Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

UPAYA BELA NEGARA DI KALANGAN MAHASISWA

Di susun oleh:

Nama : Nadia Islamiati

NIM : 042191594

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNUVERSITAS TERBUKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dalam pekerjaan tugas makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul “Upaya
Bela Negara Bagi Kalangan Mahasiswa “.

Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
merubah manusia kejalan yang terang benderang. Pendidikan Kewarganegaraan sangat
penting sekali dipahami oleh semua lapisan masyarakat terkhusus mahasiswa, karna
mahasiswa merupakan agen of change dari sebuah negara. Apabila mahasiwa di suatu
negara tidak paham atau tidak pernah menpelajari pendidikan kewarganegaraan maka
jangan harap mereka akan bisa menjadi agen of change bagi negara tersebut. Di
Indonesia banyak sekali permasalahan yang dihadapi mulai dari ketimpangan sosial,
kemiskinan, kriminalitas dan lain – lain. Hal ini dapat dimengerti sebab dan akibatnya
apabila kita mempelajari pendidikan kewarganegaraan.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami butuhkan guna
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Penulis

NADIA ISLAMIATI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
D. Ruang Lingkup Penulisan...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................4
A. Bela Negara...............................................................................................................................4
B. Konsep dan Prinsip Kepemimpinan Bela Negara.......................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................14
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................14
A. Ketentuan Bela Negara Bagi Masyarakat dalam Undang – Undang.....................................14
B. Aktualisasi Upaya Bela Negara di Kalangan Mahasiswa.......................................................17
BAB IV..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………………………...21
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………………………….21

BAB V ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..22

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………………………….............22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia di proklamasikan kemerdekaannya pada 17 agustus 1945.


Kemerdekaan yang diproklamasikan itu berangkat dari perjalanan sejarah
peperangan yang panjang, berabad-abad lamanya melawan penjajah dalam
suasana perpecahan tidak adanya semanagat persatuan dan kesatuan
mengakibatkan lamanya penjajahan di bumi nusantara. Memang sungguh sulit
mempersatukan negara seluas nusantara yang terdiri dari 17.508 pulau, dihuni
oleh peduduk berasal dari dua ras besar (melayu dan melanesia) lebih dari 350
suku bangsa yang berbicara dalam 583 dialeg bahasa dan memeluk lima agama
besar.
Penjajahan itu mengakibatkan kebodohan dan penderitaan pada awal abad
XX mendorong tumbuhnya semangat kebangsaan. Kebangkitan Nasional ini
ditandai dengan lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908. Peristiwa
sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 oktober 1928 merupakan
tonggak sejarah yang sangat penting. Sumpah tersebut merupakan perwujudan
sikap dan tekad bangsa indonesia untuk bersatu dalam wadah negara, bangsa
dan bahasa indonesia. “ Satu tanah air menunjukkan satu kesatuan geografis,
satu bangsa menunjukkan satu kesatuan politik dan satu bahasa menunjukkan
satu kesatuan sosial budaya”. Tekad ini mewujudkan perjuangan yang akhirnya
melahirkan proklamasi kemerdekaan bangsa indonesia pada 17 agustus 1945.
Kendatipun bangsa indonesia sudah merdeka, pengalaman membuktikan bahwa
kemerdekaan tidak membebaskan bangsa indonesia dari berbagai ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan. Sejarah memberikan pelajaran berharga
kepada kita sebagai bangsa bahwa ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
tidak hanya datang dari luar namun juga dari tubuh bangsa indonesia sendiri.
Untuk menghadapi ancaman ,tantangan, hambatan dan gangguan yang
membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan republik
indonesia, perlu dikerahkan segenap kemampuan, kekuatan dan potensi yang
ada pada bangsa indonesia yang terwujud dalam kesadaran berkemampuan bela
negara. Karna itu setiap warga negara sejak dini perlu dibekali kemampuan

1
tersebut. Maksud dari bela negara adalah tekad, sikap, semangat serta tindakan
warga negara dalam upaya menjaga, memelihara, serta mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Tekad upaya tidak hanya terbatas
dalam wujud perjuangan mengangkat senjata, melainkan mencakup semua
wujud gagasan, sikap serta perbuatan pengabdian melalui bidang masing-masing
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam mencapai tujuan nasional.
Bela negara bukan sekedar kewajiban para aparatur negara saja, namun
bela negara merupakan sebuah kewajiban bagi setiap warga negara. Bela negara
sendiri merupakan sebuah konsep tentang patriotisme atau kecintaan terhadap
negara. Berkat perjuangan dan pengorbanan mereka, akhirnya kita generasi
mereka bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan. Sebagai rasa syukur kita
kepada Allah SWT dan untuk membalas jasa para pahlawan, perlulah kita
sebagai generasi penerus untuk negara indonesia memberikan bakti diri kita
untuk membantu para aparatur negara dalam membela negara kita. Sebagai
masyarakat indonesia yang sadar akan hak dan tanggung jawabnya sebagai
warga negara memiliki peran penting dalam hal bela negara. Tidak ada
pembedaan antara yang kaya dan miskin, pemimpin maupun masyarakat semua
lapisan masyarakat memiliki hak dan kewajiaban dalam bela negara, khususnya
mahasiswa yang akan menjadi agen of change and agen of control di dalam
negara indonesia. Arus globalisasi dan modernisasi memberikan pengaruh yang
besar terhadap identitas bangsa, bahkan dapat mengancam budaya bangsa
sehingga mahasiswa sebagai kader terdidik harus mengambil peran aktif dalam
menghadapi ancaman tersebut. Mahasiswa sebagai kader muda berkewajiban
melindungi dan membela negara sesuai dengan amanah UUD 1945. Namun miris
sekali melihat kenyataan saat ini, semakin berkembangnya arus globalisasi dunia
membuat sebagian mahasiswa terpesona oleh perkembangan dunia yang
semakin modern, sehingga mereka secara tidak sadar melalaikan kewajiban
untuk melindungi dan membela negaraanya dari ancaman yang datang.
Pencapaian tujuan bangsa indonesia yang terkandung dalam UUD 1945
masih menghadapi persoalan yang sulit untuk mewujudkannya. Persoalan ini
muncul karna adanya komflik yang sering terjadi antar mahasiswa yang
disebabkan oleh adanya kepentingan (egoisme) pribadi dan kelompok
dibandingkan dengan kepentingan bangsa dan negara.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Ketentuan Bela Negara Bagi Masyarakat Dalam Undang -


Undang ?
2. Bagaimana Aktualisasi Upaya Bela Negara Di Kalangan Mahasiswa ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Ketentuan Bela Negara Bagi Masyarakat Dalam Undang-


Undang.
2. Mengetahui Bagaimana Aktualisasi Upaya Bela Negara Di Kalangan
Mahasiswa.

D. Ruang Lingkup Penulisan

Makalah ini terpokus pada “ Upaya Bela Negara Di Kalangan Mahasiswa “.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
A. Bela Negara

1. Pengertian Bela Negara


Secara definisi bela negara sendiri sebenarnya merupakan :
 Jiwa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara;
 Kewajiban dasar manusia; dan
 Kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa, yaitu ketika diwujudkan
dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa, kewajiban, dan
kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela Negara”

Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Artinya secara konstitusional bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia
sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela Negara terkait etar dengan
terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana
termuat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan
kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

Amanat tertulis Presiden RI Pada Peringatan Hari Bela Negara 2015, 19


Desember 2015 menegaskan bahwa Republik Indonesia bisa berdiri tegak
sebagai negara dari seluruh kekuatan rakyat, mulai dari prajurit TNI, petani,
pedagang kecil, nelayan, ulama, santri, dan elemen rakyat yang lain. Sejarah juga
menunjukkan kepada kita semua bahwa membela negara tidak hanya dilakukan
dengan kekuatan senjata. Dalam amanat tersebut dijelaskan beragam ancaman
yang sedang dan akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia, mulai dari tantangan
dalam mengelola kemajemukan, gelombang perdagangan bebas dan tekanan

4
integrase ekonomi regional, hingga penguasaan akses sumber daya maritime,
energi dan pangan, serta tantangan kemiskinan, keterbelakangan dan
ketimpangan.

2. Nilai-Nilai Dasar Bela Negara


 Cinta Tanah Air
Cinta merupakan perasaan (rasa) yang tumbuh dari hati yang paling
dalam tiap warga negara terhadap Tanah Air yakni Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Untuk menumbuhkan nilai-nilai rasa cinta Tanah Air perlu memahami
indonesia secara utuh meliputi :
- Pengetahuan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia
- Potensi sumber daya alam
- Potensi sumber daya manusia, serta
- Posisi geografis yang sangat strategis dan terkenal dengan
keindahan alamnya sebagai zamrud katulistiwa yang merupakan
anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa indonesia.

Dengan memahani keberadaan Indonesia seutuhnya, akan


menumbuhkan nilai-nilai dasar bela negara sebagai rasa bangga
sebagai bangsa pejuang, rasa memiliki sebagai generasi penerus, dan
rasa bertanggung jawab sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan tumbuhnya rasa cinta Tanah Air pada tiap
warga negara Indonesia akan lahir sikap bela negara yang kuat
sebagai modal dasar kekuatan bangsa dan negara yang siap berkorban
untuk menjaga, melindungi dan membangun bangsa dan negara
menuju terwujudnya citacita nasional.

 Sadar Berbangsa dan Bernegara


Rasa cinta Tanah Air yang tinggi dari tiap warga negara, perlu
ditopang dengan sikap kesadaran berbangsa yang selalu menciptakan
nilai-nilai kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di
lingkungan masing-masing serta sikap kesadaran bernegara yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik

5
Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945. Untuk menumbuhkan sikap kesadaran berbangsa dan
bernegara yang merdeka dan berdaulat di antara negara-negara
lainnya di dunia, perlu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam
konsepsi kebangsaan yang meliputi :
- Wawasan Nusantara
- Ketahanan Nasional
- Kewaspadaan Nasional
- Dan politik luar negri bebas aktif

Dengan memahami konsepsi kebangsaan yang dianut oleh bangsa


Indonesia, diharapkan akan melahirkan sikap bela negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan banga berbasis
pada sikap nasionalisme dan patriotisme untuk memperkokoh
ketahanan nasional yang berwawasan Nusantara. Ketahanan nasional
yang kuat, kokoh dan handal merupakan potensi bangsa dan negara
yang dahsyat dalam mengantisipasi dan mengatasi berbagai bentuk
ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan, baik yang datang dari
dalam negeri maupun dari luar negeri sebagai wujud dari
kewaspadaan nasional. Dengan sikap sadar bela negara akan
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa sebagai kekuatan
utama bangsa Indonesia dalam menjamin keutuhan NKRI sepanjang
zaman.

 Setia Kepada Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, telah terbukti ampuh
dalam menjamin kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17
Agustus 1945. Pasca Proklamasi kemerdekaan Indonesia, telah terjadi
berulang kali peristiwa sejarah yang mengancam keberadaan NKRI,
namun berbagai bentuk ancaman tersebut dapat diatasi, berkat
kesetiaan rakyat Indonesia terhadap ideology Pancasila. Untuk
membangun kesetiaan iap warga negara terhadap ideologi Pancasila
perlu memahami berbagai faktor yang turut mempengaruhi

6
berkembangnya pengalaman nilai-nilai Pancasila tersebut sebagai
bagian dari nilai-nilai dasar bela negara yang meliputi :
- Penegakkan disiplin
- Pengembangan etika politik
- Sistem demokrasi; serta
- Menumbuhkaan taat hukum.

Kesetiaan tiap warga negara kepada Pancasila sebagai ideologi


negara dan sekaligus sebagai dasar negara, perlu diterjemahkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

 Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara


Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan dan
mempertahankannya hingga saa ini, adalah berkat tekad para pejuang
bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. Sikap rela
berkorban telah menjadi bukti sejarah, bahwa kemerdekaan
Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tulus tanpa pamrih dari
seluruh kekuatan rakyat melawan colonial belanda dan kelompok
yang anti kepada NKRI. Dengan semangat pantang menyerah, para
pejuang bangsa maju ke medan perang, baik perang fisik militer
maupun perang diplomasi untuk mencapai kemenangan. Untuk
membangunsikap rela berkorban untuk bangsa dan negara tiap warga
negara perlu memahami beberapa aspek yang meliputi :
- Konsepsi jiwa
- Semangat dan nilai juang 45
- Tanggung jawab etik
- Moral dan konstitusi; serta
- Sikap mendahulukan kepentingan nasional diatas kepentingan
pribadi atau golongan.

Dengan sikap rela berkorban demi bangsa dan negara, akan dapat
membangun kekuatan bangsa untuk membangun ketahanan nasional

7
yang kuat, kokoh dan handal dan menyukseskan pembangunan
nasional berpijak pada potensi bangsa negara secara mandiri.

 Semangat Untuk Mewujudkan Negara Yang Berdaulat, Adil dan


Makmur
Semangat untuk mewujudkan cita-cita bangsa, merupakan sikap
dan tekad kebangsaan yang dilandasi oleh tekad persatuan dan
kesatuan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Sikap dan tekad
bersama merupakan kekuatan untuk mencapat cita-cita bangsa
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,
yakni : melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pada
dasarnya bangsa Indonesia berjuang untuk merdeka, berdaulat dan
berkeadilan, memberantas kemiskinan dan kebodohan serta
mendambakan perdamaian dunia yang damai. Nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam semangat kebangsaan merupakan energi potensial
yang tinggi dari bangsa Indonesia dan akan berdaya guna secara
efektif jika digunakan dengan semangat kebangsaan dalam persatuan
dan kesatuan tanpa membedakan suku, ras, agama dan kelompok.
Dengan semangat yang tinggi berlandaskan sikap dan tekad yang
membara akan mampu mendayagunakan seluruh potensi sember
daya nasional dan kearifan lokal dengan memperhatikan secara
sungguhsunguh berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang timbul
sesuai dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal merupakan
rujukan nilai-nilai peradaban bangsa Indonesia yang dapat digunakan
untuk mendorong akselerasi pembangunan ketahanan nasional dan
menyukseskan pembangunan nasional menuju terwujudnya
masyarakat adil dan makmur.

B. Konsep dan Prinsip Kepemimpinan Bela Negara

1. Konsep Kepemimpinan Bela Negara


Kepemimpinan bela negara adalah kepemimpinan yang dilandasi
keteladanan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai bela negara, yakni cinta
8
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban, dan meyakini
Pancasila sebagai ideology negara. Nilai-nilai tersebut telah ditandai sebagai
atribut warga negara yang baik (good citizenship), sekaligus sebagai karakter
yang akan menentukan kualitas kepemimpinan. Keteladanan menjadi
karakter pembentuk kualitas kepemimpinan beala negara. Meski turut
dibentuk oleh atribut yang lain, karakter telah ditandai sebagai jiwa
kepemimpinan yang penting. Setelah menyelidiki faktor-faktor kunci yang
menentukan kepemimpinan Presiden Amerika yang dinilai hebat pada
zamannya, Newell (tanpa tahun : 318) menyebut karakter sebagai salah satu
faktor yang membentuk jiwa kepemimpinan, “character trumps brains – or at
least formal education”. Sebagai salah satu jiwa kepemimpinan, karakter
dinilai lebih menentukan disbanding otak, atau sekurang-kurangnya
pendidikan formal, dalam menentukan keberhasilan seorang pemimpin.
Keteladanan dalam kepemimpinan bela negara lahir dari integritas moral
dan etika sang pemimpin. Integritas moral adalah konsistensi antara pikiran,
ucapan dan tindakan dengan mendasarkannya pada kebenaran moral
universal. Seperti diungkapkan Becker (1998) integritas “is
commitment in action to a morally justifiable set of principles and values”. Jadi,
integritas adalah komitmen untuk mendsarkan setiap tindakan pada
seperangkat prinsip atau nilai moral secara konsisten. Konsistensi pemikiran,
ucapan, dan tindakan seorang pemimpin menjadi teladan bagi pengikutnya.
Keteladanan inilah yang menjadi kekuatan dalam menggerakan pengikutnya
meraih misi dan tujuan organisasi tanpa kenal menyerah. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Bertens (2007:4), bahwa integritas adalah seperangkat
prinsip atau nilai moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau
sekelompok orang dalam mengatur perbuatannya. Nilai-nilai tersebut berasal
dari perpaduan nilai agama, budaya dan ideology sebuah bangsa, sehingga
menjadi acuan dan patokan bersama dalam melaksanakan suatu tindakan.
Oleh karena itu, pemimpin yang berintegrasi akan menampilkan
sekurang-kurangnya empat ciri berikut, yakni : 1) Konsisten dalam
memegang prinsip 2) Memegang teguh nilai-nilai moral 3) Mampu menjadi
teladan bagi pengikutnya, dan 4) Memiliki daya juang tak mengenal batas
dalam memperjuangkan misi dan tujuan organisasinya. Integritas melekat

9
dalam tradisi relativisme moral, dimana pemaknaan dan pemahaman atas
perilaku yang baik dapat bervariasi ditengah-tengah kebudayaan, perbedaan
zaman, serta perbedaan prinsip dan nilai. Oleh karena itu, integritas moral
muncul sebagai komitmen untuk memegang teguh prinsip-prinsip moral
universal, dan menolak untuk mengubahnya walaupun kondisi dan situasi
sangat sulit, serta banyak tantangan yang berupaya melemahkan prinsip-
prinsip moral dan etika yang dipegang teguh. Pribadi yang berintegritas tidak
mudah menyerah pada keadaan, tidak mudah larut ke dalam iklim moral
yang carut marut, serta tidak akan terjebak pada desakan kepentingan jangka
pendek. Transformasi politik dan kepemimpinan nasional telah mengubah
banyak hal. Mulai dari struktur hingga kultur dan praktik politik. Arus
perubahan yang berlangsung bukan hanya menyentuh aspek-aspek fisik,
melainkan juga sistem pemikiran dan perilaku.
Menghadapi perubahan dimaksud, penggalian konsep, prinsip dan
aktualisasi kepemimpinan bela negara diyakini mampu menjadi salah satu
solusi. Keyakinan ini dilandasi oleh fakta bahwa bela negara telah menjadi
konsep yang menyatukan seluruh kekuatan bangsa dalam melahirkan
Indonesia merdeka, mempertahankan diri dari kekuatan asing yang
bermaksud merongrong, dan menjadi kekuatan yang mendorong peran serta
masyarakat dalam pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya. Makna
konseptual kepemimpinan bela negara bisa dilacak secara historis, yuridis
dan sosiologis. Secara historis, kepemimpinan bela negara dapat dilihat dari
sejarah panjang perjuangan segenap rakyat Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan dan mengisinya. Kemerdekaan yang
didapat dengan mengorbankan harta, jiwa dan raga tiada lain dilaksanakan
atas dasar kecintaan terhadap nusa dan bangsa demi mewujudkan Indonesia
merdeka, yang berdaulat, adil, dan makmur. Secara yuridis kepemimpinan
bela negara dapat dipahami sebagai aktualisasi bela negara sebagaimana
tertuang di dalam UUD NRI Tahun 1945 dan ketentuan perundangan lainnya.
Memahami kepemimpinan dalam konteks bala negara berimplikasi pada
perluasan orientasi kepemimpinan. Kepemimpinan tidak berorientasi jangka
pendek, partisan, atau sectoral, tetapi merupakan bentuk kontribusi
fungsional warga negara kepada masyarakat, bangsa, dan negaranya.

10
Secara sosiologis kepemimpinan bela negara adalah kontekstualisasi
keteladanan dalam pengamalan nilai-nilai bela negara sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Dalam menghadapi perkembangan zaman, nilai-
nilai dasar tidak boleh berubah sejauh tidak bertentangan dengan nilai
dasarnya. Contoh yang autentik dapat ditemukan di sekitar peristiwa
Sumpah Pemuda. Seperti diketahui, Kerapatan Besar Pemuda II 28 Oktober
yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda di gelar dengan menggunakan
bahasa Indonesia. Padahal, banyak aktivis pemuda tidak bisa berbicara dalam
Bahasa ini. Bahkan pimpinan siding, Soegondo, dinilai tidak mampu
mengucapkannya dengan baik. Tokoh lain yang saat itu tidak bisa berbicara
Bahasa Indonesia adalah Sri Soendari (adik Dr. soetomo). Namun
kecintaannyapada Indonesia telah membuat Sri Soendari belajar keras,
sehingga dua bulan kemudian, tepatnya saat berpidato pada Kongres
Perempuan Indonesia Desember 1928 Sri Soendari telah mampu
menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik (Yudi, Latif : 2014). Apa yang
memotivasi Sri Soendari belajar keras hingga dalam dua bulan mampu
berbicara Bahasa Indonesia? Sebagai pemimpin pergerakan perempuan
Indonesia, Sri Soendari ingin menggerakan aktivis perempuan dengan
kekuatan keteladanan.
2. Prinsip Kepemimpinan Bela Negara
Prinsip utama kepemimpinan bela negara adalah integritas moral dan
etika. Integritas moral dalam kepemimpinan bela negara akan menghadirkan
sosok pemimpin yang menjadi teladan. Keteladanan inilah yang memberinya
legitimasi moral dalam mengarahkan dan mewujudkan kecintaan warga
negara kepada NKRI. Integritas moral kepemimpinan bela negara
menghadirkan pemimpin yang memberi pengaruh bukan karena gemar
memerintah, tajam dalam mengkritik, dan mahir mencari kesalahan,
melainkan pemimpin yang memberikan pengaruh karena tindakannya tidak
tercela dan daya juangnya yang tak mengenal batas. Integritas moral dan
etika sebagai prinsip kepemimpinan bela negara akan menciptakan iklim
dimana orang akan terbiasa melakukan hal-hal yang benar, bukan
membenarkan hal-hal yang biasa dilakukan. Integritas juga dikonsepsikan
sebagai kemampuan untuk senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip

11
moral. Perilaku orang yang berintegritas akan sesuai dengan nilai-nilai
maupun prinsip-prinsip yang dipegangnya.
Dengan demikian kepemimpinan bela negara pada intinya adalah
kepemimpinan yang memberi pengaruh bukan karena hanya pandai
menginstruksi, hebat mengkritik, dan mahir mencari kesalahan, melainkan
kepemimpinan yang memberikan pengaruh dengan perilaku-perilaku yang
dianggap baik oleh masyarakat. Adapun perilaku yang dianggap baik tersebut
adalah segala perilaku yang dilandasi oleh integritas etika dan moral. Berkaca
pada sejarah, kepemimpinan Soekarno lahir dari kepekaan jiwanya dalam
melihat kondisi masyarakat Indonesia yang terjepit oleh penjajahan dan
penindasan. Kepekaan terhadap penderitaan masyarakat itulah yang
membuat Soekarno berpikir visioner untuk menembus batas kemampuan
dan mencita-citakan sebuah bangsa yang merdeka dan lepas dari
ketertindasan. Konsistensi pemikiran, ucapan dan tindakan Soekarno tentang
konsep kemerdekaan mampu menjadi kekuatan yang mempengaruhi seluruh
elemen bangsa untuk bergerak bersama dalam melawan
penjajahan/penindasan demi satu harapan bersama, yaitu Indonesia
Merdeka. Begitu pula dengan sosok Muhammad Hatta, yang konsisten dalam
pemikiran dan kebijakannnya mengenai sistem perekonomian bangsa
Indonesia. Kondisi rakyat Indonesia yang masih terbelakang pada waktu itu,
memunculkan gagasan dan serangkaian kebijakan dalam mencerdaskan dan
memperbaiki kesejahteraan ekonomi rakyat berlandaskan semangat
kekeluargaan dan mewujud dalam gerakan koperasi.
Kepemimpinan bela negara yang dibutuhkan saat ini dapat digambarkan
sebagai pemimpin yang konsisten dengan keyakinan moralnya, berani
karena benar, mampu memaksimalkan pendengarannya untuk menampung
aspirasi dan keluhan rakyat, menggunakan tangan dan kakinya untuk beraksi
membantu kesulitan-kesulitan rakyat, mencurahkan segala pikirannya untuk
kepentingan rakyat, dan memiliki daya juang tanpa batas dalam mewujudkan
kebaikan bersama. Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam artikelnya (2016)
menyatakan bahwa “sesungguhnya rakyat menginginkan pemimpin yang
tegas, berani karena benar, benar karena menurut hukum”. Figure pemimpin
seperti inilah yang akan membuat rakyat merespon dengan sukarela untuk

12
bergerak bersama pemimpinnya dalam mencapai visi Indonesia yang adil
dan makmur dalam wadah NKRI. Masyarakat menjadi “medaan pengabdian”
bagi kepemimpinan bela negara, karena perannya harus mampu
mempengaruhi dan mengarahkan kecintaan warga negara kepada NKRI. Hal
itu sesuai dengan modal dasar dalam sebuah kepemimpinan, yaitu
menyebarkan pengaruh bagi lingkungan masyarakat sekitarnya.
Kepemimpinan bela negara laebih daripada sekedar kepemimpinan biasa.
Kepemimpinan Bela Negara bukan hanya mensyaratkan kompetensi, tetapi
juga keberpihakan terhadap kepentingan dan kebaikan bersama.
Tantangannya adalah bagaimana menghadirkan sosok pemimpin
berintegritas, loyal pada kebijakan negara yang fundamental, memiliki daya
juang tanpa batas, dan mampu menghindarkan diri dari perilaku tercela.
Meski kepemimpinan nasional saat ini lahir dari partai politik, namun
mereka yang menyadari prinsip kepemimpinan bela negara akan mampu
keluar dari dilemma partisan, jebakan kepentingan primodial, dan orientasi
jangka pendek.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Ketentuan Bela Negara Bagi Masyarakat dalam Undang – Undang


1. Analisis Undang – Undang Tentang Bela Negara

13
Dalam upaya mencapai cita-cita nasionalnya setiap bangsa
menghadapi berbagai tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang
mungkin datang dari dalam maupun dari luar yang akan membahayakan
kelangsungan hidupnya. Agar dapat melindungi diri terhadap semuanya
itu, suatu bangsa perlu memiliki keuletan, kekuatan, ketangguhan
sehingga tahan terhadap berbagai gejolak yang menghantamnya. Daya
tahan ini disebut “Tannas.
Konsepsi Tannas pada dasarnya merupakan konsepsi tentang
pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara
seimbang dan serasi dalam kehidupan nasional secara menyeluruh
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan berpedoman pada
“Wasantara”. Oleh karena itu, Tannas mempunyai fungsi sebagai sistem
kehidupan nasional dan sebagai pola dasar pembangunan nasional serta
mempunyai kedudukan sebagai kondisi, doktrin dan metode
memecahkan masalah-masalah nasional. Oleh karena konsepsi Tannas
berlandaskan, menjabarkan, dan melaksanakan Pancasila, UUD 1945 dan
Wasantara maka pola pikir dalam melaksanakan fungsi dan kedudukan
Tannas adalah menggunakan pola pikir integralistik atau pola pikir
kesisteman. Tannas sebagai suatu kondisi adalah tidak lain merupakan
hasil atau output dari pembangunan nasional, yaitu keterpaduan dari
hasil pembangunan segenap aspek kehidupan nasional atau astagatra.
Oleh karena itu, keberhasilan meningkatkan Tannas pada suatu saat
merupakan pencerminan keberhasilan secara keseluruhan aspek
kehidupan nasional pada saat itu. Apabila hal ini diproyeksikan lebih
lanjut, dapat diartikan bahwa peningkatan Tannas merupakan hasil upaya
dari segenap warga negara Indonesia di bidangnya masing-masing pada
segenap aspek kehidupan nasional. Di samping wajah atau dimensinya
sebagai kondisi, Tannas juga memiliki wajah atau dimensi sebagai doktrin
nasional dan sebagai metode memecahkan masalah nasional.
Pengimplementasian Tannas selalu akan menampilkan ketiga wajah atau
dimensi itu sekaligus. Tannas ini tidak tumbuh dengan sendirinya dan
untuk selamanya. la bersifat dinamis, berubah-ubah menurut kondisi
aspek-aspek kehidupan bangsa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

14
berbagai faktor. Oleh karena itu, Tannas itu harus
terus dibina dan ditingkatkan.
Upaya dalam menjaga ketahanan negara salah satunya dengan
memiliki sikap bela negara. Setiap warga negara indonesia memiliki
kewajiban dalam melakukan bela negara, sesuai dengan yang tercantum
dalam pasal 27 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berbunyi “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Artinya secara konstitusional bela negara mengikat
seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga
negara. Bela Negara terkait etar dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan
terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum,
Mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Pasca Proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia
telah melaksanakan upaya bela negara dengan gigih untuk mengatasi
berbagai bentuk ancaman yan dating dari dalam negeri atau luar negeri.
Berkat tumbuhnya karakter bangsa yang ulet dan tangguh berdasarkan
nilai-nilai dasar yang ada dalam konsepsi NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945, dan konsepsi kebangsaan berdasarkan Bhinneka Tunggal
Ika, bangsa Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan bahwa “Upaya Bela Negara”
adalah “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin
kelangsungan hidup bangsa dan negara”. Upaya bela negara, selain sebagai
kewajiban dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Inpres No. 7 Tahun 2018, selaras dengan Amanat Tertulis Presiden RI
Pada Peringatan Hari Bela Negara tersebut, menunjukkan bahwa bela

15
negara menyangkut segala sector kehidupan dengan rencana aksi terkait
sector pertahanan keamanan hingga social budaya. Adapun tujuan dari
penerbitan Inpres No. 7 Tahun 2018 adalah dalam rangka menyelaraskan
dan memantapkan Upaya Bela Negara menjadi lebih sistematis,
terstruktur, terstandarisasi, dan masif. Penerbitan Inpress No. 7 Tahun
2018, dengan demikian merupakan penegasan pentingnya bela negara
untuk menghadapi segenap ancaman hingga tantangan mulai dari ranah
pertahanan keamanan, mengelola kemajemukan, hingga tantangan
kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan dalam menegakkan
amanat kedaulatan negara bangsa. Merujuk pada Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, komponen cadangan ialah
“warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan
prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama (TNI).
Selain itu, kehadiran Impres No. 7 Tahun 2018 juga merupakan
penegasan kebijkan bahwa bela negara bisa dilakukan melalui
mengabdian profesi di berbagai bidang kehidupan masing-masing.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, hal ini sangat selaras dengan
amanat Pasal 68 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asisi Manusia agar
segenap warga negara dengan beragam kelebihan dan kekurangannya
tetap dapat ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Nampak bahwa
Inpres No. 7 Tahun 2018 menggenapi pemaknaan upaya bela negara
dalam kaitannya dengan kedaulatan bangsa dan negara yaitu hak untuk
menentukan nasib nusa, bangsa, dan negaranya sendiri. Kedaulatan
bangsa dan negara tidak boleh hanya dimaknai dalam bidang pertahanan
keamanan, wilayah, dan politik, namun juga di segenap bidang kehidupan
nasional, mencakup hubungan internasional, kependudukan, sumber
daya dan lingkungan, ideologi, hokum, ekonimi, social budaya, hingga
IPTEK.
Secara hakiki, dengan demikian Bela Negara merupakan manifestasi
dari kesadaran segenap Bangsa dan Warga Negara Indonesia melalui
jiwanya, kewajibannya, dan kehormatannya untuk mengdapi segala

16
macam Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tantangan (AGHT) yang
ketika diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa,
kewajiban, dan kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela
Negara” atau yang oleh Inpres No. 7 Tahun 2018 dipertegas sebagai “Aksi
Nasional Bela Negara”.
Analisis Penulis Tentang Kewajiban Bela Negara Dalam Undang –
Undang adalah sebagai berikut :
Menurut analisa penulis bahwa banyak sekali Undang – Undang yang
mengatur menjelaskan tentang kewajiaban bela negara bagi semua warga
negara indonesia. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi karna mengingat
indonesia adalah negara yang besar dengan segala sumber daya alamnya
yang melimpah dengan penduduk yang beraneka ragam, membuat
indonesia menjadi salah satu sasaran ancaman bagi negara lain.
Berangkat dari hal itu, maka perlulah kita sebagai warga negara yang
sadar akan hak dan kewajibannya sebagai masyarakat memiliki semangat
bela negara untuk ikut serta menjaga kedaulatan negara kita.
Dengan adanya aturan dalam undang – undang maka masyarakat
tidak akan bisa mengelak dari kewajibannya. Karna melihat kondisi
indonesia sekarang ini memang banyak sekali masyarakat yang hanya
menuntut haknya terhadap negara dengan aksi – aksi yang akan merusak
kedaulatan negara ini, padahal disisi lain merka tidak pernah memenuhi
kewajiban mereka terhadap negara tersebut. Hal ini lah yang perlu kita
anti sipasi mulai dari sekarang, karna walaupun kelihatannya sepele tapi
dapat membuat retak negara indonesia.

B. Aktualisasi Upaya Bela Negara di Kalangan Mahasiswa


Bela negara sebagai kewajiban dasar bagi setiap warga negara yang
penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban kepada negara dan
bangsa. Mahasiswa merupakan bagian dari warga negara yang memiliki
kewajiban untuk melakukan pembelaan negara yang disesuaikan dengan
perannya sebagai agen perubahan dan agen pembangunan. Kegiatan bela
negara bagi mahasiswa diperlukan untuk pembinaan karakter, penguatan
revolusi mental dan mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi

17
ancaman, seperti; penyalahgunaan narkoba, paham radikalisme, bencana
alam, konflik antar mahasiswa dan penyebaran penyakit menular.
Konsep bela negara bagi mahasiswa menekankan pada peningkatan
kesadaran berbangsa dan bernegara dan kecintaan kepada tanah air
Indonesia. Bela negara wajib dilaksanakan oleh seluruh komponen
bangsa, termasuk mahasiswa, implementasinya disesuaikan dengan
peran masingmasing warga negara. Ancaman dari luar maupun ancaman
dari dalam dapat ditangkal, apabila generasi muda mempunyai rasa
nasionalisme dan kecintaan kepada tanah air yang kuat untuk melindungi
dan membela negara dengan wawasan intelektual yang dimiliki.
Mahasiswa sebagai kader muda, berkewajiban melindungi dan membela
negara sesuai dengan amanah UUD 1945. Kenyataannya, semakin
berkembang dan maraknya arus globalisasi dunia, membuat sebagian
mahasiswa terpesona oleh perkembangan global, sehingga mereka secara
tidak sadar melalaikan kewajiban untuk melindungi dan membela
negaranya dari ancaman yang datang.
Dalam Pasal 9 ayat 1 UU Pertahanan Negara ditegaskan bahwa “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.” Selanjutnya
ayat 2 pasal yang sama berbunyi, “Keikutsertaan warga negara dalam
upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, diselenggarakan
melalui: a. pendidikan kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau
wajib; dan d. pengabdian sesuai dengan profesi.” Sementara ayat 3 pasal
tersebut berbunyi, “Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan
profesi diatur dengan undang-undang.”
Mahasiswa sebagai kader muda bangsa, menjadi bagian utama yang
harus mendapatkan penanaman bela negara, karena kenyataannya
potensi ancaman yang dihadapi negara Republik Indonesia tampaknya
akan lebih banyak muncul dari dalam negeri,antara lain dalam bentuk:

18
1. Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis
berdasarkansentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidakpuasan daerah terhadapkebijakan pemerintah pusat.
2. Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran Hak Azasi Manusiayang pada gilirannyadapat menyebabkan
huru-hara/kerusuhan massa.
3. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang
ekstrimatau yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa Indonesia.
4. Potensi konflik antar kelompok/golongan baik akibat perbedaan
pendapat dalam masalahpolitik, maupun akibat masalah SARA.
Analisis Penulis Tentang Aktualisasi Upaya Bela Negara di Kalangan
Mahasiswa adalah sebagai berikut:
Potensi konflik antar kelompok mahasiswa dalam kehidupan di
kampus dan di masyarakat juga besar. Kedewasaan berpikir yang belum
stabil dan perbedaan pendapat yang justru merupakan esensi dari
demokrasi malah menjadi potensi konflik yang serius. Banyak mahasiswa
yang berniat baik untuk membantu masyarakat kecil malah melakukan
kebaikan dengan cara yang anarkis, padahal hal kecil seperti inilah yang
sering memicu perpecahan negara.
Sebagai mahasiswa yang terdidik kita memiliki tanggung jawab besar
untuk menjaga kedaulatan negara kita baik dari ancaman luar maupun
dalam. Upaya yang perlu kita lakukan sebagai bentuk aktualisasi kita
dalam upaya bela negara ialah menanamkan dalam diri kita rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan tetap mematuhi undang – undang.
Mahasiswa sebagai agent of change dan social control. Agen of Change
yaitu suatu tindakan yang membawa suatu keadaan dari kondisi yang
kurang baik ke kondisi yang lebih baik, dan yang sudah baik menjadi lebih
baik lagi. Dalam pemikiran mahasiswa harus ada pemikiran hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin. Mahasiswa seharusnya berpikir untuk
mengembalikan dan mengubah kondisi negara ini menjadi negara ideal
dan mampu bersaing. Lima nilai dasar bela negara yaitu cinta tanah air,

19
sadar berbangsa dan bernegara, yakin pada pancasila sebagai ideologi
negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara dan kemampuan awal
bela negara baik psikis maupun fisik. Bela negara tidak harus dalam
wujud perang tetapi bisa juga dengan cara lain seperti belajar dengan
rajin, tidak menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian, hidup
bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk indonesia,
berprestasi mengharumkan nama bangsa di kancah internasioanal,
menjaga nama baik bangsa dan negara.

BAB IV

PENUTUP

20
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan yaitu upaya bela negara merupakan salah satu bentuk
masyarakat dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara
indonesia yang baik dan bertanggung jawab. Karna pertahanan,
keamanan dan kedaulatan negara ini bukan saja menjadi tugas dari
aparatur negara seperti polisi, TNI, ataupun pejabat negara, namun
hal ini menjadi kewajiban kita bersama dalam menjaga negara kita
tercinta ini. Seperi yang tertuang dalam Pasal 27 ayat 3 UUD 1945
berbunyi, “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”. Jika merujuk pada Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, komponen cadangan ialah
“warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana
dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen
utama (TNI).
Sebagai mahasiswa yang terdidik kita memiliki peran besar dalam
membantu menciptakan keamanan dan kesejahteraan bagi negara
indonesia, karna kita adalah generasi yang akan meneruskan
keberlangsunagan negara ini, apa bila kita tidak bisa menjaganya
mulai dari sekarang maka apa jadinya negara ini kedepannya.

B. SARAN
Bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
maka penulis sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat
membangun.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

21
Dr.H.Dadang Supardan, M.Pd., Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: PT.Bumi Aksara

Drs.Idup Suhady, M.Si, Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan


Republik Indonesia, Jakarta

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Bela Negara Pasal 27 Ayat (3)

Wantannas.go.id. Aktualisasi Bela Negara Bagi Mahasiswa. Diakses pada 1 Mei 2021

http://baakk.unnes.ac.id. Panduan Mahasiswa Bela Negara. Diakses pada 1 Mei 2021

https://kesbangpol.bantenprov.go.id. Bela Negara – KESBANGPOL. Diakses pada1 Mei


2021

Zainul Ittihad Amin, MKDU4111- Pendidikan Kewarganegaraan: Universitas Terbuka

22

Anda mungkin juga menyukai