Disusun oleh:
Lili Latifah
(1718020006)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya bimbingan konseling individu dilakukan dipondok pesantren
untuk mencegah, membantu dan mengatasi para santri yang melanggar aturan,
dan membantu para santri dalam mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi.
Kesadaran santri yang rendah tentang peraturan pondok pesantren.
Banyaknya santri yang belum bisa menyesuaikan diri dengan aturan yang ada
di dalam pondok pesantren.
Banyaknya santri yang tidak mau menceritakan masalah ataupun urusan
pribadinya pada orang lain termasuk pengurus pondok.
Meningkatkan rasa kepedulian dan kerjasama untuk para pengurus kepada
para santri yang melanggar aturan.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab kepada santri yang melanggar aturan.
B. Pertanyaan penelitian C. Tujuan penelitian
Manfaat teoritis
Secara teoritis peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca, para santrii, dan peneliti sendiri mengenai layanan konseling
individu untuk membantu santri yang melanggar aturan di pondok pesantren Asy-
syakiroh.
Manfaat praktis
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Kajian Pustaka
BAB III : Metode Penelitian
BAB IV : Deskripsi data
BAB V : Penutup
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
1. Pegertian Bimbing
Menurut Prayitno dan Erman Amti, (2015) bimbingan ialah proses
bantuan. Bantuan disini bukan diartikan sebagai bantuan materiil (seperti
uang, hadiah, sumbangan dan lain-lain), melainkan bantuan yang bersifat
menunjang bagi pengembangan pribadi bagi individu yang dibimbing.
Bantuan tersebut diberikan kepada individu, baik perorangan maupun
kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan ialah orang yang diberi
bantuan, baik secara individual maupun kelompok. Pemecahan masalah
dalam bimbingan dilakukan oleh dan atas dasar kekuatan kline itu sendiri.
jadi bimbingan ialah bantuan yang diberika kepada individu, baik
perorangan ataupun kelompok untuk memecahkan masalah berdasarkan
potensi klien itu sendiri.
2. Pengertian Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, (2015) pengertian
konseling secara etimologi, berasal dari bahasa latin yaitu
consilium (dengan atau bersama), yang dirangkai menerima
atau memahami. Dalam bahasa Anglo Saxon, istilah
konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau
menyampaikan. Konseling merupakan pemberian bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalaimi
suatu masalah (klein) yang bermuara pada teraatasinya
masalah yang dihadapi klein.
B. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Konseling
Menurut Prayitno dan Erman Amti, (2015) bimbingan konseling memiliki tujuan dan fungsi
sebagai berikut:
1. Tujuan
a. Tujuan umum bimbingan konseling
Untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan seperti kemampuan dasar dan bakat yang dimilikinya, dan berbagai latar
belakang yang ada seperti latar belakang ekonomi, pendidikan, keluarga dan lain-lain serta
tuntutan positif lingkungannya.
b. tujuan khusus bimbingan konseling
ialah penjabaran dari tujuan umum yang berkaitan secara langsung dengan permasalahan
yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kesulitan permasalahannya
itu. Individu memiliki bermacam-macam jenis masalah, masing-masing bersifat unik.
Tujuan bimbingan konseling untuk seorang individu berbeda dari tujuan bimbingan
konseling untuk individu lainnya.
2. Fungsi bimbingan konseling
a. fungsi pemahaman
b. fungsi pencegahan
c. fungsi pngentasan
d. fungsi pemeliharaan dan pengembangan
C. Pengertian konseling individu
Menurut Salahudin Anas, (2016 : 17) konseling
individu biasanya masalah yang dipecahkan dalam
teknik ini berupa masalah-masalah pribadi. Konseling
individu merupakan salah satu cara pemberian bantuan
secara perorangan dan secara langsung. Pemberian
bantuan dilakukan secara face to face relationship
(hubungan langsung muka ke muka, atau hubungan
empat mata), antara konselor dan klien.
D. Tujuan konseling individu
Prayitno, (2018) menyatakan baha tujuan umum layanan
konseling individu ialah pengentasan masalah klein dan hal ini
termasuk kedalam fungsi pengentasan. Fungsi pengentasan
sangat dominan dalam layanan ini. Dengan terentaskannya
masalah klein, dia akan lebih mandiri dan mampu mengendalikan
diri, sehingga terbebas dari masalah yang membebani dirinya,
dan lebih terbuka dalam berprilaku positif kearah kondisi yang
lebih baik. Priyatno juga mengemukakan tujuan khusus konseling
ke dalam 5 hal yaitu fungsi pemahaman, pengentasan,
pemeliharaan/pengembangan, pencegahan dan fungsi advokasi.
E. Komponen konseling individu
1. Konselor
Konselor merupakan seorang ahli dalam bidang konseling, yang memiliki
kewenangan dan madat secara profesional untuk melaksanakan kegiatan
pelayanan konseling.
2. Klein
Klein merupakan seorang individu yang sedang mengalami masalah, atau
setidak-tidaknya sedang mengalami sesuatu yang ingin di sampaikan kepada
orang lain.
3. Materi layanan
Materi layanan konseling individu berorientasi pada kondisi tertentu yang
dikemukakan klein sejak awal berinteraksi dengan konselor.
F. Pondok pesantren
Menurut Zulhimma, (2013) Pondok pesantren berasal dari dua
kata, yaitu pondok dan pesantren. Pondok berasal dari bahasa
arab yaitu “funduq” yang artinya tempat menginap, atau asrama.
Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil, dari kata santri
diimbuhi awala pe akhiran an yang berarti para penuntut ilmu.
Menurut istilah pesantren merupakan lembaga pendidikan
tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-
hari.
BAB III
Metodologi penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskritif kualitatif.
Menurut Noor Juliansyah, (2011) metode pendekatan deskritif
kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki fenomena sosial dan
masalah manusia yang menekankan pada makna realita.
Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti Bimbingan Konseling
Individua pada Santri yang Melanggar aturan di Pondok Pesantren
Asy-syakiroh. Untuk mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi yang telah lazim digunakan dalam pendekatan kualitatif.
b. Teknik pengambilan data
c. Analisi data