Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN JUDUL

MAKALAH
PERSAMAAN HENDERSON–HASSELBALCH

DOSEN PENGAMPUH :

H.RUDIN, S.Si., M.Kes., Apt

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. EVALYN RUTH FATARY : 201948201008

2. LIN ANELDA WERIMON : 201948201017

3. ALEXSANDARINA NGAFREHEN : 201948201002

Makalah Persamaan Henderson–Hasselbalch i


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
KeberkahannyaLah, Akhirnya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Saya sepenuhnya menyadari karena apa yang saya sajikan Makalah ini
keberadaannya masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan, karena sumber
bacaan pengetahuan Saya memiliki sangatlah terbatas Disamping itu juga Saya
sangat berharap Tugas Makalah ini Kiranya dapat memenuhi salah satu tugas
yang diberikan Dosen kepada saya dan membantu dalam proses penilaian dari
Dosen.

Demikianlah sepatah kata pengantar yang bisa saya sampaikan dan bila
ada hal yang kurang berkenan Saya minta maaf Yang sebesar-besarnya atas
perhatian Bapak saya ucapkan banyak terima kasih

Makalah Persamaan Henderson–Hasselbalch ii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Persamaan Henderson–Hasselbalch..............................................................2

B. Untuk Basa..................................................................................................2

C. Penurun Rumus...........................................................................................3

D. Memperikarkan pH Darah............................................................................4

E. Pengertian Larutan Penyangga.....................................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. SARAN........................................................................................................11

Makalah Persamaan Henderson–Hasselbalch iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pH adalah salah satu variabel yang harus dikontrol, terutama sekali bila
hasil (produk) pengolahan proses akan dikonsumsi mahluk hidup.
Pengolahan limbah (waste water treatment), industri dengan bahan baku
kimia dan penyedia air bersih adalah salah satu contoh proses yang harus
mempunyai unit sistem pengendalian tangki penetralan pH (pH
neutralization tank control system). Secara aplikasi dan teoritisnya
performansi disain sistem kontrol bergantung pada ketepatan perancangan
model proses dan strategi kontrol yang diterapkan. Sehubungan dengan hal
tersebut, model pH terhadap penambahan konsentrasi pelarutnya biasanya
dilakukan secara eksperimental menghasilkan kurva titrasi, padahal model
teoritis akan sangat berguna untuk memprediksi prilaku dinamika sistem
secara keseluruhan. Kesulitan tersebut terjadi oleh beberapa hal yaitu, model
pH fungsi pelarutnya adalah non-linier (seperti kurva “S” atau sigmoid),
sehingga tidak ada jaminan penambahan larutan asam-basa tertentu akan
berbanding lurus dengan nilai pH. Pada penelitian-penelitian sebelumnya
pengendalian pH telah banyak di lakukan namun kebanyakan menggunakan
pengendalian non linear untuk mengatasi karakteristik non linear pada pH
seperti di jelaskan pada paragraph sebelumnya. Pengendali non linear pada
dasarnya sangat cocok untuk di terapkan pada pengendalian pH akan tetapi
pengendali non linear lebih rumit dan lebih mahal dibandingkan pengendali
linear.

Berdasarkan hal ini maka pada penelitian ini di usulkan suatu pengendali
linear yang mampu untuk mengatasi karakteristik non linear pada pH.
Kinerja model pengendalian tersebut kemudian disimulasikan pada satu unit
sistem pengendalian pH dengan menggunakan struktur pengendali yang
linear yaitu kontroller PID. Performansi sistem pengendalian kemudian
diukur secara kuantitatif dengan variabel risetime, settling-time, maximum
overshoot dan kesalahan pada keadaan tunak 2%-5%.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persamaan Henderson–Hasselbalch
Dalam ilmu kimia, persamaan Henderson–Hasselbalch menjelaskan
turunan pH sebagai ukuran keasaman (menggunakan pKa, log negatif
dari konstanta disosiasi asam) dalam sistem biologis dan kimia. Persamaan
ini juga berguna untuk memperkirakan pH pada larutan dapar dan mencari
pH pada kesetimbangan dalam reaksi asam-basa (persamaan ini digunakan
secara umum untuk menghitung titik isoelektrik protein).

Persamaan ini dituliskan sebagai:

Pada persamaan di atas, [HA] adalah konsentrasi molar asam lemah yang


tidak terdisosiasi, [A⁻] adalah konsentrasi molar (molaritas, M) pada basa
konjugat asam tersebut dan pKa adalah −log10 Ka di mana Ka adalah
konstanta disosiasi asam, yaitu:

Untuk reaksi asam – basa

Brønsted yang non-spesifik:

Pada persamaan diatas A⁻ menandakan bentuk ionik asam yang


bersangkutan. Kuantitas dalam kurung siku seperti [basa] dan [asam]
menandakan konsentrasi molar kuantitas yang dituliskan tersebut.

B. Untuk Basa
Untuk persamaan standar pada basa:

Bentuk kedua persamaan ini dituliskan sebagai di mana adalah konstanta


disosiasi basa:

Dengan analogi persamaan di atas, maka dapat dituliskan:


di mana BH+ menyatakan asam konjugat dari basa yang terkait B.
Menggunakan properti istilah-istilah tersebut pada suhu 25 derajat Celcius,
persamaan untuk pH larutan basa dapat dinyatakan dalam bentuk pKa dan
pH:

C. Penurun Rumus
Persamaan Henderson–Hasselbalch diturunkan dari persamaan konstanta
disosiasi asam melalui tahapan berikut:

Menjadikan log, pada basis sepuluh, pada kedua sisi menghasilkan:

Kemudian, menggunakan sifat logaritma:

Mengidentifikasi sisi sebelah kiri persamaan sebagai -pKa dan sebagai -pH:

menambahkan pH dan pKa pada kedua sisi:

Perbandingan    tidak memiliki satuan, sehingga, perbandingan


dengan satuan lain dapat dilakukan. Contohnya, perbandingan mol
komponen,   atau konsentrasi fraksional   di mana  
akan menghasilkan jawaban yang sama. Kadang-kadang satuan lain lebih
nyaman untuk digunakan.

D. Memperikarkan pH Darah
Persamaan Henderson–Hasselbalch dapat diaplikasikan untuk
menghubungkan pH darah dengan konstituen sistem dapar bikarbonat:

di mana:

 pKa H2CO3 adalah kologaritma konstanta disosiasi asam dari asam


karbonat. Sama dengan 6.1.
 [HCO3−] adalah konsentrasi bikarbonat dalam darah
 [H2CO3] adalah konsentrasi asam karbonat dalam darah

Persamaan diatas berguna pada gas darah arteri, tetapi mereka biasanya
dinyatakan sebagai pCO2, yaitu, tekanan parsial karbon dioksida, dan
bukan H2CO3. Tetapi, keduanya berhubungan melalui persamaan:

di mana:

 [H2CO3] adalah konsentrasi asam karbonat dalam darah


 kHCO2 adalah konstanta hukum Henry mengenai kelarutan karbon
dioksida dalam darah kH CO2 kira-kira 0.0307 mmol/(L-torr)
 pCO2 adalah tekanan parsial karbon dioksida dalam darah

Bersama-sama, persamaan berikut dapat digunakan untuk menghubungkan


pH darah dengan konsentrasi bikarbonat dan tekanan parsial karbon
dioksida:
di mana:

 pH adalah keasaman darah


 [HCO3−] adalah konsentrasi bikarbonat dalam darah
 pCO2 adalah tekanan parsial karbon dioksida dalam arteri pembuluh
darah

E. Pengertian Larutan Penyangga


Larutan penyangga
 adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan
agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam
atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan
buffer atau dapar.

Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang


merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim
pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah
protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam,
yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi
pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi
tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang
menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal
ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat
“penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan
menahan kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan
penurunan pH.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada
proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir,
penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun
penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang
sangat berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu
7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8
karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4
oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H 2CO3/HCO3−) dengan menjaga
perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain itu,
dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-
monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga H2PO4−/HPO42− juga
terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar
6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.
 Komponen Larutan Penyangga
 Larutan penyangga asam

Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH <


7). Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan
basa konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:

1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa


konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)

2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih


dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam
basa konjugasi dari asam lemah tersebut.
 Contoh:
larutan penyangga yang mengandung CH 3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq) Pada penambahan asam (H+),
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi mengarah
pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang
ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi
(CH3COO−).Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan
bergeser ke arah kanan, yakni reaksi pembentukan CH 3COO− dan H+,
sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H + yang
menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan
H+ membentuk H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).

 Larutan penyangga basa


Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7).
Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa
konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX,
yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH +) mencampurkan suatu basa
lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat sehingga bereaksi
menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.

 Contoh:
larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+Dalam larutan
tersebut, terdapat kesetimbangan: NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−
(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah
kanan, yakni reaksi pembentukan NH 4+ dan OH−, sebagaimana untuk
mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang
karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O.
Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh
komponen basa lemah (NH3). Pada penambahan basa (OH−),
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi mengarah
pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang
ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi
(NH4+).
 pH Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH 3COOH dan CH3COO−,
terdapat kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi
persamaan larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson
– Hasselbalch sebagaimana persamaan berikut ini:

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V =
volum larutan penyangga,
 Larutan penyangga basa
Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat
kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)

Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V =
volum larutan penyangga,
 Contoh Soal Larutan Penyangga
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan:
a) 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan CH 3COONa 1
M
b) 20 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan KOH 0,1 M40
mL larutan NH3 0,1 M dengan 4 mL larutan NH4Cl 0,1 M
Ka CH3COOH = 1 × 10−5; Kb NH3 = 1 × 10−5
Jawab:
a) Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan
CH3COONa sebagai garam basa konjugasi
a = mol CH3COOH = 10 mL × 0,1 mmol/mL = 1 mmol
g = mol CH3COO− = mol CH3COONa = 10 mL × 1 mmol/mL = 10
mmol

b) 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan


bereaksi dengan 20 mL larutan asam lemah CH 3COOH 0,1 M (2
mmol CH3COOH) menghasilkan air dan garam basa konjugasi
CH3COOK. CH3COOH(aq) + OH−(aq)  ⇌  CH3COO−(aq) + H2O(l)
c) Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl
sebagai garam asam konjugasi
b = mol NH3 = 40 mL × 0,1 mmol/mL = 4 mmol
g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL × 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
persamaan Henderson–Hasselbalch menjelaskan turunan pH sebagai
ukuran keasaman (menggunakan pKa, log negatif dari konstanta disosiasi
asam) dalam sistem biologis dan kimia. Persamaan ini juga berguna untuk
memperkirakan pH pada larutan dapar dan mencari pH pada
kesetimbangan dalam reaksi asam-basa (persamaan ini digunakan secara
umum untuk menghitung titik isoelektrik protein).

Persamaan ini dituliskan sebagai:

Pada persamaan di atas, [HA] adalah konsentrasi molar asam lemah yang


tidak terdisosiasi, [A⁻] adalah konsentrasi molar (molaritas, M) pada basa
konjugat asam tersebut dan pKa adalah −log10 Ka di mana Ka adalah
konstanta disosiasi asam, yaitu:

Untuk reaksi asam – basa

Brønsted yang non-spesifik:

Pada persamaan diatas A⁻ menandakan bentuk ionik asam yang


bersangkutan. Kuantitas dalam kurung siku seperti [basa] dan [asam]
menandakan konsentrasi molar kuantitas yang dituliskan tersebut.

Untuk persamaan standar pada basa:

Bentuk kedua persamaan ini dituliskan sebagai di mana adalah konstanta


disosiasi basa:

Dengan analogi persamaan di atas, maka dapat dituliskan:

di mana BH+ menyatakan asam konjugat dari basa yang terkait B.


Menggunakan properti istilah-istilah tersebut pada suhu 25 derajat Celcius,
persamaan untuk pH larutan basa dapat dinyatakan dalam bentuk pKa dan
pH:
B. SARAN

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi seluruh


Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam usahanya, dan dapat
menambah pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan
makalah ini, Kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.

Anda mungkin juga menyukai