JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum mata kuliah Kultur Alga dan Avertebrata Air dengan judul “Pengenalan
Alat & Pengambilan Sampel Alga & Avertebrata Air, Pembuatan Media Kultur
Alga & Avertebrata Air, Sterilisasi Media Kultur Alga & Avertebrata Air,
Teknik Kultur Mikroalga dengan Metode Isolasi dan Teknik Kultur Infusoria”
ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik dalam bentuk saran maupun dukungan moral. Pada kesempatan
ini kami mengucapkan rasa terimakasih kepada Ibu Linda Wulandari, S.Pi.,MS
selaku dosen mata kuliah Kultur Alga dan Avertebrata Air.
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
2.1 Alga................................................................................................................................4
2.1.1 Klasifikasi Alga (Fitoplankton)...............................................................................5
2.1.2 Morfologi Alga........................................................................................................5
2.1.3 Habitat Alga............................................................................................................6
2.1.4 Hipotesis.................................................................................................................6
2.2 INFUSORIA..................................................................................................................7
2.2.1 Klasifikasi Infusoria................................................................................................8
2.2.2 Morfologi Infusoria.................................................................................................8
2.2.3 Ciri – ciri infusoria..................................................................................................9
2.2.4 Habitat..................................................................................................................10
BAB III METODE PRAKTIKUM..............................................................................11
4.1 HASIL..........................................................................................................................12
iii
4.1.1. Pengampilan Sampel Alga Dan Avertebrata Air..................................................12
4.1.2. Pembuatan Media Kultur......................................................................................15
4.1.3. Sterilisasi Media Kultur........................................................................................18
4.1.4. Teknik Kultur Alga..............................................................................................20
4.1.5 Teknik Kultur Infusoria.........................................................................................22
4.2. PEMBAHASAN.........................................................................................................24
4.2.1. Alga (Ganggang)..................................................................................................24
4.2.2. INFUSORIA............................................................................................................37
BAB V PENUTUP......................................................................................................42
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................42
5.1.2 Saran.........................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................44
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pakan alami yang yang paling populer antara lain adalah infusoria. Karena
ketersediaannnya di alam, pakan alami banyak menjadi pilihan para petani perikanan.
Infusoria adalah sekumpulan jasad renik sejenis zooplankton dan umumnyaberukuran
sangat kecil antara 30-300 mikron. Infusoria sebagai pakan alami dapatdigunakan
sebagai makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan yang mempunyaibukaan
mulut kecil. Secara visual warna infusoria adalah putih dan hidupmenggerombol
sehingga akan tampak seperti lapisan putih tipis seperti awan.
infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata. Ciliata (latin, cilia =
rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar) atau
infusoria yang bergerak menggunakan rambut getar (cilia). Cilia terdapat pada
seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu. Cilia membantu pergerakan
makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan dilanjutkan ke
sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk ke sitoplasma dengan
membentuk vakuola makanan.
2
ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan
dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengenali dan memahami mengenai alat dan cara
pengambilan sampel Alga (Fitoplankton) dan Avertebrata Air (Protozoa dan
zooplankton )
2. Agar mahasiswa dapat mengenal alat dan memahami cara pembuatan media
kultur Alga ( Fitoplankton ) dan Avertebrata Air ( Protozoa dan zooplankton )
3. Agar mahasiswa dapat mengenal alat dan memahami cara sterilisasi media
kultur Alga ( Fitoplankton ) dan Avertebrata Air ( Protozoa dan Zooplankton )
4. Agar mahasiswa dapat mengenal alat dan memahami teknik kultur Alga
( Fitoplankton ) dan Avertebrata Air ( Protozoa dan Zooplankton ) dengan
metode isolasi
5. Agar mahasiswa dapat mengenali alat dan memahami cara teknik kultur
Infusoria.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur alga dan Avertebrata air adalah Merupakan suatu cara untuk
membudidaya/memperbanyak alga (golongan tumbuhan) dan avertebrata air
(golongan hewan yang tidak bertulang belakang) dengan teknik tertentu. Pakan
merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Ketika
dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup (fitoplankton dan
zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dimanfaatkan dengan
efisien.
2.1 Alga
Alga atau ganggang merupakan tumbuhan yang belum memiliki akar, batang, dan
daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Alga
hidup ditempat-tempat yang berair, baik air tawar maupun air laut dan tempat-tempat
yang lembab. Alga atau ganggang merupakan sumber daya nabati sebagai bahan
kebutuhan hidup manusia. Alga (jamak Algae) adalah sekelompok organisme
autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan
dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang,
daun, dan sebagainya). Karena itu, alga pernah digolongkan pula sebagai tumbuhan
bertalus.
4
2.1.1 Klasifikasi Alga (Fitoplankton)
Klasifikasi fitoplankton berdasarkan divisi, karakteristik dan kandungan
pigmen fotosintesisnya dapat dilihat pada Tabel dibawah:
Genus alga kebanyakan terdapat sebagai sel tunggal yang berbentuk bola,
batang, gada dan kumparan. Alga ada yang bersel satu contohnya Chlorococcus dan
ada juga yang berkoloni seperti Volvox dan juga berupa benang seperti Spirogyra,
Oscillatoria, Vaucheria dan lain-lain. Alga yang berupa lembaran contohnya Ulva,
Padina, x Laminaria dan lain-lain. Dan alga yang berupa rerumputan yaitu Chara,
Nitella, Sargassum dan lain-lain. Alga, sebagaimana protista eukariotik yang lain,
mangandung nukleus yang dibatasi oleh membran.
5
Benda-benda lain yang ada di dalamnya adalah pati dan butirbutir seperti pati,
tetesan minyak dan vakuola. Setiap sel mengandung satu atau lebih khloroplas yang
dapat berbentuk pita atau seperti cakram-cakram diskrit (satuan-satuan tersendiri)
sebagaimana yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks khloroplast
terdapat gelembung-gelembung pipih bermembran yang dinamakan tilakoid.
Membran tilakoid berisikan khlorofil dan pigmenpigmen pelengkap yang merupakan
suatu reaksi cahaya pada fotosintesis (Pelczar & Chan, 2005).
Alga merupakan organisme yang hidup di habitat perairan baik itu di perairan
air tawar ataupun air laut. Sebagian dari spesies alga hidup di suhu yang sangat dingin
seperti perairan dingin ataupun di puncak gunung. Namun ada juga spesies alga yang
hidup perairan bersuhu tinggi pada batu-batuan dan sumber air panas seperti di
Yellowstone National Park. Selain di perairan, alga juga dapat hidup pada tanah yang
lembab, pohon dan permukaan batuan.
2.1.4 Hipotesis
Amonia dan fosfat merupakan bahan metabolisme bagi alga. Maka seiring
perkembang biakan alga, konsentrasi amonia dan fosfat akan menurun. Penurunan
konsentrasi amonia dan fosfat akan berbanding terbalik dengan konsentrasi klorofil-a.
Semakin meningkat konsentrasi klorofil-a, maka konsentrasi amonia dan fosfat akan
semakin menurun. Hal ini karena peningkatan konsentrasi klorofila menunjukan
peningkatan jumlah alga yang menggunakan amonia dan fosfat sebagai bahan
metabolismenya. Selain dari alga, penurunan kadar nutrien dalam reaktor juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti intensitas cahaya, suhu, dan pH.
6
Pengaruh lingkungan yang ideal akan membuat alga bekerja dengan efisien dalam
menurunkan konsentrasi nutrien.
2.2 INFUSORIA
Budidaya infusoria dapat menggunakan bahan dengan berbagai sayur-sayuran
seperti kol, sawi, bayem, kangkung. sawi putih, jerami, kecambah tauge, brokoli
sebagai pakan alami infusoria dengan memasukan 200 ml perlakuan yang ditentukan
kedalam media air sebanyak 800 ml. Tetapi jika sayuran-sayuran itu belum busuk
dapat dilakukan juga mencincang sayuran kemudian di rebus. Berdasarkan
praktikum yang telah kami lakukan pada perlakuan dengan daun sawi dapat
menumbuhkan infusoria, hal ini disebabkan karena sawi tidak banyak mengandung
air. Komposisi terbanyak terdapat pada Paramaecium sp, kemudian diikuti oleh olch
Euglena sp dari kelompok perlakuan kol, sawi, dan bayam, hal ini karena kecepatan
pembelahan protozoa ditentukan oleh waktu generasi, tetapi terdapat juga Amoeba
sp. chlorella, waktu generasi paramecium lebih cepat dibandingkan dengan infusoria
lainnya yaitun 10,5 jam sedangkan yang lainnya seperti stentor sp. membutuhkan
waktu 32 jam begitu juga jenis lainnya (Winarsih et al 2011) Dari segi kelas protozoa
terdapat dua kelas yaitu flagellate (Euglena sp.) sedangkan jenis cilliata (Paramecium,
colpoda, dll).
Kondisi yang tepat akan menunjang pertumbuhan infusoria yang dipelihara secara
optimal. Budidaya infusoria termasuk budidaya pakan alami yang sangat mudah
dilakukan karena bahan yang digunakan berasal dari bahan-bahan sayuran yang
mudah didapatkan, budidaya ini menggunakan air laut atau air tambak. Air dan juga
sayuran yang akan digunakan mempengaruhi jenis pakan alami yang akan tumbuh.
Biasanya apabila udara yang berasal dari air laut jenis pakan alami yang tumbuh
adalah jenis rotifer. Berbeda dengan penggunaan air tawar jenis pakan yang tumbuh
adalah Moina. Dalam melakukan kultur pakan alami, kesterilan alat harus dijaga
karena sangat penting terhadap kontaminasi.
7
2.2.1 Klasifikasi Infusoria
Klasifikasi infusoria adalah sebagai berikut :
Tropozoit berbentuk lonjong, ukuran 60-70 x 40-50 µm. Tubuh tertutup silia
pendek, kecuali di daerah mulut silia lebih panjang (adoral cilia).
Bagian anterior terdapat cekungan dinamakan peristom dan terdapat mulut
(sitostom), tidak memiliki usus namun dibagian posterior memiliki anus
(cy;cytoyge). Terdapat 2 inti yang terdiri dari makronukleus (maN;berbentuk ginjal)
8
dan mikronukleus (miN;berbentuk bintik kecil) yang terdapat pada cekungan
makronukleus. Terdapat vakuole makanan (berisi sisa makanan ; bakteri, leukosit,
erithrosit, dll) dan vakuole kontraktil (cv) Kista berbentuk bulat, ukuran 50-60 µ,
dinding dua lapis, sitoplasma bergranul, terdapat makro & mikronukleus serta
sebuah badan refraktil. Tropozoit hidup dalam mukosa dan sub mukosa usus besar,
terutama di daerah sekum bagian terminal daripada illeum. Bergerak ritmis dengan
perantaraan cilia. Tropozoit tidak dapat lama hidup di luar badan, tetapi kista tetap
hidup selama beberapa minggu. Kista yang dapat hidup di luar badan adalah bentuk
infektif. Bila tertelan oleh hospes baru, maka dinding kista hancur dan trofozoit yang
dilepaskan masuk dinding usus, dan memperbanyak diri.
Ciri-ciri dari Ciliata antara lain, Memiliki bulu getar (silia) di seluruh tubuh
untuk bergerak, menangkap makanan, menimbulkan arus air untuk pernafasan;
Kosmopolitan, planktonik (Tintinnidae); Memiliki kantung kitin sebagai pelindung
(lorica) sebagai identifikasi Tintinnidae; mempunyai 2 inti makronukleus &
mikronukleus; Habitat di lingkungan berair; Hidup bersimbiosis & parasit;
Reproduksi asexual (pembelahan biner transversal) dan Reproduksi sexual
9
(konjugasi).Yang termasuk ciliata adalah Paramaecium caudatum, Didinium narutum,
Calpodium capulum. Flagellata adalah infusoria yang bergerak dengan menggunakan
bulu cambuk (flagel). Yang termasuk flagellata adalah Euglena viridis, Pandorina sp,
Chilomonas sp. Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi
proses pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil
misal ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri
dan dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air.
2.2.4 Habitat
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses
pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal
ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan
dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air.
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses
pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal
ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan
dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tumbuhan air.
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Tempat
11
Avertebrata air, adapun referensi utama yang digunakan yaitu jurnal edisi online dan
artikel ilmiah yang bersumber dari internet.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 HASIL
12
polikultur
5 Kertas Digunakan untuk memberi informasi tentang sampel
label/Isolasi yang berisikan tentang kode sampel, jam & tanggal
serta lokasi pengambilan sampel
6 Spidol Digunakan untuk menulis keterangan tentang sampel
permanen
7 Objek glass & Digunakan untuk membuat preparat pengamatan jenis
cover glass alga dan avertebrata air yang akan dikultur. Objek glass
bisa diganti dengan chamber
8 Mikroskop Digunakan untuk memeriksa/mengidentifikasi jenis alga
dan avertebrata air yang akan dikultur
9 Buku Digunakan untuk memandu dalam mengidentifikasi
identifikasi jenis alga dan avertebrata air yang
akan dikultur
metoda Towing
13
Kertas Label, Isolasi Objek Glass dan Cover Mikroskop dan
Pertama –tama siapkan plankton net dimana meshsize sesuaikan dengan jenis
alga dan infusoria yang akan diambil atau dikumpulkan. Ambillah air kolam
menggunakan ember dan masukkan air tersebut ke dalam plankton net, tunggu
sampai semua air tersaring dan terkumpul dalam botol penampung plankton net.
Selanjutnya pindahkan dari botol penampung ke dalam botol sampel dan beri label
atau keterangan.
14
c. Pengamatan Jenis Alga & Infusoria Dilakukan Di Laboratorium
1. Sampel air diperiksa di bawah mikroskop dengan menggunakan kaca preparat
atau dengan chamber untuk mengetahui jenis alga dan avertebrata air yang akan
dikultur.
2. Amati jenis alga dan avertebrata air dengan melihat ciri-ciri organisme tersebut dan
membandingkannya dengan buku identifikasi alga dan avertebrata air
3. Catat semua jenis alga dan avertebrata air yang teridentifikasi dan hitung
kelimpahannya
15
Tabel 2. Alat & Bahan Untuk Pembuatan Media Kultur
No Alat & Bahan Keterangan
1 Gelas ukur Digunakan Untuk mengukur volume air
2 Mikro pipet Digunakan untuk mengukur volume nutrien
3 Botol Media Digunakan untuk mencampur air dengan
nutrien agar dapat tercampur dengan merata
4 Nutrien Digunakan sebagai nutrisi untuk
mempercepat proses kultur
16
gelas ukur. Kemudian masukkan ke dalam botol media untuk pengenceran 100
kali, kemudian ambil 50 ml air dan nutrien yang tercampur dari botol media
pengenceran 10 kali dan dimasukkan ke botol pengenceran 100 kali. Sama seperti
tahap sebelumnya tutup botol medianya, kemudian aduk supaya air dan
nutriennya tercampur dengan merata.
6. Selanjutnya membuat media dengan 1000 kali pengenceran. Caranya sama
masukkan air 450 ml, ukur dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian
masukkan ke dalam botol media untuk pengenceran 1000 kali, kemudian
tambahkan 50 ml air dan nutrien yang sudah tercampur dalam botol media
pengenceran 100 kali dan dimasukkan ke botol media pengenceran 1000 kali.
Kemudian tutup botol media dan aduk seperti tahap tahap sebelumnya supaya air
dan nutriennya tercampur dengan merata.
7. Selanjutnya membuat media kultur dengan pengenceran 10.000 kali. Caranya
sama masukkan air 450 ml, ukur dengan menggunakan gelas ukur. Kemudian
masukkan ke dalam botol media untuk pengenceran 10.000 kali, kemudian
tambahkan 50 ml air dan nutrien yang sudah tercampur dalam botol media
pengenceran 1000 kali dan dimasukkan ke botol media pengenceran 10.000 kali.
Kemudian tutup botol media dan aduk seperti tahap tahap sebelumnya supaya air
dan nutriennya tercampur dengan merata.
Kita sudah punya media kultur dengan 4 macam pengenceran yaitu 10 kali, 100
kali, 1000 kali dan 10.000 kali. Botol ini bisa saja ditutup dengan Aluko atau
Alumunium foil, tutup. Kemudian lanjutkan dengan proses sterilisasi namun karena
proses sterilisasi suhunya diatas 100 derajat, biasanya nanti botolnya akan mengkerut
karena panas jadi botolnya tidak berguna lagi. Namun kalau punya botol sampel yang
memang tahan ketika di sterilisasi dengan suhu panas, maka lebih bagus
menggunakan botol sampel yang tahan panas. Atau bisa diganti dengan erlemeyer.
Tapi ketika menggunakan erlemeyer maka perlu membuat tutupnya. Yaitu bisa
menggunakan kapas, kemudian dilapisi dengan aluminium foil.
17
Cara menggunakan kapas yang dilapisi dengan aluminium foil yaitu Pertama-
tama ambil kapas, susun kemudian gulung dengan rapi. Sesuaikan ketebalannya
dengan mulut erlemeyer yang akan ditutup. Jadi harus disesuaikan ketebalannya, jika
sudah pas dilapisi dengan aluminium foil.
Selanjutnya media kultur yang ada di botol media dalam pengenceran 1000 kali
dan 10.000 kali. Ini diambil dan dimasukkan ke dalam erlemeyer. Karena akan masuk
ke tahap sterilisasi, lalu pindahkan. Isi, pindahkan ke botol erlemeyer sebanyak 250
ml, karena sesuai kapasitas erlemeyernya. Kemudian ditutup dengan kapas yang telah
dilapisi dengan aluminium foil.
Media kultur sudah siap selanjutnya masuk pada proses sterilisasi media
kultur.
18
3 Alumunium foil Digunakan untuk membungkus media kultur
4 Air Digunakan untuk mengisi autoclave untuk proses
sterilisasi
Setelah media kultur dikeluarkan dari dalam autoclave, tunggu sampai suhu
media kultur sudah agak turun atau dingin. Kemudian buka aluko pembungkus media
kultur tersebut. Diamkan media kultur sampai suhu media kultur turun atau dingin.
19
Alat dan bahan yang diperlukan adalah:
1. Mikro pipet
2. Sampel atau bibit alga, yang akan kita kultur secara kurikultur
3. Botol media kultur dengan pengenceran 1000 dan pengenceran 10.000 kali
4. Botol kulturnya
5. Aerator untuk areasi
6. Inkubator untuk menyimpan media kultur ke botol kultur pada suhu tertentu.
Tabel 4. Alat & Bahan Untuk Teknik Kultur Alga Dengan Metoda Isolasi
No Alat &Bahan Keterangan
1 Mikro pipet Digunakan Untuk mengambil bibit mikroalga
2 Botol kultur Digunakan untuk menyimpan air media kultur
3 Inkubator Digunakan membantu proses kultur mikroalga
4 Aerator Digunakan untuk mengareasi media kultur
Gambar 4. Alat & Bahan Untuk Teknik Kultur Alga De ngan Metoda Isolasi
20
Adapun cara pembuatan atau teknis kultur mikroalganya adalah sebagai berikut:
1. Mikro pipet
2. Media Kultur (Stoples)
3. Yakult
4. Bibit Infusoria
5. Daun pisang kering
6. Air bekas pemeliharaan ikan
21
(ukuran media kultur disesuaikan dengan jumlah
infusoria yang akan dikultur)
2 Daun pisang kering Digunakan untuk menumbuhkan infusoria
3 Air bekas pemeliharaan Digunakan membantu proses kultur infusoria
ikan
4 Yakult Digunakan untuk membantu proses fermentasi
daun pisang untuk infusoria
5 Bibit Infusoria Digunakan untuk starter kultur infusoria
Media Kultur Daun Pisang Kering Yakult Bibit Infusoria Air Bekas
1. Sediakan media kulturnya kemudian masukkan air pemeliharaan ikan yang sudah
disaring
22
2. Kemudian masukkan daun pisang kering secukupnya
3. Kemudian masukkan yakult kebotol media kultur yang A kemudian aduk aduk
sampai tercampur dengan merata, kemudian tutup
4. Untuk botol B masukkan sampel infusoria yang sudah diambil sebelumnya sekitar
1 -2 milli kemudian aduk agar tercampur dengan rata, kemudian tutup
5. Kemudian simpan kedua media kultur pada daerah yang agak gelap tidak terkena
cahaya matahari selama 2-3 hari
6. Amati perkembangan pertumbuhan infusoria dan perhatikan perbedaan perlakuan
A dan perlakuan B
4.2. PEMBAHASAN
1) Definisi Alga
Ganggang ( Alga ) ialah protista yang bersifat fotoautotrof yang bisa membuat
makanannya sendiri dengan cara fotositentis. Pada ganggang/alga ini mempunyai
kloroplas dengan mengandung klorofil atau plastid yang berisi pigmen fotosintetik
lainnya. Pada ganggang/alga ini dapat dengan mudah ditemukan di air tawar maupun
air laut. Ada yang hidup dengan cara menempel di suatu tempat atau melayang-
layang di air.alga adalah tumbuhan tidak berpembuluh yang tumbuh melekat pada
subtract didasaran.
23
Ada yang bergerak aktif dan ada yang tidak.Jenis ganggang yang bergerak aktif
mempunyai alat untuk bergerak yang berupa bulu-bulu cambuk atau flagel.Yang
berjumlah satu atau lebih.jenis yang tubuhnya bersel tunggal dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun plankton,tepatnya fitoplankton. Yang melekat pada sesuatu
yang ada didalam air seperti batu atau kayu, disebut bentos.
Unsur hara merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan reproduksi
fitoplankton. Nutrien dibutuhkan oleh fitoplankton dalam jumlah banyak ada pula
yang sedikit. Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien yang paling berpengaruh
terhadap produksi fitoplankton (Roshisati, 2002). Unsur N dan P sebagai faktor
pembatas pertumbuhan fitoplankton di perairan alami, bila dalam jumlah yang
berlebih maka keduanya bisa menjadi penentu terjadinya pertumbuhan fitoplankton
yang sangat pesat (blooming) (Henderson-Seller dan Markland, 1987). Kedua unsur
tersebut menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton.
Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah banyak, tetapi
keberadaannya sedikit di perairan.
Odum (1971) membagi nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan menjadi makro
dan mikro nutrien. Fitoplankton dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara
makro (C, H, O, N, S, P, Mg, Ca, Na, Cl) dan unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Mo,
V dan Co) (Reynolds, 1990). Fosfor merupakan unsur penting penyusun adenosine
triphosphate (ATP) yang secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan
transfer energy yang terkait dalam proses metabolisme (Dobermann dan Fairhust,
2000).
2. Mikroalga
Mikroalga merupakan salah satu biota perairan yang memiliki potensi sebagai
penghasil bahan aktif bahan kimia yang bermanfaat untuk industri farmasi, kimia,
kosmetik, pertanian dan lainnya. Namun di Indonesia, pemanfaatan mikroalga masih
24
terbatas sebagai pakan alami (Styaningsih, 2004). Menurut Kawaroe dkk (2010)
mikroalga adalah organisme tumbuhan paling primitif berukuran seluler yang
umumnya dikenal dengan sebutan nama fitoplankton. Habitat hidupnya adalah
wilayah perairan di seluruh dunia. Habitat hidup mikroalga adalah di perairan atau
tempat-tempat lembab. Organisme ini merupakan produsen primer perairan yang
mampu berfotosintesis seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi lainya.
Mikroalga yang hidup dilaut dikenal dengan istilah marine microalgae atau
mikroalga laut. Mikroalga laut berperan penting dalam jaring-jaring makanan dilaut
dan merupakan materi organik dalam sedimen laut, sehingga diyakini sebagai salah
satu komponen dasar pembentukan minyak bumi di dasar laut yang dikenal sebagai
fossil fuel. Mikroalga yang banyak ditemukan berasal dari kelas Bacillariophyceae
(diatom), Chrysophyceae (alga coklat keemasan), Chlorophyceae (alga hijau), dan
kelas Cyanophyceae (blue green algae/ alga biru-hijau). Berdasarkan pigmen yang
dimiliki mikroalga dikelompokkan menjadi lima filum, yaitu:
25
Alga coklat-emas dikaitkan dengan diatomae, namun mereka memiliki
dinding sel silika yang sedikit selama masa hidup mereka. Alga ini memiliki sifat-
sifat yang dapat ditemui pada sebagian besar alga. Beberapa anggotakelompok
alga ini memiliki flagella dan motil. Semua memiliki kloroplas danmemilki DNA
yang terdapat di dalam nukleusnya. Alga ini hanya memiliki chlorophyl a dan c
serta beberapa carotenoid seperti fucoxanthin yang memberikan mereka warna
kecokelatan. Alga ini sering kali dibudidayakan dalam bentuk uniseluler pada
usaha budidaya sebagai sumber pakan.
3. Pyrhophyta (alga api).
Pyrrophyta sering disebut Dinoflagellata, diberi nama demikian karena
pergerakan yang dibantu dua flagela mirip cambuk (dalam bahasa
Latin, dino artinya pusaran air). Dinoflagellata terdiri dari sekitar 1.100 jenis,
terutama hidup di dalam air laut, meskipun beberapa jenis hidup di air tawar.
Dinoflagellata merupakan ganggang uniseluler yang motil, dengan ciri utama
terdapat celah dan alur di sebelah luar pembungkus yang melingkupi dinding sel.
BeberapaBeberapa jenis Dinoflagellata tidak mempunyai dinding sel, namun
kebanyakan mempunyai dinding sel yang terbagi-bagi menjadi lempeng-lempeng
selulosa poligonal yang saling bersambungan sangat rapat. Pyrrophyta juga sering
disebut tumbuhan api (fire plant) atau ganggang api.
4. Euglenophyta.
EuglenophytaEuglenophyta merupakan kelompok protista yang unik karena
dia memiliki sifat mirip tumbuhan dan hewan. Dianggap mirip tumbuhan karena
memiliki klorofil a dan b, juga ditemukan karotenoid sehingga dia akan
berfotosintesis. Euglenophyta dianggap mirip hewan karena dapat bergerak aktif
dengan pertolongan satu atau beberapa bulu cambuk (flagela) yang keluar dari
selnya. Karena mempunyai alat gerak, dia dapat hidup di perairan, misalnya air
tawar dan air tergenang.
Hasil fotosintesis pada Euglenophyta disimpan sebagai cadangan makanan
berupa polisakarida paramilon. Euglenophyta hidup sebagai organisme
26
fotoautotrof melalui fotosintesis. Namun bila keadaan kurang mendukung,
misalnya tidak ada cahaya matahari, maka Euglenophyta dapat juga hidup sebagai
organisme heterotrof, yaitu dengan memakan sisa-sisa bahan organik.
Euglenophyta memiliki habitat di air tawar, misalnya air kolam, sawah, danau,
dan banyak ditemukan di parit-parit peternakan yang banyak mengandung
kotoran hewan.
5. Cyanophyta (alga biru-hijau).
Cyanobacteria juga dikenal sebagai Cyanophyta, sering di Indonesiakan
sebagai sianobakteri atau sianobakteria adalah sebuah filum bakteri yang
mendapatkan kebutuhan energinya melalui fotosintesis. Nama "cyanobacteria"
berasal dari warna bakteri ini. Mereka sering disebut alga biru-hijau (tetapi
beberapa mengklaim bahwa itu salah, sianobakteri adalah organisme prokariotik
sedangkan alga seharusnya eukariotik meskipun definisi lain mengenai alga juga
mencakup organisme prokariotik. Dengan memproduksi gas oksigen sebagai hasil
sampingan fotosintesis, sianobakteri diperkirakan telah mengubah atmosfer tipis
pada awal pembentukan bumi menjadi atmosfer yang teroksidasi, mengakibatkan
"perkaratan besar-besaran di Bumi" dan Peristiwa Oksigenasi Besar secara
dramatis telah mengubah komposisi bentuk kehidupan di Bumi dengan
menstimulasi biodiversitas dan menjadikan organisme anaerobik mendekati
kepunahanya. Menurut teori endosimbiotik, kloroplas yang ditemukan pada
tumbuhan dan alga eukariotik adalah evolusi dari leluhur cyanobacteria melalui
endosimbiosis. Sianobakteria dapat dikatakan sebagai mikroorganisme tersukses
di Bumi. Bakteri ini secara genetik memiliki banyak variasi; mereka juga dapat
hidup di berbagai macam habitat di seluruh penjuru bumi, tersebar di air tawar, air
laut dan ekosistem darat, dan mereka ditemukan di relung terektstrem di seperti
sumber air panas, pabrik garam dan teluk air tawar.tawar
Kemampuan bertahan hidup pada kondisi tertentu juga terdapat pada beberapa
jenis mikroalga. Hal ini disebabkan oleh adanya lapisan musilagenous yang dapat
27
melindungi organ sel yang ada dalam tubuh, sehingga dapat melindungi diri dari
pengaruh kondisi lingkungan yang ekstrim. Mikroalga yang sering dijumpai pada
perairan air tawar dengan penyebaran yang sangat luas pada umumnya adalah
mikroalga divisi Chlorophyta, sedangkan pada perairan yang ekstrim banyak
dijumpai mikroalga divisi Cyanophyta (Hariyati, 1994).Mikroalga merupakan spesies
uniseluler yang dapat hidup soliter maupun berkoloni. Berdasarkan spesiesnya, ada
berbagai macam bentuk dan ukuran mikroalga. Tidak seperti tanaman tingkat tinggi,
mikroalga tidak mempunyai akar, batang dan daun. Mikroalga merupakan
mikroorganisme fotosintetik yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar
matahari dan karbondioksida untuk menghasilkan biomassa serta menghasilkan
sekitar 50% oksigen yang ada di atmosfer (Widjaja, 2009).
2) Reproduksi Alga
Alga bereproduksi baik secara seksual ataupun aseksual. Reproduksi seksual pada
alga melibatkan konyugasi gamet (sel seks) sehingga akan terbentuk zigot. Jika
morfologi pada gamet-gamet itu sama, maka disebut isogami walaupun jika berbeda
ukuran disebut dengan heterogami. Sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan
pembelahan sel ataupun dengan spora. Salah satu contoh spora uniseluler yang
28
dihasilkan disebut dengan akinet, selain itu ada pula spora yang berflagella dan motil
yang dinamakan zoospora sedangkan spora nonmotil disebut juga dengan
aplanospora.
1. Salinitas
Bagi golongan air laut/payau, salinitas sangat penting untuk mempertahankan
tekanan osmotik antara protoplasma dari organisme dengan air sebagai
lingkungan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pada proses metabolismenya.
4. Parameter-parameter biologis
Hal-hal ini meliputi saat seeding dan aklimatisasi juga parasit-parasit yang dapat
mengganggu pertumbuhan alga. Selama pertumbuhannya fitoplankton dapat
mengalami beberapa fase pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995), yaitu
:
a) Fase Lag (Fase Istirahat)
29
Dimulai setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur hingga
beberapa saat sesudahnya. Pada fase ini peningkatan paling signifikan terlihat
pada ukuran sel karena secara fisiologis fitoplankton menjadi sangat aktif. Proses
sintesis protein baru juga terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan tetapi
pembelahan sel belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat karena
fitoplankton masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang
meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhan
pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan dapat
digambarkan dengan kurva logaritmik. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty
(1995), Chlorella sp. Dapat mencapai fase ini dalam waktu 5-7 hari.
Pembelahan sel tetap terjadi pada fase ini. Namun tidak seintensif fase
sebelumnya, sehingga laju pertumbuhan juga mengalami penurunan dibandingkan
fase sebelumnya.
d) Fase Stasioner
Pada fase ini laju reproduksi dan laju kematian relatif sama. Penambahan
dan pengurangan jumlah fitoplankton seimbang sehingga kepadatannya relatif
tetap (stasioner).
e) Fase Kematian
Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar daripada laju
reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan secara geometrik.
Penurunan kepadatan sel fitoplankton ditandai dengan perubahan kondisi
30
optimum yang dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH media, ketersediaan hara, dan
beberapa faktor lain yang saling terkait satu sama lain.
31
Selanjutnya tutup pintu inkubator agar suhu ruang inkubator tetap stabil
dengan suhu 25 °C
5. Pengamatan kepadatan alga dilakukan setiap hari selama 7 hari
pengamatanPengamatan dilakukan dengan cara mengambil sampel pada botol
kultudengan menggunakan pipet dan diamati dibawah mikroskopKemudian
dicatat total individu dalam tiap jenis alga serta hitung kepadatan alga atau
fitoplanktonnya.
Hubungan Alga dengan Nutrien Unsur hara merupakan faktor penting dalam
proses pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton. Nutrien dibutuhkan oleh
fitoplankton dalam jumlah Sumber bahan organik Sumber bahan organik Oksidasi
Enzim bakteri HNO2 + H2O (Nitrit) Oksidasi Enzim bakteri HNO2 + O2 Oksidasi
Enzim bakteri HNO3 + Energi HNO3 Oksidasi Enzim bakteri N2 + H2O
Mikroorganisme autotrof Fosfat Organik Dekomposisi organisme mati dan sisa-sisa
metabolisme Bakteri Pengurai Fosfat Anorganik 16 banyak ada pula yang sedikit.
Nitrogen dan fosfor merupakan nutrien yang paling berpengaruh terhadap produksi
fitoplankton (Roshisati, 2002). Unsur N dan P sebagai faktor pembatas pertumbuhan
fitoplankton di perairan alami, bila dalam jumlah yang berlebih maka keduanya bisa
menjadi penentu terjadinya pertumbuhan fitoplankton yang sangat pesat (blooming)
(Henderson-Seller dan Markland, 1987).
Kedua unsur tersebut menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
perkembangan fitoplankton. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut dibutuhkan
dalam jumlah banyak, tetapi keberadaannya sedikit di perairan. Odum (1971)
membagi nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan menjadi makro dan mikro nutrien.
Fitoplankton dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara makro (C, H, O, N, S,
P, Mg, Ca, Na, Cl) dan unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, Si, Mo, V dan Co) (Reynolds,
1990). Fosfor merupakan unsur penting penyusun adenosine triphosphate (ATP) yang
32
secara langsung berperan dalam proses penyimpanan dan transfer energy yang terkait
dalam proses metabolisme (Dobermann dan Fairhust, 2000)
6) Manfaat Alga
2. Makanan Manusia
Sejak ratusan tahun yang lalu, lebih dari 100 jenis algae (terutama algae coklat dan
algae merah) telah digunakan sebagai bahan makanan di berbagai belahan dunia.
Selain itu, beberapa jenis dari algae hijau juga telah digunakan sebagai bahan
makanan sebab mengandung sejumlah mineral, vitamin, karbohidrat dan protein. Zat-
zat makanan tersebut dapat ditemukan baik dalam dinding sel maupun dalam
sitoplasma (SHARMA, 1992)
Menurut PRESCOTT dalam SHARMA (1992), zat-zat makanan terpenting yang
terdapat dalam algae coklat terdiri dari protein (meliputi 17 asam amino), lemak dan
33
karbohidrat. Beberapa jenis mineral juga terdapat pada algae coklat, misalnya
karotena, tiamin dan subflavin.
3. Sumber Mineral
Algae diketahui jugamerupakan sumber mineral yang sangat penting. Beberapa
diantaranya adalah:
a. Yodium diekstraksi dari beberapa jenis al gae, yaitu : Gloiopeltis furcata,
Hijikia fusiforme, Digenea simplex, Ulva lactuca, Gelidium amansii,
Laminaria religosa dan Porphyra tenera (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980).
b. Bromin (3-6%) diekstraksi dari beberapa jenis algae merah, seperti
Polysiphonia, Rhodymenia (SHARMA, 1992).
c. Beberapa jenis algae memiliki kandungan Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn yang
cukup tinggi, yaitu : Caulerpa lentillifera, Dictyota spp.,Eucheuma alvarezii,
Gracilaria coronopifolia, G. verrucosa, Hypnea cervicornis, Laurencia tronoi,
Sargassum spp., Turbinaria conoides, Ulvalactuca.(TRONOetal. 1998)
d. Dalam industri pembuatan sabun dan alatalat gel as, algae telah digunakan
sebagai sumber soda (SHARMA, 1992).
4. Makanan Ternak
Algae merupakan salah satu sumber makanan pokok beberapa jenis ternak,
khususnya di negara-negara maritim. Algae yang dijadikan makanan ternak terutama
dari kelompok algae coklat, algae merah, dan beberapa jenis algae hijau.
a. Laminaria, digunakan sebagai makanan ternak di beberapa wilayah di negara
Inggris, Finlandia dan Jepang (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980; SHARMA,
1992).
34
b. Sargassum digunakan sebagai makanan ternak di beberapa wilayah di negara
Inggris, Jepang dan Hongkong (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980; SHARMA,
1992)..
c. Ascophyllum digunakan sebagai makanan ternak di Inggris, Norwegia, Jepang
dan Selandia Baru (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980; SHARMA, 1992).
d. Ayam petelur yang memakan tepung Ascophyllum dan tepung Fucus akan
menghasilkan telur dengan kadar Yodium yang tinggi (SHARMA, 1992).
e. Sumber makanan untuk ikan "Tilopia" hanya dari kelompok algae hijau dan algae
hijau-biru (SHARMA, 1992). f. Macrocystis digunakan sebagai makanan ternak
sebab kandungan vitamin A dan E yang cukup tinggi (SHARMA, 1992).
f. Rhodymenia merupakan makanan ternak yang umum di Perancis. Rhodymenia
diketahui memiliki kandungan Bl yang cukup tinggi (SHARMA, 1992). h. Di
Jepang, Pelvetia digunakan sebagai makanan sapi (SHARMA, 1992).
5. Bahan Pupuk
Adanya kandungan fosfor, kalium, dan beberapa unsur-unsur runut pada
makroalgae sehingga beberapa negara di dunia menggunakannya sebagai bahan
pupuk. Makroalgae dicampur dengan bahan-bahan organik lainnya atau dibiarkan
membusuk di tanah.
a. Lithophyllum, Lithothamnion dan Chara digunakan untuk tanah yang kekurangan
kalsium (SHARMA, 1992).
b. Fucus vesiculosus merupakan bahan pupuk yang umum digunakan di Irlandia
untuk tanaman kentang dan kapas. Sedangkan Fucus serratys digunakan di Inggris
untuk tanaman kentang dan brokoli (CHAPMAN & CHAPMAN, 1980)
c. Produksi padi dapat ditingkatkan menjadi 30% setelah areal persawahan
diinokulasi dengan campuran nitrogen dan algae hijau biru (SHARMA, 1992).
d. Di beberapa negara yang sedang berkembang, suatu ekstrak yang dipekatkan yang
berasal dari berbagai jenis algae yang berbeda dijual di pasaran sebagai pupuk
cair. Pupuk cair semakin banyak digunakan karena lebih efisien, dimana dapat
langsung diserap tanaman. Penyerapan pupuk cair
35
6. Antibiotik
Chlorellin merupakan salah satu antibiotik yang diperoleh dari Chlorella. Beberapa
substansi antibakteri efektif dalam mencegah pertumbuhan bakteri gram positif dan
gram negatif diperoleh dari Ascophyllum nodosum, Rhodomenia larix, Laminaria
digitata, Palveria dan Polysphonia. Antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis bakteri, diperoleh dari Nitzschia palea. Antibiotik tersebut efektif
dalam pencegahan Escherichia coll (SHARMA, 1992). Jenis-jenis algae lainnya yang
memiliki khasiat sebagai antibiotik, yaitu Amansia, Asparagopsis taxiformis,
Laurensia obtusa, Ulvapertusa dan Wrangelia (TRONO etal. 1998).
7. Obat-Obatan lainnya
"Tse-ko-Tsoi" merupakan obat cacing di Cina Selatan yang berasal dari algae
merah Diginea simplex. Sedangkan fucoidin dan sodium laminarin sulfat diperoleh
dari beberapa jenis algae coklat digunakan sebagai antikoagulan darah. Beberapa
jenis algae juga telah digunakan dalam pengobatan penyakit ginjal, kandung kemih
dan paru-paru (SHARMA, 1992).
8. Penelitian Biologi
Dalam penelitian biologi (khususnya fisiologi), pemanfaatan beberapa jenis algae
dalam kaitannya dengan proses fotosintesis. Jenis-jenis algae yang secara luas
digunakan adalah Chlorella, Scenedesmus dan Anacystis (SHARMA, 1992).
4.2.2. INFUSORIA
1) Definisi Infusoria
36
Infusoria adalah salah satu kelas dari philum Protozoa. Berdasarkan alat geraknya,
infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata. Ciliata (latin, cilia =
rambut kecil) atau Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar) atau
infusoria yang bergerak menggunakan rambut getar (cilia) (Winarsih, et al,
2011).Cilia terdapat pada seluruh permukaan sel atau hanya pada bagian tertentu.
Cilia membantu pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di
sitostoma akan dilanjutkan ke sitofaring. Apabila telah penuh, makanan akan masuk
ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan. Sel Ciliata memiliki dua inti:
makronucle dan mikronuclei. Makronukleus memiliki fungsi vegetatif. Mikronukleus
memiliki fungsi reproduktif, yaitu pada konjugasi. Ciliata hidup bebas dilingkungan
berair, baik air tawar maupun laut. Ciliata dapat hidup secara baik parasit maupun
simbiosis. Contoh dari Ciliata adalah Balantidium coli, Vorticella, Stentor, Didinium
dan Paramecium
Ciliata hidup bebas dan jarang yang parasit. Makanannya adalah bakteri dan
protozoa lain yang lebih kecil misal ganggang renik dan ragi. Infusoria
berkembangbiak dengan cara membelah diri dan dengan cara konjugasi. Infusoria
tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak terdapat di perairan yang teduh dan
ditumbuhi tumbuhan air. Infusoria sebagai pakan alami dapat digunakan sebagai
makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan yang mempunyai bukaan mulut kecil.
Pengkulturan Infusoria dapat menggunakan bahan Jerami (daun padi kering), alang-
alang kering, daun kol, daun selada atau daun talas yang hampir busuk. Apabila daun
belum busuk daun dapat di cincang menjadi kecil-kecil atau bahan direbus hingga
menjadi seperti bubur.
37
1990).Pada kultur Infusoria di gunakan daun pisang karena menyerupai seperti
habitat dari Infusoria itu sendiri.
Infusoria sebagian besar hidup di air tawar terutama dimana terjadi proses
pembusukan. Makanannya adalah bakteri dan protozoa lain yang lebih kecil misal
ganggang renik dan ragi. Infusoria berkembangbiak dengan cara membelah diri dan
dengan cara konjugasi. Infusoria tidak menyukai sinar matahari sehingga banyak
terdapat di perairan yang teduh dan ditumbuhi tunmbuhan air. InfusoriaInfusoria
adalah sekumpulan jasad renik sejenis zooplankton dan umumnya berukuran sangat
kecil antara 40-100 mikron. Infusoria sebagai pakan alami dapat digunakan sebagai
makanan pertama (first feeding) bagi larva ikan yang mempunyai bukaan mulut kecil.
Secara visual warna infusoria adalah putih dan hidup menggerombol sehingga akan
tampak seperti lapisan putih tipis sepeti awan(Wibowo, 2007). Infusoria adalah salah
satu kelas dari philum Protozoa. Berdasarkan alat geraknya, infusoria dibedakan
menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata. Ciliata (latin,cilia = rambut kecil) atau
Ciliophora/Infosoria bergerak dengan cilia (rambut getar) atau infusoria yang
bergerak menggunakan rambut getar (cilia) (Winarsih, et al, 2011).
38
Pakan alami infusoria dapat dibudidayakan dengan media sayuran,sedangkan
pakan alami jenis moina dan Daphnia dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran
hewan kering yang ada di sekitar kita. Kandungan gizi setiap jenis pakan alami
berbeda-beda, namun pada umumnya terdiri dari air protein lemak, serat kasar dan
abu.
2) Reproduksi Infusoria
39
4. Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nucleus), yaitu makronukleus dan
mikronukleus.
5. Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi.
5) Manfaat Infusoria
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kultur alga dan Avertebrata air adalah Merupakan suatu cara untuk
membudidaya/memperbanyak alga (golongan tumbuhan) dan avertebrata air
41
(golongan hewan yang tidak bertulang belakang) dengan teknik tertentu. Pakan
merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Ketika
dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup (fitoplankton dan
zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dimanfaatkan dengan
efisien.
Algae yang sangat penting adalah sebagai penghasil utama bahan organik di
dalam ekosistem perairan. algae merupakan bagian utama dari rantai makanan.
Mikroalgae biasanya disebut fitoplankton.
Infusoria adalah salah satu kelas dari philum Protozoa. Berdasarkan alat
geraknya, infusoria dibedakan menjadi 2 yaitu ciliata dan flagellata.
42
Mengenalkan dan mengajarkan kepada mahasiswa mengenai alat dan teknik
kultur Infusoria.
5.1.2 Saran
Kami benar-benar mendapat banyak manfaat, tidak hanya mengerti teori tetapi
juga bisa membuktikannya dengan melakukan percobaan, di karenakan masih
kurangnya pengetahuan penulis akan penyusunan, Oleh sebab itu saran dan kritikan
dari para pembaca sekalian sangatlah diharapkan oleh penulis, agar kedepannya dapat
lebih baik dan lebih bagus lagi.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitu pula dengan hasil
laporan ini yang tentunya ada kekurangan. Oleh karena itu kami meminta maaf dan
menerima kritik serta saran yang membangun agar kami dapat membuat laporan lain
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://youtu.be/_8F0Uygx3iM
43
Isnansetyo, A., & Kurniastuty, E. (1995). Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton. Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
https://www.dosenpendidikan.co.id/ciliata-adalah/
https://www.dosenpendidikan.co.id/alga-adalah/
http://triyramadhani.blogspot.com/2015/06/laporan-praktikum-kultur-pakan-
alami.html
https://zaldibiaksambas.files.wordpress.com/2010/10/infusoria.pdf
SHARMA, OP. 1992. Text Book of Algae. Tata McGraw-Hill Publishing Company
Limited, New Delhi: 73 - 79
https://www.pertanianku.com/fungsi-infusoria-sebagai-pakan-ikan/
file:///C:/Users/USER/Downloads/tinjauan%20pustaka%20alga%20(1).pdf
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxii(2)11-20.pdf
https://zaldibiaksambas.files.wordpress.com/2010/10/infusoria.pdf
https://pdfcoffee.com/kultur-infusoria-pdf-free.html
https://www.coursehero.com/file/57448906/InfusoriaIdocx/
44
http://penyuluhperikananpurworejo.blogspot.com/2018/11/budidaya-infusoria.html
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2663/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&i
LAMPIRAN LAPORAN
TABEL DESKRIPSI TUGAS
45
Nama Posisi Deskripsi Kelompok
Dikelompok
Fransisca Nadya Veranza Ketua Membagi tugas setiap anggota,
Siringoringo Mengarahkan anggota dalam
mengerjakan tugas kelompok,
Mengerjakan Bab IV, 4.1 Hasil dan
membantu mengerjakan pembahasan
serta Membantu teman yang lain
dalam mengerjakan pendahuluan,
tinjauan pustaka dan membantu
mencari bahan praktikum kelompok.
Petra Sotar Sihotang Anggota Membuat cover,daftar gambar dan
daftar table, daftar lampiran dan
mengedit
Muhammad Ruspandi Anggota Mengerjakan Bab II Tinjauan Pustaka
Ayu Astuti Anggota Mengerjakan Bab I pendahuluan dan
membantu mencari bahan praktikum
kelompok.
Rizal Anggota Mengerjakan Bab V Penutup
Ayu Andira Anggota Mengerjakan Bab III Metode
Praktikum
Yudit Pras Setio Anggota Mengerjakan Bab IV pembahasan
dan membantu mencari bahan
praktikum kelompok.
46