Askep Resiko Bunuh Diri
Askep Resiko Bunuh Diri
KELOMPOK 5 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2015
SISTEM NEUROBEHAVIOUR
BUNUH DIRI
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri
yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, 2007).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan
depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,1997. Dez, Delicious, 2009)
B. Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi
dari resiko bunuh diri adalah :
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor,
baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial dapat
menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social
dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi
stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.
a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas
terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan
diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009)
dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (scucide attempt) yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar
ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
d. Impulsif.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
E. Terapi Aktivitas Kelompok, Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009)
Model interpersonal
Objektif :
Impulsif.
Menunujukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh).
Ada riwayat panyakit mental (depesi, psikosis,
dan penyalahgunaan alcohol).
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis
atau penyakit terminal).
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan
pekerjaan, atau kegagalan dalam karier).
Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
Status perkawinan yang tidak harmonis.
I. Asuhan Keperawatan Klien Resiko Bunuh Diri
Tn. B berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Bagindo.
Status menikah, tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami
masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK), termasuk salah satunya Tn. B. Akibatnya kondisi keuangan Tn. B memburuk,
sehingga membuat istrinya meminta cerai karena Tn. B tidak bisa memberikan nafkah
lagi kepada istrinya. Dan Tn. B pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri.
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak
memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
B. Pengkajian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan bunuh
diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya.
Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan
harga diri rendah.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat
harus dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh diri
dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari
tempat tinggi.
II. Diagnosa Keperawatan
A. Rencana Keperawatan
TUM :
TUK 1
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Rencana Tindakan :
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
TUK 2
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
2. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
TUK 3
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
4. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
TUK 4
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
TUK 5
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan
2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain.
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan:
TUK 7
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara
dapat melakukan tindakan berikut :
ORIENTASI
“ Selamat pagi Tn.B kenalkan saya adalah perawat A yang bertugas di ruang Mawar
ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang B rasakan selama ini. Dimana
dan berapa lama kita bicara?”
KERJA
“Bagaimana perasaan B setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini B
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah B kehilangan kepercayaan diri? Apakah
B merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah B merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah B sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah B berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau B
berharap bahwa B mati? Apakah B pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang B rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,
misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan
segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. “Saya perlu memeriksa seluruh
isi kamar B ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, Karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang akan B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat
diruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi B jangan sendirian
ya? Katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan”.
TERMINASI
a. Tujuan:
ORIENTASI
“Selamat pagi Tn.B!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan B hari ini? O..
jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin bunuh
diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!”
KERJA
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada perawat atau
keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa yang
telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk bunuh diri?
Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat
yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri, saya akan ketemu B lagi, untuk
membicarakan cara meningkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini saja.”
“Selamat pagi Tn.B! Bagaiman perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita 2 jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B miliki. Mau berapa
lama? Dimana?”
KERJA
“Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B. Keadaan
yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan B masih
ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B
lakukan selam ini?.” “Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari
kita latih.”
TERMINASI
DI RUANG MAWAR RSJ LASALLIAN
Ruang : Mawar
A. Pengkajian
Nama Lengkap : Tn. B
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Alamat : Kombos Timur
Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah
pasien
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
5. Pemeriksaan Fisik
Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien
menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala
sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm.
2. Identitas
Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. M teman sekamar yg satu
agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering
diam, menyendiri, murung dan tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu
bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitive.
9. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering
mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya.
b. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada
Tuhan.
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut tidak
pernah tersisir rapi dan sedikit bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti
tidak intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek
datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang
tajam, terkadang terjadi blocking.
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas
Memori
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak
berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.
DS: menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO: ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh diri.
DS: menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
Pasien:
Tindakan:
Tindakan:
2.1 Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain-lain).
2.2 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
Tindakan:
3.5 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
Tindakan:
Tindakan:
5.1 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
5.2 Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, danpentingnya
terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
5.3 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
Tindakan:
6.2 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
Tindakan:
7.1 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
7.2 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
Sp III Pasien
Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
Mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian
Sp IV Pasien
Membuat rencana masa
depan yang realistis
bersama pasien
Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa
depan yang realistis
Memberi dorongan pasien
melakukan kehiatan dalam
rangka meraih masa depan
yang realistis
DAFTAR PUSTAKA