1. Latar Belakang
Pembelajaran di masa pandemi sudah berlangsung sekitar satu tahun berjalan.
Pemerintah sangat memprioritaskan nyawa generasi bangsa yang saat ini masih berada
dalam usia sekolah. Sehinnga pembelajaran daring menjadi sesuatu keniscayaan yang
harus dilakukan oleh sekolah. Dalam pelaksanaannya pembelajaran daring ini mengalami
banyak kendala terutama permasalahan kuota, kurang bagusnya signal , ataupun
ketiadaan gedget yang harusnya ada pada siswa.
Sebagai guru tentu saja kendala – kendala tersebut harus bisa dihadapi dengan berbagai
cara dan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru demi tetap memberikan
pelayanan pendidikan yang layak sebagai bekal hidup siswa di masa depan. Berbagai
media telah digunakan selama pembelajaran daring mulai dari WA Group, Google Form,
Google Class Room, Rumah Belajar, zoom meeting, google meet dan media sejenis
lainnya.
Banyak media yang menjadi pilihan siswa dan guru yang digunakan dalam pembelajaran
seharusnya menjadikan proses pembelajaran lebih bervariasi. Tetapi pada kenyataanya di
lapangan tidak berjalan sesuai dengan harapan kita. Kuota yang tidak dipunyai sebagian
siswa dan signal provider yang kurang bagus di beberapa tempat menjadi kendala utama
di bidang sarana yang harus dihadapi selama masa covid 19 ini. Selain itu masalah lain
yang timbul adalah monotonnya sistem pembelajaran oleh guru, metode pembalajaran
yang kurang bervariasi dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan siswa merupakan
fenomena lain yang terjadi sehingga menyebabkan suasana kejenuhan yang dialami baik
oleh siswa maupun guru.
Karena dalam pembelajaran yang harus menjadi subjek pembelajaran adalah siswa maka
sebagai pendidik kita harus selalu berupaya melayani siswa dengan sebaik – baiknya demi
kebahagiaan mereka sesuai dengan cita – cita luhur Ki Hajar Dewantara bahwa
pendidikan harus bisa memberikan kebahagian lahir dan batin siswa . Prinsip
“Menghamba Kepada Anak” adalah prinsip luhur yang telah dicetuskan oleh Bapak
Pendidikan Nasional Indonesia dalam upaya mencapai kemerdekaan belajar bagi siswa.
Dari prinsip ini penulis memiliki pendapat apapun masalahnya pelayanan pendidikan
terhadap siswa yang beragam harus menjadi prioritas kita sebagai pendidik demi
tercapainya keberhasilan pendidikan di Indonesia yang kita cintai. Program Merdeka
Belajar tidak akan tercapai jika kita masih menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran.
Setiap aktifitas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari – hari tentu saja banyak
menghadirkan pembelajaran dan pengetahuan baru yang bisa diambil hikmahnya untuk
masa depan pendidikan yang lebih baik. Dengan aksi melayani siswa secara maksimal,
maka kita akan memperoleh reaksi yang lebih hebat yang diberikan oleh siswa kita
(Prinsip Aksi Reaksi dalam Fisika). Mereka merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran,
kendala yang dihadapi oleh siswa dalam menghadapi pembelajaran bisa kita ketahui dan
tentu saja bisa dicarikan jalan keluarnya. Saling berukar pengalaman dengan sesama
pendidik menjadi bagian yang sangat berharga untuk memperbaiki pembelajaran ke
depannya. Berkomunikasi dengan wali kelas mengenai kondisi individu siswa menjadikan
pengalaman lain yang istimewa, sehingga kita bisa benar – benar mengetahui kesiapan
mereka dalam pembelajaran.
6. Dokumentasi
7. Testimoni
a. Iwan Setiawan, M. M. Pd (Wakasek Kurikulum SMAN 1 Cilograng) : “Kita semua
harus mendukung program Pak Rahmat sebagai Guru Penggerak yang nantinya
diharapkan semuanya menjadi Guru Penggerak di Sekolah ini”
b. Wulandari Lestari (Siswa Kelas XI IPA 2) : “Dengan cara seperti ini saya merasa
senang dan bisa memahami materi praktikum yang dilakukan”
8. Daftar Pustaka
1. Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya, Suhartono Wiryopranoto dkk,
Musium Kebangkitan Nasional Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, 2017
2. Aktif dan Kreatif Belajar Fisika Kelas XI SMA, Ketut Kamajaya, Wawan Purnama,
Grafindo, 2017