Anda di halaman 1dari 5

Segala puji bagi Allah swt Dzat yang Maha Qadir kuasa atas kuasa.

Lahul Mulku
Walahul Hamdu Yuhyi Wayumitu wahuwa ala kulli syai in qadir, namun kadang kita lupa
bahwa Tidak satupun makhluk dapat bergerak beraktifitas tanpa izin Allah, bahkan tidak
akan tumbuh rambut cm cm kecuali atas idzin Allah, tidak berubah warna rambut kita,
bahkan jantung yang kadang kita rasakan degupnya dan kadang kita hiraukan tidak akan
berdetak kecuali semua atas idzin Allah swt.
Shalawat
Wasiat Taqwa   َ‫ٰ َٓيأ َ ُّيهَا ٱلَّذِينَ ءَا َم ُن ۟وا ٱ َّتقُ ۟وا ٱهَّلل َ حَ َّق ُت َقا ِتهِۦ َواَل َتمُو ُتنَّ إِاَّل َوأَن ُتم مُّسْ لِمُون‬

Isi,
Masuk bulan Muharram tepatnya tanggal 16 Muharram 1442 H
Ayat muharram Q.S. at-Taubah/ 9: 36.

‫ك الدِّينُ ْالقَيِّ ُم فَال‬


َ ِ‫ض ِم ْنها أَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم ذل‬َ ْ‫ت َو اأْل َر‬ ِ ‫ق السَّماوا‬ ِ ‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنا َع َش َر َشهْراً في ِكتا‬
َ َ‫ب هَّللا ِ يَوْ َم خَ ل‬ ِ ‫إِ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬
ْ ‫ت‬
)36( َ‫َظلِ ُموا في ِه َّن أَ ْنفُ َس ُك ْم َو قاتِلُوا ْال ُم ْش ِركينَ َكافَّةً َكما يُقاتِلُونَ ُك ْم َكافَّةً َو ا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َم َع ْال ُمتَّقين‬

Definisi muharram
D‫ فَتُ ِحلُّهُ عَا ًما‬،‫َت تَتَقَلَّبُ بِ ِه‬ َ ‫ك تَأْ ِكيدًا لِتَحْ ِري ِم ِه؛ أِل َ َّن ْال َع َر‬
ْ ‫ب َكان‬ َ ِ‫ َو ِع ْن ِدي أَنَّهُ ُس ِّم َي بِ َذل‬،‫ك لِ َكوْ نِ ِه َش ْهرًا ُم َح َّر ًما‬
َ ِ‫أَ َّن ْال ُم َح َّر َم ُس ِّم َي بِ َذل‬
‫َوتُ َحرِّ ُمهُ عَا ًما‬
"Dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan,
bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan
orang arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya
menyebut bulan biasa (halal)." Orang arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah
bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan,

Tiga jenis dosa menurut Imam Ghazali, dalam Minhajul Abidin


‫ أو‬D‫ارة‬DD‫اة أو كف‬DD‫وم أو زك‬DD‫الة أو ص‬DD‫ك من ص‬DD‫الى علي‬DD‫ أحدها ترك واجبات هللا سبحانه وتع‬:‫فاعلم أن الذنوب في الجملة ثالثة أقسام‬
‫ غيرها فتقضى ما أمكنك منها‬ 
Artinya: “Ketahuilah, secara garis besar dosa-dosa itu ada tiga macam. Pertama, meninggalkan
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh Allah kepadamu seperti shalat, puasa, zakat, kafarat,
dan lainnya. Maka (untuk meleburnya) engkau mengqadha kewajiban-kewajiban tersebut selagi
memungkinkan.”  

Kategori dosa yang pertama adalah dosa yang berkaitan dengan berbagai kewajiban yang telah
ditetapkan oleh Allah atas para hamba-Nya.   Orang yang meninggalkan kewajiban-kewajiban
yang telah ditetapkan oleh Allah seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya, maka untuk melebur
dosa tersebut ia harus mengqadha kewajiban-kewajiban yang ditinggalkan itu selagi
memungkinkan untuk mengqadhanya.   Shalat yang tidak dilakukan karena lupa, tertidur, atau
melakukan shalat namun dengan menggunakan pakaian najis, di tempat yang najis atau alasan
lainnya, maka shalat tersebut harus diqadha setelah memungkinkan untuk melakukannya. Puasa
wajib yang tidak dilakukan karena sakit, bepergian, atau menlakukan puasa namun lupa niat pada
malam hari, batal sebelum masuknya waktu berbuka atau karena alasan-alasan yang lain harus
diqadha segera setelah memungkinkan untuk melakukannya.

Selanjutnya Imam al-Ghazali menuturkan:


  ‫والثاني ذنوب بينك وبين هللا سبحانه وتعالى كشرب الخمر وضرب المزامر وأكل الربا ونحو ذلك فتندم على ذلك وتوطن قلبك‬
‫ على ترك العود الى مثلها أبدا‬ 
Artinya: “Kedua, dosa-dosa di antaramu dan Allah subhȃnahȗ wa ta’ȃlȃ seperti meminum
minuman khamr, meniup seruling, memakan riba dan sebagainya. (Untuk meleburnya) maka
engkau menyesali perbuatan-perbuatan tersebut dan menetapkan hatimu untuk tidak akan
mengulanginya lagi selamanya.”  
Kategori dosa yang kedua adalah dosa-dosa yang berkaitan antara seorang hamba dengan Allah.  
Barangkali dosa dalam kategori kedua ini lebih pada hal-hal yang dilarang oleh Allah dan tidak
ada kaitannya dengan sesama hamba. Sebagai contoh perbuatan dosa yang masuk pada kategori
ini adalah meminum minuman keras, berzina, memakan riba, memandang lawan jenis yang
bukan mahram, berdiam di masjid dalam keadaan junub, memegang dan membawa Al-Qur’an
tidak dalam keadaan suci, menggunakan harta untuk kemaksiatan, dan lain sebagainya.  
Menurut Imam al-Ghazali—sebagaimana ditulis di atas—dosa dalam kategori ini dapat dilebur
dengan penyesalan dan memantapkan hati untuk tidak akan kembali melakukan kesalahan serupa
selamanya. Dengan kata lain pelaku dosa kategori ini dituntut untuk bertobat secara benar untuk
dapat melebur dosanya.  

Adapaun dosa kategori yang ketiga Imam al-Ghazali menuturkan:


  ‫والثالث ذنوب بينك وبين العباد وهذا أشكل وأصعب‬
Artinya: “Ketiga, dosa-dosa antara kamu dan para hamba. Dosa macam ini lebih rumit dan lebih
berat.”  
Dosa kategori yang ketiga adalah dosa yang terjadi di antara sesama hamba Allah, sesama umat
manusia. Dosa dalam kategori ini dianggap oleh para ulama sebagai dosa yang berat risikonya
tanpa mengesampingkan dosa kepada Allah swt.
Ini dikarenakan dosa antarsesama manusia lebih banyak menuntut tindakan-tindakan tertentu
untuk bisa meleburnya.
Haqqul muslim

Mari kita jaga zahir mulut mata kepala kaki tangan dari perbuatan dosa kepada Allah lalu
kita pelihara batin kita dari iri dengki hasud julid kepada sesama makhluk allah swt dengan
begitu kita bisa masuk ke bulan setelahnya yakni shafar menggunakan shod fa dan ra yang
bermakna shifr yakni kosong, hampa dari dosa zahiriyah dan batiniyah dan siap menymbut
bulan berikutnya yakni Rabiul Awal bulan dilahirkannya manusia mulia Sayyiduna
Muhammad SAW dengan hati pikiran yang jernih dan kelak kita berharap agar Rasul
mengakui kita sebagai umatnya dan sudi bertatap muka dengan kita di yaumil qiyamah
nanti amin YRA.

‫تال في ِه قُلْ قِتا ٌل في ِه َكبير‬ ِ ‫ك َع ِن ال َّشه ِْر ْال َح‬


ٍ ِ‫رام ق‬ َ َ‫يَ ْسئَلُون‬

BARAKALLAH

Sementara itu Syekh Ihsan Jampes dalam kitabnya Sirâjut Thâlibin menambahkan, bagi pelaku
dosa kategori ini untuk menyusuli perbuatan dosa tersebut dengan melakukan perbuatan baik
yang berkebalikan dan sekira sebanding dengannya.   Apa yang disampaikan oleh Syekh Ihsan ini
berdasarkan pada apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam:   ‫ق هللاِ َح ْيثُ َما‬ ِ َّ‫ات‬
D‫ ُك ْنتَ َوأَ ْتبِ ِع ال َّسيِّئَةَ ال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا‬  Artinya: “Bertakwalah engkau kepada Allah dan susulilah perbuatan
jelek dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan jelek.” (HR.
Imam Turmudzi)   Juga berdasarkan firman Alah dalam surat Hud ayat 114:   َ‫ت ي ُْذ ِه ْبن‬ ِ ‫إِ َّن ْال َح َسنَا‬
‫ت‬ِ ‫ ال َّسيِّئَا‬  Artinya: “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan dapat menghilangkan kejelekan-kejelekan.”  
Dengan berdasar pada kedua dalil di atas Syekh Ihsan menjabarkan beberapa contoh; dosa
meminum minuman keras dapat dilebur dengan bersedekah minuman yang halal seperti memberi
minuman kepada sekumpulan orang yang sedang mengaji bersama. Dosa mendengarkan ucapan-
ucapan yang tak baik dapat lebur dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Dosa memakan harta
riba dapat dilebur dengan bersedekah makanan yang halal dan baik. Dosa berdiam diri di masjid
dalam keadaan junub dapat dihapus dengan beri’tikaf di masjid. Dosa menyentuh dan membawa
mushaf Al-Qur’an dalam keadaan berhadas dapat dilebur dengan memuliakannya, banyak
membaca dan menciumnya. Dan seterusnya.   Yang jelas untuk melebur dosa dalam kategori ini
adalah dengan cara melakukan ketaatan dan kebaikan yang berkebalikan dengan perilaku dosa
tersebut. Masih menurut Syekh Ihsan, bahwa kegelapan yang menghinggapi hati karena sebuah
kemaksiatan tidak bisa dihapus kecuali dengan cahaya yang menerangi hati tersebut dengan
melakukan ketaatan yang berkebalikan dengan kemaksiatan itu. 

Kategori pertama adalah dosa yang berkaitan dengan berbagai kewajiban yang telah ditetapkan
oleh Allah atas para hamba-Nya. Pelanggaran atas kategori dosa yang pertama ini, pelaku dituntut
untuk mengqadha kewajiban yang telah ditinggalkannya.   Kategori kedua adalah dosa yang
berkaitan antara seorang hamba dengan Allah. Pelaku dosa ini dituntut untuk bertobat dengan
sepenuh hati, juga dituntut untuk menyusuli perbuatan jeleknya dengan perbuatan baik yang
berkebalikan, dengan harapan perbuatan baik itu dapat melebur perbuatan jelek tersebut.  
Dosa antarsesama umat manusia ini bisa jadi menyangkut harta benda, jiwa, kehormatan,
kesucian, ataupun agama. Masing-masing memiliki cara tersendiri bila seorang yang
menyalahinya ingin melebur dosa tersebut.   Bagaimana bila dosa berkaitan dengan harta orang
lain? Perbuatan dosa antarsesama yang berkaitan dengan harta bisa berupa mengambil hak milik
orang lain tanpa seijinnya, merampas, menjual sesuatu dengan adanya unsur penipuan seperti
menyembunyikan cacat barang yang dijual, menjual dengan mengurangi timbangan, mencampur
barang jualan yang berbeda kualitas tanpa sepengetahuan pembelinya, mengurangi upah pekerja
dari jumlah yang semestinya dibayar, dan lain sebagainya.   ADVERTISEMENT Untuk melebur
dosa semacam ini pelaku mesti mengembalikan harta yang didapatkannya secara tidak sah
kepada pemiliknya, bila memungkinkan. Namun bila ia tidak mungkin melakukannya karena
harta yang ia ambil telah tiada atau karena ia tak memiliki apapun untuk mengganti dan
mengembalikannya, maka yang mesti ia perbuat adalah meminta halal kepada pemiliknya agar
harta yang telah ia ambil secara tidak sah itu ia relakan dan halalkan.   Bagaimana bila jalan itu
tak mungkin dilakukan disebabkan, misalnya, sang pemilik harta tak diketahui keberadaannya
atau telah meninggal dunia? Maka jalan yang bisa ditempuh adalah dengan bersedekah atas nama
pemilik barang tersebut, bila memungkinkan.   Bila langkah itu juga tidak mungkin dilakukan?
Maka perbanyaklah melakukan perbuatan-perbuatan baik, amalan-amalan saleh, dan ketaatan-
ketaatan yang sekiranya besok dihari kiamat saat kebaikan itu ditimbang bobotnya sebanding
dengan bobot perbuatan zalim yang dilakukan kepada sang pemilik harta. Bila tidak, maka
bersiaplah untuk menanggung dosa pemilik harta yang dizalimi itu. Dan bila itu terjadi, maka
kerugian dan kecelakaan akan menimpa pelaku dosa semacam ini.   Tidak cukup sampai di sini.
Ia juga mesti benar-benar bertobat, kembali kepada Allah, berdekat-dekat dan merajuk kepada-
Nya lahir dan batin, agar kelak di hari kiamat Ia berkenan memintakan keridloan kepada orang
yang dizalimi haknya itu.   Demikian secara beruntun jalan yang mesti ditempuh untuk
menghapus dosa antarsesama bila kezaliman yang dilakukan menyangkut harta.   Bagaimana bila
menyangkut jiwa? Imam al-Ghazali dalam Minhȃjul ‘Abidȋn dan Syekh Ihsan Jampes dalam
Sirȃjut Thȃlibȋn menuturkan, orang yang melakukan kesalahan pada orang lain yang berkenaan
dengan jiwa, seperti membunuh misalnya, maka ia bisa melebur dosa perbuatan zalimnya itu
dengan memberi kesempatan kepada orang yang dizalimi atau kepada ahli warisnya untuk
melakukan qishash kepada dirinya. Namun bila hal ini tidak dimungkinkan karena orang yang
dizalimi atau keluarganya tidak diketahui keberadaannya atau telah meninggal semua, maka jalan
yang mesti ditempuh adalah bertobat, kembali kepada Allah, mendekati dan merajuk-Nya agar
kelak di hari kiamat Ia berkenan memintakan maaf dan keridhaan kepada orang yang dizalimi.
Agar dengan pemaafan itu ia di hari kiamat terbebas dari besarnya kerugian sebagai akibat dari
kezaliman yang dilakukannya.   Bila dosa itu menyangkut kehormatan atau nama baik? Adapun
bila kesalahan itu berkaitan dengan nama baik seseorang, seperti menggunjing, menuduh,
membuat-buat berita bohong tentangnya atau mencacinya, maka yang mesti dilakukan oleh
pelakunya adalah mengingkari dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan. Bila sebelumnya ia
menuduh, mencaci atau menggunjing di hadapan seseorang, maka di hadapan orang itu pula ia
mesti menyatakan pengingkarannya terhadap perilaku salah yang telah ia lakukan itu. Ia mesti
sebutkan bahwa apa yang pernah ia katakan adalah suatu kebohongan. Dengan itu semua ia
mengembalikan nama baik orang yang dizaliminya.   Tak cukup sampai di situ. Ia juga mesti
meminta maaf dan halal kepada orang yang dicemarkan nama baiknya itu. Dalam hal ini ia mesti
menyebutkan secara rinci apa saja kesalahan yang telah ia perbuat. Tak cukup hanya meminta
maaf dengan tidak menyebutkan perilaku salahnya secara jelas. Karena bisa jadi saat kesalahan-
kesalahan itu disampaikan kepadanya hatinya tak merasa senang dan menjadikanya sebagai
simpanan yang kelak di hari kiamat akan ia ambil dari pahala-pahala kebaikan sang pelaku.  
Tentunya permintaan maaf dan halal ini dilakukan bila memungkinkan. Bila tidak, sebab yang
bersangkutan tak diketahui keberadaannya, telah meninggal dunia, atau dikhawatirkan akan
timbul fitnah, maka tak ada jalan lain yang mesti dilakukan selain memperbanyak melakukan
kebaikan-kebaikan agar kelak di hari kiamat dapat dijadikan pengganti atas kesalahan tersebut.
Sang pelaku juga mesti memperbanyak istighfar untuk orang yang dicemarkan nama baiknya dan
banyak berdekat-dekat kepada Allah agar kelak berkenan memintakan kerelaan untuknya dari
orang yang disalahi.   Selanjutnya bila kesalahan yang dilakukan berhubungan dengan kesucian
seseorang, seumpama berkhianat dengan menzinahi istri atau anak perempuannya, maka tak ada
jalan untuk meminta maaf dan menuturkan kesalahannya. Karena meminta maaf dan menuturkan
kesalahannya itu justru akan menimbulkan fitnah dan kemarahannya. Maka jalan yang bisa
ditempuh adalah dengan berdekat-dekat kepada Allah dan memohon dengan sepenuh hati agar
kelak di hari kiamat berkenan mengupayakan kerelaan dari orang yang dikhianatinya itu.  
Namun bila dirasa akan aman dan tidak akan menimbulkan kemarahan besar—dan ini jarang
sekali terjadi—maka langkah meminta maaf perlu ditempuh. Bila orang yang dikhianati mau
memaafkan dengan sepenuh hati dan berlapang dada, selesailah urusannya, terleburlah dosanya.
Namun bila setelah diungkapkannya kesalahan ternyata orang yang dikhianati itu tak juga
memberi maaf dengan senang hati dan lapang dada maka sang pelaku tetap menanggung
kesalahannya.  
Jalan yang mesti ia tempuh adalah berbaik-baik dengan orang yang dikhianatinya. Ia mesti
berusaha sekuat tenaga melakukan berbagai kebaikan kepadanya agar luluh hatinya dan mau
memberikan maaf kepadanya. Sebab biasanya bila seseorang banyak menerima perilaku baik dari
orang lain maka hatinya akan condong kepadanya dan membalas kebaikannya. Maka dengan
melakukan dan memberikan banyak kebaikan kepada orang yang dikhianati diharapkan ia akan
berkenan memberikan maafnya.   Namun bila cara itu juga tak membuat luluh hatinya dan tak
mau memberikan maafnya, maka diharapkan di hari kiamat nanti semua usaha dan upaya
berbaik-baik kepadanya bisa menjadi penutup dan tebusan atas kesalahan yang telah dilakukan.  
Yang terakhir, bila kesalahan terhadap sesama manusia itu berkaitan dengan agamanya, seperti
menuduh seorang muslim sebagai kafir, munafik, ahli bid’ah, atau sesat, maka hal in merupakan
perkara yang terberat.   Untuk menebus kesalahan ini orang yang melakukannya mesti
menyatakan bahwa dirinya telah berbohong atas tuduhan-tuduhan tersebut di hadapan orang yang
sama pada saat ia mengatakan tuduhan itu. Tak cukup itu. Ia juga harus memita maaf dan halal
kepada orang yang dituduhnya bila memungkinkan. Bila tidak, maka ia mesti berdekat-dekat
kepada Allah, berdoa dan merajuk kepada-Nya dan menyesalinya dengan sepenuh hati agar kelak
di hari kiamat pada saat perhitungan amal Allah berkenan memintakan ridlo kepada orang yang
dituduh tersebut.   Alhasil, secara garis besar peleburan dosa terhadap sesama manusia adalah
dengan meminta maaf dan halal kepada orang yang disalahi bila memungkinkan. Bila tidak, maka
tak ada jalan lain selain berdekat-dekat kepada Allah, memohon dengan sepenuh hati agar kelak
di hari kiamat berkenan menjadikan orang yang dizalimi mau merelakan dan memaafkannya. Bila
orang yang disalahi tak juga memaafkan, maka satu-satunya harapan adalah kembali kepada
Allah dengan segenap anugerah dan kebaikan-Nya. Ketika Allah mengetahui ketulusan hati
seorang hamba dalam menyesali kesalahannya dan mencari maaf dari yang disalahinya, maka
dengan anugerah-Nya yang besar Allah berkenan membuat orang yang disalahi menjadi ridlo
kepada orang yang menyalahi.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/120191/tiga-macam-dosa-dan-cara-meleburnya--2-

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/120190/tiga-macam-dosa-dan-cara-meleburnya--1-

1
Contoh
2
Contoh
3
contoh

Anda mungkin juga menyukai