran dilakukan dengan Mengendalikan
proteksi kebakaran (Sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif),
perusahaan, membuat prosedur kerja aman/izin kerja pada jenis dan tempat kerja tertentu,
kebakaran (Detektor panas, detektor asap, detektor nyala api, dan detektor gas kebakaran),
alarm peringatan kebakaran, alat pemadam kebakaran (APAR, hidran), penyelamatan jiwa
di lapangan penumpukan (Titik kumpul), dan pelatihan tangap darurat kebakaran yang
bekerja untuk menanggualangi kebakaran secara efektif dan efisien penting untuk di
METODE PENELITIAN
dan strategi tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenaran data yang
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
50
Program Diploma Pelayaran
51
yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian
perbedaannya dengan fenomena yang lain. Deskriptif kualitatif dalam penelitian ini
digunakan untuk menggambarkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh
di lapangan.
Tujuan atau sasaran penelitian pada tugas akhir ini adalah penerapan sistem
selama tiga bulan terhitung dari tanggal 3 Februari 2020 sampai dengan 30 April
apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variable atau konsep definisi
kedalam kategori khusus dari variabel. Operasional variable dapat diartikan juga
sebagai penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciris pesifik yang lebih detail
dari suatu konsep. Dengan tujuan diharapkan peneliti dapat mencapai suatu bentuk
tolak ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefinisikan konsepnya,
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Variabel yang diteliti dalam penelitian pada tugas akhir ini yaitu sistem
kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan gedung
membatasi penyebaran kebakaran, dan pemadaman kebakaran termasuk sistem proteksi aktif
dan pasif.
kecelakaan.
3.4.1 Populasi
Menurut Arikunto (2002) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita
dalam suatu lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data,
bukan manusianya.
Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Adapun populasi yang ada dalam penelitian ini adalah semua gedung/bangunan,
alat bongkar muat, petikemas dan muatan, dan truk yang ada di PT. Nilam Port
Terminal Indonesia.
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2008) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut Arikunto (2006 :
alat bongkar muat, petikemas dan muatan, dan truk yang ada di lapangan penumpukan
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai
data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Menurut (Uma Sekaran, 2011) Data primer adalah data yang mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah
responden individu, kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data primer
bahwa: “Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini
harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang
yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
repo yang mengerti tentang keadaan sistem tanggap darurat kebakaran yang ada di
b. Data Sekunder
adalah dokumen resmi yang diperoleh dari dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen internal adalah berupa pengumuman, instruksi aturan dari suatu instansi
dari informasi yang dihasilkan dari suatu instansi tertentu, misalnya majalah dan
penelitian ini. Dalam upaya memperoleh data sekunder, peneliti juga melakukan studi
jurnal, koran, internet, serta dokumen data instansi yang berkaitan dengan tema
Data sekunder umunya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan. Dalam hal ini data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh
dokumen berupa data dan arsip perusahaan mengenai gambaran umum perusahaan,
aktifitas yang dilakukan dan data mengenai sistem tanggap darurat kebakaran seperti
manajemen tanggap darurat dan prosedur tanggap darurat. Data sekunder juga
diperoleh dari hasil studi literatur, kumpulan jurnal publik, artikel tentang standar
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan
penelitian, maka mustahil peneliti dapat menghasilkan temuan, apabila tidak memperoleh
data.
paling strategis dalam penelitian, Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.
pengumpulan data adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat
dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan
reliabel.
Maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Observasi
kerja, dan gejala – gejala alam. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk
(Margono, 2007:159).
2. Metode Wawancara
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui
sedikit/kecil.
adalah “untuk menemukan permasalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang
3. Metode Dokumentasi
yakni mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
mencari data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, aturan,
berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan
data berdasarkan variabel seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2013 : 142).
deskripsi dan penempatan data pada konteksnya masing-masing, oleh sebab itu
analisis data yang digunakan lebih banyak menggunakan kata-kata dari pada angka.
suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait
dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka maupun kata-kata.
Data diolah secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk kalimat yang
dengan kondisi nyata yang ada pada obyek penelitian yaitu penerapan sistem tanggap
peraturan yang berlaku yaitu Permen PU No. 26/PRT/2008, Kepmenaker No. 186/1999,
PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI) didirikan berdasarkan Akte Notaris
Tri Avianti Merpatiningsih,S.H. No 13 tanggal 09 Juli 2008 dan disahkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Indonesia. Sesuai dengan akte yang didirikannya
PT. NPTI, maksud dari perusahaan ini adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang
penyediaan dan pelayanan jasa terminal bongkar muat petikemas di pelabuhan. Mulai
beroperasi sejak tahun 2009, PT. NPTI telah banyak memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi perkembangan ekonomi dan memiliki peranan penting tidak hanya bagi
peningkatan lalu lintas perdagangan di Jawa Timur tetapi juga bagi seluruh kawasan timur
Indonesia pada pelabuhan Tanjung Perak. PT. NPTI merupakan terminal multipurpose yang
terletak di sisi Timur Tanjung Perak dan merupakan badan usaha perusahaan konsorsium
eks Terminal Nilam yang memiliki legalitas bidang usaha operator pelabuhan dan kegiatan
jasa bongkar muat. Pembangunan PT. NPTI dilakukan dengan meratakan sejumlah gudang
untuk mendukung penyediaan lapangan seluas 4 hektare. Selain itu, PT. NPTI memiliki
dermaga sepanjang 320 meter dengan pengerukan kedalaman sampai minus 8 LWS,
diharapkan dapat menangani kapal-kapal domestik. Demaga NPTI dengan skala prioritas
untuk kapal petikemas antar pulau dengan rata-rata panjang 70 meter sampai dengan 110
meter yang bisa ditambati 2 kapal sekaligus untuk melakukan bongkar muat petikemas.
60
Program Diploma Pelayaran
61
PT. Nilam Port Terminal Indonesia mulai beroperasi tahun 2009, pada awal PT.
Reach Stacker untuk full dan forklift untuk empty container, untuk kegiatan haulage
menggunalkan trailer menyewa milik PT. Meratus Line dan PT. Bintang Rejeki. Kemudian
Pada tahun 2010 PT. NPTI menyediakan 3 unit Container Crane (CC) yang
merupakan milik dari PT. Pelindo III, 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) yang merupakan
milik dari PT. NPTI sendiri, dan 27 unit head truck beserta trailer milik PT. NPTI yang siap
dioperasikan guna melayani para pengguna jasa di PT. Nilam Port Terminal Indonesia
(NPTI).
Kemudian berkembang pada tahun 2020 PT. NPTI menyediakan 4 unit Container
Crane (CC) yang merupakan milik dari PT. Pelindo III, 5 unit Rubber Tyred Gantry (RTG)
yang merupakan milik dari PT. NPTI sendiri dan 1 unit Rubber Tyred Gantry (RTG) milik
PT. Pelindo III, 32 unit head truck beserta trailer milik PT. NPTI yang terdiri dari 18 unit
untuk kegiatan Lolo haulage dan 14 unit untuk kegiatan Relokasi Depo (REPO) untuk
kegiatan Truck Losing (TL). Tetapi semua juga dapat untuk menunjang kegiatan REPO
kecuali unit yang tidak diijinkan mekanik untuk kegiatan REPO dengan beberapa alasan
tertentu.
contaier di pelabuhan.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebuat PT. Nilam Port Terminal Indonesia
penumpukan petikemas.
barang dari petikemas meliputi stevedoring, stacking, dan jasa handling lainnya.
konsolidasi barang.
bertambat kapal.
container.
a. Visi
petikemas di Indonesia.
b. Misi
Indonesia.
Dalam melakukan kegiatan usahanya setiap hari, PT. Nilam Port Terminal Indonesia
sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar
setiap tenaga kerja memberi daya guna maksimal kepada perusahaan agar menjadi
2. Divisi Operasional
Bertanggung jawab atas semua kegiatan bongkar muat yang antara lain
berjalan sebagaimana mestinya sehingga dapat tercipta suatu sistem terminal yang
3. Devisi Teknik
Bertanggung jawab atas kinerja peralatan bongkar muat yang dimiliki PT.
NPTI berupa 5 unit RTG dan 30 headtruck dan trailernya untuk mendukung
kinerja divisi operasional. Unit RTG yang dimiliki PT. NPTI dibuat pada tahun
2008 dengan merek ZPMC buatan RRC yang mempunyai kapasitas angkat
kemampuan penanganan 5+1 tier container high cube dan 6+1 row container.
Unit Headtruck yang dimiliki PT. NPTI dibuat pada tahun 2009 dengan merek
berukuran 45 feet.
PT. Nilam Port Terminal Indonesia yang bekerja sama dengan PT.
pelayanan jasa bongkar muat container yang bertujuan memberikan pelayanan yang
terbaik bagi customer nya. Untuk mencapat tujuan tersebut perlu dibentuk suatu
1. Manager Operasional
premi box, verifikasi berita acara tagihan bersama dengan pihak PELINDO III.
III dan agen pelayaran, memeriksa rekaman penerimaan (job order receiving,
delivery lift on & lift off dan haulage), mnerbitkan laporan crosscheck per shift hasil
produksi dengan pihak PELINDO III dan menyerahkan laporan crosscheck per shift
ke Manager Operasional.
repo, konfirmasi order repo dari pengguna jasa lalu berkoordinasi dengan pengguna
jasa mengenai kesiapan unit untuk pelayanan kegiatan repo lalu mengintruksikan
pengguna jasa.
container dengan yard foreman, mengecek lokasi penumpukan sesuai dengan hasil
Opr. RTG, Opr. Headtruck, Yard Foreman, Adm. CY. Sebelum dimulai kegiatan
5. Ship Foreman
6. Adm. Coordinator
dan laporan per shift, verifikasi hasil produksi dan laporan harian, membuat monthly
7. Operator RTG
8. Operator Headtruck
perintah dari foreman repo dan membawa headtruck ke depo asal/tujuan sesuai
timbun kepada Operator RTG, menerima Job Order dengan menerbitkan CDR
(Container Demage Report) atau surat berita acara jika terjadi kerusakan atau ketidak
sesuaian.
10. Adm. CY
saat melakukan input kegiatan kedalam sistem, lakukan juaga crosscheck inputan
melalui form monitoring produksi hal ini untuk meminimalkan kesalahan input ,
menghitung manual EIR/ Surat Jalan/ JOB per shipping dan per tanggal, menyimpan
Adm Repo bertugas menerima EIR / Surat jalan / Job dari Foreman repo,
selanjutnya melakukan input data ke sistem monitoring repo sesuai kegiatan saat
melakukan input kegiatan kedalam sistem, lakukan juaga crosscheck inputan melalui
form monitoring produksi hal ini untuk meminimalkan kesalahan input , menghitung
manual EIR/ Surat Jalan/ JOB per shipping dan per tanggal, menyimpan EIR/ Surat
intruksi order kegiatan repo dari Ass. Manager Repo & Planner lalu koordinasi
dengan foreman kapal dan pihak pengguna jasa apabila terjadi hambatan.
perintah dari foreman repo dan membawa headtruck ke depo asal/tujuan sesuai
pelayanan jasa operator terminal bongkar muat container di pelabuhan yang handal, aman,
dan terintegrasi antar moda, yang tidak lepas dari penanganan container dengan berbagai
jenis muatan yaitu muatan umum (general cargo), muatan barang berbahaya (dangerous
goods) serta penggunaan alat besar pengangkut container yang terdiri dari RTG, Head truck
dan chassis dilapangan penumpukan yang dapat berpotensi menimbulkan bahaya salah
satunya bahaya kebakaran, faktor bahaya yang terdapat di perusahaan berasal dari muatan
material yang berada di dalam petikemas, lingkungan kerja dengan cuaca panas yang
ekstrim, dan faktor kelistrikan yang bersumber dari mesin serta peralatan-peralatan lain yang
ada di unit kerja tersebut. Dilihat dari potensi bahaya yang dimiliki, CY (Container Yard)
memiliki potensi bahaya yang besar karena memuat berbagai macam yang dapat
menyebabkan kebakaran, serta instalasi listrik dan bahan bakar solar yang dipakai pada alat
berat.
karena lingkungan kerja berada di tempat terbuka dengan cuaca panas yang
ekstrim.
tertutup kedap udara dan berada di tempat terbuka dengan cuaca panas yang
ekstrim.
c. Pada alat handling petikemas RTG, Head truck dan chassis terdapat faktor
kelistrikan yang bersumber dari mesin induk dan bahan bakar solar yang
bangunan tempat para mekanik bekerja yang terbuat dari container, berbagai
kebakaran.
e. Pada Sumber Daya Manusia (SDM) atau pekerja yang berada di lapangan
penumpukan petikemas, jika tidak ada kesadaran dalam diri untuk keamanan
maksilmal 16 kg) yang mudah dioperasikan oleh satu orang untuk pemadam api
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
2. Tanda pemasangan berupa tiga sama sisi dengan warna dasar merah
dengan ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf 3 cm dan berwarna putih, tinggi
4. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
5. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak bole melebihi
keselamatan kerja.
1.2 m dari lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan
lebih rendah dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm
9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu
melebihi 49o C atau turun sampai minus 44o C kecuali APAR tersebut
11. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
2. Cacat pada perlengkapan alat pemadam api ringan yang ditemui pada
Tabel 4.1 Hasil observasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Lapangan
Penumpukan Terminal Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Gambar Letak Keterangan
Nilam Port Terminal Indonesia berjumlah 25 unit, pada setiap RTG terdapat
5 unit APAR yang terdiri dari jenis powder dan foam. Dalam pemasangannya,
APAR dipasang dengan tinggi kurang lebih 120 cm dan jarak APAR satu
dengan yang lainnya 15 meter, di atas APAR diberi tanda segitiga merah pada
tembok, dan semua tabung APAR berwarna merah. Telah sesuai seperti
b. Instalasi Hidran
kebakaran. PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah memiliki hidran halaman
c. Assembly Point
Ketika keadaan darurat terjadi, seluruh unit kerja dapat menggunakan lokasi ini
karena dapat terlihat dari jangkauan mana saja area lapangan penumpukan atau
Assembly point ini sebagai tempat berkumpul yang aman untuk melindungi
Indonesia telah memiliki alat deteksi kebakaran otomatis yaitu detector asap
(smoke detector) terdapat 5 unit di setiap RTG, sehingga apabila terdapat asap
dan panas yang berpotensi menimbulkan api dapat dideteksi secara dini atau
secara langsung.
sistematis. Berikut adalah operasional tanggap darurat yang tersedia di PT. Nilam
prosedur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur tangap
darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dalam lampiran 2.2.10 Sistem tanggap
darurat kebakaran.
Gambar 4.2 Proses Prosedur Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal
Indonesia
yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) yang beranggotakan Staf Office,
scurity yang bertugas di area lapangan penumpukan dan office, serta para
Gambar 4.3 Struktur Emergency Response Team (ERT) PT. Nilam Port Terminal
Indonesia Area Nilam
PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah memiliki team tanggap darurat
yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) untuk menanggulangi dan menangani
keadaan darurat kebakaran yang terjadi. Berikut ini adalah uraian tugas atau tanggung
jawab dari masing-masing petugas agar team tanggap darurat berjalan dengan lancar
kebakaran
5. Setelah keadaan darurat dapat ditangani, membuat kronologi
kejadian dan melaporkan kepada Pimpinan ERT
6. Mengidentifikasi potensi bahaya di area kerja sebagai
tindakan preventif
Bertanggung jawab pada penanganan korban dalam memberikan
pertolongan darurat medis untuk mencegah kerugian yang lebih
besar pada manusia & penanganan lanjut pada korban, antara
lain:
1. Membawa kotak P3K dan peralatan bantuan lainnya ke tittk
kumpul atau lokast korban
Tim P3K 2. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan ringan
segera setelah para korban di evakuasi
3. Jika pertolongan pertama tidak dapat dilakukan, segera
membawa korban ke klinik atau Rumah Sakit terdekat
(telepon minta Ambulans atau jika mendesak memakai mobil
lain) dan mengawal prosesnya.
4. Melaporkan hasil kerja kepada pimpinan ERT
Tim Bertanggung jawab pada fungsi komunikasi internal dan
Komunikasi eksternal
Bertanggung jawab mengendalikan ancaman keamanan di tempat
kerja, antara lain :
1. Mengamankan area saat terjadi keadaan bahaya/darurat
dengan pembagian posisi dan tugas masing-masing
2. Mengawasi dan mencegah orang yang hendak mencari
Tim Keamanan kesempatan berbuat kriminal
3. Melaksanakan pengaturan lalu lintas kendaraan dan
sebagainya agar tidak mengganggu tindakan pengendalian
keadaan darurat
4. Memandu dan membantu tim pemadam kebakaran dan tim
medis ke lokasi yang di butuhkan
Tabel 4.3 Tugas Tim Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia
Gambar 4.4 Intruksi Kerja Tim Tanggap Darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia
a) APAR
PT. Nilam Port Terminal Indonesia dilakukan 3 kali dalam 1 tahun, yaitu
1) Segel pengaman
2) Alat Pancar
d. Mulut pancar atau corong dan nosel (Horn and Nozzle) tidak
tersumbat.
digunakan.
3) Tabung
4) Kartu Pemeriksaan
ditanda tangani.
5) Penempatan APAR
penggumpalan.
dinyatakan afkir.
arang dari APAR tersebut, apabila berat totalnya kurang 10% dari berat
semula (biasanya tertera dalam tabung) maka CO2 cartridge harus diganti
baru.
Untuk APAR jenis CO2 harus dilakukan uji tekan dengan syarat :
c. Uji tekanan pertama tidak boleh lebih dari 10 tahun, sedang uji tekan
karat, maka harus diuji tekan sebesar 1,5 kali tekanan kerja dan uji
b) Hidran
4 bulan sekali, khusus untuk hidran pillar dilakukan meriksaan setiap 1 bulan
siap dioperasikan
1) Hidran Pillar
a. Pemeriksaan rutin, agar tidak ada yang macet (block valve, mata air,
mengelupas.
2) Valve interconection
3) Hose Reel
4) Fire cabinet
untuk melatih kesiapsiagaan dari tim pemadam kebakaran. PT. Nilam Port
dan melatih personil ERT dan karyawan tentang tanggap darurat kebakaran.
Pelatihan atau drill tanggap darurat kebakaran ini dilaksanakan setiap 3 bulan atau
selambat-lambatnya 6 bulan sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam
(office), maupun yang bekerja dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi
4.3 Pembahasan
Dari hasil yang telah diuraikan dalam hasil penelitian sebelumnya mengenai
tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan sebagai upaya pengadaan dan pelaksanaan sistem
tanggap darurat kebakaran di PT. Nilam Port Terminal Indonesia, maka penulis akan
PT. Nilam Port Terminal Indonesia sangat kompleks, potensi yang ada salah
satunya potensi bahaya kebakaran. PT. Nilam Port Terminal Indonesia melakukan
Respon Team)
25 unit, pada setiap RTG terdapat 5 unit APAR yang terdiri dari jenis powder dan
foam. Dalam pemasangannya, APAR dipasang dengan tinggi kurang lebih 120 cm
dan jarak APAR satu dengan yang lainnya 15 meter, di atas APAR diberi tanda
segitiga merah pada tembok, dan semua tabung APAR berwarna merah. Telah
sesuai seperti peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
Api Ringan .
belum optimal, dalam penempatannya ada APAR yang tidak sesuai dengan
ditempatkan pada peti (box) yang tidak dikunci, tetapi pada APAR di RTG 06
keadaanya menggantung di atas pagar pembatas hanya dengan ikatan tali tidak
keamanan (security) dan untuk pergantian APAR dilakukan setiap 5 tahun sekali
atau setiap tekanan turun. Untuk pemeriksaan APAR ini telah dilakukan tetapi
juga belum optimal, karena dalam setiap APAR di RTG terdapat pencatatan, list
kejelasan dalam penulisan, dan keadaan APAR belum dicek dengan benar, hanya
sekedar formalitas bahwa telah diadakan pengecekan, APAR ini dalam kondisi
kotor, berdebu seharusnya keadaan fisual APAR juga diperhatikan untuk rasa
kenyamanan dan keamanan para pekerja di lapangan serta timbulnya rasa berhati-
b. Instalasi Hidran
dengan kebutuhan sehingga dapat digunakan dalam keadaan darurat dengan cepat
telah sesuai dengan peraturan yang berlaku Kepmen Pekerjaan Umum NO.
karena alasan keamanan agar tidak di ambil oleh orang yang tidak bertanggung
jawab atau di curi, ketentuan terhadap dikuncinya kotak hidran tersebut kurang
c. Assembly Point
Ketika keadaan darurat terjadi, seluruh unit kerja dapat menggunakan lokasi ini
karena dapat terlihat dari jangkauan mana saja area lapangan penumpukan atau
Assembly point ini sebagai tempat berkumpul yang aman untuk melindungi
Indonesia telah memiliki alat deteksi kebakaran otomatis yaitu detector asap
(smoke detector) terdapat 5 unit di setiap RTG, sehingga apabila terdapat asap dan
panas yang berpotensi menimbulkan api dapat dideteksi secara dini atau secara
langsung.
prosedur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Prosedur tangap
darurat PT. Nilam Port Terminal Indonesia sudah sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 26/2008 dalam lampiran 2.2.10 Sistem tanggap
darurat kebakaran.
kebakaran PT. Nilam Port Terminal Indonesia telah diatur dengan baik dan sudah
didistribusikan kesetiap bagian. Setiap staf telah dibekali dengan prosedur yang
jelas, tanggung jawab, trainning, pelatihan dan petunjuk yang berkaitan dengan
tindakan yang harus dilakukan bila terjadi keadaan darurat. Organisasi di susun
untuk mengarahkan bagaimana tindakan yang efektif dan efisien yang akan
yaitu Team ERT (Emergency Respon Team) yang beranggotakan Staf Office,
scurity yang bertugas di area lapangan penumpukan dan office, serta para
sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam (office), maupun yang bekerja
dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi darurat atau darurat bahaya
kebakaran. Dengan adanya team tanggap darurat ini sehingga telah sesuai dengan
2.2.11.1
peralatan kebakaran dan pembersihan dari kotoran karena alat tersebut berada di
ruang terbuka.
untuk melatih kesiapsiagaan dari tim pemadam kebakaran. PT. Nilam Port
dan melatih personil ERT dan karyawan tentang tanggap darurat kebakaran.
Pelatihan atau drill tanggap darurat kebakaran ini dilaksanakan setiap 3 bulan atau
selambat-lambatnya 6 bulan sekali, agar seluruh karyawan baik itu dinas dalam
(office), maupun yang bekerja dilapangan dapat siap siaga menghadapi situasi
ada pada RTG, pemasangan papan peringatan, dan diadakannya briefing sebelum
mengawali aktifitas kerja. Usaha-usaha lain yang dilakukan ini sudah baik seperti
persepsi dan tujuan kerja sama dalam tim, membuat setiap karyawan mengerti
tentang apa yang harus dilakukan atau mengerti peran masing-masing dengan
benar agar meminimalisir terjadinya suatu situasi darurat karena situasi darurat
juga berfaktor dari manusia, lalu adanya safety patrol pengawasan di lapangan
menggunakan mobil patroli lapangan atau dengan berkeliling jalan kaki juga
untuk meminimalisir terjadinya suatu situasi darurat. Hal ini telah sesuai dengan
kebakaran.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari uraian di atas dan analisa yang dilakuan peneliti mengenai
Petikemas PT. Nilam Port Terminal Indonesia Tanjung Perak Surabaya Maka peneliti
dilakukan adalah
c. Membentuk dan melaksanakan tim tanggap darurat atau ERT (Emergency Respon
Team)
penempatan APAR ini digantung pada dinding RTG dengan penguatan sengkang atau
dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan pada peti (box) yang tidak
94
Program Diploma Pelayaran
95
dikunci, tetapi pada APAR di RTG 06 keadaanya menggantung di atas pagar pembatas
hanya dengan ikatan tali tidak dengan penguat sengkang atau kontruksi lainnya
3. Dalam setiap APAR di RTG terdapat pencatatan, list pemeriksaan atau list perawatan
belum dicek dengan benar, hanya sekedar formalitas bahwa telah diadakan
pengecekan, APAR ini dalam kondisi kotor, berdebu seharusnya keadaan fisual APAR
juga diperhatikan untuk rasa kenyamanan dan keamanan para pekerja di lapangan
4. Kotak hidran terkunci karena alasan keamanan agar tidak di ambil oleh orang yang
tidak bertanggung jawab atau di curi, ketentuan terhadap dikuncinya kotak hidran
tersebut kurang tepat, menurut Kepmen Pekerjaan Umum NO. 02/KPTS/1985 untuk
4.2 Saran
1. Mengadakan pemeriksaan yang lebih optimal atau lebih diperhatikan kembali untuk
penumpukan dengan baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan, dan jika ada keadaan darurat pergerakan akan cepat.
3. Hidran halaman dalam keadaan dikunci, seharusnya kotak hidran tersebut tidak terkunci
agar tidak menghambat pergerakan, jika dalam keadaan darurat akan menimbulkan
kepanikan dibutuhkan sikap tanggap, sigap dan cepat tim tanggap darurat. Tim tanggap
darurat harus bergerak cepat jika terjadi kejadian darurat di lapangan penumpukan PT.
4. Lebih mengoptimalisasikan kembali pelatihan atau drill yang ada, agar pengetahuan para
tim tanggap darurat dan karyawan terhadap sistem tanggap darurat kebakaran lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Rigen Adi Kowara, T. M. 2017. Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan Kebakaran. Jurnal Manajemen Kesehatan, Vol 3 (1):70-85.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KTPS/2000. Ketentuan Teknis Pengaman
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Zaki Muthahhari Lubis, J. S. 2019. Analisis Penerapan Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di
PT. X. Vol 2 (2): 70-77.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Pati, R. H. 2008. Evaluasi Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Gedung OSI
PT. Krakatau STEEI. Skripsi di terbitkan. Depok: Universitas Indeonesia.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/KTPS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkantoran.
Nita Amalia Putri, M. M. 2019. Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan
Kebakaran. Jurnal Bangun Rekaprima, Vol 05 (2): 59-69.
Ummah, H. A.2016. Gambaran Sistem Penanggulangan Kebakaran di PT. PLN Area Pengatur
Distribusi Jateng & DIY. Skripsi di terbitkan. Semarang : Universitas Muhammadiyah
Gandis Harini Sambada, B. K. 2016. Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di Container
Yard 02 Terminal Petikemas PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol 4 (4): 667-672.
Naru, M. P. 2019. Perencanaan Tata Letak dan Kebutuhan APAR Dalam Upaya Pencegahan
Kebakaran di Gedung Medik RS. ST Carolus. Jakarta: Universitas Binawan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
National Fire Protection Association (NFPA) 10. 1995. Standard for Portable Fire Extiguisher.
United State of Amarica.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. KEP 186/MEN/1999 tentang Tugas
dan Syarat Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.