Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN LINGKUNGAN MELALUI PEMBELAJARAN IPS

DENGAN PENDEKATAN PROJECT BASED LEARNING DALAM


MENCIPTAKAN SEKOLAH HIJAU
Munisah, Arini Estiastuti, Kurniana Bektiningsih, Atip Nurharini
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Pembelajaran IPS di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran akademis yang
sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk mengembangkan cinta lingkungan warga negara
Indonesia mulai dari tingkat usia dini, SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi. Pendidikan
kepedulian lingkungan pada pembelajaran IPS dapat lebih berhasil apabila menerapkan
pendekatan pembelajaran yang menyenangkan, interaktif, komunikatif, dan bekerja keras.
Adapun pendekatan tersebut adalah melalui model project based learning. Tujuan penelitian
yaitu: penerapan pendidikan lingkungan melalui pembelajaran IPS dengan pendekatan
Project based learning dalam menciptakan sekolah hijau. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian menggunakan random sampling secara undian Jumlah sampel yaitu 40 siswa.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan metode deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan merupakan suatu program
pendidikan untuk membina siswa agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku
yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik antara warga sekolah
dengan lingkungan sekolah dalam berbagai aspek kegiatan. Adapun kegiatan tersebut antara
lain: 1. membiasakan sikap toleransi pada sesama, 2. membiasakan kepedulian terhadap
lingkungan, 3. membiasakan rasa bangga, 4. sikap apresiatif, 5. membiasakan rasa gotong
royong, 6. membiasakan sikap tanggung jawab, dan 7. Mengembangkan sikap disiplin

Kata Kunci: Pendidikan, lingkungan hidup, pembelajaran IPS, Project based learning,
sekolah hijau

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 64


PENDAHULUAN personal maupun social atau kelembagaan.
Keterlibatannya lembaga pendidikan untuk
Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana
menjadi pionir dalam mempertahankan,
alam yang terjadi di negara kita. Bencana
menjaga, melestarikan, bahkan
alam itu tidak hanya di daerah tertentu
mengembangkan lingkungan hidup
namun hampir di wilayah Indonesia terkena
menjadi lingkungan yang hijau, bersih, asri,
musibah bencana alam. Adanya bencana
subur, produktif, dan berdaya guna. Hal ini
alam membangunkan pada diri manusia
sebagai pembuktian kepedulian sekolah
apakah sudah berbuat adil pada lingkungan
terhadap lingkungan.
bumi kita berpijak. Lingkungan merupakan
Pembelajaran IPS di sekolah
segala hal yang terkait dengan kehidupan
merupakan salah satu mata pelajaran
manusia yang memiliki hubungan timbal
akademis yang sengaja dirancang dan
balik untuk saling mempengaruhi.
dilaksanakan untuk mengembangkan cinta
Hubungan yang diciptakan dapat
lingkungan warga negara Indonesia mulai
menimbulkan efek, baik efek positif dan
dari tingkat usia dini, SD, SMP, SMA,
negatif. Apabila lingkungan yang
bahkan perguruan tinggi. (Winataputra
diciptakan mampu menghasilkan banyak
1989:2). Hal tersebut menunjukkan bahwa
hal yang menguntungkan bagi penghuni
IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang
lingkungan dapat dikatakan bahwa
bertujuan meningkatkan dan
lingkungan tersebut memiliki dampak
menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan
positif. Sedangkan begitu sebaliknya
sikap sebagai warga negara yang
apabila lingkungan yang diciptakan
bertanggung jawab, menuntut pengelolaan
merugikan bagi penghuni lingkungan dapat
pembelajaran secara dinamis dengan
dikatakan bahwa lingkungan tersebut
mendekatkan siswa kepada bentuk
memiliki dampak negatif. Adakalanya
kepedulian terhadap lingkungan.
lingkungan dapat mempengaruhi sikap,
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial
perilaku manusia, demikian pula kehidupan
ialah untuk mengembangkan potensi
manusia baik sikap dan perilakunya akan
peserta didik agar peka terhadap masalah
mempengaruhi lingkungan tempat
lingkungan yang terjadi di masyarakat,
hidupnya. Perlu kita ketahui bahwa
memiliki sikap mental positif terhadap
keberadaan lingkungan sangat erat
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
kaitannya dengan hasil yang akan
dan terampil mengatasi setiap masalah
didapatkan terhadap sikap dan perilaku
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
manusia.
dirinya sendiri maupun yang menimpa
Terlebih lagi saat ini dunia sedang di
masyarakat dan lingkungan. Oleh karena
landa global warming yang sangat
itu, perlu adanya melatih sikap siswa agar
menghawatirkan. Adanya kedaan tersebut
menjaga sekolah menjadi sekolah yang
perlu langkah untuk mencegahnya dan
hijau, asri, rindang, indah, dan bersih.
memperbaikinya. Untuk mempertahankan
Yustisia (2007),
eksistensi dari lingkungan agar terjaga
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
dengan sangat baik dan lingkungan menjadi
tingkat kepedulian lingkungan anak-anak
sahabat maka kita juga harus menjadi
tergolong masih rendah. Fenomena ini
sahabat yang baik pada lingkungan kita.
terjadi di sekolah-sekolah. Berdasarkan
Cara yang di tempuh untuk menjadi sabahat
observasi dan interview dengan anak-anak
lingkungan dapat melalui berbagai
kegiatan, baik itu di lakukan oleh institusi SD, kepala sekolah, dan guru di sekolah
dasar daerah Semarang Barat di temukan
pendidikan, masyarakat, baik secara

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 65


data anak-anak jaman sekarang kurang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai
adanya kesadaran untuk membuang inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini,
sampah pada tempatnya, kurang kesadaran siswa melakukan eksplorasi, penilaian,
untuk membersihkan halaman sekolah interpretasi, dan sintesis informasi untuk
menjadi sekolah yang bersih, dan sehat. memperoleh berbagai hasil belajar
Anak-anak kurang memiliki kesadaran (pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
untuk menanam tanaman, menjaga, dan Alasan yang paling hakiki, mengapa
merawat tanaman hijau di halaman sekolah. peneliti mengangkat kajian ini adalah
Hal lain yang terjadi adalah guru blum karena pembelajaran IPS memuat materi
memiliki program untuk membiasakan pelajaran yang dapat melatih siswa untuk
anak-anak menanam tanaman di menanamkan kepedulian lingkungan dan
lingkungan sekolah secara rutin bersama menjadi sahabat lingkungan. Sedangkan
teman-teman dan warga sekolah, sekolah model Project based learning mendorong
tidak membiasakan melakukan teguran atau siswa menjadi pebelajar yang mandiri yaitu
bimbingan pada anak-anak apabila telah bertanggungjawab untuk menyelesaikan
membuang sampah dengan sembarangan, tugas yang komplek. Pembelajaran berbasis
sekolah belum memiliki program untuk proyek yang diimplementasikan secara baik
membuat bank sampah baik dari organik memberikan kesempatan kepada siswa
maupun anorganik, sekolah tidak untuk belajar dan praktik dalam
mempunyai kebun yang bisa dijadikan mengorganisasi proyek, dan membuat
praktek untuk menanaman tanaman, alokasi waktu dan mengelola sumber daya
sekolah tidak membuat program lomba lingkungan untuk menciptakan lingkungan
membuat taman di setiap kelas, sekolah hijau di sekolahku.. Tujuan penelitian yaitu
tidak membuat program satu hari bersih mengintegrasikan pendidikan lingkungan
dari sampah dan kotoran. melalui pembelajaran IPS dengan
Dari fakta tersebut menunjukkan pendekatan Project based learning dalam
pentingnya integrasi pendidikan menciptakan sekolah hijau, dan
lingkungan di lingkungan sekolah. Salah membiasakan siswa cinta lingkungan hijau
satunya adalah melalui pembelajaran IPS, di lingkungan sekolah.
karena dalam pembelajaran ini akan lebih
berhasil di terapkan oleh siswa dengan cara METODE PENELITIAN
pembiasaan, dan praktek dengan nuansa Subyek Penelitian
senang hati, dan ikhlas. Pendidikan
kepedulian lingkungan pada pembelajaran Subyek penelitian adalah siswa kelas
IPS dapat lebih berhasil apabila tinggi yaitu kelas 5, SDN Kalibanteng
menerapkan pendekatan pembelajaran Kidul 01 dan SDN Purwoyoso 04,
yang menyenangkan, interaktif, Semarang. Berdasarkan pertimbangan
komunikatif, dan bekerja keras. Adapun efisiensi waktu, biaya, dan tenaga serta
pendekatan tersebut adalah melalui model mengingat banyaknya siswa di kelas lima,
project based learning. maka peneliti tidak akan meneliti atau
Pada penelitian ini, peneliti akan mengambil keseluruhan dari populasi,
menerapkan pendekatan project based peneliti mengambil secara acak dengan
learning dengan alasan membiasakan siswa melakukan perbandingan tertentu sesuai
untuk melakukan kegiatan cinta dengan jumlah populasi yang tersebar dari
lingkungan. Project based learning adalah beberapa kelas. Teknik pengambilan
sebuah model pembelajaran yang sampel dalam penelitian menggunakan
random sampling secara undian. Dari

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 66


jumlah siswa sekolah yang diambil adalah deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
40 siswa lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Dalam tahap mereduksi data yaitu
Teknik Pengumpulan Data dengan cara menganalisis data keseluruhan,
Data yang diperlukan dalam penelitian kemudian dipilih untuk dirinci setiap
diperoleh dengan menggunakan beberapa bagian-bagian. Hal ini dilakukan untuk
teknik yaitu: mempermudah dalam pemahaman ketika
1. Teknik Observasi disajikan. Penyajian data dengan cara: data
Observasi adalah kegiatan mengamati yang telah terperinci disajikan dalam
sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara bentuk tabel atau grafik, sadangkan
simultan merekam untuk digunakan penarikan kesimpulan yaitu dengan cara
sebagai bahan analisis. Dalam pengertian mempelajari data, menafsirkan,
tersebut terkandung dua hal yang perlu membandingkan dan barulah mengambil
diperhatikan, yaitu: 1) Pengamatan kesimpulan Penelitian kualitatif
terhadap segala sesuatu, dan 2) pencatatan mempunyai lima ciri yaitu (1) natural
data-data dan gejala yang ditimbulkan. setting sebagai sumber data langsung dan
2. Teknik Dokumentasi peneliti sebagai instrument kunci, (2)
Dokumentasi adalah merupakan bersifat deskriptif, (3) lebih mengutamakan
catatan peristiwa penting yang sudah proses daripada hasil, (4). Analisis data
berlalu. Dokumentasi bisa berupa tulisan, secara induktif, dan (5) makna atau
gambar, atau karya-karya monumental dari meaning merupakan perhatian utamanya.
seseorang. Penelitian kualitatif adalah prosedur
3. Teknik Catatan Lapangan penelitian yang menghasilkan data
Catatan lapangan meliputi catatan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
tentang kegiatan peneliti selama lisan dari orang-orang dan perilaku yang
pembelajaran berlangsung. Catatan ini dapat diamati.
memuat peristiwa-peristiwa penting dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
kegiatan pembelajaran.
4. Teknik Angket Pendidikan Lingkungan Melalui
Angket atau kuesioner merupakan Pembelajaran IPS Dengan Pendekatan
teknik pengumpulan data yang dilakukan Project Based Learning Dalam
dengan cara memberi seperangkat Menciptakan Sekolah Hijau. Hasil yang di
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada capai dalam pendidikan lingkungan melalui
responden untuk dijawabnya. pembelajaran IPS dengan pendekatan
Project Based Learning dalam menciptakan
Teknik Analisis Data sekolah hijau terdiri dari 7 indikator.
Teknik analisis data yang digunakan Adapun ketujuh indicator tersebut yaitu:1.
adalah analisis kualitatif dengan metode Membiasakan sikap toleransi pada sesama,
deskriptif. Sesuai dengan pendapat Bogdan 2. Membiasakan kepedulian terhadap
dan Tylor (dalam Moleong, 2005:4) data lingkungan, 3. Membiasakan rasa bangga,
kualitatif adalah data yang dinyatakan 4. Sikap Apresiatif, 5. Membiasakan rasa
dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. gotong royong, 6. Membiasakan sikap
Penelitian kualitatif adalah menghasilkan tanggung jawab, dan 7. Mengembangkan
teknik kualitatif yaitu dengan melalui tahap sikap disiplin. Data yang disajikan
mereduksi data, menyajikan prosedur diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
penelitian yang menghasilkan data catatan lapangan, dan dokumentasi. Dari

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 67


masing-masing indicator dijelaskan lebih
mendetail sebagi berikut.

1. Membiasakan sikap toleransi pada


sesama
Berdasarkan hasil observasi pada
indikator membiasakan sikap toleransi
diperoleh skor 11 dengan persentase 68,8%
dan termasuk dalam kategori baik. Berikut Gambar 1. Siswa bekerja sama membuang
tabel hasil observasi pada indikator sampah pada tempatnya
membiasakan sikap toleransi pada sesama.
Pada indikator Membiasakan sikap Deskriptor 2 yaitu guru membiasakan
toleransi pada sesama dilakukan sikap hasil usaha dalam menjaga
pengamatan sebanyak 4 kali pertemuan. lingkungan, deskriptor tersebut tampak
Deskriptor yang tampak adalah deskriptor pada pertemuan kesatu, pertemuan kedua,
ke 1 yaitu Membiasakan menghargai setiap pertemuan ketiga, dan pertemuan keempat.
perbuatan baik siswa, deskriptor ke 2 yaitu Berdasarkan hasil observasi bahwa guru
Membiasakan sikap hasil usaha dalam membimbing siswa untuk membiasakan
menjaga lingkungan, dan deskriptor ke 3 berbuat baik di sekitar lingkungan dengan
yaitu: Membiasakan merespon terhadap penuh perhatian.
lingkungan yang kotor. Deskriptor 3 yaitu Membiasakan
Deskriptor 1 yaitu guru membiasakan merespon terhadap lingkungan yang kotor.
menghargai apapun sikap yang dilakukan Deskriptor tersebut tampak pada pertemuan
oleh siswa dalam kebaikan deskriptor ketiga dan pertemuan keempat. Guru
tersebut tampak pada pertemuan kesatu, mendekati siswa kemudian merespon
pertemuan kedua, pertemuan ketiga, dan dengan memberikan reward terhadap
pertemuan keempat. Berdasarkan hasil perbuatan yang sudah di lakukan oleh
observasi, sejak kegiatan dimulai hingga siswa. Pada saat siswa sedang membuang
kegiatan selesai guru selalu mengawasi sampah ditempatnya guru mengucapkan
siswa yang sedang melakuakan aktivitas “bagus” “terimakasih”. Siswa menyapu
dalam menjaga lingkungan di sekolah. ruangan kelas juga mendapatkan respon
Guru selalu memantau perkembangan sikap yang sangat baik oleh guru. Adapun
siswa dari hari kehari, tanpa sepengetahuan kegiatan siswa dalam menyapu ruangan
oleh siswa. dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Hal ini dilakukan agar perilaku siswa
yang diamati tidak menunjukkan
keterpakasaaam tetapi berasal hati nurani
dalam menjaga kebersihan lingkungan di
sekitar sekolah. Adapun penejelasan dari
sikap siswa diperkuat oleh gambar berikut
ini.

Gambar 2. Siswa sedang membersihkan


ruang kelas

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 68


2. Membiasakan kepedulian terhadap Deskriptor 3 yaitu membiasakan
lingkungan merawat tanaman hijau. Guru
Berdasarkan hasil observasi pada membiasakan siswa untuk menanam
indikator Membiasakan kepedulian tanaman hijau dan merawat tanaman agar
terhadap lingkungan diperoleh skor 10 selalu tumbuh subur dan terawat. Guru
dengan persentase 60% dan termasuk menasehati siswa dengan penuh kasih
dalam kategori baik. sayang, seperti mendekati siswa kemudian
Indikator Membiasakan kepedulian mengajak siswa untuk menyiram tanaman,
terhadap lingkungan meliputi: Deskriptor 1 dan menanam tanaman.
yaitu membiasakan membuang sampah di
tempat sampah, Deskriptor 2 yaitu
membiasakan membersihkan lingkungan
dan deskriptor 3 yaitu membiasakan
merawat tanaman hijau.
Deskriptor 1 yaitu deskriptor tersebut
tampak pada pertemuan 1 dan 4. Untuk
memulai kegiatan menjaga lingkungan
sehat guru mengajak siswa untuk selalu
tertib dalam membuang sampah di Gambar 4. Siswa menanam tanaman
tempatnya, baik itu sampah kecil seperti dengan bimbingan guru
bungkus permen, sedotan, gelas aqua,
plastik, tisu, kertas. setelah itu guru untuk Berdasarkan hasil observasi,
menarik perhatian siswa dengan menunjukkan bahwa guru membiasakan
memberikan senyuman. merawat tanaman hijau termasuk dalam
Deskriptor 2 yaitu membiasakan kategori baik. Terlihat bahwa siswa senang
membersihkan lingkungan untuk deskriptor menanam tanaman di lingkungan sekolah.
tersebut tampak pada pertemuan kesatu, Berdasarkan hasil wawancara guru
pertemuan kedua, pertemuan ketiga, dan mengatakan bahwa terkadang siswa
pertemuan keempat. Sebelum siswa menanam tanaman asal menanam tidak
memulai pelajaran, guru selalu disertai dengan teknik menanam yang
membimbing siswa untuk melaksanakan benar. Kemudian guru selalu membimbing
piket dengan tertib dan tanggunjawab siswa untuk memperhatikan ketika guru
Ketika siswa menyapu kurang bersih guru sedang memberikan penjelasan tentang
langsung mengingatkan kembali dan teknik menanam yang baik.
memberi contoh agar bias menyapu dengan Hasil observasi dan wawancara
bersih. tersebut didukung dengan hasil catatan
lapangan dan dokumentasi peneliti berupa
gambar dan video yang menunjukkan
bahwa guru mendekati siswa yang sedang
menanam tanaman tanpa dengan teknik
yang benar. Hal tersebut menunjukkan
bahwa guru membimbing siswa untuk
memperhatikan selama kegiatan menanam
tanaman berlangsung.

Gambar 3. Siswa selalu melakukan piket


untuk menjaga kebersihan kelas
Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 69
3. Membiasakan rasa bangga dilakukan dengan kepala sekolah pada
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 Maret 2018, guru kelas selalu
indikator membiasakan rasa bangga memberikan motivasi kepada siswa dan
diperoleh skor 10 dengan persentase 60% membiasakan siswa untuk membuang
dan termasuk dalam kategori baik. sampah secara mandiri dan penuh
Pada indikator Membiasakan rasa kesadaran demi menciptakan lingkungan
bangga deskriptor yang tampak adalah yang bersih dan sehat.
deskriptor 2 yaitu Membiasakan sifat
bangga pada lingkungan sekolah,
deskriptor 3 Membiasakan siswa untuk
bekerjasama menjaga lingkungan sekolah.
Deskriptor 2 yaitu Membiasakan sifat
bangga pada lingkungan sekolah,
deskriptor ini tampak pada pada setiap
pertemuan. Terlihat bahwa saat sebelum
dan sesudah kegiatan pembelajaran. Guru
memberikan motivasi pada siswa dengan Gambar 6. Menjaga kebersihan secara
penuh semangat dan rasa sayang pada mandiri dan kelompok
setiap siswa. Siswa bangga bekerjasama
dengan teman, saling menjaga hasil 4. Sikap Apresiatif
tanaman dengan selalu menyiram, dan Berdasarkan hasil observasi pada
memberi pupuk serta mencabut rumput indikator Sikap Apresiatif diperoleh skor
yang ada disekitar tanaman. Adapun 12 dengan persentase 70% dan termasuk
penjelasan tersebut dapat dilihat pada dalam kategori baik. Berikut tabel hasil
gambar sebagai berikut. observasi pada indikator peran guru dalam
membimbing siswa untuk mengikuti
petunjuk yang disampaikan.
Pada indikator peran guru dalam
membimbing siswa untuk memiliki sikap
apresiatif di peroleh dari deskriptor yang
muncul yaitu deskriptor 1, 3, dan 4.
Deskriptor 1 yaitu Menyampaikan pesan
dan makna dalam menjaga lingkungan
sekolah. Deskriptor 3 yaitu: Memuji setiap
Gambar 5. Merasa bangga bekerjasama kemajuan siswa dalam berbuat baik untuk
dengan teman peduli terhadap lingkungan, dan deskriptor
4 yaitu: Memberikan kesempatan siswa
Deskriptor 3 Membiasakan siswa untuk merawat tanaman sendiri.
untuk mandiri membuang sampah. Siswa Deskriptor 1 adalah guru
selalu membuang sampah pada tempat menyampaikan pesan dan makna dalam
sampah untuk menciptakan lingkungan menjaga lingkungan sekolah deskriptor ini
yang bersih. Berdasarkan hasil observasi, tampak pada pertemuan kesatu, pertemuan
menunjukkan bahwa keberhasilan siswa kedua, pertemuan ketiga, dan pertemuan
terhadap kesadaran dalam membuang keempat. Berdasarkan hasil observasi guru
sampah karena bimbingan dari guru dengan selalu memberikan pesan moral bahwa
penuh kesabaran dan perhatian tanaman membutuhkan air, pupuk untuk
Berdasarkan hasil wawancara yang tumbuh kelangsungan hidup. Pada awal

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 70


kegiatan setelah guru memberikan pesan siswa dengan penuh sabar, deskriptor 2
dan mengkondisikan siswa, guru yaitu Membiasakan bersama-sama dengan
menyampaikan kegiatan yang akan teman, dan guru, dalam merawat tanaman
dilakukan dalam menjaga tanaman agar deskriptor 3 yaitu Membiasakan siswa
bisa tumbuh dan berkembang dengan untuk bekerjasama kerja bakti
sangat baik. Guru juga menjelaskan membersihkan lingkungan sekolah, dan
pentingnya lingkungan sehat, dan bersih deskriptor 4 yaitu Membantu siswa dalam
bagi kehidupan. menjaga lingkungan sekolah. Adapun
Deskriptor 4 adalah memberikan penjelasan tersebut di perjelas dengan
kesempatan siswa untuk merawat tanaman gambar sebagai berikut.
sendiri. Setiap siswa di beri kesempatan
untuk mengamati pertumbuhan dari
tanaman yang sudah di tanaman. Adapun
tugas dari siswa yaitu memantau setiap
pertumbuhan dan menjaga kesuburan
tanaman.

Gambar 8. Guru membimbing siswa saat


menyiram tanaman

Selain didukung dengan hasil


pengamatan, deskriptor 1 juga didukung
dengan hasil wawancara dengan guru pada
Gambar 7. Siswa merawat tanaman tanggal 23 Maret 2018. Berikut cuplikan
secara mandiri wawancaranya. “Saya selalu membimbing
agar anak peduli terhadap lingkungan ”
Dari hasil observasi, menunjukkan 6. Menanamkan Rasa Tanggungjawab
bahwa peran guru dalam membimbing Pada Siswa
siswa untuk merawat tanaman kategori Berdasarkan hasil observasi pada
baik. Terlihat bahwa guru memberikan indikator menanamkan rasa tanggungjawab
instruksi kepada siswa untuk menyiram pada siswa diperoleh skor 10 dengan
tanamn secara rutin. Hasil tersebut persentase 60% dan termasuk dalam
didukung dengan hasil dokumentasi kategori baik. Pada indikator ini deskriptor
peneliti berupa gambar dan video serta hasil yang nampak adalah deskriptor 1 yaitu
catatan lapangan peneliti yang Guru membantu mengembangkan potensi
menunjukkan bahwa guru membimbing siswa, deskriptor 2 yaitu Memantau siswa
siswa dalam merawat tanaman. dalam melakukan tugas dan
5. Menanamkan Sifat Gotong Royong tanggungjawab, dan deskriptor 3 yaitu:
Berdasarkan hasil observasi pada Membiasakan siswa untuk melaporkan
indikator menanamkan sifat gotong royong kegiatan dalam menjaga lingkungan.
diperoleh skor 15 dengan persentase Adapun desriptor tersebut dapat di jelaskan
93,75% dan termasuk dalam kategori dengan gambar sebagai berikut.
sangat baik.
Pada indikator ini semua deskriptor
tampak. Deskriptor 1 yaitu Membimbing

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 71


kesadaran nilai pada anak untuk selalu
menjaga lingkungan di sekolah untuk
menciptakan lingkungan hijau. Kesadaran
yang dibentuk pada siswa merupakan
bagian dari sistem nilai yang mengatur
kehidupan, sadar bahwa nilai itu penting
sekali bagi kehidupan manusia sehingga
timbul keinginan untuk memilikinya,
Gambar 9. Siswa bertangungjawab secara bahkan merasa wajib untuk membina dan
individu menyiram tanaman meningkatkannya, dan pada akhirnya yang
bersangkutan berupaya untuk
Berdasarkan hasil observasi, melakukannya sehari-hari.
menunjukkan bahwa guru mampu Penanaman kepedulian lingkungan
membimbing siswa untuk pada pembelajaran IPS hendaknya
bertanggungjawab terhadap segala kegiatan dipersiapkan dan dirancang
yang dilakukan dalam menjaga merawat berkesinambungan dengan penekanan pada
tanaman agar bias tumbuh subur. setiap tingkat yang berbeda. Puskur
7. Membiasakan Disiplin (2010:11). Semakin tinggi jenjangnya
Berdasarkan hasil observasi pada semakin besar unsur pemahaman dan
indikator membiasakan disiplin pertanggungjawabannya. Nilai-nilai
memperoleh skor 12 dengan persentase kepedulian lingkungan yang ditanamkan
70% dan termasuk dalam kategori baik. lebih mengembangkan pada cinta,
Pada indikator ini semua deskriptor merawat, menjaga, dan memelihara
nampak. Deskriptor 1 yaitu Membiasakan lingkungan agar tetap bersih, lestari, asri,
siswa untuk menata lingkungan sekolah dan hijau.
sesuai jadwal, deskriptor 2 yaitu Membuat Pada jenjang SD, siswa harus
jadwal piket kebersihan dan menjaga diperkenalkan pada proses perkembangan
Tanaman, dan deskriptor 3. yaitu pemahaman alasan-alasan akan nilai-nilai
Membiasakan siswa untuk taat pada aturan yang diperkenalkan. Pada siswa kelas
sekolah, Deskriptor 4. Memberikan sanksi rendah, unsur-unsur permainan dalam
kepada siswa yang melanggar aturan penanaman nilai tidak boleh dilupakan.
Sekolah. Sebab pada tahap ini, siswa harus
dikondisikan merasa senang dalam hidup
PEMBAHASAN bersama, bersosialisasi, dan mulai
Dalam materi pembelajaran IPS mengenal ilmu pengetahuan, mengenal
banyak sekali materi yang mengajarkan serta merawat lingkungan sekolah. Nilai-
siswa tentang kepedulian lingkungan yang nilai yang ditanamkan kepada siswa harus
harus ada kesesuaiannya dengan semakin diperdalam dengan cara
kehidupannya di luar kelas. Kemudian memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu
perlu diingat bahwa dalam pembentukan diperkenalkan. Tahap demi tahap mulai
lingkungan sekolah hijaul dituntut peran dikembangkan unsur pemahaman kepada
guru harus kreatif dan memiliki toleransi diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan,
yang tinggi. Kepedulian lingkungan yang tanggungjawab, disiplin, kerjasama, cinta
dikembangkan adalah bentuk toleransi dan kasih sayang harus mulai
terhadap lingkungan sekolah. Tugas guru diperkenalkan, dibiasakan dan harus
yang utama adalah meningkatkan tingkat mendapat tekanan serta perhatian.

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 72


Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi Utomo. 2015. Pendidikan
pemahamannya, kegiatanya harus dipilih Konservasi. Semarang: Magnum
yang dapat membangun sikap tanggung Pustaka Utama.
jawab, keteraturan, kebersamaan dalam
kelompok yang saling membantu. HarianiHarahap, Nani. 2013. Upaya
Pemberian tugas baik yang bersikap Meningkatkan Hasil Belajar IPS
individu maupun kelompok, diskusi dan Membentuk Karakter Siswa
(kooperatif), dan tanya jawab merupakan Melalui Metode Pembelajaran
metode yang cocok untuk menanamkan Kooperatif Tipe STAD pada SDN
karakter dalam pembelajaran IPS. 06,08,09 Medan. Jurnal Tematik.
Vol. 003: No.12 Hal 1
SIMPULAN
Pendidikan lingkungan dalam Hidayati, Mujinem, Senen A. 2008.
menciptakan sekolah hijau sebagai upaya Pengembangan Pendidikan IPS SD.
terpadu untuk melestarikan fungsi Jakarta: Direktorat Jenderal
lingkungan sekolah yang meliputi Pendidikan Tinggi Departemen
kebijaksanaan penataan, pamanfaatan, Pendidikan Nasional.
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan Irsyadiyah. 2013. Penerapan Strategi Make
hidup. Pendidikan Lingkungan tersebut Decision dalam pembelajaran tipe
merupakan suatu program pendidikan STAD pada materi pokok
untuk membina siswa agar memiliki hidrokarbon untuk membentuk
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku karakter peduli siswa kelas X.
yang rasional serta bertanggung jawab Journal of Chemical Education.
tentang pengaruh timbal balik antara warga Vol. 02: No. 02 Hal.75
sekolah dengan lingkungan sekolah dalam
berbagai aspek kegiatan. Adapun kegiatan Kunandar. 2014. Penelitian Autentik.
tersebut antara lain: 1. membiasakan sikap Jakarta: Rajawali Press.
toleransi pada sesama, 2. membiasakan
kepedulian terhadap lingkungan, 3. Mulyana R., 2009. Penanaman Etika
membiasakan rasa bangga, 4. sikap Lingkungan Melalui Sekolah
apresiatif, 5. membiasakan rasa gotong Perduli dan Berbudaya Lingkungan.
royong, 6. membiasakan sikap tanggung Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.
jawab, dan 7. Mengembangkan sikap 6 No. 2: 175-180.
disiplin.
Peraturan Rektor Universitas Negeri
DAFTAR PUSTAKA Semarang Nomor 22 Tahun 2012
Tentang Tata Kelola Kampus
Departemen Pendidikan Nasional Badan
Berbasis Konservasi di Universitas
Penelitian dan Pengembangan Pusat
Negeri Semarang.
Kurikulum. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter
Priyanto, dkk. 2013. Pendidikan Berspektif
Bangsa. Jakarta: Depdiknas
Lingkungan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Wacana Vol
Hardati Puji, Dewi Lies Noor Setyowati,
16. No : 41-51
Saratri Wilonoyudho, Nana Kariada
Tri Martuti, Asep Purwo Yudi

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 73


Wahab, Solihin, Abdul. (2005). Analisis
Kebijakan dari Formulasi ke Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
Implementasi Kebijaksanaan yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Negara. Jakarta : Bumi Aksara. Rineka Cipta.

Nurhalim, K. 2000. Prosedur Pelaksanaan Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning:


PTK. Makalah disajikan pada Teori Riset dan Praktik. Bandung:
Pengembangan Pelatihan Penelitian Nusa Media. Terjemahan.
Tindakan Kelas Bagi Tenaga
Kependidikan Baik Dosen Maupun Suprijono Agus. 2012. Kooperatif
Guru di Jawa Tengah. Semarang: Learning. Yogyakarta: Pustaka
Lembaga Penelitian UNNES Pelajar.

Samlawi, Fakih, dkk. 2004. Konsep Dasar Suhanaji, dan Waspodo Tjipto Subroto.
IPS. Bandung: Departemen 2003. Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Pendidikan dan Kebudayaan Sosial. Surabaya: Insan Cendikia.
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.

Jurnal Kreatif 9 (1) 2018 | 74

Anda mungkin juga menyukai