Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM INFORMASI KESEHATAN NASIONAL

Mata Kuliah : Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pengampuh : Wa Ode Sitti Budiaty, SKM., MM

Di Susun Oleh :

Nama : Muhammad Ali Firmansyah Tuany

NIM : PBB190002

Kelas : M19A

Program Studi D-III Rekam Medis

Dan Informasi Kesehatan

Politeknik Buabau

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang membahas tentang “SISTEM INFORMASI KESEHATAN
NASIONAL”, dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya berharap kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang saya buat di masa yang akan datang.
Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Selanjutnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian sistem informasi kesehatan nasional ? ......................................2


B. Bejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?........................7
C. Kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ? ..........8

BAB III PENUTUP................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah berupaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan kebijakan yang proaktif dan dinamis dengan melibatkan baik
pemerintah, swasta, masyarakat. Penggalian informasi yang akurat, tepat, dan
dapat dipertanggungjawabkan merupakan sumber utama dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan.
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diamanatkan bahwa
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan
informasi kesehatan yang diselenggarakan melalui sistem informasi dan lintas
sector. Sering dengan era desentralisasi berbagai sistem informasi kesehatan
telah dikembangkan baik pemerintah pusat atau daerah, sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik daerah masing-masing. Selain melaksanakan
program pemerintah pusat melalui kementerian kesehatan, pemerintah daerah
juga diberikan otonomi untuk mengembangkan sistem informasinya, baik di
tingkat dinas kesehatan dan puskesmas mau pun rumah sakit.
B. Rumusan masalah
D. Apakah pengertian sistem informasi kesehatan nasional ?
E. Bagaimana sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia?
F. Apakah kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetehui apa pengertian sistem informasi kesehatan nasional!
2. Untuk menjelaskan sejarah sistem informasi kesehatan nasional di
Indonesia!
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem informasi kesehatan
nasional!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi
yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan
bagian dari sistem kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan
bagian dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari
sistem kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian
dari sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan
atau jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi
kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem
informasi kesehatan kabupaten atau kota.
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem
informasi kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan
hanya bisa diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan
infrastruktur jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide
Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas
serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network
(LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.
Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui
keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan
Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk menjembatani
permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan
memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena
dampak adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.
 Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK
Nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi masih tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas
kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (antara lain,
pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Fasilitas
pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan
pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasioffline, laporan dikirim dalam bentuk

2
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi
petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi
offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.
 Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data
yang sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke
Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain
itu juga akan dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat
langsung terhubung ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA
Generik).
 Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas
kesehatan baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas
kesehatan kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa
laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam
aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data
Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama
dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi.
 Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang
disepakati.
 Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber
data.
Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional
dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian
Kesehatan dan UPT-nya serta Dinas Kesehatan dan UPTP/D-nya.
 Pengguna Data

3
Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem
informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan
Nasional melalui website Kementerian Kesehatan. Namun sebesar apapun
rencana pasti ada juga kelemahan dan kemerosotan yang terjadi.
Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan menjadi lebih
baik tetapi malah berantakan.  Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah  dan juga pencatatan dan pelaporan
yang ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga dirasaka sebagai
beba oleh daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik-klinik yang menggunakan sistem informasi kesehatan sesuai
yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak
menyeluruh seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya
tekhnologi informasi saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam
pembentukan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh. Terkendala
dengan penjangkauan kepada masyarakat Indonesia yang berada di pelosok
yang sulit untuk didata dan sulit untuk menerima informasi baru dari luar
yang mereka anggap asing. Masih tabu dan kentalnya budata beberapa
kelompok masyarakat di Indonesia membuat sistem informasi belum
menyeluruh.
 Sistem Informasi Kesehatan Di Puskesmas

Dalam pelaksanaan nya Puskesmas di Indonesia sudah menganut


sistem informasi kesehatan yang di canangkan pemerintah. Sistem informasi
kesehatan yang dianut puskesmas pada saat ini masih di dominasi oleh
SP2TP . seperti diketahui bahwa puskesmas adalah uung tombak pemerintah
dalam upaya pelayanan kesehatan di masyarakat. Sesuai dengan
KEPMENKES RI No 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar pusat
kesehatan masyarakat nahwa puskesmas di definisikan sebagai unit
pelaksana teknis di kabupaten/kota yang bertanggungjawab melaksanakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Proses penyelenggaraan,
pemantauan serta penilaian yang dilakukan Puskesmas terhadap rencana
kegiatan yang telah ditetapkan baik rencan upaya wajib maupun
pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di
wilayahnya. Salah satu bentuk pemantauan adalah dengan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS).

SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan sistem


informasi kesehatan yang lebih cepat dan akurat. Pada potensi yang
dimilikinya sebenarnya SIMPUS dapat menggantikan sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Karena SIMPUS merupakan hasil

4
dari pengolahan berbagai sumber informasi seperti SP2TP, survei lapangan,
laporan lintas sector, dan laporan sarana kesehatan swasta. Seiring kemajuan
tekhnologi,SIMPUS pun dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam
suatu software yang bekerja dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendalanya
SIMPUS masih belum berjalan secara optimal di daerah.

 Sistem Informasi Kesehatan Di Rumah Sakit

Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan


sistem informasi kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem
informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit
tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari
rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga
pengembangannya.

Dalam melakukan pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit,


pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “Kriteria dan
kebijakan pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS”
tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam
penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai berikut:
SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat
waktu.

SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus


informasi dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai
tingkatan. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna
dan hasil-guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah
sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.

SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan


beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu
dengan biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil
dan manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini
mungkin. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan
keadaan masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan
bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user
friendly). SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal

5
mungkin perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di
Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap pengembangan SIRS.

SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas


(terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas
yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus
dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing
masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus
tetap terjaga.

Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai


berikut:

a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,


b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
e. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan
f. pengadaan perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung.

 Operasionalisasi dan Pemantapan.


Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based
Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah
rumah sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem
informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar.
Kebutuhan akan tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam
pengembangannya, namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam
melakukan migrasi dari sistem yang lama pada sistem yang baru. Selama
manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi adalah
merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan biaya dan tenaga
tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan sebagai
konsekuensi dari adanya kebutuhan akaninformasi.Kalau informasi telah
menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan,
pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam
kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu.
Perlu disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi dapat
menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan
mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa
harus menggunakan teknologi informasi.

6
Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi
menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Perangkat lunak SIRS siap pakai
yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah perangkat lunak
SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari
SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat
keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah
memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan
situasi rumah Sakit.
B. Sejarah sistem informasi kesehatan nasional di Indonesia
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan
yang disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan
mulai dari kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan
sumber daya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam kesehatan (antar program dan antar
jenjang), dan di luar kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi
pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak
Pelita I diatur secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil
dan Kandep. Dengan demikian di beberapa daerah sistem informasi kesehatan
mulai menggunakan komputerisasi.
Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi
pada tahun 1997 – 1998 yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap
pengembangan SIKNAS, sehingga pada tahun 2001 pengembangan SIKNAS
pelaksanaannya di Desentralisasi. Namun dengan desentralisasi pelaksanaan
SIKNAS bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan
belum adanya infra struktur yang memadai di daerah dan juga Pencatatan dan
Pelaporan yang ada (produk Sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan
sebagai beban oleh daerah.
Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan
mengeluarkan Keputusan tentang KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS
melalui KEPMENKES NO.511 DI KAB/KOTA melalui KEPMENKES NO.932
dengan konsep Pendekatan Baru dalam Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi
Daerah.
Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada
:
1. Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada.
2. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen

7
6. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat
Indikator : telah terbentuk jaringan online dari seluruh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk
komunikasi data & informasi secara terintegrasi dalam kerangka Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
 Indikator/Target Tahunan :
a) Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi antara 80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan
Departemen Kesehatan.
b) Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi anatara 90 % Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100%
Rumah Sakit Pusat, dan 100% UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan.
c) Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
terintegrasi antara seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit
Pusat, dan UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan
d) Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online
antara seluruh Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik
milik pemerintah maupun swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan
UPT Pusat dengan Departemen Kesehatan
Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran
Pusat dan Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.

C. Kelebihan dan kekurangan Sistem informasi Kesehatan Nasional

 Kelebihan

1. Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan


Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building blocks” atau komponen utama dalam Sistem Kesehatan di suatu
negara. Keenam komponen (iasic blocks) Sistem Kesehatan tersebut ialah : 
a. Servis Delivery (Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan) 
b. Medical product, vaccines, and technologies (Produk Medis, vaksin, dan
Teknologi Kesehatan) 
c. Health Workforce (Tenaga Medis) 
d. Health System Financing (Sistem Pembiayaan Kesehatan) 
e. Health Information System (Sistem Informasi Kesehatan) 
f. Leadership and Governance (Kepemimpinan dan Pemerintahan) 

2. SIK di dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia 


Sistem Kesehatan Nasional Indonesia terdiri dari 7 subsistem, yaitu : 
a. Upaya Kesehatan 

8
b. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 
c. Pembiayaan Kesehatan 
d. Sumber Daya Mansuia (SDM) Kesehatan 
e. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan 
f. Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan 
g. Pemberdayaan Masyarakat 

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub


sistem ke 6 yaitu : Manajemen, Informasi dan Regulasi Kesehatan.
Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan merupakan subsistem yang
mengelola fungsi-fungi kebijakan kesehatan, adiminstrasi kesehatan,
informasi kesehatan dan ias kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berdaya guna,
berhasil gunam dan mendukung penyelenggaraan keenam subsitem lain di
dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu. 

3. Manfaat Sistem Informasi Kesehatan 


Begitu banyak manfaat Sistem Informasi Kesehatan yang dapat
membantu para pengelola program kesehatan, pengambil kebijakan dan
keputusan pelaksanaan di semua jenjang administrasi (kabupaten atau kota,
propvinsi dan pusat) dan sistem dalam hal berikut : 
a. Mendukung manajemen kesehatan 
b. Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan 
c. Mengintervensi masalah kesehatan berdasarkan prioritas 
d. Pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan kesehatan berdasarkan
bukti (evidence-based decision) 
e. Mengalokasikan sumber daya secara optimal 
f. Membantu peningkatan efektivitas dan efisiensi 
g. Membantu penilaian transparansi 

 Kekurangan

1. Permasalahan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 


Permasalahan mendasar Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia saat ini
antara lain : 
a. Faktor Pemerintah 
 Standar SIK belum ada sampai saat 
 Pedoman SIK sudah ada tapi belum seragam 
 Belum ada rencana kerja SIK nasional 
 Pengembangan SIK di kabupaten atau kota tidak seragam 
b. Fragmentasi 

9
Terlalu banyak sistem yang berbeda-beda di semua jenjang
administasi (kabupaten atau kota, provinsi dan pusat), sehingga terjadi
duplikasi data, data tidak lengkap, tidak valid dan tidak iasic dengan
pusat. 
Kesenjangan aliran data (terfragmentasi, banyak hambatan dan
tidak tepat waktu) 
Hasil penelitian di NTB membuktikan bahwa : Puskesmas harus
mengirim lebih dari 300 laporan dan ada 8 macam software RR
sehingga beban administrasi dan beban petugas terlalu tinggi. Hal ini
dianggap tidak efektif dan tidak efisien, format pencatatan dan
pelaporan masih berbeda-beda dan belum standar secara nasional. 
c. Sumber daya masih minim 

2. Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia 


Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia telah dan akan mengalami 3
pembagian masa sebagai berikut : 
a) Era manual (sebelum 2005) 
b) Era Transisi (tahun 2005 – 2011) 
c) Era Komputerisasi (mulai 2012) 

Masing-masing era Sistem Informasi Kesehatan memiliki karakteristik


yang berbeda sebagai bentuk adaptasi dengan perkembangan zaman
(kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi – TIK). 

a. Era Manual (sebelum 2005) 


Aliran data terfragmentasi. Aliran data dari sumber data (fasilitas
kesehatan) ke pusat melalui berbagai jalan.
Data dan informasi dikelola dan disimpan oleh masing-masing
Unit di Departemen Kesehatan.
o Bentuk data : agregat.
o Sering terjadi duplikasi dalam pengumpulan data.
o Sangat beragamnya bentuk laporan.
o Validitas diragukan.
o Data sulit diakses.
o Karena banyaknya duplikasi, permasalahan kelengkapan dan validitas,
maka data sulit dioah dan dianalisis.
o Pengiriman data masih banyak menggunakan kertas sehingga tidak
ramah lingkungan.
b. Era Transisi (2005 – 2011) 
o Komunikasi data sudah mulai terintegrasi (mulai mengenal prinsip
1pintu, walau beberapa masih terfragmentasi).
o Sebagian besar data agregat dan sebagian kecil data individual.

10
o Sebagian data sudah terkomputerisasi dan sebagian masih manual.
o Keamanan dan kerahasiaan data kurang terjamin.
c. Era Komputerisasi (mulai 2012) 
o Pemanfaatan data menjadi satu pintu (terintegrasi).
o Data iasic (disagregat).
o Data dari Unit Pelayanan Kesehatan langgsung diunggah (uploaded)
ke bangk data di pusat (e-Helath).
o Penerapan teknologi m-Health dimana data dapat langsung diunggah
ke bank data.
o Keamanan dan kerahasiaan data terjamin (memakai secure login).
o Lebih cepat, tepat waktu dan efisien.
o Lebih ramah lingkungan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum pengertian sistem informasi kesehatan adalah gabungan
perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai sampai pemberian umpan balik informasi)
untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan pelaksanaan
dan pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu diperlukan
dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan
prioritas, pembuatan alternative solusi, pengembangan program, pelaksanaan
dan pemantauan hingga proses evaluasi.
Teknologi informasi memberi berbagai kemudahan dalam proses
managemen di segala bidang. Dengan teknologi informasi, data dan informasi
dapat diolah dan didistribusikan secara lebih mudah, akurat dan fleksibel. Hal ini
mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai kegiatan.
B. Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan
oleh Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat
yang bisa diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi
yang makin intensif dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas
Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh
Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan harapan akan dapat
meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang kesehatan.
Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan
Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka
sebaiknya sistem informasi yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik daerah.

12

Anda mungkin juga menyukai