Anda di halaman 1dari 2

Aku Hanya Butuh Kamu

Senja sudah mulai turun ya.

Malam ini bintangnya ramai.

Matahari sekarang sudah kembali kepada tuannya.

Keadaan saat ini jahat. Seseorang dipaksa melupakan sesuatu yang tidak bisa dilupakan.

Sangat banyak cerita yang aku ceritakan, namun semua cerita pada akhirnya hanya tertuju pada
kamu.

Maurine dimana. Tegur aku lagi tolong.

Dadaku selalu terasa perih hari demi hari.

Caraku berkendara sangat tidak karuan. Tolong marahi aku lagi.

Aku rindu kalimat teguranmu, laranganmu keluar dari bibirmu.

Larang aku dengan semua sikap dewasamu.

Setiap waktu memang ada kisahnya sendiri. Namun aku minta agar waktunya berhenti di kamu.

Diwaktu itu sebelum kamu hilang. Sebelum aku tebiasa mengenang.

Ada banyak sekali paragraf indah yang kita tulis berdua dalam memori kita.

Dulu kita bernamakan kasih. Karena kita adalah dua insan yang saling memberi.

Dari setiap paragrafnya kamu sempurna.

Lantas bagaimana aku membenci jika tidak pernah ada yang salah?

Bagaimana aku harus melupakanmu jika kenangannya tidak pernah buruk?

Maurine, aku izin tidak pernah pernah ikhlas atas kepergianmu ya.

Karena itu bohong. Tidak ada ikhlas yang sempurna perihal kehilangan.

Pelan-pelan kutebak isi hatimu yang tak tentu.

Setidaknya agar aku tahu apa sudah waktunya aku pergi atau terus melaju.

Tapi maaf jika pergi menjadi pilihanmu untukku, aku tidak bisa.

Maaf jika menyerah menjadi pilihanmu untukku, aku tidak akan menyerah.

Setelah sejauh ini kita bersama. Aku mengerti baik buruknya dirimu.

Aku mengerti bagaimana adanya keluargamu.

Dan aku menerimanya dengan benar-benar tulus dan ikhlas.

Setiap hari aku selalu terpikirkan tentang kamu.

Tentang baiknya kamu. Yang selalu menerima keadaanku. Yang tidak pernah menuntut ini dan itu.

Tentang bagaimana setiap pagi aku selalu melihat wajah wanita impianku saat aku membuka mata.
Izinkan aku mewujudkan salah satu impianku ini ya.

Sebenarnya dari kisah yang mana. Sampai-sampai lukanya egois seolah tidak mau disembuhkan.

Berkata jujur kamu itu sulit dicerna. Kamu keras kepala mempertahankan sakitmu yang itu-itu saja.

Apakah perubahanku belum cukup membuatmu yakin bahwa aku benar-benar bukan yang dulu lagi?

Tolong beri sedikit alasan logis tentang mengapa kamu sangat sulit luluh.

Beri aku sedikit kesempatan untuk bisa memulai lembaran baru.

Jika ditanya lelah? Ya, aku lelah. Tapi...

Untuk menyerah? Maaf aku tidak memilih jalan itu.

Aku yakin lelahku memperjuangkan mu, akan menjadi Alhamdulillah.

Entah mengapa nuraniku mengatakan bahwa kamu adalah jodoh dan takdirku.

Semoga kamu merasakan yang sama juga. Iya, hanya semoga.

Aku ingin menyampaikan.

Bahwa pada akhirnya aku hanya butuh kamu.

Terlalu banyak hal yang tidak bisa kulakukan sendiri.

Banyak sekali rintangan di depan mata yang sepertinya aku butuh pundak untuk bersandar kalau
nanti di tengah jalan aku kelelahan.

Banyak hal-hal menarik yang membutuhkan kamu. Dan banyak waktu kesedihan yang kadang tidak
orang banyak perlu tahu akan itu.

Tapi hanya butuh tanganmu yang memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Aku butuh kita. Tapi bukan kita yang tanpa kata.

Kata “KITA” yang selalu aku doakan. Semoga bisa segera terjadi.

Semoga bisa cepat kembali.

Sampai pada akhirnya aku hanya butuh kamu. Itu saja.

Kitanya sudah ada aku. Namun hanya butuh satu lagi pemeran utamanya.

Yaitu “Rr. Sandrina Maurine”.

Yogyakarta, 24 April 2021

01.20am

-Lucky Hilman Royanda

Anda mungkin juga menyukai