Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ROLAND BERNANDO

NIM : 19.045

RESUME ANAMNESA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL,


PERSARAFAN DAN INDERA.

A. Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi pada
ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang belakang. Sistem
muskuloskeletal tubuh sendiri adalah struktur yang mendukung anggota badan,
leher, dan punggung.
1. Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika kamu terlalu sering
menggunakan atau menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk
waktu yang lama tanpa istirahat. Risiko terjadinya gangguan
muskuloskeletal dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan,
seperti mengangkat, mendorong, menarik, ataupun membawa benda-
benda berat.
b. Pengulangan: Melakukan tindakan sama berulang kali dengan otot
atau sendi yang sama.
c. Postur: Membungkuk atau memutar tubuh kamu untuk waktu yang
lama.
d. Getaran: Mengoperasikan mesin dan peralatan yang bergetar.
2. Penyebab Gangguan Muskuloskeletal
Penyebab nyeri muskuloskeletal bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri
dapat tergantung dari:
a. Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel
sel tubuh yang rusak.
b. Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang
atau menyebabkan sikap tubuh yang buruk, sehingga membuat kamu
berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal.
c. Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun
terlalu lama tidak aktif, seperti duduk sepanjang hari dapat
menyebabkan gangguan muskuloskeletal.
d. Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan
muskuloskeletal.
Jaringan otot bisa rusak akibat kelelahan dengan kegiatan sehari-hari.
Cedera atau trauma di suatu bagian yang disebabkan oleh gerakan tiba-
tiba, kecelakaan mobil, dan jatuh juga dapat menyebabkan nyeri
muskuloskeletal. Penyebab lain nyeri termasuk salahnya posisi tulang
belakang dari postur tubuh yang buruk atau pendeknya otot dari kurangnya
aktivitas.
3. Gejala Gangguan Muskuloskeletal
Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala
umum, termasuk:
a. Nyeri/ngilu.
b. Kelelahan.
c. Gangguan tidur.
d. Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan.
e. Penurunan rentang gerak.
f. Hilangnya fungsi.
g. Kesemutan.
h. Mati rasa atau kekakuan.
i. Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
4. Diagnosis Gangguan Muskuloskeletal
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara
menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti dari rasa sakit. Kemudian,
dokter mungkin menguji otot dan sendi untuk mengetahui:

a. Kelemahan atau degenerasi


b. Setiap kedutan yang dapat menunjukkan kerusakan saraf
c. Pembengkakan atau kemerahan

Maka dokter mungkin melakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi


diagnosis jika terdapat gangguan tertentu. Lalu, melakukan rontgen untuk
melihat tulang atau tes darah mengetahui penyakit rematik.

5. Pengobatan Gangguan Muskuloskeletal


Untuk nyeri ringan atau sesekali, kamu bisa mendapatkan obat pereda
nyeri yang dijual bebas. Sementara untuk sakit yang lebih parah, kamu
mungkin perlu penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan
memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang berhubungan dengan
pekerjaan, maka terapi fisik dapat membantu kamu menghindari kerusakan
lebih lanjut dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual atau mobilisasi
dapat digunakan untuk mengobati masalah dengan keselarasan tulang
belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk:

a. teknik relaksasi
b. terapi pijat
c. suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
d. penguatan otot dan latihan peregangan

Jika tidak ditangani dengan baik, komplikasi, atau efek gangguan


muskuloskeletal bisa menyebabkan nyeri yang berkepanjangan.

 
6. Pencegahan Gangguan Muskuloskeletal
Berikut ini beberapa tips yang dapat membantu mencegah:
a. Letakkan benda yang sering digunakan dekat dengan kamu dan
mudah diraih untuk menghindari peregangan berlebih pada lengan.
b. Gunakan mesin pembantu sebisa mungkin, seperti menggunakan troli
dan bukan menjinjing tas belanja jika memang belanjaan kamu
banyak atau menggunakan alat-alat listrik bukan alat-alat tangan.
c. Jika kamu perlu duduk untuk waktu yang lama, sebaiknya gunakan
kursi yang empuk.
d. Mengatur meja kerja kamu secara efektif, seperti menempatkan
pulpen dan telepon di sebelah kiri atau kanan tergantung dari posisi
tangan.
e. Pertimbangkan menggunakan headset untuk ponsel jika kamu sering
membuat panggilan telepon.
f. Batasi mengangkat beban yang berat.
g. Menggunakan desain alat yang berbeda yang menurunkan kekuatan
dan mudah digenggam.
h. Beristirahat singkat saat melakukan kegiatan yang berulang atau
dalam jangka panjang.

B. Gangguan Sistem Saraf


Gangguan araf terjadi pada sistem saraf tubuh. Banyak penyakit yang termasuk
sakit saraf. Pada dasarnya sistem saraf tubuh adalah sistem yang kompleks dan
mengatur koordinasi tubuh. Sistem saraf tubuh itu sendiri dibagi menjadi dua,
yaitu sentral (otak dan tulang belakang) dan perifer (sensori, motorik, dan
autonom). Ada banyak fungsi tubuh yang dikontrol oleh sistem saraf. Mulai dari
pertumbuhan dan perkembangan otak; pergerakan, keseimbangan, dan
koordinasi tubuh; hingga pernapasan dan detak jantung.
1. Penyebab Sakit Saraf
Sakit saraf dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti:
a. trauma
b. infeksi, seperti meningitis, encephalitis, dan lain-lain
c. penyakit degenerasi, seperti Alzheimer, Parkinson, dan lain-lain
d. kerusakan struktur, seperti carpal tunner syndrome (CTS), Bell’s Palsy,
dan lain-lain
e. tumor, seperti tumor otak
f. gangguan pada peredaran darah, seperti stroke, perdarahan subdural,
dan lain-lain
g. kelainan sistem kekebalan tubuh termasuk autoimun, seperti Guillain-
Barre Syndrome (GBS)
h. kelainan genetic, seperti penyakit Huntington
i. kelainan bawaan lahir, seperti spina bifida
j. kejang, seperti epilepsi

2. Diagnosis Gangguan Saraf


Diagnosis ini ditentukan lewat wawancara medis dan pemeriksaan fisik
saraf secara lengkap, dari kepala hingga ke kaki. Pemeriksaan penunjang
yang juga dibutuhkan antara lain:
a. pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah, urine,
cairan serebrospinal (CSF)
b. pemeriksaan radiologi, seperti sinar X, CT-scan, MRI, dan lain-lain
c. biopsi otot atau saraf
d. angiografi, yaitu pemeriksaan pembuluh darah
e. elektroensefalografi (EEG) untuk memeriksa aktivitas otak
f. elektromiografi (EMG) untuk memeriksa disfungsi saraf dan otot
g. electronystagmography (ENG) untuk memeriksa pergerakan mata liat
h. diskografi untuk memeriksa nyeri punggung
i. positron emission tomography  (PET) untuk memeriksa aktivitas otak
dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi
3. Gejala
Gejala sakit saraf dapat beragam tergantung penyakitnya. Beberapa tanda
yang umum dikeluhkan penderitanya antara lain:
a. Sakit kepala yang terus-menerus atau tiba-tiba
b. Sakit kepala yang berubah atau berbeda dari biasanya
c. Kehilangan indra perasa (kebas) atau kesemutan
d. Kelemahan atau kehilangan kekuatan otot
e. Tiba-tiba kehilangan penglihatan atau penglihatan ganda
f. Hilang ingatan
g. Gangguan kemampuan mental
h. Kurangnya koordinasi tubuh
i. Kekakuan otot
j. Tremor (gemetar) dan kejang
k. Nyeri punggung yang menyebar ke kaki, jari kaki, atau bagian tubuh
lainnya
l. Penyusutan otot
m. Ucapan yang tidak jelas

4. Pengobatan
Pengobatan dari sakit saraf bervariasi, tergantung dari penyebab dan
penyakitnya. Sebagian besar penyakit saraf tidak dapat disembuhkan total.
Penanganan sakit saraf yang dilakukan, selain untuk mengatasi penyakit dan
penyebabnya, biasanya juga membutuhkan terapi untuk mengembalikan
fungsi tubuh. Pembedahan juga mungkin saja dibutuhkan oleh ahli bedah
saraf.
C. Gangguan Sistem Indera
Tubuh manusia memiliki alat indera dengan berbagai fungsi atau kegunaan.
Secara umum, alat indera berfungsi sebagai senspr penghubung antara tubuh
dengan lingkungan. Alat indera pada manusia disebut juga dengan panca indera.
Karena alat indera manusia terdiri dari lima, yakni indera penglihatan (mata),
indera pendengar (telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah),
dan indera peraba (kulit).
Berikut ini adalah kelainan yang dapat timbul pada panca indera, yaitu:
1. Indera Penglihatan
a. Miopia (Rabun Jauh), lensa mata terlalu pendek sehingga kesulitan
melihat benda yang jauh.
b. Hipermetropia (Rabun Dekat), lensa mata terlalu panjang sehingga
kesulitan melihat benda yang dekat.
c. Presbiopia (Mata Tua), kesulitan melihat dekat dan jauh akibat degenerasi
sel karena usia.
d. Rabun Senja, mata kabur dan kering akibat kekurangan vitamin A.
e. Katarak, lensa yang menjadi keruh yang biasanya terjadi karena faktor
usia.
2. Indera Pendengaran
a. Penumpukan Kotoran (Serumen), penumpukan kotoran pada liang telinga
yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
b. Pecahnya Gendang Telinga (Perforasi Membran Timpani), dapat terjadi
karena infeksi maupun trauma, menyebabkan gangguan pendengaran.
c. Presbiakusis, gangguan pendengaran pada usia tua karena degenerasi sel
saraf.
3. Indera Penciuman
a. Pilek (Flu), infeksi virus pada lapisan mukosa hidung yang menyebabkan
produksi banyak mukus yang dapat menyebabkan hidung tersunbat dan
gangguan penciuman.
b. Sinusitis, peradangan pada rongga sinus di hidung, dapat menyebabkan
nyeri dan gangguan penciuman.
4. Indera Perasa
a. Stomatitis atau Sariawan, erosi atau luka pada lidah akibat trauma ataupun
kekurangan vitamin C yang bisa menyebabkan nyeri dan pengurangan
kemampuan perasa.
b. Atropik glositis, pengecilan pada sel perasa di lidah akibat kekurangan zat
besi.
5. Indera Peraba
a. Kusta, infeksi mycobacterium pada kulit yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf dan kehilangan kemampuan peraba pada daerah infeksi.
b. Panu, bercak keputihan dengan sisim di atasnya akibat infeksi jamur.
c. Eksim, ruam pada kulit akibat reaksi alergi.

Anda mungkin juga menyukai