Anda di halaman 1dari 5

Naskah Khutbah Jum'at:

“BULAN SAFAR DAN MOMENTUM MENGHARGAI WAKTU”


Oleh: Sapari ‘Abdul Mu’in, SHI., M.S.I.
(Disampaikan di Masjid Jami’ Al- Karomah, Desa kanci. Kec. Astanajapura,
Kab. Cirebon. Jum’at, Oktober 2020 M/ 1442H)

:Khutbah Pertama
‫الش هُوْ ِر َواألَي َِّام َوالَليَ الِي‬
ُّ ُ‫ْض فَ َخصَّ بَعْض‬ ٍ ‫ْض هُ َعلَى بَع‬ َّ َ‫ق ال ّز َمانَ َوف‬
َ ‫ض َل بَع‬ َ َ‫ال َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َخل‬
‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَ هُ َوأَ ْش هَ ُد‬.‫َات‬
ُ ‫ضائِ ِل يُ َعظَّ ُم فِ ْيهَا األَجْ ُر وال َح َسن‬
َ َ‫بِ َمزَايَا َوف‬
َ‫ص لِّ َو َس لِّ ْم علَى َع ْب ِدك‬َ ‫ اللّهُ َّم‬.‫َّش ا ِد‬
َ ‫اعى بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه إِلَى الر‬ ِ ‫أَ َّن َسيِّدَنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد‬
‫ فيَ ا أَيُّهَ ا النَّاسُ اتَّقُ وا‬،ُ‫ أ َّما ب ْعد‬.‫َو َرسُوْ لِكَ ُم َح ّم ٍد َو َعلَى آلِه وأصْ َحابِ ِه هُدَا ِة األَن َِام في أَ ْن َحا ِء البِالَ ِد‬
‫َش َر‬ َ ‫ُور ِع ْن َد هَّللا ِ ْاثنَا ع‬
ِ ‫ إِ َّن ِع َّدةَ ال ُّشه‬:‫الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ ِ ‫هللاَ تَ َعالَى بِفِع ِْل الطَّاعَا‬
َ ‫ت فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َع‬
‫ض ِم ْنهَا أَرْ بَ َعةٌ ُح ُر ٌم‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫اوا‬ َ ‫ق ال َّس َم‬ َ َ‫ب هَّللا ِ يَوْ َم َخل‬
ِ ‫ َش ْهرًا فِي ِكتَا‬   

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,


Mengawali khutbah siang hari ini, marilah kita memanjatkan puji dan rasa
syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang sedetik
pun tak pernah berhenti kita rasakan. Kebaikan dan kasih sayang-
Nya senantiasa mengalir kepada kita, mengiringi tiap hembusan nafas dan
langkah kaki kita menapaki kehidupan. Dan setiap saat, nikmat itu terus
bertambah, nikmat yang satu, yang kadang belum sempat kita syukuri, sudah
disusul dengan nikmat lainnya, tanpa mungkin bisa kita hitung jumlahnya.
Sebagaimana firman-Nya: “wa in ta’udduu ni’mata L-laahi laa
tuhshuuhaa” (seandainya kalian diminta untuk menghitung berapa banyak jumlah
nikmat Allah itu, niscaya kalian tidak akan pernah sanggup menghitungnya). Dan
sebagai wujud rasa syukur itu, marilah kita terus berupaya meningkatkan kualitas
taqwa kita kepada Allah SWT, dengan cara mematuhi segala perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.

Tak lupa, shalawat dan salam semoga tetap tersampaikan kepada


junjungan alam, baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan

1
para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya, termasuk kita semua selaku
ummatnya.

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,


Pada zaman jahiliah, berkembang anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan
sial atau dikenal dengan istilah tasyâ-um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-
apa ini diyakini mengandung keburukan-keburukan sehingga ada ketakutan bagi
mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Pikiran semacam ini juga masih menjalar di
zaman sekarang. Sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa
hoki alias keberuntungan, sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya.  

Padahal, seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau
ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-
mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri.  

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda:  

‫وم َك َما تَفِرُّ ِم ْن اأْل َ َس ِد‬


ِ ‫صفَ َر َوفِ َّر ِم ْن ْال َمجْ ُذ‬
َ ‫ اَل َع ْد َوى َواَل ِطيَ َرةَ َواَل هَا َمةَ َواَل‬ 

"Tidak ada 'adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang
kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa." (HR Bukhari
dan Muslim)  

'Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular


dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah. Thiyarah
adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung. Dalam
masyarakat jahiliah ada mitos yang mengatakan, bila seorang keluar rumah dan
menyaksikan burung terbang di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal
datang. Sementara bila melihat burung terbang di sebelah kirinya maka tanda kesialan
akan tiba sehingga sebaiknya pulang.    Sedangkan hamah adalah semacam anggapan
bahwa ketika terdapat burung hantu hinggap di atas rumah maka pertanda nasib sial
akan tiba kepada pemilik rumah tersebut. Tak beda jauh dengan shafar yang diyakini
sebagai waktu khusus yang bisa mendatangkan malapetaka.  

Kaum muslimin yang berbahagia,

2
Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh
keberadaan di alam raya ini, waktu adalah makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri
sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap umat Islam
wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah.
Begitu juga dengan bulan Safar. Ia adalah bagian dari dua belas bulan dalam satu
tahun hijriah. Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Qamariyah, terletak
sesudah Muharram dan sebelum bulan Rabiul Awwal.  

Ibnu Katsir ketika menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 yang membicarakan


tentang bilangan bulan dalam satu tahun, menjelaskan bawah nama shafar terkait
dengan aktivitas masyarakat Arab terdahulu. Shafar berarti kosong. Dinamakan
demikian karena di bulan tersebut masyarakat kala itu berbondong-bondong keluar
mengosongkan daerahnya, baik untuk berperang ataupun menjadi musafir.  

Rasulullah sendiri menampik anggapan negatif masyarakat jahiliah tentang


bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam
Kitabnya memaparkan bahwa beberapa peristiwa penting yang dialami Nabi terjadi
pada bulan Safar, di antaranya pernikahan beliau dengan Sayyidah Khadijah,
menikahkan putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai
berhijrah dari Makkah ke Madinah. Artinya, Rasulullah membantah keyakinan
masyarakat jahiliah bukan hanya dengan argumentasi tapi juga pembuktian bagi diri
beliau sendiri. Dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting di bulan Safar, Nabi
seolah berpesan bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.  

Hadirin…..,   

Manusia diperintahkan untuk senantiasa melakukan proses-proses dan


tahapan-tahapan yang wajar. Islam adalah agama yang sangat menghargai fungsi akal
sehat. Karena itu, tiap pekerjaan amat dianjurkan melalui satu perencanaan yang
matang dan ikhtiar yang maksimal. Selebihnya adalah doa dan kepasrahan total
kepada Allah.   

Sial atau beruntung merupakan kelanjutan dari proses dan tahap tersebut,
bukan pada mitos-mitos khayal yang tak masuk akal. Untuk terbebas dari penyakit,
manusia diperintahkan untuk hidup bersih dan menghindari pengidap penyakit

3
menular. Agar selamat dari bangkrut, pedagang disarankan untuk membuat
perhitungan yang teliti dan hati-hati. Agar lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar
secara serius. Dan seterusnya.   

Menolak adanya "bulan sial" dan "bulan beruntung" akan mengantarkan kita
menjadi pribadi yang wajar. Tidak malas ikhtiar karena merasa hari-harinya pasti
diliputi keberuntungan. Juga tidak dicekam kecemasan karena dihantui hari-hari
penuh sial. Sebagai hamba, manusia didorong untuk berencana, berjuang, dan berdoa;
sementara ketentuan hasil dipasrahkan kepada Allah. Dengan demikian, saat menuai
hasil, kita tetap bersyukur; dan tatkala mengalami kegagalan, kita tidak lantas putus
asa.  

Kemudaratan dan kesialan dapat menimpa kita kapan saja, tidak mesti pada
bulan-bulan tertentu. Dari sinilah kita diharapkan untuk selalu menjaga diri,
melakukan usaha-usaha pencegahan, termasuk dengan doa memohon perlindungan
kepada Allah setiap hari.

Doa yang bisa dibaca adalah:

  ‫ْال َعلِي ُم‬ ِ ْ‫بِس ِْم هَّللا ِ الَّ ِذي اَل يَضُرُّ َم َع ا ْس ِم ِه َش ْي ٌء فِي اأْل َر‬
‫ض َواَل فِي ال َّس َما ِء َوه َُو ال َّس ِمي ُع‬

“Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak akan ada
sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup mendatangkan mudarat. Dialah Maha-
mendengar lagi Maha-mengetahui.”  

Barangsiapa yang membaca doa tersebut pagi dan sore, maka ia tidak akan
menerima akibat buruk dari malapetaka. Keterangan tentang doa ini bisa ditemukan
dalam hadits riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.  

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,  

Keberuntungan sejati adalah ketika seorang hamba mengisi waktunya, kapan


saja itu, untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Sebaliknya, kerugian sejati adalah
saat seseorang menyia-nyiakan waktunya, termasuk ketika di bulan-bulan mulia
sekalipun. Tidak ada bulan sial atau tidak, yang ada adalah apakah perbuatan kita
membawa maslahat atau tidak, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Inilah
momentum baik untuk lebih menghargai waktu, dengan membangun optimisme dan
gairah menghamba kepada Allah setulus-tulusnya.  

4
‫‪Semoga kita semua menjadi peribadi-pribadi yang senantiasa dianugerahi‬‬
‫‪kekuatan untuk menghormati waktu-waktu yang Allah anugerahkan kepada kita‬‬
‫‪untuk perbuatan dan pikiran yang berfaedah, membawa maslahat, baik di dunia‬‬
‫‪maupun di akhirat. Âmîn.  ‬‬

‫‪Khutbah antara‬‬
‫ِ‬ ‫الذ ْك ِر ال ِ‬ ‫آن الْع ِظ ْي ِم‪ ،‬و َن َفعنِي وإِيَّا ُكم بِما فِ ْي ِه ِمن اْآلي ِ‬
‫ات َو ِّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْحك ْي ِم‪َ ،‬وَت َقبَّ َل اهللُ من ْ‬
‫ِّي‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ ْ َ ْ َ‬ ‫بَ َار َك اهللُ ل ْي َولَ ُك ْم في الْ ُق ْر َ‬

‫َوِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ‪ ،‬إِنَّهُ ُه َو َّ‬


‫الس ِم ْي ُع ال َْعلِ ْي ُم‪.‬‬

‫‪Khutbah kedua:‬‬
‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ْح ْم َد للَّه نَ ْح َم ُدهُ َونَ ْستَع ْينُهُ َونَ ْسَت ْغف ُر ْه َو َنعُوذُ بِاهلل م ْن ُش ُر ْو ِر أَْن ُفسنَا َوم ْن َسيِّئَات أَ ْع َمالنَا‪َ ،‬م ْن َي ْه ده اهللُ‬
‫إِ َّن ال َ‬

‫ي لَهُ‪َ .‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِريْ َ‬


‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أ َّ‬ ‫ِ‬ ‫ض َّل لَه ومن ي ْ ِ‬
‫فَالَ م ِ‬
‫َن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ‬ ‫ضل ْل فَالَ َهاد َ‬ ‫ُ ََ ْ ُ‬ ‫ُ‬

‫ص لُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫الس الَم َعلَى مح َّم ٍد و َعلَى آلِ ِه و ِ‬
‫ص ْحبِه‪ .‬أ ََّما َب ْع ُد؛ إِ َّن اهللَ َو َمالَئ َكتَ هُ يُ َ‬
‫َ َ‬ ‫َُ َ‬ ‫الص الَةُ َو َّ ُ‬
‫َو َر ُس ْولُهُ‪َ .‬و َّ‬
‫ٍ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد و َعلَى ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص لَّْي َ‬
‫ت َعلَى‬ ‫آل ُم َح َّمد َك َما َ‬ ‫َ‬ ‫يَا أَيُّهاَ الَّذيْ َن َء َام ُن ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَْيه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسل ْي ًما‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬

‫آل ُم َح َّم ٍد َك َم ا بَ َار ْك َ‬


‫ت َعلَى‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫آل إِ ْب َر ِاه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬وبَ ا ِر ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد و َعلَى ِ‬ ‫إِ ْب ر ِاه ْيم و َعلَى ِ‬
‫َ ََ‬
‫ات والْم ْؤِمنِْين والْم ْؤِمنَ ِ‬
‫ِ ِ‬ ‫ك ح ِم ْي ٌد م ِج ْي ٌد‪ .‬اَللَّ ُه َّم اغفر لِل ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫إِ ْبر ِاه ْيم و َعلَى ِ‬
‫ات‬ ‫ْم ْس لم ْي َن َوال ُْم ْس ل َم َ ُ َ َ ُ‬
‫ُ‬ ‫آل إِ ْب َراه ْي َم‪ ،‬إِنَّ َ َ َ‬ ‫َ ََ‬
‫ال‬
‫َح َو َ‬ ‫ُك ِمن الْ َخي ِر ُكلِّ ِه م ا َعلِمنَ ا ِم ْن ه وم ا لَم َنعلَم‪ .‬اَللَّهم أ ِ‬ ‫َحي ِاء ِم ْن ُهم واْأل َْم و ِ‬
‫ات‪ .‬اَللَّ ُه َّم إِنَّا نَ ْس أَل َ َ ْ‬
‫َص ل ْح أ ْ‬
‫ُ ََ ْ ْ ْ َُ ْ‬ ‫َ ْ‬ ‫َْ َ‬ ‫اْأل ْ َ‬
‫آم ْنهم فِي أَوطَ انِِهم‪ .‬ر َّبن ا آتِن ا فِي ال ُّد ْنيا حس نةً وفِي ِ‬
‫اآلخ َر ِة َح َس نَةً َوقِنَ ا‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ َ ََ َ‬ ‫ْ ََ َ‬ ‫َس َع َار ُه ْم َو ُ ْ ْ ْ‬
‫صأْ‬‫ال ُْم ْس ل ِم ْي َن َوأ َْرخ ْ‬
‫ان وإِيتآ ِئ ِذي الْ ُقربى وي ْنهى ع ِن الْ َفح َش ِ‬
‫آء َوال ُْمن َك ِر‬ ‫ْ‬ ‫َْ ََ َ َ‬ ‫اهلل‪ ،‬إِ َّن اهللَ يَأ ُْم ُر ُك ْم بِال َْع ْد ِل َواْ ِإل ْح َس ِ َ َ‬
‫اد ِ‬ ‫اب النَّا ِر‪ِ .‬عبَ َ‬
‫َع َذ َ‬
‫ِ‬
‫َذ ْكر ِ‬
‫اهلل أَ ْكَب ُر‪.‬‬ ‫والْبغْ ِي ي ِعظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن‪ .‬فَاذْ ُكروا اهلل الْع ِظيم ي ْذ ُكر ُكم واسأَلُوهُ ِمن فَ ْ ِ ِ ِ‬
‫ضله ُي ْعط ُك ْم َول ُ‬ ‫ُ َ َ َْ َ ْ ْ َ ْ ْ ْ‬ ‫َ َ َ ْ َ ْ ُْ‬
‫‪ ‬‬ ‫‪ ‬‬

‫‪5‬‬

Anda mungkin juga menyukai