Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KELUARGA BINAAN

FAMILY ORIENTED HEALTH CARE (FOHC)


Edukasi Penyakit Diabetes Mellitus

Disusun oleh :
Raihan Syifa Maharani
1818011034

Pembimbing
dr. Ari Wahyuni, S.Ked., Sp. An.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : LAPORAN KELUARGA BINAAN

FAMILY ORIENTED HEALTH CARE


(FOHC) Edukasi Penyakit Diabetes Mellitus

Penyusun : Raihan Syifa Maharani (1818011034)

Bandar Lampung, 24 Januari 2021


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

dr. Ari Wahyuni, S. Ked., Sp. An.


198406102009122004
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 5
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 6
BAB II ................................................................................................................................ 8
2.1 Pengalaman Belajar Lapangan / Praktek Lapangan .................................... 8
BAB III............................................................................................................................. 11
3.1 Identitas Keluarga .......................................................................................... 11
3.2 Keadaan Rumah.............................................................................................. 14
3.3 Keadaan Keluarga .......................................................................................... 14
3.4 SCREEM ......................................................................................................... 15
3.5 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 16
3.6 Tabel USG........................................................................................................ 17
3.7 Manajemen Operasional ................................................................................ 19
3.8 Perumusan Masalah ....................................................................................... 20
3.9 Hipotesis ........................................................................................................... 20
3.10 Matriks Intervensi .......................................................................................... 21
3.11 Family Wellness Plan ...................................................................................... 22
BAB IV ............................................................................................................................. 23
4.1 Identitas Keluarga .......................................................................................... 23
4.2 Keadaan Rumah.............................................................................................. 24
4.3 Keadaan Keluarga .......................................................................................... 25
4.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga ................................................................. 26
4.5 Gaya Hidup Keluarga..................................................................................... 27
4.6 Lingkungan Hidup Keluarga ......................................................................... 28
4.7 SCREEM ......................................................................................................... 29
4.8 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 31
4.9 USG .................................................................................................................. 32
4.10 Manajemen Operasional Kesehatan Keluarga ............................................ 33
4.11 Rencana Pemeliharaan Kesehatan Keluarga dan Intervensi ..................... 34
4.12 Family Wellness Plan ...................................................................................... 34
4.13 Proses Intervensi ............................................................................................. 35
BAB V .............................................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 40
LAMPIRAN..................................................................................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 FOHC
Family Oriented Health Care (FOHC) merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran untuk mengasah
kemampuan di dalam masyarakat, terutama di dalam keluarga. FOHC ini
dilakukan sebagai upaya untuk melakukan proses identifikasi, intervensi,
dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga. Melihat dari pentingnya
peran dokter keluarga dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dalam lingkup komunitas, maka perlu suatu tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan untuk menerapkan prinsip kedokteran keluarga.
Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan
kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan,
ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan, dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat (Miller et.al., 2010).

1.1.2 Pendekatan Holistik


Pelayanan holistik adalah suatu metode pengobatan secara menyeluruh
yang memperhatikan hal-hal yang muncul dari dalam diri pasien saat
menghadapi sakit. Layanan Holistic Health Care adalah bentuk upaya
penyembuhan untuk pasien yang memfokuskan segi psikologi dan
spiritual selain melihat dari sisi penanganan medis/ fisik. Dengan adanya
Layanan kesehatan Holistic Health Care diharapkan dapat memberi
pelayanan secara utuh dengan cara pandang dan perilaku positif yang
berorientasi pada aspek psikospiritual pasien karena kebutuhan manusia
mencakup keseluruhan bagian fisik/biologis, sosial, psikologis dan
spiritual (Assupina et.al., 2013).

1.1.3 Rekomendasi WHO tentang FOHC


WHO menyampaikan bahwa kunci untuk meningkatkan status kesehatan
dan mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan
memperkuat sistem pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care).
Diperlukan adanya integrasi dari Community Oriented Medical Education
(COME) ke Family Oriented Medical Education (FOME), salah satunya
adalah dengan pelayanan kedokteran keluarga yang melaksanakan
pelayanan kesehatan holistik meliputi usaha promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif dengan pendekatan keluarga (The Millennium
Development Goals Report, 2015).

1.1.4 Diagnostik Holistik


Diagnosis holitsik merupakan suatu kegiatan untuk mengidentifikasi dan
menentukan dasar dan penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta
kegawatan yang diperoleh dari keluhan, riwayat penyakit pasien,
pemeriksaan, hasil pemeriksaan penunjang, dan penilaian risiko internal
dan eksternal dan kehidupan pasien juga keluarganya (Anggraini et.al.,
2015).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan risiko kesehatan
individu & keluarga serta menerapkan tindakan promosi dan pencegahan
sesuai pengetahuan yang telah diperoleh untuk mengatasi masalah tersebut
secara professional.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus, pada akhir FOHC mahasiswa mampu:
1. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan sosial budaya masyarakat
serta mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga binaan.
2. Menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha mendeteksi
masalah serta intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi.
3. Mengidentifikasi masalah kesehatan dalam keluarga serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
4. Mengidentifikasi sumber daya keluarga dalam memecahkan masalah
5. Melakukan penilaian keluarga
6. Menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga
7. Merencanakan penyelesaian masalah kesehatan keluarga
8. Melaksanakan family conference dalam rangka menyelesaikan
prioritas masalah kesehatan keluarga
9. Menyusun rekam medis dokter keluarga (Family Folder)
BAB II
METODE KEGIATAN

2.1 Pengalaman Belajar Lapangan / Praktek Lapangan


2.1.1 What
Kegiatan FOHC merupakan kegiatan pembelajaran di komunitas dalam
bentuk praktek lapangan yang bertujuan untuk melakukan proses
identifikasi, intervensi, dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga
agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan risiko kesehatan
individu & keluarga serta menerapkan tindakan promosi dan pencegahan
sesuai pengetahuan yang telah diperoleh untuk mengatasi masalah tersebut
secara professional.

2.1.2 Who
Kegiatan FOHC ini dilaksanakan secara mandiri oleh Raihan Syifa
Maharani, mahasiswa semester 5 Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung pada blok IKKOM dengan
kasus Diabetes Mellitus serta didampingi oleh dosen pembimbing dr. Ari
Wahyuni, S. Ked., Sp. An.

2.1.3 When
Periode pelaksanaan kegiatan FOHC yaitu pada tanggal 5 Januari 2021-22
Januari 2021.

2.1.4 Where
Kegiatan FOHC dilaksanakan di rumah keluarga binaan (Tn. Y) dengan
alamat di Perumahan Bukit Hijau Karawaci, Kelurahan Sukabakti,
Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

2.1.5 How
Daftar tilik Pertemuan Keluarga (Family Waktu/
No √
Conference) tanggal

Persiapan sebelum konferensi


1 Menyiapkan “stages” (hubungi nara hubung, tujuan FC, menetapkan siapa √ 5/1/21
yang
perlu hadir,mengklarifikasi topik)
2 Review atau mempelajari Genogram, Family Map, Family Life cycle, SCREEM √ 5/1/21
(termasuk informasi gaya hidup)
3 Mengidentifikasi risiko/masalah kesehatan pada aspek Identitas Keluarga √ 5/1/21

4 Mengidentifikasi risiko/masalah kesehatan pada aspek Keadaan rumah √ 5/1/21

5 Mengidentifikasi risiko/masalah kesehatan pada aspek Keadaan keluarga √ 5/1/21

6 Mengidentifikasi risiko/masalah kesehatan pada aspek Pemenuhan √ 5/1/21


Kebutuhan
Keluarga
7 Mengidentifikasi risiko/masalah kesehatan pada aspek Gaya hidup keluarga √ 5/1/21

8 Menyusun prioritas risiko/masalah kesehatan dari 6 aspek tersebut serta √ 5/1/21


kajian kondisi keluarga menggunakan SCREEM
9 Menyusun kajian masalah kesehatan berdasarkan “model operasional √ 5/1/21
masalah
kesehatan keluarga”
10 Menyusun matrix rencana pemecahan masalah kesehatan keluarga √ 5/1/21

11 Buat hipotesis konferensi (tujuan awal dan rencana pengmbangan FC) sesuai √ 5/1/21
dengan no 9
Saat Konferensi ( persiapan menyusun rencana bersama keluarga)
12 Fase 1. Memberi salam (5 menit)
Perkenalan, sapa setiap yang hadir, kontak mata, termasuk anak-anak . √ 17/1/21
13 Fase 2. Menjelaskan tujuan dan menetapkan agenda. (5 menit)
Atur prioritas bila terdapat lebih dari satu tujuan. Catat setiap konflik yang √ 17/1/21
timbul
14 Fase 3. Diskusikan masalah. (15 menit)
Eksplorasi persepsi terhadap masalah dan bila mungkin solusi menurut √ 17/1/21
mereka.
Pada kesempatan ini, Anda bisa menyampaikan saran kepada mereka.
Tanyakan hal lain yang terjadi dalam keluarga yang berdampak pada
masalah tsb.
Amati pola interaksi keluarga yang berulang : siapa yang bicara pertama kali,
siapa
yang sering, siapa yang berbeda pendapat. Hal ini menentukan bagaimana
strategi yang akan diambil)
15 Fase 4. Identifikasi sumber daya
Buatlah bersama dengan mereka anggota keluarga, sumber daya keluarga, √ 17/1/21
kesehatan, sumber daya komunitas, yang dapat membantu mengatasi
masalah
16 Fase 5. Susun rencana (10menit)
17 a. Buatlah kesepakatan dengan mereka rencana penyelesaian masalah, √ 17/1/21
dan peran masing-masing anggota keluarga harus jelas.
b. Tanyakan pada mereka di akhir sesi tentang apa yang akan terjadi
selanjutnya menurut mereka.
c. Periksa pemahaman dan keterlibatan setiap orang dengan rencana
yang disarankan
d. Beri kesempatan bertanya
e. Simpulkan hasil konferensi dan berterima kasih
Setelah Konferensi
18 Revisi Genogram √ 22/1/21
Catat dalam genogram informasi baru yang didapat dari pertemuan
19 Gunakan informasi yang didapatkan pada pertemuan untuk merevisi dan √ 22/1/21
memperbaiki hipothesis yang dibuat sebelum pertemuan dan
rencana untuk pengobatan yang akan datang
20 Dokumentasi √ 22/1/21

Dokumentasikan Family Conference pada Kartu atau form evaluasi, memuat √ 22/1/21
Informasi
Kehadiran (siapa yang hadir, dan tidak hadir, mengapa?) √ 22/1/21

21 Daftar permasalahan √ 22/1/21

22 Penilaian global tentang fungsi keluarga √ 22/1/21


a. Struktur keluarga (peran, aliansi, koalisi).
b. Tahapan siklus hidup keluarga
c. Proses keluarga (pola interaksi umum
d. Family Wellness Plan
23 Kekuatan Keluarga dan Sumber daya √ 22/1/21
24 Rencanan Perawatan (aturan terapi, peran masing2 anggota keluarga) √ 22/1/21

25 Hasil atau perubahan yang terjadi setelah tahap penyelesaian masalah √ 22/1/21
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Identitas Keluarga


3.1.1 Tabel Rekam Medis Dokter Keluarga

REKAM MEDIS DOKTER KELUARGA

PRAKTIK DOKTER KELUARGA


dr. Raihan Syifa Maharani

REKAM MEDIS
FAMILY FOLDER

Nama KK : Latziyana Wahyujati


Alamat : Perumahan Bukit Hijau Karawaci, Tangerang
Agama : Islam (Istri : Islam)
Suku : Jawa (Istri : Jawa)
No Telp / HP :-

Kedudukan
No Nama dalam L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.
keluarga
Kepala Pegawai Hipertensi
1 Tn. W L 42 th S1
Keluarga swasta dan GOUT
Ibu rumah Hiperkolest
2 Ny. D Istri P 42 th S1
tangga erolemi
Tampak
3 An. B Anak ke-1 P 20 th SMA Mahasiswa
sehat
Tampak
4. An. V Anak ke-2 L 15 th SMP Pelajar
Sehat
3.1.2 Genogram Keluarga
65thn 73thn
Tn. W meninggal Tn. S meninggal
pada usia 60 tahun DM pada usia 50 tahun DM
diakibatkan oleh diakibatkan oleh
penyakit jantung hipertensi

42thn 42thn

20thn 15thn
3.1.3 Bentuk Keluarga

3.1.4 Siklus Keluarga


3.2 Keadaan Rumah

3.2.1 Denah Rumah

3.3 Keadaan Keluarga

3.3.1 Family Map


3.3.2 APGAR Family
[Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]
No. APGAR Keluarga 2 1 0
Saya merasa puas karena saya dapat meminta
1. pertolongan kepada keluarga saya ketika saya
menghadapi permasalahan
Saya merasa puas dengan cara keluarga saya
2. membahas berbagai hal dengan saya dan berbagi
masalah dengan saya.
Saya merasa puas karena keluarga saya menerima
3. dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya.
Saya merasa puas dengan cara keluarga saya
4. mengungkapkan kasih sayang dan menanggapi
perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan,
kesedihan dan cinta.
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya dan
saya berbagi waktu bersama.
Skor total 10 (Sangat fungsional)
Skala pengukuran: Skor: Contoh:
Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Kadang-kadang = 1 4-7 = Disfungsional sedang Keluarga disfungsi sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3 = Disfungsional berat

3.4 SCREEM
ASPEK RESOURCE PATHOLOGY
Sosial Hubungan sosial antar -
anggota keluarga terjalin
dengan baik. Hubungan
keluarga Tn. Y dengan
tetangga disekitarnya juga
sangat baik, hal ini
disebabkan oleh sifat ramah
yang dimiliki oleh keluarga
Tn. Y
Budaya Keluarga Tn. Y yang kental oleh karena karakter yang
akan budaya Jawa sangat ramah dan juga penuh
memikirkan aspek kesopanan terkadang sulit
kesopanan dan keramah- untuk berada dalam suatu
tamahan dengan orang- perdebatan dengan orang
orang yang berada disekitar
disekitarnya.
Agama Pemahaman agama seluruh -
anggota keluarga cukup
baik, ditandai dengan
penerapan ajaran agama
yang cukup, seluruh anggota
keluarga menjalankan sholat
lima waktu dan memahami
makna pentingnya berpuasa
juga bertadarus
Ekonomi Stabilitas ekonomi keluarga -
Tn. Y yang cukup terpenuhi
hingga pada kebutuhan
tersier
Pendidikan Tingkat pendidikan keluarga -
Tn. Y cukup baik dimana Tn.
Y dan Ny. D adalah lulusan
sarjana (S-1) dan mereka
telah merencanakan
pendidikan untuk anak-
anaknya secara terstruktur
dengan jenjang minimal
yang harus dicapai oleh
anak-anaknya adalah sarjana
(S-1).
Kesehatan Keluarga memiliki Kurangnya implementasi
pengetahuan kesehatan yang dari pengetahuan kesehatan
baik ditandai dengan adanya yang telah diperoleh,
kesadaran untuk melakukan ditandai dari pola konsumsi
pemeriksaan kesehata secara makanan keluarga Tn. Y
ruti nke rumah sakit, bukan yang belum menerapkan
hanya untuk tujuan kuratif prinsip gizi seimbang

3.5 Identifikasi Masalah


No. Aspek Risiko / Masalah Kesehatan

1. Karakteristik keluarga Umur Tn. Y dan Ny. D yang lebih dari 40 tahun
meningkatkan risiko terjadinya Diabetes
Mellitus.

2. Keadaan rumah Sirkulasi pada bagian dapur yang cenderung


kurang berpotensi menurunkan kualitas udara
yang dihirup di dalam rumah
3. Gaya hidup keluarga Kebiasaan keluarga Tn. Y untuk mengonsumsi
makanan manis meningkatkan kemungkinan
terjadinya diabetes mellitus pada anggota
keluarga Tn. Y terlebih NY. D dan Tn. Y yang
juga memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus
dari orangtuanya serta Tn. Y yang sudah
memiliki penyakit DM.

Kebiasaan keluarga Tn. Y untuk mengonsumsi


makanan tinggi lemak juga meningkatkan risiko
terjadi hiperkolesterolemia pada anggota
keluarga Tn. Y

Kurangnya aktivitas fisik pada An. B dan An. V


meningkatkan risiko terjadinya beberapa masalah
kesehatan.

4. Fungsi keluarga -

3.6 Tabel USG


Nilai Kriteria Urutan
No. Masalah U S G Total prioritas

1. Kebiasaan keluarga Tn. Y untuk


mengonsumsi makanan manis
meningkatkan kemungkinan
terjadinya diabetes mellitus
pada anggota keluarga Tn. Y 1
terlebih NY. D dan Tn. Y yang 3 4 4 11
juga memiliki riwayat penyakit
Diabetes Mellitus dari
orangtuanya serta umur Tn. Y
dan Ny. D yang lebih dari 4o thn

2. Kebiasaan keluarga Tn. Y untuk


mengonsumsi makanan tinggi
lemak juga meningkatkan risiko 3 4 3 10 2
terjadi hiperkolesterolemia pada
anggota keluarga Tn. Y

3. Sirkulasi pada bagian dapur yang 4


2 3 2 7
cenderung kurang berpotensi
menurunkan kualitas udara yang
dihirup di dalam rumah

4. Kurangnya aktivitas fisik pada An.


B dan An. V meningkatkan risiko
3 3 3 9 3
terjadinya beberapa masalah
kesehatan.
3.7 Manajemen Operasional
Input Proses Output Outcome Impact

Anggota keluarga Tn. Y Memberikan penjelasan Meningkatnya kesadaran Anggota keluarga Tn. Y Anggota keluarga Tn. Y
dengan status pendidikan dalam bentuk poster anggota keluarga Tn. Y dapat terhindar dari dapat hidup dengan
cukup baik. mengenai penyakit untuk membatasi konsumsi penyakit diabetes mellitus. keadaan kesehatan yang
diabetes mellitus serta makanan manis. baik.
Kebutuhan ekonomi langkah yang seharusnya
keluarga Tn. Y yang dapat diambil untuk mencegah
dipenuhi dengan baik. diabetes mellitus dan
melakukan kunjungan
Kondisi kesehatan anggota secara berkala.
keluarga Tn. Y secara
keseluruhan dalam keadaan
yang relatif baik namun
adanya riwayat penyakit
DM pada keluarga.

Kurangnya aktivitas fisik


pada anak-anak Tn. Y

Gaya hidup keluarga Tn. Y


pada aspek mengonsumsi
makanan yang kurang
terjaga
3.8 Perumusan Masalah
Apakah terjadi peningkatan kesadaran anggota keluarga Tn. Y untuk membatasi
konsumsi makanan dan minuman manis setelah diberikan intervensi dengan
cara pemaparan materi menggunakan poster untuk membahas penyakit diabetes
mellitus?

3.9 Hipotesis
Terjadi peningkatan kesadaran pada anggota kelaurga Tn. Y untuk membatasi
konsumsi makanan dan minuman manis.
3.10 Matriks Intervensi
Perencanaan
Tahap Intervensi Hasil Intervensi Rencana Evaluasi
Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara pembinaan Sasaran Invidu

Membina keluarga Memberi materi mengenai Memberikan Memberikan Terjadi -melakukan evaluasi
Tn. Y untuk pentingnya pencegahan penyuluhan penyuluhan tentang peningkatan mengenai kesadaran
mengontrol konsumsi Diabetes Mellitus bagi dengan media definisi, tipe, faktor kesadaran anggota anggota keluarga Tn.
makanan manis guna keluarga Tn. Y poster tentang risiko, gejala, kelaurga Tn. Y Y untuk mengurangi
menurunkan risiko definisi, tipe, komplikasi dan cara dalam membatasi konsumsi makanan
terjadinya Diabetes faktor risiko, pencegahan dari konsumsi manis dan minuman manis
Mellitus gejala, Tn. Y ,Ny. D, penyakit diabetes dengan bertanya
komplikasi dan An.B & An.V mellitus mengenai riwayat
cara pencegahan konsumsi makanan
dari penyakit dan minuman manis
diabetes anggota keluarga Tn.
mellitus. Y selama 5 hari
setelah pemberian
intervensi.
3.11 Family Wellness Plan
Family Lifestyle Screening Immunization Chemoprofilaxis
member modification
Tn. Y (42 Melakukan aktivitas Pemeriksaan Sudah lengkap
thn) ; fisik minimal 30 Kadar
(status menit setiap Glukosa
penyakit : harinya. Mengntrol Darah,
hipertensi jumlah dan jenis screening
, gout, makanan yang retinopati, -
dan dikonsumsi serta neuropati,
memiliki mengelola pikiran pemeriksaan
risiko agar tidak komposisi urin
tinggi mengalami stress.
DM)
Ny. D (42 Melakukan aktivitas Pemeriksaan Sudah lengkap
thn) ; fisik minimal 30 Kadar
(status menit setiap Glukosa
penyakit : harinya. Mengntrol Darah,
Hiperkole jumlah dan jenis screening
sterolemi, makanan yang retinopati,
dan dikonsumsi serta pemeriksaan -

memiliki cara pengolahan komposisi


risiko makanan tersebut. urin,
tinggi pemeriksaan
DM) kadar
kolesterol

An. B Meningkatkan Pemeriksaan Sudah lengkap


(memiliki kesadaran dalam Kadar
risiko melakukan aktivitas Glukosa
mengala fisik minimal 30 Darah
mi menit dalam sehari,
hipertensi menjaga jenis -

dan DM) makanan yang


dikonsumsi,
mengelola stress
dengan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Identitas Keluarga


Tn. Y sebagai kepala keluarga berusia 42 tahun. Ia bekerja sebagai pegawai
swasta dalam divisi marketing pada perusahaan alat kesehatan. Pendidikan
terakhir Tn. Y adalah Sarjana (S1). Riwayat penyakti dahulu Tn. Y antara lain
: Nefrolotiasis, Hemorrhoid, Gout dan Hipertensi. Saat ini Tn. Y masih
mengalami Gout dan Hipertensi. Tn. Y memiliki Riwayat penyakit keluarga
berupa diabetes mellitus, hipertensi, dan juga penyakit jantung dari orang tua
Tn. Y. Ny. D merupakan istri Tn. Y yang juga berusia 42 tahun. Ny. D adalah
seorang ibu rumah tangga dengan kegiatan sehari-hari melakukan pekerjaan
rumah tangga serta menerima pesanan kue. Ny. D memiliki riwayat penyakit
dahulu berupa hiperkolesterolemia dan hingga saat ini masih mengalami
penyakit tersebut. Terdapat riwayat penyakit keluarga Ny. D yaitu diabetes
mellitus dan hipertensi dari kedua orang tua Ny. D. Tn. Y dan Ny. D menikah
pada 20 Maret 1999 dan memiliki 2 anak. Anak pertama Tn. Y dan Ny. D yaitu
An. B berusia 20 tahun dan sedang berkuliah di salah satu universitas swasta di
Tangerang. Riwayat penyakit dahulu An. B yaitu appendicitis. Saat ini An. B
tampak sehat. Aktivitas sehari-hari An. B adalah berkuliah secara online dari
pagi hingga sore dan dilanjutkan dengan mengerjakan tugas yang cukup banyak
hingga dini hari. Anak kedua Tn. Y dan Ny. D yaitu An. V berusia 15 tahun.
Saat ini An. V merupakan seorang pelajar di salah satu SMP swasta di
Tangerang. An. V tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan saat ini tampak
sehat. Kegiatan sehari-hari An. V adalah bersekolah secara online hingga siang
hari dan dilanjutkan dengan bermain game di computer hingga malam hari.

Orang tua laki laki Tn. Y yaitu Tn. W meninggal pada usia 60 tahun diakibatkan
oleh penyakit jantung dan juga memiliki riwayat hipertensi, sementara orang
tua perempuan Tn. Y yaitu Ny. T saat ini berumur 65 tahun dan mengalami
diabetes mellitus. Sementara untuk orang tua dari sisi Ny. D, Ayah Ny. D yaitu
Tn. T telah meninggal pada usia 50 tahun akibat dari hipertensi yang
dialaminya. Untuk ibu Ny. D yaitu Ny. R saat ini berusia 73 tahun dan
mengalami penyakit diabetes mellitus.

Bentuk keluarga Tn. Y adalah keluarga inti atau Nuclear family karena dalam
satu rumah terdiri dari ayah (Tn.Y), Ibu (Ny. D) dan kedua anaknya (An.B dan
An.V). Keluarga Tn. Y memiliki satu siklus keluarga yaitu tahap keluarga
dengan anak usia remaja (umur > 13 tahun – 20 tahun).

Masalah kesehatan yang dapat muncul dari aspek identitas keluarga adalah
meningkatnya faktor risiko anggota keluarga Tn. Y untuk mengalami penyakit
diabetes mellitus juga hipertensi melihat dari adanya riwayat dua penyakit
tersebut dari orang tua Tn. Y dan Ny. D. ditambah dengan usia Tn. Y dan Ny.
D yang lebih dari 4o tahun juga merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
diabetes mellitus.

4.2 Keadaan Rumah


Rumah keluarga memiliki luas tanah sebesar 6 m x 6 m dengan luas bangunan
5 m x 6 m. Rumah keluarga merupakan rumah permanen yang berada di
lingkungan perumahan dan sekitarnya terdapat rumah warga yang lainnya.
Rumah permanen tersebut dibangun diatas tanah milik sendiri.

Rumah berukuran 5 m x 6 m ini memiliki 1 pintu untuk memasuki rumah yaitu


pintu pada bagian depan yang langsung berbatasan dengan ruang tamu. Rumah
keluarga Tn. Y memiliki jendela dan ventilasi yang cukup banyak yaitu di
Ruang Tamu dan Kamar Tidur. Lantai rumah terbuat dari plesteran semen yang
telah dilapisi dengan keramik. Atap rumah menggunakan genteng dengan
plafon pada seluruh bagian rumah. Dinding rumah merupakan tembok yang
dilapisi cat pada seluruh bagian rumah. Cahaya matahari dapat masuk kerumah
melalui pintu rumah, ventilasi rumah, dan jendela rumah sehingga bagian dalam
rumah tempak terang. Sirkulasi udara dalam rumah baik dikarenakan adanya
jendela dan ventilasi sehingga ruangan terasa cukup segar.
Pada ruang tamu dan ruang keluarga, pengaturan barang-barang cukup baik dan
tertata rapih. Tidak terlihat adanya sampah yang berserakan pada ruang tamu
dan ruang keluarga Tn. Y. Bagian dapur juga tertata dengan cukup rapih
walaupun ukuran dapur tidak terlalu besar. Letak dapur berada di bagian
belakang rumah dengan keadaan tertutup juga ventilasi yang cenderung kurang.
Air yang digunakan untuk mencuci piring menggunakan air yang bersih dan
mengalir. Keadaan kamar mandi cukup bersih. Keadaan ini menggambarkan
bahwa keluarga cukup peduli dengan kebersihan rumah.

Masalah kesehatan yang dapat muncul dari keadaan rumah keluarga Tn. Y
adalah sirkulasi pada bagian dapur yang cenderung kurang berpotensi
menurunkan kualitas udara yang dihirup di dalam rumah.

4.3 Keadaan Keluarga


Pasangan orang tua dalam keluarga ini memiliki perencanaan untuk hanya
memiliki 2 anak setelah berkeluarga. Anak pertama lahir pada tahun 2000 saat
ibu berusia 21 tahun dan ayah juga berumur 21 tahun. Anak kedua lahir pada
tahun 2005 saat ibu dan ayah berusia 26 tahun. Pengambil keputusan
perencanaan keluarga dilakukan secara bermusyawarah sehingga anggota
keluarga biasa untuk mengungkapkan masing-masing pendapatnya. Tn. Y dan
Ny. D memilih untuk umtuk menggunakan kondom sebagai alat
kontrasepsinya.

Hubungan antar anggota keluarga dalam keadaan baik dan sewajarnya tanpa
ada hubungan yang renggang maupun konflik. Semua anggota keluarga Tn. Y
selalu berkumpul di sore hari di ruang keluarga. Pada malam hari, keluarga
Tn.Y terbiasa untuk makan malam secara bersama. Mereka sering berbincang
ringan dan menoton televisi secara bersama hingga jam 9 malam. Dalam
menghadapi permasalahan dalam keluarga, keputusan diambil berdasarkan
hasil diskusi yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
Hubungan antar anggota keluarga yang terjalin dengan baik juga digambarkan
dari hasil APGAR family yang telah diperoleh yaitu dengan skor 10. Hal ini
menandakan keluarga Tn. Y adalah keluarga yang sangat fungsional dengan
masing-masing anggota keluarga memiliki peran yang sesuai dalam hubungan
berkeluarga.

Keluarga Tn. Y cenderung tidak memiliki risiko terjadinya masalah kesehatan


yang timbul dari permasalahan hubungan keluarga oleh karena hubungan yang
terjalin antar anggota keluarga berjalan dengan sangat baik.

4.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga


4.4.1 Kebutuhan ekonomi
Kebutuhan ekonomi keluarga dapat terpenuhi dari pendapatan yang Tn.
Y peroleh setiap bulannya. Pendapatan yang diterima oleh Tn. Y cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dari kebutuhan primer,
sekunder hingga tersier. Ny. D yang merupakan ibu rumah tangga juga
memiliki penghasilan dari pesanan-pesanan kue yang ia buat sehingga
keluarga Tn. Y tidak memiliki permasalah pada aspek ekonomi.

4.4.2 Kebutuhan Pendidikan


Tn. Y dan Ny. D merupakan lulusan sarjana (S-1) dan mereka telah
merencanakan dengan baik mengenai kebutuhan pendidikan bagi anak-
anaknya. Anak pertama Tn. Y dan Ny. D berkuliah di salah satu
universitas swasta di Tangerang dan anak kedua Tn. Y dan Ny. D
bersekolah pada jenjang SMP di salah SMP swasta yang juga berada di
Tangerang. Target yang telah direncanakan oleh Tn. Y dan Ny. D
adalah minimal mereka dapat memnuhi kebutuhan anak-anaknya
sampai dengan taraf sarjana (S-1).

4.4.3 Kegiatan Spiritual


Seluruh anggota keluarga Tn. Y memeluk agama Islam. Kegiatan
ibadah seperti sholat dan mengaji selalu diusahakan untuk dapat
dilakukan bersama-sama. Tn. Y dan Ny. D juga menyekolahan anak-
anaknya di sekolah swasta islam dari jenjang SD hingga SMA.

4.4.4 Pola Berobat


Keluarga Tn. Y biasa berkunjung ke rumah sakit ketika mengalami
masalah kesehatan. Selain saat memiliki masalah kesehatan, keluarga
Tn. Y juga cukup rutin pergi ke rumah sakit untuk melakukan General
Check-Up. Terlebih setelah melihat hasil pemeriksaan rutin terakhir Tn.
Y yang kurang baik maka keluarga Tn. Y lebih peduli terhadap
kesehatannya masing-masing.

Melihat dari aspek pemenuhan kebutuhan keluarga, keluarga Tn. Y relatif


tidak memiliki risiko kesehatan yang dapat muncul dari hal tersebut. Karena
berbagai kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dengan baik. Kebutuhan
ekonomi keluarga Tn. Y dapat dipenuhi dari penghasil yang didapat oleh
Tn. Y baik dari kebutuhan primer hingga tersier. Kebutuhan pendidikan
untuk anak-anak Tn. Y dan Ny. D juga diusahakan dengan baik dimana
keluarga menargetkan bahwa anak-anaknya harus mencapai sarjana (S1).
Meninjau dari sisi spiritual, keluarga cukup menjalani kehidupan spiritual
dengan baik dan pola berobat keluarga juga tidak hanya pada aspek kuratif
namun sudah pada aspek preventif dengan rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan.

4.5 Gaya Hidup Keluarga


4.5.1 Kebiasaan makan dalam Keluarga
Kebutuhan makan dalam keluarga biasa disiapkan oleh Ny. D dengan masak
sendiri dan terkadang membeli makanan di luar rumah. Frekuensi masak
dilakukan 2x dalam sehari. Untuk pola makan keluarga Tn. Y cukup teratur
yaitu 3x sehari Untuk jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh keluarga
Tn. Y dari lauknya berupa goreng-gorengan (ayam, telur, tahu, tempe,
jeroan), makanan bersantan, untuk sayur yang sering dibuat berupa tumisan
dan terkadang sayur berkuah bening dan santan. Selain makan berat 3x
sehari, keluarga Tn. Y juga terbiasa untuk mengonsumsi kudapan ringan
yang mayoritas berupa makanan manis seperti es krim, bolu, brownies, atau
minuman manis seperti kopi susu dan beberapa lainnya.

4.5.2 Kebiasaan Olahraga


Tn. Y dan Ny. D rutin untuk bersepeda minimal 1x dalam seminggu. Untuk
jarak bersepeda yang biasa ditempuh adalah sejauh 5 km. sementara, anak-
anak Tn. Y dan Ny. D cenderung kurang dalam beraktivitas fisik
dikarenakan An. B yang cukup sibuk dengan tugas kuliahnya dan An. V
memiliki hobi bermain games di depan komputer sehingga motivasi untuk
beraktivitas fisik cukup kurang.

4.5.3 Kebiasaan Minum Alkohol


Seluruh anggota keluarga Tn. Y tidak ada yang memiliki kebiasaan untuk
mengonsumsi alkohol karena keluarga Tn. Y cukup taat dalam beragama.

4.5.4 Kebiasaan Merokok


Seluruh anggota keluarga Tn. Y tidak ada yang merokok. Mereka memiliki
kesadaran bahwa rokok menyebabkan efek negative baik bagi dirinya
sendiri maupun orang-orang yang berada disekitarnya.

Terdapat permasalahan kesehatan yang dapat muncul meninjau dari aspek gaya
hidup anggota keluarga Tn. Y. gaya hidup yang dapat mempengaruhi terjadinya
masalah kesehatan pada keluarga Tn. Y adalah beberapa jenis makanan yang
biasa dikonsumsi oleh keluarga Tn. Y seperti makanan dan minuman manis
dapat menignkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus, juga kebiasaan keluarga
Tn. Y untuk mengonsumsi goreng-gorengan yang dapat memicu tingginya kadar
kolesterol. Selain itu, aktivitas fisik kedua anak Tn. Y dan Ny. D yang cenderung
kurang juga dapat menjadi faktor risiko timbulnya masalah kesehatan.

4.6 Lingkungan Hidup Keluarga


4.6.1 Lingkungan Perumahan Keluarga
Keluarga Tn. Y bertempat tinggal di perumahan yang tertata rapi, ruas jalan
cukup memadai dan rumah yang Tn. Y tempati merupakan rumah pribadi.
Keadaan lingkungan sekitar rumah keluarga terlihat cukup bersih. Segala
barang di halaman rumah maupun di dalam rumah tersusun dengan rapi.
Tanaman yang berada di sekitar halaman rumah Tn. Y juga dirawat dengan
baik. Keamanan tempat tinggal Tn. Y cukup terjaga karena tersedia satpam
yang mengawasi area perumahan Tn. Y. Paparan zat/ partikel yang
mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah debu. Hal tersebut diakibatkan
karena lingkungan yang cukup dekat dengan jalan raya.

4.6.2 Lingkungan Sosial Keluarga


Tn.Y dan keluarganya dapat bersosialisasi dengan baik pada lingkungan
tempat tinggalnya. Tn.Y merupakan salah satu pengurus organisasi DKM di
perumahannya dan juga merupakan anggota komunitas bersepeda di
lingkungan perumahannya. Ny. D juga bersosialisasi dengan cukup baik di
lingkungan perumahannya. Terkadang Ny. D ikut serta pada aktivitas
bersepeda yang dilakukan oleh para ibu yang berada di sekitar rumahnya.

4.6.3 Lingkungan Pekerjaan Anggota Keluarga


Lingkungan pekerjaan Tn. Y tidak memiliki risiko pada aspek fisik, biologi,
kimia maupun ergonomi namun beratnya beban pekerjaan dapat
menimbulkan risiko munculnnya stress atau berpengaruh pada aspek
psikologis.

Masalah kesehatan yang mungkin timbul dari aspek lingkungan hidup keluarga
adalah kemungkinan munculnya stress pada Tn. Y akibat beban pekerjaan yang
cukup berat dimana Tn. Y harus terus berusaha agar pekerjaan yang ia lakukan
dapat mencapai target yang diberikan oleh perusahaan.

4.7 SCREEM
Sumber daya yang baik pada aspek sosial adalah terjalinnya hubungan sosial
antar anggota keluarga dengan baik. Hubungan keluarga Tn. Y dengan tetangga
disekitarnya juga sangat baik, hal ini disebabkan oleh sifat ramah yang dimiliki
oleh keluarga Tn. Y. tidak terdapat sumber daya yang kurang baik pada aspek
sosial.

Sumber daya yang baik pada aspek budaya yaitu keluarga Tn. Y yang kental
akan budaya Jawa sangat memikirkan aspek kesopanan dan keramah-tamahan
dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Hal ini menjadikan Tn. Y dan
keluarga memiliki karakteristik yang ramah pada semua orang. Namun sumber
daya yang kurang baik yang dapat diiedntifikasi dari aspek budaya yaitu oleh
karena karakter yang ramah dan juga penuh kesopanan terkadang sulit untuk
keluarga Tn. Y berada dalam suatu perdebatan dengan orang disekitar. Keluarga
Tn. Y cenderung untuk mengalah.

Sumber daya yang baik pada aspek agama yakni pemahaman agama seluruh
anggota keluarga cukup baik, ditandai dengan penerapan ajaran agama yang
cukup taat, seluruh anggota keluarga menjalankan sholat lima waktu dan
memahami makna pentingnya berpuasa juga bertadarus. Anggota keluarga Tn.
Y yang berjenis kelamin perempuan juga sudah memiliki kesadaran untuk
menutup aurat dengan menggunakan jilbab. Tidak terdapat sumber daya yang
tidak baik pada aspek agama.

Sumber daya yang baik pada aspek ekonomi adalah dapat terpenuhinya
kebutuhan anggota keluarga Tn. Y dari hasil pendapatan Tn. Y dalam
pekerjaannya. Kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh keluarga Tn. Y yaitu dari
kebutuhan primer hingga tersier. Ditambah dengan Ny. D yang terkadang
menerima pesana kue maka pendapatan keluarga Tn. Y pun bertambah. Dengan
dapat terpenuhinya hal tersebut maka tidak teridentifikasi sumber daya yang
tidak baik pada aspek ekonomi.

Sumber daya yang baik pada aspek pendidikan yaitu tingkat pendidikan
keluarga Tn. Y cukup baik dimana Tn. Y dan Ny. D adalah lulusan sarjana (S-
1) dan mereka telah merencanakan pendidikan untuk anak-anaknya secara
terstruktur dengan jenjang minimal yang harus dicapai oleh anak-anaknya
adalah sarjana (S-1).

Sumber daya yang baik pada aspek kesehatan adalah keluarga memiliki
pengetahuan kesehatan yang baik ditandai dengan adanya kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke rumah sakit, bukan hanya
untuk tujuan kuratif tetapi sudah sampai taraf preventif. Hanya saja terdapat
sumber daya yang kurang baik pada aspek kesehatan berupa kurangnya
implementasi dari pengetahuan kesehatan yang telah diperoleh oleh keluarga
Tn. Y dimana hal ini ditandai dari pola konsumsi makanan keluarga Tn. Y yang
belum menerapkan prinsip gizi seimbang.

Masalah kesehatan dapat muncul dari aspek budaya dan juga kesehatan dimana
pada aspek budaya, karakteristik keluarga Tn. Y yang cenderung ramah
membuat keluarga merasa tidak ingin terlibat dari suatu konflik dan sulit untuk
mempertahankan pendapatnya. Hal ini akan memicu terjadinya stress pada
anggota keluarga. Pada aspek kesehatan, kurangnya implpementasi keluarga
untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dapat menjadi penyebab
beberapa penyakit muncul.

4.8 Identifikasi Masalah


4.8.1 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik
keluarga
Meninjau dari aspek tingkat pendidikan sebagai salah satu karakteristik
keluarga, tidak terdapat risiko / masalah kesehatan yang mungkin
ditimbulkan oleh hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan yang cukup
baik dapat membuat anggota keluarga memiliki pengetahuan yang luas
tentang kesehatan.pada aspek umur, Tn. Y dan Ny. D yang telah berumur
lebih dari 40 tahun menjadi suatu faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya diabetes mellitus.

4.8.2 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan rumah


Keadaan rumah Tn. Y sudah cukup baik karena kebersihan dan kerapihan
selalu dijaga. Jendela dan lubang ventilasi udara juga tersedia di beberapa
titik pada bagian depan rumah Tn. Y. Sinar matahari juga dapat memasuki
bagian dalam rumah sehingga nampak terang pada siang hari. Namun,
sirkulasi yang tersedia pada bagian dapur yang terletak di bagian belakang
rumah cenderung kurang dan lokasi dapur yang cukup tertutup sehingga
aliran udara pada daerah dapur kurang baik.

4.8.3 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup


keluarga
Kebiasaan keluarga Tn. Y untuk mengonsumsi makanan manis
meningkatkan kemungkinan terjadinya diabetes mellitus pada anggota
keluarga Tn. Y terlebih NY. D dan Tn. Y yang juga memiliki riwayat
penyakit Diabetes Mellitus dari orangtuanya. Kebiasaan keluarga Tn. Y
untuk mengonsumsi makanan tinggi lemak juga meningkatkan risiko terjadi
hiperkolesterolemia pada anggota keluarga Tn. Y.

Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga pada anak-anak Tn.Y dan Ny. D juga
merupakan faktor risiko timbulnya masalah kesehatan seperti terjadinya
obesitas, munculnya penyakit jantung dan berbagai masalah lainnya.

4.8.4 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan fungsi keluarga


Fungsi keluarga Tn. Y sudah berjalan dengan cukup baik, setiap anggota
memiliki perannya masing-masing untuk andil dalam keluarga, pengambilan
keputusan juga dilakukan dengan musyawarah sehingga keputusan yang
diambil merupakan keputusan yang terbaik untuk angggota keluarga Tn. Y.

4.9 USG
Kebiasaan keluarga Tn. Y dalam mengonsumsi makanan manis menjadi
prioritas utama dalam faktor risiko timbulnya masalah kesehatan yang akan
dilakukan intervensi. Hal ini didapatkan dari adanya riwayat penyakit diabetes
mellitus baik dari sisi orang tua Tn. Y maupun dari sisi orang tua Ny. D.
selanjutnya, hasil pemeriksaan kesehatan rutin terakhir Tn. Y didapatkan hasil
glukosa darah puasa yang meningkat. Melihat dari hal tersebut, penting untuk
dilakukan intervensi kepada seluruh anggota keluarga Tn. Y karena setiap
anggotanya memiliki risiko yang cukup tinggi mengalami diabetes mellitus
apabila gaya hidup mereka tidak dijaga dengan baik. Onset terjadinya diabetes
mellitus dapat terjadi pada usia muda, hal ini lah yang dijadikan pertimbangan
untuk menetapkan poin growth pada masalah kebiasaan mengonsumsi makanan
manis pada keluarga Tn. Y adalah 4. Pada aspek seriousness, dipilih poin 4
dengan pertimbangan bahwa penyakit diabetes mellitus adalah penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol agar tetap stabil dan juga
penyakit diabetes mellitus dapat memicu munculnya beberapa penyakit
lainnnya. Oleh karena itu lebih baik dilakukan pencegahan dengan mengurangi
konsumsi makanan manis sebelum terjadinya masalah. Pada poin urgency
diberikan nilai 3 karena memang sebaiknya intervensi untuk mengurangi
konsumsi makanan manis guna mencegah terjadinya diabetes mellitus
dilakukan segera/sedini mungkin namun dapat dilakukan secara perlahan
sehingga tekanan waktu tidak begitu besar.

4.10 Manajemen Operasional Kesehatan Keluarga


Pada tabel manajemen operasional kesehatan keluarga, input yang dimiliki
antara lain : anggota keluarga Tn. Y yang memiliki status pendidikan cukup
baik, kebutuhan ekonomi keluarga Tn. Y yang dapat dipenuhi dengan baik,
kondisi kesehatan anggota keluarga Tn. Y secara yang keseluruhan dalam
keadaan relatif baik namun adanya riwayat penyakit DM pada keluarga,
kurangnya aktivitas fisik pada anak-anak Tn. Y serta gaya hidup keluarga Tn.
Y pada aspek mengonsumsi makanan yang kurang terjaga. Untuk
menghasilkan suatu output yang diharapkan mengenai kesadaran keluarga Tn.
Y untuk membatasi konsumsi makanan dan manis maka perlu adanya proses
berupa pemaparan penjelasan dalam bentuk poster mengenai penyakit diabetes
mellitus serta langkah yang seharusnya diambil untuk mencegah diabetes
mellitus dan melakukan kunjungan secara berkala. Outcome yang didapat
apabila keluarga Tn. Y mampu membatasi konsumsi makanan dan minuman
manis adalah terhindarnya anggota keluarga Tn. Y dari penyakit diabetes
mellitus. Sehingga impact yang didapat adalah terciptanya kehidupan yang
sehat dan sejahtera pada anggota keluarga Tn. Y.

4.11 Rencana Pemeliharaan Kesehatan Keluarga dan Intervensi


Rencana yang tercantum pada matriks intervensi mengenai pemeliharaan
kesehatan keluarga Tn. Y adalah dengan memberikan penjelasan mengenai
penyakit diabetes mellitus dengan menggunakan media poster. Pada poster
tersaji materi mengenai definisi diabetes mellitus, tipe dari diabetes mellitus,
gejala yang dapat muncul pada orang yang mengalami diabetes mellitus,
langkap apa yang harus segera diambil ketika mengalami gejala tersebut, apa
saja faktor risiko yang memicu terjadinya penyakit diabetes mellitus,
bagaimana langkah pencegahan dari penyakit diabetes mellitus dan apa saja
komplikasi dari penyakit diabetes mellitus. Sebelum dilakukan intervensi,
keluarga Tn. Y biasa mengonsumsi minimal satu jenis makanan atau minuman
manis disetiap harinya. Setelah proses pemberian materi mengenai diabetes
mellitus pada tanggal 17 Januari 2021, dilakukan evaluasi hasil dari intervensi
yang telah dilakukan dengan bertanya bagaimana pola konsumsi makanan dan
minuman manis selama 5 hari setelah intervensi dan didapat hasil bahwa
keluarga Tn. Y dapat mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis,
ditandai dengan terdapat 3 dari 5 hari evaluasi dimana keluarga Tn. Y tidak
mengonsumsi makanan dan minuman manis dibandingkan dengan kebiasaan
yang keluarga Tn. Y lakukan sebelum diberikan intervensi yaitu mengonsumsi
minimal 1 jenis makanan / minuman manis setiap harinya. Anggota keluarga
yang hadir pada proses evaluasi antara lain : Ny. D, An. B dan An. V sementara
untuk Tn. Y tidak hadir dengan oleh sebab sedang berada di kantor.

4.12 Family Wellness Plan


Pada tabel family wellness plan dijelaskan apa saja modifikasi gaya hidup yang
perlu dilakukan oleh anggota keluarga Tn. Y. Secara keseluruhan modifikasi
gaya hidup yang diperlukan oleh anggota keluarga Tn. Y adalah berupaya untuk
rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari, membatasi
konsumsi makanan manis dan juga berlemak tinggi serta berupaya untuk dapat
mengonsumsi makanan yang mengikuti prinsip gizi seimbang dan diusahakan
untuk dapat mengelola pikiran dengan baik agar terhindar dari stress. Pada
kunjungan kepada keluarga binaan, dilakukan pengukuran tinggi badan, berat
badan dan juga tekanan darah. Screening yang dapat dilakukan antara lain
pemeriksaan kadar glukosa darah, pemeriksaan kadar kolesterol, screening
retinopati dan pemeriksaan komposisi urin. Untuk riwayat imunisasi anggota
keluarga telah lengkap dan tidak ada chemoprofilaxis yang diberikan untuk
keluarga Tn. Y.

4.13 Proses Intervensi


What Memberikan penyuluhan dengan
materi diabetes mellitus dengan
media intervensi berupa poster yang
didalamnya memuat definisi, tipe,
gejala, faktor risiko, komplikasi serta
pencegahan dari diabetes mellitus.

Where Proses intervensi dilakukan di ruang


tamu rumah keluarga binaan yang
berlokasi di Perumahan Bukit Hijau
Karawaci, Tangerang.

Who Pemberian manteri dilakukan oleh


Raihan Syifa Maharani (mahasiswa
pendidikan dokter fakultas
kedokteran Universitas Lampung),
dengan dibantu oleh dosen
pembimbing dr Ari Wahyuni, S.
Ked., Sp. An. Materi disampaikan
kepada anggota keluarga Tn. Y yaitu
Ny. D, An. B dan An V. untuk Tn. Y
tidak ikut dalam kegiatan intervensi
tersebut dikarenakan ada tamu lain
yang juga datang kerumahnya.

When Intervensi dilakukan pada hari


Minggu, 17 Januari 2021 pukul 14.00

Why Intervensi perlu dilakukan untuk


mencegah keluarga Tn. Y mengalami
penyakit diabetes mellitus. Karena
keluarga Tn. Y memiliki beberapa
faktor risiko yang memicu terjadi
diabetes mellitus seperti riwayat
keluarga dengan penyakit diabetes
mellitus, usia Tn. Y dan Ny. D yang
telah lebih dari 40 tahun, kebiasaan
konsumsi manis di keluarga Tn. Y
serta kurangnya aktivitas fisik pda
anak-anak Tn. Y.

How Proses intervensi dilakukan dengan


salam terlebih dahulu dan dilanjutkan
dengan perkenalan baik mahasiswa,
dosen pembimbing dan juga keluarga
binaan. Selanjutnya mahasiswa
memberitahukan alasannya
melakukan intervensi dengan
mengambil topik tersebut kepada
keluarga binaannya. Setelah alasan
dikemukakan dengan baik, proses
pemaparan materi dimulai. Materi
yang disampaikan pertama kali
adalah mengenai definisi diabetes
mellitus dan memberitahukan nilai
normal kadar glukosa darah.
Berlanjut pada tipe dari Diabetes
Mellitus, gejala, langkah yang harus
dilakukan apabila mengalami gejala
tersebut, faktor risiko diabetes
mellitus, pencegahan dari diabetes
mellitus dan komplikasi yang dapat
timbul dari penyakit diabetes
mellitus. Setelah pemaparan materi
selesai, anggota keluarga Tn. Y yaitu
Ny. D mengajukan pertanyaan
kepada mahasiswa dan juga kepada
dosen pebimbing mengenai keluhan
kesehatan yang ia rasakan. Setelah
sesi tanya jawab selesai maka proses
intervensi juga telah selesai. Tidak
terdapat kendala yang berarti pada
proses intervensi karena seluruh
masing-masing aspek berperan
dengan kooperatif.
BAB V
PENUTUP

Meninjau dari tujuan umum kegiatan FOHC yaitu seharusnya mahasiswa


mampu mengidentifikasi masalah dan risiko kesehatan individu dan keluarga
serta menerapkan tindakan promosi dan pencegahan sesuai pengetahuan yang
telah diperoleh untuk mengatasi masalah tersebut secara professional serta
beberapa tujuan khusus dari FOHC yakni : menunjukkan sikap yang sesuai
dengan sosial budaya masyarakat serta mengembangkan hubungan yang baik
dengan keluarga binaan, menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha
mendeteksi masalah serta intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi,
mengidentifikasi masalah kesehatan dalam keluarga serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, mengidentifikasi sumber daya keluarga dalam memecahkan
masalah, melakukan penilaian keluarga, menyusun prioritas masalah kesehatan
keluarga, merencanakan penyelesaian masalah kesehatan keluarga,
melaksanakan family conference dalam rangka menyelesaikan prioritas
masalah kesehatan keluarga dan dapat menyusun rekam medis dokter keluarga
(Family Folder) maka saya menyadari adanya beberapa tujuan dari FOHC ini
yang belum terlaksana dengan baik dari hasil kegiatan FOHC yang telah saya
lakukan. Tujuan yang menurut saya belum dapat saya lakukan secara maksimal
adalah pada aspek perencanaan penyelesaian masalah kesehatan keluarga. Saya
masih belum dapat dengan baik memberikan saran-saran yang secara khusus
dapat dilakukan dalam keluarga responden sebagai upaya penyelesaian masalah
kesehatan. Saya memiliki keraguan apabila saran yang saya berikan bukan
merupakan saran yang tepat untuk keluarga tersebut. Hal ini terjadi akibat
kurangnya pengetahuan yang saya miliki mengenai masalah kesehatan yang
terjadi pada keluarga responden oleh karena itu seharusnya saya berupaya untuk
lebih menambah wawasan agar di kemudian hari saya dapat
mengimplementasikan ilmu yang saya miliki untuk kemajuan kesehatan orang-
orang disekitar saya. Namun di luar kekurangan yang telah saya sebutkan, saya
merasa puas karena telah dapat menyelesaikan kegiatan FOHC dan memiliki
pengalaman baru bagaimana saya sebagai calon dokter menghadapi
permasalahan kesehatan suatu keluarga. Setelah saya menyelesaikan kegiatan
FOHC ini, saya mendapatkan semangat baru untuk lebih banyak belajar
mengenai materi kedokteran. Pikiran saya juga terbuka mengenai bagaimana
sebuah keluarga dapat sangat berperan dalam status kesehatan setiap aggota
keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini MT, Novitasari A, Setiawan MR. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga.
Semarang: FK UMS. Diakses pada 19 Januari 2021, tersedia dari
http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran%20kelu
arga.pdf

Assupina et.al,. Analisis Implementasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis


(PROLANIS) Pada Dokter Keluarga PT ASKES Di Kota Palembang Tahun
20013. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol, 4. No, 03 November 2013.

Miller F, Osbahr H, Boyd E, Thomalla F, Bharwani S, Ziervogel G, et al. 2010.


Resilience and vulnerability: complementary or conflicting concepts?.
Ecology and Society. 15(3). Diakses pada 19 Januari 2021, tersedia dari
https://www.ecologyandsociety.org/vol15/iss3/art11/

United Nations. 2015. The Millennium Development Goals Report. New York,
tersedia dari :
https://www.un.org/millenniumgoals/2015_MDG_Report/pdf/MDG%20201
5%20rev%20(July%201).pdf
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai