Anda di halaman 1dari 8

Nama : Tifanika Nadyan

NIM : 5112420025
Program Studi : Teknik Arsitektur
Mata kuliah : Struktur, Konstruksi dan Sistem Bangunan
Tugas : Resume Materi Campuran Bahan Beton untuk Konstruksi

Campuran Bahan Beton untuk Konstruksi

Beton adalah material komposit yang pada dasarnya terdiri atas pencampuran semen,
agregat, air, dan bahan tambahan lainnya.

Terdapat banyak jenis semen. Dalam beton, yang paling umum digunakan adalah
semen portland, semen hidrolik yang mengeras dan mengeras melalui reaksi kimia dengan air
dan mampu melakukannya di bawah air.

Semen adalah “perekat” yang mengikat bahan beton menjadi satu. Meskipun semen
dan beton telah ada selama ribuan tahun, semen portland modern ditemukan pada tahun 1824
oleh Joseph Aspdin dari Leeds, Inggris. Nama ini diambil dari kemiripannya dengan batu
bangunan alami yang digali di Portland, Inggris

Semen bila dicampur dengan air, akan membentuk pasta. Pasta ini bertindak seperti
merekatkan dan menahan atau mengikat agregat menjadi satu.

Penyimpanan Semen harus disimpan di tempat yang berudara baik, bersih, dan kering.
Membungkus kantong semen dengan lembaran plastik memberikan perlindungan ekstra.
Semen curah biasanya disimpan di ‘silo’

Penambahan pasta semen dengan agregat halus (pasir) akan membentuk mortar
Mortar yang akan menutup rongga-rongga antara agregat kasar (kerikil atau batu
pecah) sehingga butiran-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu
massa yang kompak atau padat.

Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya
baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat adalah material
granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. 

Agregat terdiri dari dua tipe dasar:

1) KERAS: batu pecah, kerikil atau saringan.


2) HALUS: pasir halus dan kasar serta crusher halus. Pasir harus berupa pasir beton
dan bukan pasir batu bata atau pasir plester.

Ada pun yang perlu diperhatikan, agregat harus :

1) Kuat dan Keras (Strong and Hard) untuk menghasilkan beton akhir yang kuat -
sebaiknya tidak menggunakan batu yang mudah pecah atau bersisik seperti batu
pasir.
2) Tahan lama (Durable) untuk tahan terhadap keausan dan pelapukan.
3) Tidak aktif kimia (Chemically Inactive) sehingga agregat tidak bereaksi dengan
semen.
4) Bersih, karena kotoran atau tanah liat yang menempel pada kerikil akan
memperlemah ikatan antara pasta dan kerikil.

Penyimpanan Agregat harus disimpan di tempat yang akan tetap bersih, dipisahkan
dari bahan lain dan dikeringkan. Jika agregat basah, lebih sedikit air yang digunakan dalam
campuran.

Air dicampur dengan bubuk semen untuk membentuk pasta yang menyatukan agregat
seperti lem. Air harus bersih, segar dan bebas dari kotoran, bahan kimia atau sampah yang
tidak diinginkan yang dapat mempengaruhi beton.

Beton memiliki tiga tahapan yang berbeda,

Tahapan pertama adalah Plastik, yaitu saat pertama kali dicampur beton ini seperti
'adonan roti'. Lembut dan dapat dikerjakan atau dicetak menjadi berbagai bentuk. Dalam
keadaan ini beton disebut PLASTIK. Beton adalah plastik selama penempatan dan
pemadatan.

Tahap Pengaturan (setting state) Beton kemudian mulai


mengeras. Beton yang kaku, bila sudah tidak empuk lagi disebut
SETTING. Pengaturan terjadi setelah pemadatan dan selama
penyelesaian. Beton yang basah mungkin mudah dipasang
tetapi akan lebih sulit untuk diselesaikan.

Seorang pekerja meninggalkan jejak kaki saat memasang beton

Tahap Pengerasan (Hardened State), setelah beton dipasang,


beton mulai menguat dan mengeras. Sifat-sifat beton yang
diperkeras adalah kekuatan dan daya tahan.

Beton yang sudah mengeras tidak akan memiliki jejak


kaki di atasnya jika terus berjalan.

Terdapat empat sifat utama, Workability, Cohensiveness, Streght,


dan Durability.

Workability berarti betapa mudahnya untuk: menempatkan, menangani, dan


menyelesaikan beton. Beton yang kaku atau kering mungkin sulit ditangani, ditempatkan,
dipadatkan, dan diselesaikan dan, jika tidak dibangun dengan benar, tidak akan sekuat atau
tahan lama ketika akhirnya mengeras. Uji slump dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan kerja beton.

Kemampuan kerja/ Workability dipengaruhi oleh:

1) Jumlah Pasta Semen


Pasta semen adalah bagian lunak atau cair dari campuran beton. Semakin banyak
pasta yang dicampur dengan agregat kasar dan halus, semakin banyak campuran
yang bisa diterapkan.
2) Properti dan penilaian Agregat
Agregat yang bertingkat baik, halus, dan bulat meningkatkan kemampuan kerja
campuran.

Cohensiveness atau kepaduan adalah seberapa baik beton bertahan saat tahap plastik.
Kepaduan dipengaruhi oleh:
1) The Aggregate Grading, artinya ada berbagai ukuran agregat, dari batu besar
hingga pasir kecil. Agregat yang bergradasi baik memberikan campuran yang
lebih kohesif, agregat yang terlalu banyak akan menghasilkan campuran yang
kuat.
2) Water Content atau kandungan air, campuran yang memiliki terlalu banyak air
tidak akan kohesif dan memungkinkan bahan-bahan terpisah (terpisah).

Strength and Durability, beton yang dibuat dengan baik adalah bahan alami yang
kuat dan tahan lama. Padatan beton cukup kedap air, mampu menahan perubahan suhu, serta
keausan dari cuaca. Kekuatan dan Daya Tahan dipengaruhi oleh kepadatan beton. Beton yang
lebih padat lebih kuat dan lebih kedap air (atau kurang permeabel).

Terdapat dua pengujian beton, yaitu The Slump Test dan The Compression Test.

Tes slump menunjukkan kemampuan kerja dari beton. Kemampuan kerja


menunjukkan betapa mudahnya beton ditempatkan, ditangani, dan dipadatkan. The
compression atau pengujian kompresi menunjukkan kekuatan beton terbaik yang dapat
dicapai dalam kondisi ideal. Uji kompresi mengukur kekuatan beton dalam keadaan
mengeras. Pengujian harus selalu dilakukan dengan hati-hati. Hasil tes yang salah bisa jadi
mahal.

Sebelum melakukan pengecekan, perlu melakukan kegiatan “Sampling”

Sampling adalah langkah pertama adalah mengambil sampel uji dari batch besar
beton. Ini harus dilakukan segera setelah pelepasan beton dimulai. Sampel harus mewakili
beton yang disediakan. SAMPEL diambil dengan salah satu dari dua cara:

Untuk tujuan menerima atau menolak beban:


Pengambilan sampel setelah 0,2 m3 beban telah
dibuang.

Untuk pemeriksaan kualitas rutin:


Pengambilan sampel dari tiga tempat dalam muatan saat
dibuang.

Berikut adalah penjabaran dari The Slump Test


Uji slump dilakukan untuk memastikan campuran beton konsisten dan bisa
diterapkan. Kemerosotan yang diukur harus berada dalam kisaran yang ditetapkan, atau
toleransi, dari kemerosotan yang ditentukan.

Alat

1) Kerucut kemerosotan standar (Diameter atas 100 mm x diameter bawah 200 mm x


tinggi 300 mm)
2) Sendok kecil
3) Batang berhidung peluru (Panjang 600 mm x diameter 16 mm)
4) Penggaris
5) Pelat slump (500 mm x 500 mm)

Metode

1) Bersihkan kerucut. Basahi dengan air dan letakkan di slump plate. Pelat slump
harus bersih, kokoh, rata dan tidak menyerap.
2) Kumpulkan sampel.
3) Berdirilah dengan kokoh di footpiece dan isi 1/3 volume kerucut dengan sampel.
Padatkan beton dengan 'rodding' 25 kali. Rodding berarti mendorong masuk dan
keluar batang baja dari beton untuk memadatkannya ke dalam slump cone. Selalu
pancing dengan pola tertentu, kerjakan dari luar ke tengah.
4) Sekarang isi ke 2/3 dan lagi batang 25 kali, tepat di atas lapisan pertama.
5) Isi hingga meluap, kali ini jepret lagi tepat di atas lapisan kedua. Isi ulang kerucut
sampai meluap.
6) Tingkatkan permukaan dengan batang baja menggunakan gerakan menggulung.
Bersihkan beton apa pun dari sekitar alas dan atas kerucut, tekan gagangnya dan
melangkah dari footpieces.
7) Angkat kerucut ke atas dengan hati-hati, pastikan sampel tidak dipindahkan.
8) Balikkan kerucut dan letakkan batang di seberang kerucut yang terbalik
9) Lakukan beberapa pengukuran dan laporkan jarak rata-rata ke puncak sampel.
10) Jika sampel gagal karena berada di luar toleransi yaitu kemerosotan terlalu tinggi
atau terlalu rendah), yang lain harus diambil. Jika ini juga gagal, sisa batch harus
dibuang.

Uji Kompresi/ The Compression Test yaitu, Pengujian tekan menunjukkan kuat tekan
beton keras. Pengujian dilakukan di luar laboratorium. Satu-satunya pekerjaan yang
dilakukan di lokasi adalah membuat silinder beton untuk pengujian.

Kekuatan diukur dalam Megapascals (MPa) dan biasanya ditentukan sebagai


kekuatan karakteristik beton yang diukur pada 28 hari setelah pencampuran. Kuat tekan
merupakan ukuran kemampuan beton dalam menahan beban yang cenderung
meremukkannya

Alat

1) Silinder (Diameter 100 mm x tinggi 200 mm atau diameter 150 mm x tinggi 300
mm - silinder kecil biasanya digunakan
untuk sebagian besar pengujian karena
bobotnya yang lebih ringan)
2) Sendok kecil
3) Batang berhidung peluru (Panjang
600 mm x diameter 16 mm)
4) Pelampung baja
5) Pelat baja

Metode

1) Bersihkan cetakan silinder dan lapisi bagian dalamnya dengan sedikit minyak
bentuk, kemudian letakkan di atas permukaan yang bersih, rata dan kokoh,
misalnya pelat baja.
2) Kumpulkan sampel. Lihat Pengambilan Sampel
3) Isi 1/2 volume cetakan dengan beton kemudian dipadatkan dengan rodding
sebanyak 25 kali. Silinder juga dapat dipadatkan dengan cara digetarkan
menggunakan meja getar
4) Isi cone sampai meluap dan pancing 25 kali ke atas lapisan pertama, lalu isi
cetakan sampai meluap.
5) Ratakan bagian atas dengan pelampung baja dan bersihkan beton dari sekitar
cetakan.
6) Tutup, tandai silinder dengan jelas dan taruh di tempat kering yang sejuk untuk
disetel setidaknya selama 24 jam.
7) Setelah cetakan dilepas, silinder dikirim ke laboratorium untuk diawetkan dan
dihancurkan untuk menguji kuat tekan.

Berikut adalah jenis – jenis Beton

1) Beton Serat (Fibre Concrete)


Beton Serat adalah bagian komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak– retak
sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
2) Beton Massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan
antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya
lebih dari 60 cm.
3) Ferosemen
Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan
suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan
daktilitas pada mortar semen.
4) Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan
penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3.
5) Beton Serat (Fibre Concrete)
Beton Serat adalah bagian komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain
yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak– retak
sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
6) Beton Massa
Beton massa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan
antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton massa dimensinya
lebih dari 60 cm.
7) Ferosemen
Ferosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan
suatu tulangan berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan
daktilitas pada mortar semen.
8) Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban mati dan kemampuan
penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m

Anda mungkin juga menyukai