Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KSM BEDAH BTKV


RSUD Dr. MOEWARDI
TAHUN 2017 - 2020

TUMOR PARU

1 Pengertian (Definisi) Nodul paru soliter didefinisikan sebagai opasitas diskrit, berbatas
bagus, bulat kurang dari atau sama dengan 3 cm diameter yang benar-
benar dikelilingi oleh parenkim paru, tidak menyentuh hilus atau
mediastinum, dan tidak terkait dengan adenopati, atelectasis, atau
efusi pleura. Lesi yang lebih besar dari 3 cm dianggap sebagai massa
dan diperlakukan sebagai keganasan sampai terbukti sebaliknya.
2 Anamnesis Kebanyakan pasien dengan nodul paru soliter tidak bergejala; nodul
biasanya terdeteksi sebagai temuan insidental. Sekitar 20-30% dari
semua karsinoma bronkogenik muncul sebagai nodul paru soliter
pada radiografi awal. Fitur berikut penting ketika menilai apakah
nodul jinak atau ganas:
 Riwayat keganasan
 Sejarah merokok & pak-tahun merokok
 Faktor risiko pekerjaan untuk kanker paru - Paparan asbes,
radon, nikel, kromium, vinil klorida, dan hidrokarbon
polisiklik dapat menyebabkan perkembangan nodul paru
soliter
 Perjalanan ke area dengan mikosis endemik (misalnya,
histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis) atau
dengan prevalensi TB yang tinggi
 Riwayat TB atau pulmonary mycosis
3 Pemeriksaan Fisik Meskipun tidak ada temuan fisik spesifik untuk pasien dengan nodul
paru, presentasi klinis bervariasi tergantung pada lokasi tumor
(misalnya, trakea, saluran udara lainnya, parenkim). Gejala-gejala
berikut mungkin dihargai pada pemeriksaan fisik
 Pseudoasthmatic (lokal) mengi
 Batuk terus-menerus
 Hemoptisis
 Demam - Terutama ketika pneumonia terkait hadir
 Suara nafas berkurang
 Kebodohan menjadi perkusi
 Rales
 Clubbing digital
 Penyakit autoimun-terkait kelainan kulit dan sendi
4 Kriteria Diagnosis - Anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang : Chest Radiography
5 Diagnosis Kerja
6 Diagnosis Banding  Arteriovenous malformations

 Aspergillosis

 Atelectasis

 Blastomycosis

 Carcinoid lung tumors

 Coccidioidomycosis

 Histoplasmosis

 Hydatid cysts

 Lipoid pneumonia

 Lung abscess

 Lymphoma

 Non-small cell lung cancer

 Secondary Lung Tumor

 Small Cell lung cancer

 Nocardiosis
 Pancoast tumor

 Rheumatoid arthritis

 Sarcoidosis

 Tuberculosis

 Granulomatosis with polyangiitis (Wegener granulomatosis)

7 Pemeriksaan Penunjang Chest Radiography and CT Scanning


Untuk nodul paru soliter terdeteksi pada radiografi toraks, perbedaan
awal yang dibuat adalah apakah nodul paru atau ekstrapulmoner di
alam. Temuan dari radiografi toraks lateral atau CT scan dapat
membantu mengkonfirmasi lokasi nodul. Meskipun nodul
berdiameter 5 mm kadang-kadang divisualisasikan pada radiografi
toraks, nodul paru soliter cukup sering 8-10 mm.

Radiografi toraks dapat memberikan informasi mengenai ukuran,


bentuk, kavitasi, laju pertumbuhan, dan pola kalsifikasi. Semua fitur
radiologis ini dapat membantu menentukan apakah lesi jinak atau
ganas. Namun, tidak ada fitur-fitur ini yang sepenuhnya spesifik
untuk karsinoma paru. CT scan dada memiliki banyak kelebihan
dibandingkan radiografi dada polos.

Positron-Emission Tomography
Apakah pemindaian positron-emission tomography (PET) akan
berguna dalam pemeriksaan pasien tergantung pada (1) probabilitas
pretest klinis keganasan, (2) morfologi nodul, (3) ukuran dan posisi
nodul, dan (4) fasilitas pemindaian tersedia.

SPECT Scanning
Pemindaian satu emisi foton CT (SPECT) lebih murah daripada PET
scanning. Kedua modalitas memiliki kepekaan dan spesifisitas yang
sebanding masing-masing 95% dan 82%. [34] Pencitraan SPECT
belum dievaluasi dalam serangkaian besar pasien; dalam seri yang
lebih kecil, sensitivitas turun secara signifikan untuk nodul kurang
dari 20 mm.
Fiberoptic Bronchoscopy
Bronkoskopi rigid dan fiberoptik masing-masing berguna untuk
mendiagnosis tumor paru-paru jinak endobronkial. Biopsi atau
menyikat bronkus dapat dilakukan dengan prosedur ini, serta eksisi
lesi endobronkial bertangkai.

8 Tatalaksana Lesi yang memiliki ciri khas jinak, seperti tidak adanya perubahan
selama dua tahun atau pola kalsifikasi jinak, terutama pada pasien
berisiko rendah, tidak memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Di sisi
lain, lesi yang sangat sugestif keganasan (mis.> Diameter 3 cm) atau
mereka dengan pertumbuhan yang didokumentasikan harus dirujuk
untuk reseksi bedah.
American College of Chest Physicians (ACCP) recommendations
Rangkuman Guidelines sebagai berikut:
 Dengan cermat menghitung probabilitas pretest untuk
keganasan, baik melalui penilaian klinis yang berpengalaman
atau melalui model yang divalidasi (lihat Menilai
Kemungkinan Keganasan, di atas)
 Pencitraan dada sebelumnya harus ditinjau dan CT scan dada
harus dilakukan jika nodul tak tentu dicatat pada radiografi
dada
 Jika lesi padat dan stabil selama setidaknya 2 tahun, tidak
diperlukan tindak lanjut lebih lanjut
 Untuk lesi dengan pola kalsifikasi jinak, pengujian lebih lanjut
tidak diperlukan
Penatalaksanaan lesi padat tak tentu lebih besar dari 8-30 mm
tergantung pada penentuan pertama kemungkinan pretest keganasan
dan sesudahnya, jika hal-hal berikut ini dicatat:
 Probabilitas yang sangat rendah (<5%) - Pemindaian CT
Serial pada 3-6 bulan, 9-12 bulan, dan kemudian pada 18-24
bulan
 Probabilitas rendah hingga sedang (5% -65%) - pencitraan
PET; jika pengambilan minimal, CT surveilans atau biopsi
nonsurgical, tetapi jika uptake moderat atau intens, baik biopsi
non bedah atau reseksi bedah
 Probabilitas tinggi (> 65%) - Reseksi bedah, idealnya reseksi
irisan thoracoscopic; mereka yang berisiko tinggi untuk
komplikasi bedah
 Setiap pertumbuhan tegas dicatat selama tindak lanjut CT scan
- Diagnosis jaringan definitif dengan biopsi nonsurgical dan /
atau reseksi bedah
9 Kompetensi
10 Kompetensi PPDS Merah Kuning Hijau Biru
Diagnosis
Pengelolaan
Medis
Prosedur

11 Edukasi  Menghentikan Rokok


 Menghindari daerah endemik TB
12 Prognosis Reseksi bedah bersifat kuratif untuk sebagian besar tumor paru-paru
jinak. Tingkat kelangsungan hidup 5 dan 10 tahun setelah reseksi
bedah tumor karsinoid khas paru-paru di atas 90%. Tingkat
kelangsungan hidup 5 dan 10 tahun untuk pasien dengan karsinoid
atipikal adalah 40-70% dan 18-50%, masing-masing.
13 Tingkat Evidens*** Terapi : I/ II/ III/ IV
14 Telaah Kritis
15 Indikator Medis
16 Kepustakaan Dholakia, Sonal, and Daniel C. Rappaport. "The solitary pulmonary
nodule. Is it malignant or benign?." Postgraduate medicine 99.2
(1996): 246-250.
Travis, William D., et al. "Survival analysis of 200 pulmonary
neuroendocrine tumors with clarification of criteria for atypical
carcinoid and its separation from typical carcinoid." The
American journal of surgical pathology 22.8 (1998): 934-944.
Patel, Pujan H. (2018). Solitary Pulmonary Nodule. Medscape

Keterangan :

*Tatalaksana :Bila RS Dr.Moewardibelumdapatmelakukantatalaksanatersebutmohon di beriketerangan


(RUJUK)
**Kompetensiresiden :
1. Mengenalidanmenjelaskan
2. Mendiagnosisdanmerujuk
3. Mendiagnosisdanmemberikantatalaksanaawaldanmerujuk
4. Mendiagnosis ,memberikanpenatalaksanaanmandiridantuntas.
*** Tingkat Evidens (sumberrujukan) :
I :metaanalisisdansistimatik review dari RCT
II : design penelitiandengankohort
III : design penelitiandengankasuskontrol
IV :dariserikasus

Surakarta,
KomiteMedik Ketua KSM .......................
Ketua

Dr. UntungAlifianto,dr., Sp.BS .....................................


NIP.19561223 198611 1 002 NIP.

Direktur RSUD DrMoewardi

...................................................

Anda mungkin juga menyukai