Anda di halaman 1dari 3

Dandaniti Dharma

Pengelolaan Pemerintahan Menurut Agama Hindu

Dandaniti berasal dari dua kata, yaitu “danda” dan “niti”. Kata “danda” secara harfiah berarti
“tongkat” dan dapat berarti pula sebagai “’tongkat kerajaan sebagai lambang kekuaasaan atau
pemegang kuasa hukum’ (Zoemulder, 2004: 193). Sedangkan kata “niti”, salah satunya berarti ‘ilmu
tata Negara atau politik’ atau kebijaksanaan politik. Dapat pula berarti sebagai ‘cara bekerja atau
menjalankan yang baik, betul, dan benar’ atau ‘tabiat/sikap/tingkah laku yang baik/benar’. Oleh
karena urusannya denga urusan duniawi, kata “niti” juga diartikan sebagai ‘kebijaksanaan duniawi’
atau ‘taktik/siasat atau rencana yang dipertimbangkan dengan baik’, jadi ia merupakan ‘garis
perbuatan’, yaitu suatu kebijaksanaan yang digariskan untuk kebaikan (ibid: 707). Dengan demikian,
dapat dirumuskan bahwa dandaniti merupakan tongkat pegangan atau pedoman berupa garis
kebijaksanaan hukum atau politik yang diterapkan dalam mengatur keduniawian untuk memperoleh
“kebaikan”. Keterkaitannya dengan upaya pengelolaan pemerintahan untuk memperoleh
kesejahteraan bersama (welfare society), menyebabkan dandaniti sering pula diartikan sebagai
“politik” itu sendiri. Pengertian dandaniti itu, sesuai tujuannya berkaitan dengan jaggadhita, haruslah
berdasarkan dharma. Tanpa dikendalikan oleh dharma, dandaniti akan bergerak negatif ke arah
pemerintahan tirani. Pemerintahan yang semena-mena terhadap rakyat. Pemerintah yang digerakkan
oleh nafsu kuasa tak terkendali dari pemimpin-pemimpinnya yang mengedepankan sifat keraksasaan.

Pemimpin Pemerintahan
Dandaniti Dharma atau pengelolaan pemerintahan mempersyaratkan adanya seorang
pemimpin yang sempurna. Menurut Arthasastra, seorang pemimpin yang disebut rajarsi ialah orang
yang memiliki ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kontrol diri, mampu menolak godaan yang datangnya dari indria duniawi;
2. Memupuk kecerdasan intelektual dan mengadakan asosiasi dengan orang yang lebih tua
(pangelingsir; senior);
3. Senantiasa membuat mata terjaga melalui intelijen (mata-mata)
4. Selalu aktif mempromosikan keamanan dan kesejahteraan masyarakat
5. Memastikan ketaatan masyarakat terhadap ajaran dharma melalui penegakan aturan dan
memberikan contoh;
6. Senantiasa mengupayakan disiplin diri dengan mempelajari berbagai cabang ilmu
pengetahuan;
7. Mengabdikan diri kepada masyarakat dengan niat sungguh-sungguh mensejahterakan
masyarakat.

Di samping itu, sebagai seorang pemimpin yang senantiasa menjadi panutan masyarakat,
maka harus pula :
1. Menjauhkan diri dari keinginan untuk memiliki istri banyak;
2. Tidak mempunyai keinginan untuk memiliki kekayaan yang banyak;
3. Mempraktekkan ajaran ahimsa dengan benar;
4. Menghindarkan diri dari impian semu (khayalan) setiap hari, ketidakteraturan, upaya
berdusta, dan melakukan pemborosan;
5. Menghindari hubungan dengan orang-orang yang berbahaya dan terlibat dalam kegiatan yang
berbahaya.
Instrumen Pengelolaan Pemerintahan
Dandaniti Dharma mencakup empat hal penting yang merupakan tujuan fundamental dalam
upaya membangun kesejahteraan rakyat. Terdiri dari:
1. Alabha Labhartah, yaitu menggali pendapatan Negara dari apa yang belum didapat. Rajarsi
bersama instrument pengelolaan pemerintahannya berupaya secara inovatif melakukan
diversifikasi untuk membuka peluang pendapatan agar selalu lebih besar dari sebelumnya;
2. Labdha Parikshana, yaitu system pengelolaan pemerintahan haruslah mampu menjaga apa
yang sudah didapat agar tidak berkurang dan tetap utuh. Akuntabilitas pengelolaan kekayaan
Negara diupayakan dengan sempurna agar kekayaan Negara yang telah didapat tidak
berkurang;
3. Rakhsita Vivardhani, yaitu pendapatan Negara yang telah didapat, dijaga dengan ketat agar
tidak berkurang dan dikembangkan agar senantiasa bertambah banyak. Jadi investasi dan
diinvestasi sumber daya yang dimiliki harus diwujudkan terus-menerus agar mampu
mengembangkan apa yang sudah dimiliki Negara;
4. Vridahasya Tirtheshu Pratipadani, yaitu apa yang diperoleh dari dari hasil pengembangan
kekayaan Negara patut dibagikan kepada yang berhak menerima (sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya).

Keempat hal penting tersebut disebut Dandaniti Dharma berkaitan langsung dengan artha
yang merupakan Trivarga, yaitu dharma, artha, dan kama. Artha tidak hanya dipergunakan untuk
memenuhi kama, tapi juga digunakan untuk pemenuhan dharma. Terpenuhinya kama merefleksikan
pemenuhan kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan nyata dan pemenuhan dharma merupakan
pemenuhan masyarakat untuk mengekspresikan religiusitasnya. Trivarga dalam sistem teologi Hindu
bermuara pada tujuan hidup manusia, yaitu Moksha (pembebasan abadi), ketiganya bertujuan untuk
memberikan ruang yang nyata bagi tercapainya tujuan hidup sebagai gaya hidup yang diberkati.
Terdapat tujuh instrument pengelola pemerintahan dalam Dandaniti Dharma yang disebut
Saptangga (tujuh badan), yaitu:
1. Svamina (kepala pemerintahan; rajarsi) berperan sebagai pemersatu keutuhan instrumen-
instrumen secara keseluruhan; Sebagai kepala pemerintahan, keseluruhan instrument yang
lain tunduk pada perintah Svamina yang diiddentifikasi sebagai Rajarsi;
2. Kosha (pengelola kekayaan) bertanggungjawab terhadap kekayaan Negara, menggli potensi
pendapatan Negara di dalam negeri maupun di luar negeri;
3. Amatya (birokrasi pemerintahan) berperan sebagai pengelola tata birokrasi pemerintahan yang
diperlukan untuk memajukan Negara. Amatya tidak hanya mencatat apa yang perlu dicatat
untuk pengembangan kemajuan Negara, namun juga melaksanakan diplomasi untuk menjaga
hubungan harmonis dengan Negara lainnya. Atau juga melakukan eskavasi setelah terjadinya
penaklukan daerah lainnya oleh pemerintah;
4. Janapada berperan untuk menyatukan wilayah. Bertugas memilah-milah wilayah dalam
bagian-bagian yang jelas. Negara bebas dari wilayah berlumpur, berbukit karang, dan
mengandung garam. Menetapkan batas wilayah pertanian (kamasila karshakah), tempat
tinggal orang-orang yang berhati suci dan berbakti (bhahta suchi manushya);
5. Durgha (benteng pertahanan), bertugas menjaga keutuhan wilayah dari serangan musuh bila
ada. Selain itu juga melakukan serangan-serangan bila diperlukan terhadap musuh dalam
penaklukan wilayah;
6. Denda (bala) (petugas keamanan: tentara dan kepolisian), bertugas untuk menjaga keamanan
wilayah dari gangguan keamanan dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dalam
hal agresi yang dilakukan oleh pemerintah, denda (bala) ini juga sebagai garda terdepan
untuk mengalahkan musuh;
7. Mitra (sekutu), betapapun besarnya sebuah Negara, memerlukan pula sekutu yang
diperlakukan sebagai sahabat, kegiatan ekonomi, dan dalam rangka menyerang musuh yang
mengganggu dari luar.

Anda mungkin juga menyukai