Makalah Siknas
Makalah Siknas
Di Susun Oleh :
NIM : PBB190002
Kelas : M19A
Politeknik Buabau
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang membahas tentang “SISTEM INFORMASI KESEHATAN
NASIONAL”, dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang saya buat di masa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Selanjutnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan baik
pemerintah, swasta, masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan
dapat dipertanggungjawabkan merupakan sumber utama dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan
informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas
sector. Sering dengan era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan
telah dikembangkan baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan
program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah
juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di
tingkat dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
B. Rumusan masalah
D. Apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional ?
E. Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?
F. Apakah kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetehui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional!
2. Untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di
Indonesia!
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan
nasional!
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.
Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data
yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke
Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain
itu juga akan dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat
langsung terhubung ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA
Generik).
Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam
aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi.
Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang
disepakati.
Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber
data.
Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional
dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta Dinas Kesehatan dan UPTP/D-nya.
Pengguna Data
3
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem
informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan
Nasional melalui website Kementerian Kesehatan. Namun sebesar apapun
rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan yang terjadi.
Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi lebih
baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah dan juga pencatatan dan pelaporan
yang ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga dirasaka sebagai
beba oleh daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik-klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai
yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak
menyeluruh seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya
tekhnologi informasi saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam
pembentukan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh. Terkendala
dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia yang berada di pelosok
yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima informasi baru dari luar
yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya budata beberapa
kelompok masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi belum
menyeluruh.
Sistem Informasi Kesehatan Di Puskesmas
4
dari pengolahan berbagai sumber informasi seperti SP2TP, survei lapangan,
laporan lintas sector, dan laporan sarana kesehatan swasta. Seiring kemajuan
tekhnologi,SIMPUS pun dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam
suatu software yang bekerja dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendalanya
SIMPUS masih belum berjalan secara optimal di daerah.
5
mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di
Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap pengembangan SIRS.
6
Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi
menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Perangkat lunak SIRS siap pakai
yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah perangkat lunak
SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari
SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat
keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah
memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan
situasi rumah Sakit.
B. Sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan
yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan
mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam kesehatan (antar program dan antar
jenjang), dan di luar kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak
Pelita I diatur secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil
dan Kandep. Dengan demikian di beberapa daerah sistem informasi kesehatan
mulai menggunakan komputerisasi.
Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi
pada tahun 1997 – 1998 yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap
pengembangan SIKNAS, sehingga pada tahun 2001 pengembangan SIKNAS
pelaksanaannya di Desentralisasi. Namun dengan desentralisasi pelaksanaan
SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan
belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan
Pelaporan yang ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan
sebagai beban oleh daerah.
Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan
mengeluarkan Keputusan tentang KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS
melalui KEPMENKES NO.511 DI KAB/KOTA melalui KEPMENKES NO.932
dengan konsep Pendekatan Baru dalam Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi
Daerah.
Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada
:
1. Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen
7
6. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat
Indikator : telah terbentuk jaringan online dari seluruh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk
komunikasi data & informasi secara terintegrasi dalam kerangka Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Indikator/Target Tahunan :
a) Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi antara 80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan
Departemen Kesehatan.
b) Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi anatara 90 % Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100%
Rumah Sakit Pusat, dan 100% UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan.
c) Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi antara seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit
Pusat, dan UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan
d) Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
antara seluruh Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik
milik pemerintah maupun swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan
UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan
Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran
Pusat dan Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.
Kelebihan
8
b. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
c. Pembiayaan Kesehatan
d. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan
e. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
f. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan
g. Pemberdayaan Masyarakat
Kekurangan
9
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang
administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi
duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak iasic dengan
pusat.
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan
tidak tepat waktu)
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus
mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR
sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini
dianggap tidak efektif dan tidak efisien, format pencatatan dan
pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional.
c. Sumber daya masih minim
10
o Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
o Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.
c. Era Komputerisasi (mulai 2012)
o Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
o Data iasic (disagregat).
o Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded)
ke bangk data di pusat (e-Helath).
o Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah
ke bank data.
o Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
o Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
o Lebih ramah lingkungan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan
perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai sampai pemberian umpan balik informasi)
untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan pelaksanaan
dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan
dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses
managemen di segala bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi
dapat diolah dan didistribusikan secara lebih mudah, akurat dan fleksibel. Hal ini
mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai kegiatan.
B. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan
oleh Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi
yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh
Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan
Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka
sebaiknya sistem informasi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik daerah.
12