Anda di halaman 1dari 18

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : AZIZAH PRIHARDIYANTI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 836214486

Tanggal Lahir : 20 - 06 - 1998

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002 / Perkembangan Peserta Didik

Kode/Nama Program Studi : 118 / S1 – PGSD

Kode/Nama UPBJJ : 21 / Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu, 10 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : AZIZAH PRIHARDIYANTI


NIM : 836214486
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4002 / Perkembangan Peserta Didik
Fakultas : FKIP
Program Studi : 118 / S1 – PGSD
UPBJJ-UT : 21 / Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan
oleh Universitas Terbuka.
Bekasi, 10 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

AZIZAH PRIHARDIYANTI
1. Perbandingan konsep pertumbuhan dan konsep perkembangan, fase perkembangan
Andi dan Rini.

Andi adalah siswa yang duduk di kelas V SD, Andi termasuk anak yang cerdas dalam kelasnya dan dia juga
pintar dalam pelajaran matematika, dan jika ada perlombaan matematika Andi pasti dipilih untuk mewakili
sekolahnya mengikuti perlombaan tersebut, dan tidak jarang karena kepintarannya Andi sering mendapatkan
juara dalam perlombaan tersebut, dan ini sangat membagakan bagi sekolah, karena kepintarannya Andi pasti
mempunyai kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat cukup, orangtuanya yang sangat
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan Andi, untuk gizi Andi orangtuanya menyiapkan makanan
yang mengandung 4 sehat 5 sempurna setiap harinya, untuk kebutuhan Andi benar-benar sangat diperhatikan,
oleh karena itu Andi mempunyai pertumbuhan dan pubertas yang bagus dengan tinggi badan 140 cm, anak
yang cerdas, anak yang pintar, dan membanggakan, dalam belajar juga Andi belajar dengan sungguh – sungguh
belajar matematika yang memang sudah hobinya karna memang dia suka belajar matematika, Perkembangan
kognitif pada anak usia 10 tahun biasanya meliputi:
Mulai memahami hari, bulan, dan tahun.
Hafal nama-nama bulan dalam satu tahun.
Bisa membaca dan memahami isi sebuah paragraf secara utuh.
Paham dalam hal penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dalam pecahan.
Sudah bisa menulis cerita pendek.
Tidak takut untuk mencoba tantangan baik pelajaran sekolah atau pelajaran lainnya.
Memasuki usia 10 tahun, anak akan terus mengalami perkembangan kognitif seiring dengan otak yang terus
berkembang. Bahkan, di usia ini, anak mungkin mulai bisa berpikir layaknya orang dewasa. Pada usia ini, anak
memang sudah bisa menggunakan kemampuan kognitif untuk mengumpulkan berbagai informasi. Anak juga
mulai memiliki pendapat pribadi mengenai berbagai hal. Perkembangan remaja di usia 10 tahun juga ditandai
dengan fase kemandirian anak, termasuk dalam belajar. Dalam belajar sejarah atau ilmu-ilmu sosial lainnya,
anak mungkin sudah bisa mencari sumber yang dibutuhkannya. Di usia ini, anak sudah mulai memiliki
kesadaran diri untuk belajar dan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Hal
ini mungkin didukung dengan rasa senang yang didapatkan anak saat Anda dan guru di sekolah memberikan
apresiasi untuk usahanya dalam mengerjakan tugas dan belajar. Ketertarikan anak untuk membaca buku dan
menulis akan semakin meningkat. Pada usia 10 tahun ini, anak Anda juga mengalami perkembangan dalam
kemampuannya berpikir kritis dan logis. Bahkan, anak sudah mulai memahami perintah yang rumit, sudah
mampu melakukan perencanaan, dan bisa memberikan alasan atas sebuah masalah yang dihadapinya. Anak
juga mulai bisa menghargai pendapat serta pola pikir yang dimiliki oleh orang lain meski berbeda dengan
pendapat dan pola pikir yang dimilikinya. Di saat yang sama, fase awal remaja di usia ini sudah bisa
membedakan mana hal yang baik dan yang buruk, serta mempertimbangkan mana yang adil dan tidak. Di
dalam perkembangan psikologi, anak akan mengalami perkembangan emosional dan sosial sebagai
berikut:
Perkembangan emosional
Memasuki usia 10 tahun, anak juga akan mengalami perkembangan emosional yang juga semakin
menantang. Pasalnya, seiring dengan perkembangan fisik yang dialami anak sebagai tanda awal
pubertas, anak juga akan mengalami tanda emosional. Sebagai contoh, anak mulai merasakan rasa
senang yang amat sangat, tapi juga merasakan banyak keraguan, rasa takut, dan rasa malu. Biasanya, hal
ini juga dipicu oleh perubahan fisik yang masih amat baru bagi anak-anak di usia ini. Sebagai gambaran
umum, anak usia 10 tahun biasanya mengalami perubahan emosional berupa: Mengagumi apa yang
dilakukan oleh orang dewasa dan menirunya., mempertanyakan apapun aturan yang diberlakukan
untuknya, menerima prinsip yang dimiliki oleh orangtua atau yang berlaku di dalam keluarga,
mengontrol perasaan yang dimiliki, baik amarah maupun rasa sedih.
Namun, di usia ini, anak juga mulai mengalami perubahan suasana hati yang tidak terduga. Hal ini bisa
dipicu rasa stres yang dialami khususnya saat ia berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang
dialaminya, baik secara fisik maupun mental.
Perkembangan sosial
Sementara itu, perkembangan sosial yang dialami oleh anak di usia 10 tahun biasanya ditandai dengan:
Lebih senang menghabiskan waktu dengan teman sesama jenis.
Semakin menikmati waktu dengan teman melakukan aktivitas kelompok.
Mulai suka berbagi rahasia dengan teman dekat.
Membentuk kelompok pertemanan dan mulai mengkotak-kotakkan pertemanan.
Mulai mencari perhatian terhadap teman lawan jenis meski masih belum bisa santai bermain bersama.
Masih mau mendengarkan orangtuanya, tapi beberapa anak mungkin menunjukkan rasa tak suka terhadap
orang dewasa yang terlalu banyak mengatur.
Pada usia ini, anak yang semakin lekat dengan teman sebayanya mungkin akan menunjukkan rasa cemburu
saat temannya bermain dengan teman yang lain. Hal ini sering terjadi pada anak perempuan di usia 10 tahun.
Sementara itu, pada anak laki-laki hal ini masih jarang terjadi. Pasalnya, pertemanan anak laki-laki biasanya
terbentuk karena hal yang disukai, bukan karena perasaan atau kedekatan yang dimiliki. Meski begitu, baik
pada anak laki-laki dan perempuan, penerimaan diri oleh teman sebaya adalah hal yang penting. Anak mungkin
saja rela menggunakan pakaian yang memenuhi standar pertemanannya, mendengarkan musik yang diyakini
akan disukai oleh teman sebayanya, hingga menyukai dan membenci hal yang sama dengan teman-temannya.
Bahkan, hal ini bisa menjadi penentu perkembangan sosial yang dimiliki anak usia 10 tahun dan seterusnya.
Jika anak merasa tidak diterima oleh teman sebaya, hal ini bisa menjadi masalah perkembangan sosial pada
anak saat remaja nanti. Selain itu, anak juga akan merasakan kedekatan dengan keluarga, termasuk orangtua
dan saudara. Sayangnya, pada usia ini anak menjadi lebih kompetitif, sehingga ia tidak akan rela mengalah
kepada saudaranya.

Rini adalah anak kelas V SD yang berumur 9 tahun, anak yang cerdas dalam kelas dia pintar dalam pelajaran
Bahasa yaitu dalam cerita pendek, dia sangat pintar dalam menyusun cerita pendek sehingga dia sering
mewakili sekolahanya dalam perlombaan bahasa dia sering juara itu yang membuat bangga, Di usia ini,
kegemaran membaca anak menjadi semakin spesifik. Anak mulai suka membaca buku dengan tata
bahasa yang lebih kompleks, dan sudah mulai menikmati membaca buku yang terbagi ke dalam banyak
bagian. Tidak hanya itu saja, perkembangan lainnya pada anak si usia 10 tahun mungkin juga mulai memahami
konsep metafora atau perumpamaan, peribahasa, dan sebagainya. Anak Anda mungkin juga sudah bisa
menjelaskan sebuah cerita yang dibacanya dari buku, menganalisa plot cerita, hingga memberikan pendapatnya
terhadap cerita tersebut. Kemampuannya dalam berpikir secara logis juga mulai terbentuk dengan baik.
Bahkan, anak Anda mampu menulis sebuah esai yang menunjukkan pendapatnya akan topik tertentu dengan
lebih percaya diri. Rini memiliki pertumubuhan dan perkembangan yang sangat bagus orang tuanya yang
benar-benar memperhatikan gizi Rini sehingga Rini menjadi anak yang cerdas dan pintar, dan memiliki tinggi
yang 140 cm diumur 9 tahun karena pemenuhan gizi yang bagus dan tercukupi, Di usia praremaja (10-12
tahun), anak mengalami transisi menuju kedewasaan selanjutnya yang memengaruhi kemampuan sosial, fisik,
juga kognitifnya. Dampaknya, anak terlihat lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah dan menata perilaku
sosialnya. Hal ini terjadi karena anak pada dasarnya memiliki keterampilan
Mengenali teman yang baik
Jangan heran, jika anak usia 10 tahun, sudah mulai memilih teman. Mereka memang mulai mengembangkan
kemampuan sosial menerima teman yang baik dan tidak menurutnya. Tak apa, asal tekankan kepada anak untuk
selalu bersikap baik kepada semua orang.
Mengenali kadar pertemanan
Sejak usia 10 tahun, keterampilan sosial anak bertambah tajam sehingga ia mulai mengetahui lingkar dan kadar
pertemanan. Pemahaman akan sahabat, teman biasa dan sekadar kenalan sudah mulai bisa ia rasakan.
Keterampilan ini mempersiapkan anak untuk bisa menempatkan diri dalam pergaulan dan membawa diri dalam
pergaulan baru. Jika tak dibekali dengan kemahiran bertoleransi dengan keinginannya dalam berteman, anak
bisa menjadi pencemburu dan sulit diterima lingkungan. Anda sebaiknya mendorong anak memiliki pergaulan
yang luas, toleran, berempati, dan tidak egosentris.
Menyadari ada peer pressure
Dalam usia ini anak sudah mulai mengenal superioritas dan inferioritas seseorang dalam kelompok pertemanan.
Keterampilan ini mendukung kemampuan sosial anak agar dapat berperilaku secara normatif di lingkungannya,
mengingat tekanan sosial dapat membuat seseorang tak berlaku sembarangan. Sisi buruknya, kondisi ini dapat
melahirkan peer pressure (tekanan kelompok sebaya), juga berisiko menyebabkan bullying (intimidasi).
Sebagai orang tua, Anda sebaiknya memerhatikan betul perilaku, kebiasaan, dan perkembangan anak di usia
ini. Kelekatan orang tua dan anak adalah kunci untuk mencegah bullying dan dampak negatif peer pressure.
Memahami kepercayaan dan tanggungjawab
Di usia 11 tahun atau kelas 5 SD, anak mulai menambah keterampilan sosial penting lain, yakni memahami
arti kepercayaan dan tanggungjawab. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting bagi masa depannya
karena merupakan cikal bakal disiplin diri dan integritas pribadi yang membuat ia diterima di lingkungan
pergaulan,akademisdanpekerjaankelak.
Sebagai orang tua, Anda perlu memupuk sisi positif dari kedua keterampilan sosial ini dengan memberi ia
banyak latihan tanggung jawab, serta konsekuensi yang sepadan.
Menuntut keadilan
Saat berusia 12 tahun, anak mulai memahami keadilan dan ketidakadilan. Rasa keadilan merupakan salah satu
konsekuensi perkembangan kognitif anak terhadap konteks sosial. Saat anak belajar tentang keadilan, orang
tua perlu memberi penjelasan bahwa tak segala hal harus sama rata.
Untuk memahami lebih jauh bagaimana perkembangan anak 10 tahun secara umum, berikut beberapa hal yang
perlu diketahui:
1. Perkembangan fisik
Ketika menginjak usia 10 tahun, anak-anak akan memasuki fase growth spurt. Apabila anak bayi mengalami
fase ini dengan ciri-ciri lebih sering menyusu, berbeda dengan anak yang beranjak remaja. Mereka akan
mengalami perubahan bentuk fisik yang cukup signifikan.Umumnya, masa pubertas perempuan akan terjadi
lebih cepat. Tubuh mereka menjadi lebih tinggi dan mungkin saja ada yang mengalami perubahan bentuk fisik
lebih pesat.Di sisi lain, ada juga anak laki-laki yang belum menunjukkan tanda-tanda pubertas sama sekali pada
usia 10 tahun. Mereka baru mengalaminya saat berusia 11, 12, atau 13 tahun.Lebih jauh lagi, beberapa
perubahan fisik yang mungkin terjadi adalah kulit mereka mulai berminyak, tumbuh rambut kemaluan dan bulu
ketiak, hingga muncul jerawat.
2. Perkembangan emosi
Pada usia 10 tahun, anak semakin memahami siapa mereka di dunia ini. Itulah sebabnya, mereka sangat
mungkin mengalami perkembangan emosi mulai dari rasa bingung, antusias, penasaran, ragu-ragu, bahkan
takut. Jadi, tak perlu khawatir jika emosi anak tampak fluktuatif.Jangan heran pula apabila melihat anak mulai
piawai mengendalikan emosi mereka. Ketika berhadapan dengan konflik pun, mereka bisa membicarakan apa
jalan keluar terbaik bersama teman-temannya. Kemampuan berdiskusi atau negosiasi mulai kian terarah.Selain
itu, tanda-tanda lain yang juga tampak terkait dengan perkembangan emosionalnya adalah anak mulai meniru
mereka yang berusia lebih tua dari mereka. Tak jarang, anak akan bertanya kepada orangtua hal-hal yang
merupakan wewenangnya.
3. Perkembangan sosial
Jika sejak dulu sudah ada tradisi membuat grup atau gank di sekolah, begitu pula dengan anak berusia 10 tahun.
Meski mereka masih berada di bangku sekolah dasar, rasa memiliki bahkan posesif terhadap teman-teman di
sekitarnya mulai muncul.Lihat saja pada anak-anak perempuan. Mereka bisa menjadi lebih mudah cemburu
ketika tidak diajak bergaul. Dari hari ke hari, anak bisa merasa menjadi anggota kelompok alias inside namun
di hari berikutnya merasa terasing bagaikan outsider. Ini wajar.Sementara anak laki-laki biasanya memiliki
hubungan sosial atau pertemanan yang lebih fleksibel. Pertemanan mereka bukan berdasarkan pada perasaan
personal namun lebih ke arah kesamaan hobi.
4. Perkembangan kognitif
Berada di usia transisi, perkembangan kognitif anak 10 tahun pun menjadi lebih pesat. Mereka bisa menyerap
informasi dan menyusun opini hingga pikiran dalam benak mereka.Itulah mengapa, tak mengherankan apabila
anak berusia ini bisa mengekspresikan pendapat mereka tentang berbagai hal, bahkan ketika lawan bicaranya
adalah orang dewasa.Ini berjalan selaras dengan bagaimana tuntutan secara akademik juga meningkat. Anak
diminta untuk belajar lebih tekun dengan tugas lebih banyak sebagai persiapan untuk lulus dan masuk ke
jenjang pendidikan berikutnya.Mengingat anak belajar dan menyerap ilmu secepat spons, jangan heran ketika
mereka sudah bisa memecahkan soal matematika dengan pemikiran logis.Bukan hanya di sains, anak 10 tahun
yang belajar tentang bidang sosial seperti sejarah juga bisa mengasah kemampuan riset mereka lebih jauh lagi.
Mereka sedang berada di fase gemar menjawab rasa penasaran dengan belajar lebih banyak lagi.
5. Kemampuan bahasa
Anak sudah bisa membaca buku yang lebih kompleks dan panjang. Bahkan, konsep abstrak seperti metafora
pun sudah bisa mereka pahami. Semakin sering mereka terpapar kata-kata sulit, sudut pandang pun semakin
tergali.
6. Menunjukkan ketertarikan
Ketertarikan anak 10 tahun terhadap hal tertentu seperti musik, olahraga, atau hobi lain bisa semakin terlihat.
Mengingat kemampuan fokus mereka sudah lebih meningkat, artinya bisa saja mereka asyik tenggelam
melakukan hal yang mereka sukai selama berjam-jam.

2. Penyebab Ryan melakukan tindakan tersebut dilihat dari perkembangan moral dan
sikap
Anak mencontoh perbuatan orang tuanya. Sebagai anak, kita membutuhkan pembelajaran dari nasihat dan
perilaku orang tua kita. Sering kali, kita melihat anak berperilaku buruk dan baik akibat melihat perilaku orang
tuanya. Sebagai orang tua, seharusnya tidak hanya memberikan nasihat, tetapi juga memberikan contoh yang
baik kepada anaknya karena anak lebih condong untuk meniru sikap orang tuanya dari pada hanya sekedar
mendengarkan Apa yang dilihat anak dapat menjadi dasar anak untuk bertingkah laku. Walaupun pada
dasarnya pembentukan tingkah laku adalah hasil dari proses yang rumit, antara biologis dan lingkungan yang
bukan hanya lingkungan keluarga. Anak juga cenderung meniru perilaku yang mereka lihat tidak hanya dari
tingkah laku orangtua, namun apa yang mereka tonton, teman-teman mereka, dan guru mereka di sekolah.
Diperlukan peran orangtua dalam membentuk karakter awal dari anak-anak mereka dengan cara memberikan
contoh yang baik agar anak dapat tumbuh menjadi anak yang dapat berfungsi secara sosial dengan baik. Agar
anak tidak merokok, orang tua tentunya terlebih dahulu perlu menghentikan kebiasaan merokok. Selain itu,
jelaskan pada anak tentang bahaya merokok bagi kesehatan, penampilan, juga keuangan. Orang tua biasanya
mengatakan kalau tidak suka jika anak mereka merokok, tapi tetap meneruskan kebiasaan merokok mereka.
Jika orang tua tidak ingin anak mereka merokok, hal yang paling penting adalah menghentikan kebiasaan
merokok mereka terlebih dahulu, Untuk mencegah anak merokok, orangtua sebaiknya mulai memberikan
pengertian secara rutin tentang bahaya merokok.
Mulai dari rasa yang tidak enak, bikin kecanduan dan sulit lepas hingga dampak kesehatan yang mengakibatkan
kematian. Tak kalah pentingnya, orangtua jadi contoh yang baik tentang perilaku hidup sehat dengan tidak
merokok, setidaknya di depan anak remaja mereka. Namun, saat anak sudah terlanjur terbiasa merokok entah
dengan alasan apapun, sebaiknya jangan menghakiminya. Lakukan pendekatan terutama tentang bagaimana
usaha untuk menghentikan rokok adalah cara terbaik untuk meningkatkan kesehatan seumur hidup. Saat inilah
waktu yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati tentang masalah yang memicu anak berani merokok. Selain
itu, penting bagi orangtua untuk mendorongnya untuk melakukan kegiatan positif, bisa mengarahkan anak
ikut berolahraga untuk meredam godaan merokok dan meminta anak untuk menghindari tempat, teman, atau
kegiatan yang dapat membuatnya kembali merokok.

3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa yang dialami oleh Adi, Andi,
dan Budi pada cerita.

Faktor lingkungan dan sosial, jika kita bergaul dengan orang yang pengangguran otomatis mindset yang
terbangun adalah persis seperti orang tersebut. Seharusnya kita berpikir ke depan karena kita sudah dewasa
apalagi sudah S1 seharusnya kita mempunyai mindset yang benar bukan yang salah, lulus langsung kerja,
seharusnya bersama-sama sesama teman saling suport dan membangun, jiwa muda harus lebih bersemangat
jangan hanya menjadi pengangguran yang tidak jelas, Bersemangat untuk mencari pekerjaan memikirkan untuk
masa depan menjadi orang sukses, agar tidak ketinggalan dengan teman yang lain, harus bisa menjadi manusia
yang maju kedepan, salah satu faktor penyebab masih tingginya angka pengangguran di Indonesia adalah
karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Pengangguran pun bermacam dari lulusan SI,D3 maupun SMA.
Banyaknya persaingan dalam dunia kerja dapat menyulitkan pencari kerja untuk bisa mendapatkan pekerjaan
impiannya. Misalnya, suatu perusahaan hanya membuka delapan posisi jabatan, sedang calon pelamar di
perusahaan tersebut mencapai 100 orang. Hal ini dapat membuat kandidat yang tidak lolos seleksi harus
mengurungkan niat mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Persaingan dalam dunia kerja memang sangat ketat.
Kemampuan seseorang juga termasuk faktor penyebab sulitnya mendapatkan pekerjaan. Jika Anda tidak
memiliki kemampuan yang diminta oleh perusahaan ditambah dengan pendidikan Anda yang masih di bawah
standar perusahaan, maka Anda harus berpikir dua kali untuk melamar ke perusahaan tersebut. Rasa putus asa
adalah penyebab utama sulitnya pencari kerja untuk menemukan pekerjaannya. Misalnya, karena latar
belakang pendidikan yang belum memenuhi standar perusahaan, seorang pencari kerja lantas memutuskan
untuk menyerah pada keadaan. Dalam hal ini, pengalaman juga menentukan apakah Anda layak bekerja untuk
perusahaan tersebut atau tidak. Orang yang berpengalaman adalah orang yang terbiasa dengan dunia kerja dan
memahami kemampuan yang dia miliki. Sekarang, banyak perusahaan yang membutuhkan kandidat yang
sudah berpengalaman sebagai pegawainya. Dengan begitu, kesempatan mendapatkan pekerjaan untuk para
fresh graduate semakin menipis. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kita sesudah lulus kuliah bisa
langsung bekerja:
1. Selalu bertanya tentang apa yang bisa dilakukan dengan topik perkuliahan yang dipelajari pada hari itu
Kebiasaan mempertanyakan manfaat apa yang bisa diperbuat dengan ilmu yang dipelajari setiap perkuliahan
akan membuatmu berpikir panjang mengenai apa yang dipelajari setiap hari di kampus. Cara ini akan
membangkitkan semangatmu untuk lebih tekun dan tertarik untuk mempelajari secara mendalam setiap topik
bahasan perkuliahan. Kamu akan memiliki pemahaman yang luas dan menyeluruh serta bisa menjadikannya
untuk menemukan terobosan-terobosan baru dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
umat manusia di dunia ini berdasarkan disiplin ilmu yang kamu pelajari. Dengan selalu menerapkan kebiasaan
ini, maka kamu akan memiliki persediaan ide dan rencana yang kelak akan dilakukan setelah lulus dari
perkuliahan.
2. Membangun dan memperkuat jaringan sejak masih berstatus mahasiswa
Hal ini berkaitan dengan proses membangun koneksi seperti memperbanyak teman yang nantinya akan berguna
saat lulus dan mulai melebarkan sayap di dunia profesional. Pengalaman nggak hanya didapatkan lewat bangku
perkuliahan saja, melainkan dari pengalaman orang lain yang kita serap juga. Memang kita dituntut untuk
berteman dengan siapapun, namun alangkah lebih baik jika kamu menjalin hubungan baik dengan mereka yang
memiliki banyak pengalaman yang bisa kamu pelajari juga. Semakin banyak koneksi, kita akan mendapat
banyak bantuan pula ketika sedang dalam kesulitan.
3. Terbiasa berorganisasi untuk menumbuhkan semangat berkegiatan termasuk setelah lulus kuliah
Bergabung dan aktif di kegiatan organisasi mahasiswa akan memberikan semacam jalan pintas untuk menuju
kesuksesan. Hal ini akan mengasah keterampilan ekstra personal, keterampilan manajerial, kemampuan
negosiasi, kemampuan berkomunikasi, termasuk juga menambah teman atau koneksi. Jika kamu terbiasa
berorganisasi sejak masih menjadi mahasiswa, maka setelah lulus kamu pun akan berkecenderungan untuk
mencari kegiataan positif untuk mengembangkan diri dan mengarah pada karier profesional. Karena semangat
inilah, kamu nggak akan membiarkan dirimu menganggur usai lulus kuliah.
4. Memiliki karya sejak masih mahasiswa dan membuat portofolio sebagai perwujudan kemampuanmu
Portofolio bisa berupa apa saja yang nantinya bisa bermanfaat sebagai bukti penguat nyata kemampuan
seseorang dalam hal-hal tertentu. Selain IPK dan gelar i, portofolio juga bisa didapatkan dari prestasi di bidang
kompetisi-kompetisi akademik atau kemampuanmu melukis, bermusik atau keterampilan non akademik
lainnya. Semua jenis portofolio ini akan menjadi pertimbangan perusahaan tujuan dalam merekrut calon
karyawan yang akan bergabung pada tim profesional. Terlebih jika kemampuanmu berkaitan dengan posisi
yang kamu lamar pada perusahaan tersebut.
5. Mengembangkan hobi dengan lebih serius. Karena rezeki juga bisa datang dari hobi
Setiap orang tentu memiliki kesukaan tertentu atau hobi yang kerap dilakukan untuk mengisi waktu luang atau
menyegarkan pikiran. Mulai sekarang, jangan anggap remeh hobimu itu, tekuni dan kembangkan lebih jauh
agar bisa diarahkan menjadi sumber penghasilan. Banyak orang sukses yang memanfaatkan hobi sebagai
ladang pekerjaannya. Misalnya saja, jika kamu menyeriusi hobi menulismu, bisa jadi kelak kamu akan menjadi
seorang penulis sebagai karier yang dijalani. Atau, berawal dari hobi jalan-jalan, kamu bisa kembangkan
menjadi bisnis agen travel yang menghasilkan. Yang pasti, kamu bisa mendapatkan rupiah dengan melakukan
hal yang kamu sukai.
6. Jangan terpaku pada jurusan yang diambil saat menempuh pendidikan, luwes saja dulu
Biasanya, kebanyakan mahasiswa terpaku dengan jurusan yang diambil pada saat kuliah saat mencari
pekerjaan. Padahal, hal ini akan menjadi kendala baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Punya
keinginan untuk bekerja sesuai jurusan memang bagus, namun terkadang kita memang harus menunggu dengan
mencari pengalaman bekerja di tempat lain. Lakukan dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan, jika kamu sudah
memiliki pengalaman, maka suatu hari kelak kamu bisa mencari pekerjaan yang memang sesuai dengan
harapan. Jangan terlalu kaku dalam menjalani apa yang seharusnya dijalankan.

4. Cara Bu Ani merancang strategi proses pembelajaran di kelas yang terdapat anak autis seperti Budi.

Bu Ani harus telaten dan sabar mengajar Budi, sebagai guru Bu Ani harus sabar mengajar budi,lebih tepatnya
memberinya pelajaran khusus sehingga Budi bisa memahami pelajaran tersebut. Ada strategi khusus agar
proses belajar mengajar dengan anak autis efektif:
1. Modelling
Cara belajar ini dapat dilakukan dengan menirukan atau memberikan contoh yang baik pada anak dengan
autisme. Hal ini juga bertujuan untuk mengembangkan bakat mereka. Misalnya dengan memberikan contoh
cara melakukan kontak mata yang baik.
2. Latent Learning
Orangtua harus membuat sistem belajar seperti tidak belajar. Libatkan selalu komunikasi dua arah. Berikan
mereka kesempatan untuk berbicara dan biarkan mereka tahu bahwa mereka harus memberikan kesempatan
juga untuk orang lain bicara.
3. Berikan pujian yang positif
Semua orang dapat merasa dihargai jika mereka mendapatkan pujian setelah melakukan sesuatu yang positif,
begitupun anak dengan autisme. Berikan mereka validasi dan pujian karena hal tersebut dapat membuat mereka
ingin melakukannya lagi.
4. Membagi segala aktivitas dalam tahap ke tahap
Mengajarkan sesuatu dengan membaginya ke dalam tahap per tahap. Jika Anda ingin mengajarkan anak dengan
autisme pergi tidur, maka Anda dapat memulai dengan mengajak mereka ganti baju, sikat gigi, kemudian
masuk ke kamar.
5. Desensitisasi Sistematis
Cara ini dapat dilakukan agar mereka dapat terbiasa dengan stimulus yang membuat mereka cemas atau takut.
Kalau mereka takut kepada laba-laba, Anda dapat memulai dengan menunjukkan foto laba-laba terlebih dahulu.
Kemudian lanjut dengan video, dan baru laba-laba yang asli.
6. Berikan waktu dan kesempatan untuk berlatih
Mereka juga harus diberikan waktu dan kesempatan untuk terus berlatih berulang-ulang kali. Sehingga mereka
dapat terbiasa melakukan kegiatan tersebut.
Perencanaan pembelajaran disusun oleh guru mulai dari membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM), program semester (prosem) sampai pada
penentuan tema, subtema, indikator, kegiatan pembelajaran serta media yang di buat mengacu pada kurikulum
2013 yang akan ditinjau kembali oleh guru dan kepala sekolah untuk diseleksi dan dievaluasi yang akan
disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan anak autis. Perencanaan pembelajaran untuk anak
autis yang perlu di perhatikan yaitu prioritas kebutuhan anak, tujuan pembelajaran, kurikulum, waktu dan
konkret menjelaskan bahwa dalam perencanaan program pembelajaran hendaknya memperhatikan hal berikut.
(a) Prioritas, (b) tujuan (c) kurikulum, (d) waktu, (e) konkret. Dengan demikian perencanaan pembelajaran
yang dilakukan guru dapat dilihat: (a) PrioritasDalam merencanakan suatu kegiatan pembelajaran untuk anak
autis berbeda dengan merencanakan kegiatan pembelajaran untuk anak normal pada umumnya mulai dari berat
ringannya jenis hambatan anak, permainan untuk anak, media pembelajaran anak, keterampilan yang dikuasai
anak dan semuanya harus menyesuaikan pada karakteristik anak autis. Tujuan yang ingin guru capai seperti
anak bisa mengerjakan kegiatan yang guru berikan. Untuk mencapai suatu tujuan guru memberikan tugas atau
kegiatan kepada anak yang telah guru siapkan yang sesuai dengan kondisi anak sehingga guru dapat melihat
anak bisa atau tidaknya menyelesaikan tugas yang guru berikan. (c) Kurikulum guru menggunakan kurikulum
2013, kurikulum ini akan di tinjau lagi oleh kepala sekolah dan guru kemudian disesuaikan dengan
kemampuan, karakteristik, dan kebutuhan anak autis. (d) Waktu penentuan waktu atau durasi pada saat kegiatan
pembelajaran untuk anak autis berlangsung selama satu jam karena menyesuaikan dengan kondisi anak. Bila
pada waktu yang telah ditentukan oleh guru tidak dapat diselesaikan oleh anak maka kegiatan pembelajaran
dihentikan dan dilanjutkan dengan kegiatan yang lain. (e) Konkret konkret maksudnya disini adalah pertanyaan
yang mudah dipahami atau dimengerti oleh anak autis dalam setiap perencanaan pasti guru akan berbincang-
bincang terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan kepada anak mulai dari tema, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, kegiatan yang telah anak lakukan. Selain itu konkret juga bisa berupa media atau benda
nyata yang akan di tunjukan kepada anak sehingga anak dengan mudah menangkap apa yang ingin guru
sampaikan. Pelaksanaan pendidikan anak berkebutuhan khusus dapat bervariasi sesuai dengan kondisi kondisi
anak, kondisi sekolah, dan lingkungan tempat tinggal. a) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
prinsip learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. b) Kurikulum fleksibel
dan dikembangkan berdasarkan kompetensi. c) Pembelajaran dilakukan dengan prinsip individual, kelompok
dan keperagaan. d) Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dan menggunakan acuan dengan
mempertimbangkan penilaian portofolio sesuai kebutuhan.
e) Penyelenggaraan pendidikan harus merefleksikan potensi lingkungan sekitar sekolah dan mengacu pada
pendidikan berbasis luas. f) Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar pendidikan
sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kebutuhan nyata peserta didik. g) Kegiatan pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan nyata peserta didik, karakteristik anak, jenis kelainannya, berat ringannya
kelainan, tempat tinggal anak, dan harapan orang tua. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan prinsip
learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Prinsip pembelajaran tersebut
dilaksanakan oleh guru secara teratur dengan menyesuaikan kondisi serta kebutuhan anak sehingga guru dapat
bervariasi dalam menyampaikan materi pembelajaran. (b) Kurikulum fleksibel dan dikembangkan berdasarkan
kompetensi. Guru menggunakan kurikulum 2013 yang nantikan akan diseleksi lagi oleh kepala sekolah dan
guru kemudian menyesuaikan lagi potensi anak, kondisi anak serta kebutuhan anak. (c) Pembelajaran dilakukan
dengan prinsip individual, kelompok dan keperagaan.Prinsip pembelajaran tersebut tidak selalu diterapkan
dikelas dan guru menyesuaikan dengan keadaan kelas jika memungkinkan maka guru akan melaksanakannya
salah satu. (d) Penilaian dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian tersebut tidak perlu dilakukan karena
kurang efektif untuk anak penilaian secara langsung yang lebih efektif dalam melakukan penilaian kepada anak
berkebutuhan khusus. (e) Penyelenggaraan pendidikan harus merefleksikan potensi lingkungan sekitar sekolah
di taman kanak-kanak luar biasa bina anak bangsa dalam pembelajaran guru juga mengenalkan lingkungan
sekolah kepada anak mulai dari teman sekelas, guru, kepala sekolah, satpam, gedung,dan lingkungan sekitar
sekolah. (f) Kegiatan pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan nyata peserta didik untuk mengetahui
kebutuhan nyata anak guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap anak dan observasi langsung
kepada anak supaya kebutuhan apa yang paling dibutuhkan anak dan menyesuaikan dengan karakteristik anak
autis. Mulai dari perencanaan pembelajaran penentuan tema, kegiatan pembelajaran, media dan alat semuanya
guru menyesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, karakteristik dan kemampuan anak autis. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai pendekatan guru dalam pembelajaran anak
autis di Taman Kanak- Kanak Luar Biasa Bina Anak Bangsa Pontianak maka di dapatilah kesimpulan sebagai
berikut: (1) Perencanaan pembelajaran anak autis terdiri dari menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
harian yang meliputi tema, subtema, indikator serta menyiapkan kegiatan pembelajaran, media pembelajaran
dan ruangan. (2) Pelaksanaan pembelajaran anak autis, dalam pelaksanaannya diawali dengan penyambutan
atau menyapa anak, mengajak anak untuk berdoa bersama, mengecek kehadiran anak serta bercakap- cakap
mengenai tema yang akan guru sampaikan. (3) Evaluasi pembelajaran anak autis terdiri dari evaluasi proses
dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cara mengoreksi tugas yang diberikan guru
kepada anak seperti mewarnai jika anak mewarnai diluar pola atau gambar jadi guru membetulkan meluruskan
hal tersebut. Selanjutnnya evaluasi hasil ini lebih kepada perilaku anak pada saat anak memahami materi yang
guru sampaikan, perilaku anak kepada teman maupun lingkungan sekitar sekolah, selain itu melihat
perkembangan sosialisasi anak pada saat bermain dikelas atau pada saat kegiatan olahraga bersama.
5. Merencanakan pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik pada jenjang SD.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan : SDN ...................


Kelas / Semester : I (Satu) / 1
Tema 1 : Diriku
Sub Tema 1 : Aku dan Teman Baru
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya
yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR


Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar (KD) :
3.2 Mengenal kosa kata dan ungkapan perkenalan diri, keluarga, dan orang-orang di tempat tinggalnya
secara lisan dan tulis yang dapat dibantu dengan kosakata bahasa daerah.
4.9 Menggunakan kosa kata dan ungkapan yang tepat untuk perkenalan diri, keluarga, dan orang-orang
di tempat tinggalnya secara sederhana dalam bentuk lisan dan tulisan
Indikator :
3.9.1 Menunjukkan kosa kata dan ungkapan perkenalan diri lisan atau tulis dengan tepat
4.9.1 Menggunakan kosa kata dan ungkapan perkenalan diri lisan atau tulis dengan tepat
PPKn
Kompetensi Dasar (KD) :
1.1 Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama, suku bangsa, ciri-ciri fisik,
psikis, dan hobi sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah
1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Tuhan Yang Maha Esa di
lingkungan rumah dan sekolah
2.2 Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di
rumah sekolah dan masyarakat sekitar
3.2 Memahami aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
4.2 Melakukan kegiatan sesuai aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah
Indikator :
3.2.4 Menggali informasi halhal yang harus dilakukan sehubungan dengan aturan di rumah
4.2.4 Mempraktikkan kegiatan memberi salam saat keluar rumah
SBdP
Kompetensi Dasar (KD) :
3.2 Memahami elemen musik melalui lagu
Indikator :
3.2.1 Mengidentifikasi perbedaan warna suara manusia
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui lagu, siswa dapat memperkenalkan diri dengan menyebut nama panggilan.
2. Melalui permainan “Suara siapakah itu?”, siswa dapat mendengar perbedaan warna suara teman.
3. Saat bernyanyi dan melakukan permainan, siswa dapat menyebut nama teman dengan benar.
4. Setelah selesai bernyanyi dan melakukan permainan, siswa dapat mengingat semua nama teman
dengan benar dan warna suara masing-masing teman.
5. Dengan berbagi cerita, siswa dapat memberikan informasi dan memeragakan tentang aturan di
rumah dengan memberi slam pada orang tua saat ke luar rumah.

❖ Karakter siswa yang diharapkan : Religius


Nasionalis
Mandiri
Gotong-royong
Integritas
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu

Pendahuluan  Berdoa sebelum memulai pelajaran agar kegiatan 10 menit


berjalan lancar (religius)
 Guru menyapa beberapa siswa dan menanyakan
namanya.
 Guru lalu menanyakan, “Apakah kalian sudah
berpamitan kepada orang tua masing-masing saat
hendak ke sekolah?” (lihat buku siswa halaman
(Literasi)
 “Bagaimana cara kalian berpamitan dengan orang
tua?”
 Guru menerima jawaban siswa yang beragam. Ada
yang mengucapkan salam saja, ada yang mengucapkan
salam sambil mencium tangan, dan ada juga yang
tidak berpamitan dengan orang tua.
 Guru menyampaikan kepada siswa pentingnya
berpamitan kepada orang tua. Guru meminta siswa
agar esok berpamitan kepada orang tua saat hendak
pergi ke sekolah.

Inti • Setelah itu, guru mengajak siswa untuk saling 35 Menit


berkenalan.(nasionalis dan integritas) X 30 JP

• Guru menunjukkan cara berkenalan. (guru


mencontohkan seperti yang dilakukan Edo dan Beni di
buku siswa halaman 3)
• Kemudian siswa diajak untuk saling berkenalan
melalui sebuah permainan lempar bola dan guru
menjelaskan aturan bermainnya. (siswa diminta
membentuk posisi melingkar, boleh duduk atau berdiri,
lalu guru mencontohkan cara melempar dan
menangkap bola dengan tepat). ( Collaboratif)
• Permainan dimulai dari guru dengan memperkenalkan
diri, “Selamat pagi, nama saya Ibu/Bapak...biasa
dipanggil Ibu/Bapak... kemudian, melempar bola pada
salah satu siswa (melempar bola dengan pelan, hindari
dengan keras)
• Siswa yang menangkap lemparan bola harus
menyebutkan nama lengkap dan panggilannya.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kemudian dia melempar bola kepada teman yang lain.
Teman yang menangkap lemparan bola, juga
menyebutkan nama lengkap dan
panggilannya.(Gotong-royong)
• Demikian seterusnya hingga seluruh siswa
memperkenalkan diri.
• Setelah semua siswa memperkenalkan diri, guru
mengajak siswa untuk bernyanyi sambil menyebutkan
kembali nama masing-masing. Guru menggunakan
lagu yang ada di buku siswa halaman 6.
• Siswa tetap berada pada posisi lingkaran. Guru
mencontohkan cara menyanyi lagu “Siapa Namamu?”
sambil menepuk pundak salah satu siswa, lalu siswa
itu menyebutkan namanya. Siswa tersebut kemudian
menyanyikan kembali lagu “Siapa Namamu?” sambil
menepuk pundak teman di sebelah kanannya, lalu
teman tersebut menyebutkan namanya sambil
mengikuti irama lagu. Begitu seterusnya.(Mandiri)
• Selain menigngat nama teman, saat bernyanyi, minta
siswa juga untuk mengingat suara teman masing-
masing.(Critical Thinking and Problem Solving)
• Kegiatan dilanjutkan dengan meminta siswa
mengamati buku siswa halaman 3–6. Guru lalu
bertanya pada siswa, apakah mereka sudah berkenalan
seperti yang dilakukan Edo dan teman-
teman.(Integritas)
• Kegiatan berkenalan dengan berbagai cara
memudahkan siswa untuk mengingat nama teman-
teman di kelas.

Penutup  Kegiatan ditutup dengan diskusi pentingnya saling 15 menit


mengenal. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak
sayang. Upayakan guru memberikan penguatan
tentang pentingnya saling mengenal. (Critical
Thinking and Problem Solving)
 Setelah diskusi tentang pentingnya saling mengenal,
guru menutup kegiatan di hari itu dengan mengajak
siswa untuk menyanyikan lagu “Siapa namamu?”
sekali lagi. Guru dan siswa sama-sama menyanyikan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
bait “Siapa namamu? Namaku…” setelah itu guru dan
siswa secara bergiliran menyebutkan nama masing-
masing hingga selesai. (Mandiri)
 Guru memberi salam penutup. Siswa berdoa bersama-
sama (religius)
 Guru meminta siswa untuk berpamitan dan memberi
salam kepada guru saat pulang.

E. SUMBER, ALAT DAN MEDIA PEMBELAJARAN


 Buku Siswa Tema : Diriku Kelas 1 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
 Bola plastik atau bola dari kertas bekas yang dibuat menjadi bentuk bola
 Karton/kertas/kardus bekas yang sudah dipotong-potong dan diberi nama masing-masing siswa
 Pensil warna/spidol yang bisa digunakan untuk menghias kartu yang sudah disediakan
 Tali/peniti/alat lain untuk memasangkan kartu nama

MENGETAHUI GURU KELAS I


KEPALA SEKOLAH

(Nama Kepala Sekolah) (Nama Guru Kelas)


NIP. NIP.
LAMPIRAN 1
PENILAIAN PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
 Perkenalan diri
 Peraturan permainan
 Permainan memperkenalkan diri
 Gerakan melempar dan menangkap
 Menghias gambar kartu nama
 Lirik lagu “Siapa Namamu”

METODE PEMBELAJARAN
 Pendekatan : Saintifik
Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah
Penilaian Pembelajaran
Penilaian Sikap: Observasi dan pencatatan sikap siswa selama kegiatan
Penilaian pengetahuan
Tes lisan tentang nama-nama teman di kelas
(guru menyusun pertanyaan yang akan digunakan untuk tes lisan)
Penilaian keterampilan:
Penilaian Unjuk Kerja
Memperkenalkan diri lewat permainan dan nyanyian

Kriteria Perlu
Baik sekali Baik Cukup
Pendampingan
4 3 2
1

1. Kemampuan Siswa mampu Siswa mampu Siswa hanya Siswa belum


Memperkenalka
n Menyebutkan menyebutkan mampu mampu mem-
diri nama panjang nama panjang menyebutkan perkenalkan diri
nama
dan nama panggilan
Panggilan
2. Kemampuan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum
menjalankan Melakukan melakukan melakukan mampu
peraturan pada Permainan permainan permainan melakukan
permainan sesuai dengan sesuai aturan sesuai aturan, permainan sesuai
instruksi tanpa tetapi dengan tetapi dengan dengan aturan
Pengarahan 1 kali arahan lebih dari 1 kali
Ulang ulang arahan ulang

Siswa
3. Kemampuan Siswa mampu Siswa melempar Siswa belum
mampu
melakukan melempar dan melempar dan dan menangkap melempar
gerakan menangkap bola menangkap bola, tetapi dan menangkap
bola, tetapi 1-
melempar dan dengan akurat 2 lebih dari 3 kali bola
menangkap (tidak pernah kali meleset meleset
meleset)

1. Penilaian Sikap
Perubahan Tingkah Laku
No Nama Siswa Percaya Diri Disiplin Bekerjasama
BT MT MB SM BT MT MB SM BT MT MB SM
1 Ekal

2 Aisy

3 Zidan
Keterangan:
BT : Belum Terlihat
MT : Mulai Terlihat
MB : Mulai Berkembang
SM : Sudah Membudaya
Berilah tanda centang () pada kolom yang sesuai
2. Penilaian Pengetahuan
Instrumen penilaian: tes tertulis (lembar kerja)

3. Penilaian Pengetahuan
a. Penilaian : Unjuk Kerja

Memperkenalkan diri lewat permainan


Perlu Bimbi-
No Kriteria Baik Sekali 4 Baik 3 Cukup 2
ngan 1

1. Kemampuan Siswa mampu Siswa mampu Siswa hanya Siswa belum


memperkenal- menyebutkan menyebutkan mampu mampu
kan diri nama panjang nama panjang Menyebutkan memperkenalk
dan nama nama an diri
panggilan panggilan

2. Kemampuan Siswa mampu Siswa mampu Siswa mampu Siswa belum


menjalankan melakukan melakukan melakukan mampu
peraturan pada permainan permainan permainan melakukan
permainan sesuai dengan sesuai aturan sesuai aturan, permainan
instruksi tanpa tetapi dengan tetapi dengan sesuai dengan
pengarahan 1 kali arahan lebih dari 1 aturan
ulang ulang kali arahan
ulang

3. Kemampuan Siswa mampu Siswa Siswa Siswa belum


melakukan melempar dan melempar dan melempar dan mampu
gerakan menangkap bola menangkap menangkap melempar dan
melempar dan dengan akurat bola, tetapi 1- bola, tetapi menangkap
menangkap (tidak pernah 2 kali meleset lebih dari 3 bola
meleset) kali meleset
b. Penilaian : Unjuk Kerja
Rubrik Penilaian Membuat Kartu Nama

Perlu Bimbi-
No Kriteria Baik Sekali 4 Baik 3 Cukup 2
ngan 1

1. Komponen Memenuhi 3 Memenuhi 2 Hanya memnuhi Tidak


kartu nama komponen dari 3 komponen 1 dari 3 memenuhi 3
(gambar/foto komponen komponen
diri, hiasan, dan
bentuk yang
unik)

2. Jumlah Menggunakan 4 Menggunakan 3 Menggunakan 2 Menggunakan


warna yang warna atau lebih warna warna 1 warna
digunakan

Anda mungkin juga menyukai