Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

ETIK UMB

KOMUNIAKASI EFEKTIF

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Teknik Teknik Sipil U001700009 Abdul Rachman,
SS,M.Pd.I

Abstract Kompetensi

Komunikasi acapkali didesain untuk Setelah mempelajari modul ini


menghasilkan efek tertentu. Efek komunikasi diharapkan mahasiswa mampu
didefinisikan sebagai segala perubahan yang menemahami dan menjelaskan
terjadi di pihak komunikan sebagai akibat mengenai:
diterimanya suatu pesan oleh komunikan. 1. Perspektif teoretis komunikasi
Perubahan tersebut bisa meliputi: perubahan efektif.
pandangan, sikap, pendapat, tingkah laku, 2. Hukum komunikasi
prestise, prestasi, harga diri, dan perubahan lain-
3. Cara membangun komunikasi
lain yang terjadi pada komunikan efektif

MODUL 5

KOMUNIKASI EFEKTIF

PENGANTAR: Perspektif Teoretis

Komunikasi dalam hubungan manusia


adalah kunci kesuksesan dan karier.
(Paul J.Meyer)

Komunikasi yang baik tidak berarti


Anda harus berbicara dalam bentuk
kalimat dan paragraf yang sempurna
tetapi cukup yang sederhana dan jelas.
(John Paul Kotter)

Hal terpenting dalam komunikasi


adalah mendengarkan kata-kata yang tak terucapkan.
(Peter F. Drucker)

Kelihatannya tidak semestinya


bahwa dalam suatu masyarakat yang
komunikasinya super canggih,
kita menemukan adanya kekurangan para pendengar.
(Erma Bombeck)1

Komunikasi acapkali didesain untuk menghasilkan efek tertentu. Efek


komunikasi didefinisikan sebagai segala perubahan yang terjadi di pihak
komunikan sebagai akibat diterimanya suatu pesan oleh komunikan. Perubahan
tersebut bisa meliputi: perubahan pandangan, sikap, pendapat, tingkah laku,
prestise, prestasi, harga diri, dan perubahan lain-lain yang terjadi pada
komunikan (Satropoetro, 1990:1).

Pada sisi lain, komunikasi efektif berkorelasi dengan fungsi komunikasi


dalam lingkup kehidupan manusia. Manusia atau individu melakukan komunikasi
paling tidak berfungsi untuk:

1
Lihat http://www.selkid.com/2013/05/komunikasi.html

‘2 Etik
1 2 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Memahami diri sendiri

2. Memapankan hubungan yang bermakna

3. Mengubah sikap perilaku (Mutmainah dan Ahmad Fauzi, 2005:1.4).

Memahami diri sendiri

Thomas Hora pernah berujar: ”Untuk memahami dirinya sendiri


seseorang butuh untuk dipahami orang lain. Agar bisa dipahami orang lain ia
butuh untuk memahami orang lain”. Kesadaran akan diri kita seringkali kita
dapati melalui orang lain. Kita setiap saat membutuhkan feedback (umpan balik)
dari orang lain, dan sebaliknya orang lain pun membutuhkan feedback dari kita.
Melalui proses yang bersifat timbal balik itulah kita akan mengetahui ”siapa kita
yang sesunguhnya”.

Memapankan hubungan yang bermakna

Manusia diciptakan bukan saja sebagai makhluk individual, melainkan


pula sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang membutuhkan kehadiran orang
lain dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun ruhaninya. Komunikasi
menawarkan kita kesempatan untuk memuaskan apa yang disebut William
Schutz sebagai ”kebutuhan kita untuk inklusi (diterima), kontrol dan afeksi (kasih
sayang).

Kebutuhan inklusi adalah kebutuhan kita untuk bersama orang lain,


kebutuhan terhadap kontak sosial, kita senang bahwa orang lain menerima kita,
dan kita merasa ingin menjadi mitra yang utuh dalam menjalin hubungan.
Kebutuhan kontrol adalah kebutuhan untuk merasa bahwa kita mampu
bertanggung jawab, bahwa kita mampu untuk bekerja sama dan mengelola
lingkungan kita. Kita senang bahwa kita bisa mempengaruhi orang lain.
Sedangkan kebutuhan afeksi adalah kebutuhan kita untuk menyatakan dan
menerima cinta. Komunikasi memungkinkan kebutuhan cinta tersebut

‘2 Etik
1 3 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dipertemukan. Perasaan dicintai, disukai, dan dibutuhkan merupakan aktulisasi
dari afeksi tersebut.

Mengubah sikap

Dalam setiap bentuk/konteks komunikasi, individu memiliki kemampuan


untuk mempengaruhi maupun dipengaruhi orang lain. Kita akan merasa senang
apabila orang lain bertingkah lakju dan bertindak seperti yang kita harapkan.
Dalam konmteks komunikasi antarpribadi, pesan yang disampaikan lebih banyak
ditujukan untuk mempengaruhi sikap ketimbang pengetahuan.

Apabila setelah komunikasi berlangsung didapati perubahan yang


signifikan pada diri komunikan, maka komunikasi dapat dikatakan efektif.
Efektivitas secara etimologis diamabil dari akar kata efektif yang dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia diartikan (1) mempunyai efek, pengaruh atau akibat,
(2) memberikan hasil yang memuaskan, dan (3) berhasil guna (Badudu-Zain,
1994:371).

Efek dalam komunikasi bersifat psikologis, artinya kemauan orang-orang,


khalayak atau komunikan dalam menjalankan apa yang dikehendaki oleh
komunikator. Misalnya, seorang kiyai pada sebuah acara Isra Mi'raj
menerangkan tata cara shalat dan sekaligus meminta jamaah (khalayak) untuk
mengamalkannya setiap hari. Setelah acara Isra Mi'raj tersebut orang-orang
yang hadir dengan "sukarela" menjalankan ibadah shalat. Maka dengan
demikian pesan kiyai yang disampaikan dalam acara Isra Mi'raj tersebut efektif.
Contoh lain misalnya, jika seorang dosen menyuruh memotong rambut
mahasiswanya (laki-laki) yang panjang, kemudian keesokannya mahasiswa
tersebut memotong rambutnya. Maka komunikasi tersebut (antara dosen dengan
mahasiswa berambut panjang tersebut) berjalan dengan efektif.

‘2 Etik
1 4 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika komunikasi yang dilakukan diharapkan berjalan secara efektif2, maka
mau tidak mau partisipan komunikasi (orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi) harus memperhatikan faktor-faktor psikologis kedua belah pihak.
Sekali lagi harus ditekankan, bahwa komunikasi pada dasarnya proses
penyampaian pesan yang berjalan secara psikologis.

Menurut Rakhmat (1994:12), komunikasi yang efektif ditandai oleh lima


hal berikut ini:

1. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang
dimaksud oleh komunikator. Persan yang disampaikan oleh partisipan
komunikasi harsu benar-benar dapat dipahami oleh kedua belah pihak.
Kegagalan dalam memhami pesan ini disebut kegagalan komunikasi
primer (primary breakdown in communication).

2. Kesenangan, artinya komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak


diharapkan menimbulkan rasa hangat, akrab, dan menyenangkan. Pada
konteks ini tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan
informasi, tetapi komunikasi bisa ditujukan untuk membangun hubungan
insani. Perasaan senang dalam komunikasi dapat disimpulkan dalam
ungkapan "Saya Ok – Kamu Ok".

3. Mempengaruhi sikap, artinya komunikasi yang dijalin ditujukan untuk


mempengaruhi orang lain. Strategi mempengaruhi orang lain dalam
komunikasi dilakukan dengan cara persuasi, yaitu proses mempengaruhi
pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi
psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya
sehndiri. Berbagai kegiatan politik, terutama pada saat kampanye adalah
contoh konkret komunikasi persuasi dengan tujuan mempengaruhi

2
Efektif Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tt obat); dapat membawa hasil; berhasil guna
(tt usaha, tindakan); mulai berlaku (tt undang- undang, peraturan). Sedangkan definisi dari kata
efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari
serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara
yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif. Lihat
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110207190340AANj21G

‘2 Etik
1 5 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masyarakat (pemilih) untuk memilih partai atau orang tertentu sebagai
calon legislatif diberbagai tingkatan.

4. Hubungan Sosial yang baik, artinya komunikasi yang dilakukan lebih


diorientasikan kepada penciptaan hubungan sosial yang baik.
Komunikasi ineterpesonal (antarpribadi) secara lebih khusus berupaya
membangun hubungan yang baik (human relation). Pada sisi ini tidak
dapat dipungkiri bahwa komunikasi menjadi penting sebagai jembatan
yang menghubungkan antarindividu dalam menciptakan hubungan sosial
yang baik. Manusia adalah makhluk sosial, di mana manusia mau tidak
mau membutuhkan kehadiran orang lain dalam hidupnya.

5. Tidakan, artinya efektivitas komunikasi diukur dari sejauhmana kesedian


orang-orang yang diajak berkomunikasi mau bertindak sesuai dengan
pesan yang disampaikan komunikator. Pada komunikasi yang berujung
melahirkan tindakan ini seorang komunikator haruslah orang yang pandai
mempengaruhi, mempersuasi, dan sekaligus meyakinkan komunikan.
Proses ini tidaklah gampang. Tidak semua orang memiliki kemampuan
dalam mempengaruhi orang lain. Seorang komunikator yang mampu
mempengaruhi orang lain adalah mereka-mereka yang memiliki
kredibilitas sehingga komunikan percaya kepada pesan yang
disampaikannya.

Ditinjau dari sisi komunikan, sutu komunikasi dapat berjalan efektif3 jika
terdapat kondisi sebagai berikut:

1. Ia dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi

2. Pada saat ia mengambil keputusan , ia sadar bahwa keputusannya itu


sesuai dengan tujuannya.

3
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki
pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang
menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi
sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Lihat
http://edoparnando27.wordpress.com/komunikasi-efetif/

‘2 Etik
1 6 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu
bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

4. Ia mampu untuk menepatinya baik secara mental maupun secara fisik.

Sedangkan dari sisi komunikator, komunikasi akan berjalan secara efektif


jika terdapaf dua faktor yang melekat pada diri komunkator, yaitu kepercyaan
kepada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source
attractiveness). Kepercayaan terhadap komunikator merupaskan faktor penting
dalam komunikasi, dengan kepercayaan tersebut akan menimbulkan komunikan
merasa percaya dengan apa yang dikatakannya. Daya tarik komunikator pun
menjadi sangat penting, karena daya tarik akan mempengaruhi kognitif dan
psikologis komunikator sehingga pesan-pesan yang disampaikan komuikator
menjadi mengena pada diri komunikan.

Selain istilah efektif, dalam komunikasi pun dikenal istilah “gagal” atau
komunikasi yang gagal. Kegagalam komunikasi dapat dilihat dari dua sudut
pandang: Pertama, kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
communication), yaitu terjadi apabila pesan yang kita komunikasikan tidak
diterima dengan cermat oleh lawan interaksi kita. Kedua, kegagalan komunikasi
sekunder (secondary breakdown in communication), yaitu terjadi apabila
komunikasi gagal menghasilkan suatu hubungan sosial yang baik (Mutmainah
dan Ahmad Fauzi, 2005:1.11).

Dalam konteks psikologi komunikasi, kita tidak akan membicarakan


mengenai gagalnya komunikasi, melainkan mencoba menelusuri dimensi
psikologis peserta komunikasi sehingga menimbulkan kegagalan. Di samping itu,
komunikasi merupakan peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba menganalisis peristiwa sosial secara
psikologis, membawa kita pada ranah psikologi sosial. Oleh karena itu,
pendekatan psikologi sosial juga merupakan pendekatan psikologi komunikasi
(Sobur, 2003:69).

‘2 Etik
1 7 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
LIMA HUKUM KOMUNIKASI EFEKTIF

Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai


hubungan antara proses ko-munikasi dan kinerja perkantoran. Mereka
bersepakat bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran
berhubungan secara signifikan.Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti
memperbaiki kinerja perkantoran perkantoran.Perkantoran yang berfungsi baik,
ditandai oleh adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai
komponen.Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan
terdapat sistem pembagian tugas antarkomponen tersebut.

Suatu perkantoran dikonstruksi dan dipelihara dengan komunikasi.


Artinya, ketika proses komunikasi antarkomponen tersebut dapat dise-
lenggarakan secara harmonis, maka perkantoran tersebut semakin kokoh dan
kinerja perkantoran akan meningkat.

Lima (5) Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of


Efffective Communication) dikembangkan dan dirangkum dalam satu kata
yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH4,
yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada
dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian,  cinta kasih,  minat,
kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.

Hukum # 1: Respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif


adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum
yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting.Jika kita bahkan harus
mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap
harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi
dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat

4
Lihat http://rasimunway.blogspot.com/2011/05/reach-lima-hukum-komunikasi-efektif.html

‘2 Etik
1 8 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai
sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya


How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang
merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah
dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus.Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip
paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai."Dia
mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan
yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi.Ini adalah
suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh
Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan
hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.

Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan


Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan
bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam
membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan
antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan
memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga
rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson,
The One Minute Manager.

Hukum # 2: Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi
atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam
memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau
mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan


sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu
kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to

‘2 Etik
1 9 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic
listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan
Komunikasi Empatik.

Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita


dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan
dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.  Rasa empati akan
memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan
(message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima
pesan (receiver) menerimanya.

Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku


konsumen (consumer's behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami
perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi
kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian
halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam
membangun kerjasama tim.

Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam


timkita.Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa
respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam
membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita


perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita.
Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan
psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap


perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan
sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran,
masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah
aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada
umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh
karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media

‘2 Etik
1 10 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan
balik dari audiensi atau penerima pesan.

Hukum # 3: Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti


dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang
kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan
bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel
sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan
yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal
ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima
oleh penerima pesan.

Dari sisi delivery channel, penggunaan teknologi bisa membantu


melipatgandakan pancaran sinyal pesan yang ingin disampaikan sehingga bisa
diterima oleh jauh lebih banyak orang.Ini yang disebut
sebagai kerjacerdas.Misalnya saja, dengan menggunakan media Internet, kita
bisa berkomunikasi dengan sangat mudah dan murah kepada banyak
orang. Pendeknya High Tech namun tetap High Touch.

Hukum # 4: Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum
keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan.Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum
yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena
kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran
akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam


berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi

‘2 Etik
1 11 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari
penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul
sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan
antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap


rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama
untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap
rendah hati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pada intinya antara lain: sikap
yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan
yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang
lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat
membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling
menguatkan. 

Pendapat lain mengemukakan, bahwa untuk membangun komunikasi


yang efektif perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kontak Mata

Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah


menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah
pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk
menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan
kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa
diabaikan.

‘2 Etik
1 12 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Ekspresi Wajah

Wajah merupakan cermin kepribadian individual.Ekspresi wajah


mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang.
Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan
kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran;
Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua
emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi
yang berbeda yang tergambar di wajah.Jadi saat melakukan komunikasi
tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.

3. Postur Tubuh

Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan


kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan
untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara
verbal. Sebagai contoh: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian
pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan; Terlalu
sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas
atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan
komunikasi dengan lawan bicara.

4. Selera Berbusana

Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan.Orang yang


berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.
Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat
dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan
mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil
ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan
bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun
komunikasi kita.

‘2 Etik
1 13 Abdul Rachman, SS,M.Pd.i
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai