bertujuan untuk memeriksa keseluruhan cabang pembuluh darah jantung baik pembuluh darah
asli maupun graft bypass atau prosedur operasi untuk mengobati penyakit jantung jantung.
(Wangko, 2012)
1. Angiografi jantung pada pasien dengan STEMI (ST elevation myocardial infarction)
merupakan salah satu jenis serangan jantung berupa penyumbatan pembuluh darah arteri
jantung secara total sehingga otot-otot jantung tidak mendapat suplai oksigen.
2. Angiografi jantung pada pasien dengan UA/NSTEMI (Non-ST-segment Elevation
Myocardial Infarction) merupakan jenis kerusakan pada jantung yang tidak menimbulkan
kelainan khas pada hasil pemeriksaan rekam jantung.
3. Angiografi jantung untuk evaluasi penilaian gagal jantung
4. Angiografi jantung pada pasien dengan penyakit katup
5. Angiografi jantung pada pasien dengan nyeri dada non spesifik
6. Angiografi jantng sebelum dan sesudah pembedahan non kardiak
7. Angiografi jantung pada pasien dengan penyakit jantung kongential
Sampai saat ini tidak terdapat kontraindikasi absolut untuk angiografi jantung,
kontraindikasi relative angiografi jantung ialah:
Non renal
Jantung (uncontrolled ventricular irritability, gangguan keseimbangan elektrolit, hipertensi
yang tidak terkontrol, kegagalan ventrikel kiri yang tidak terkontrol, intoksikasi digitalis)
Penyakit yang disertai demam; harus dicari dahulu sumber infeksinya
Gangguan hemapoetik seperti trombositopenia
Perdarahan saluran cerna
Psikologi/neurologi (informed consent dari pasien sendiri, riwayat stroke)
Riwayat alergi terhadap kontras
Renal
Adanya gangguan ginjal yang merupakan faktor risiko penting terhadap mortalitas dan
morbiditas bedah jantung dan umum. Juga merupakan salah satu faktor risiko yang paling
penting pada angiografi jantung. Adanya gangguan ginjal harus ditentukan sejak awal sebagai
kontraindikasi yang potensial untuk angiografi jantung. Umumnya indikasi angiografi jantung
dan dampak penyakit jantung akan mengarahkan ke penentuan kontraindikasi relatif. Yang
paling penting yaitu pengenalan gangguan ginjal, dampak outcome, penggunaan peralatan yang
sesuai untuk minimalisasi risiko terkait gangguan ginjal.
Proteksi Radiasi
Meminimalkan dosis pasien dilakukan dengan cara sebagai berikut
• Meminimalkan waktu skrining dan waktu paparan.
• Menjaga jarak minimum antara tabung X-ray dan penguat gambar.
• Menggunakan kolimasi dan cone untuk meminimalkan daerah iradiasi.
• Menggunakan resolusi yang lebih rendah bila memungkinkan.
• Menggunakan sesedikit mungkin frame/ detik untuk memungkinkan pencitraan yang memadai.
• Untuk prosedur yang membutuhkan waktu lama, penguat gambar harus digerakkan secara
perlahan beberapa derajat untuk meminimalkan kemungkinan luka bakar.
• Meminimalkan paparan sinar-X dengan mengurangi waktu skrining dan waktu paparan.
Dokter akan menjelaskan tentang prosedur angiografi jantung yang akan dijalani pasien. Setelah
itu, dokter akan memberikan formulir untuk ditandatangani pasien, sebagai bentuk pernyataan
bahwa pasien telah menyetujui dilaksanakannya angiografi jantung dan memahami risiko
komplikasi yang mungkin terjadi. (Bedi, 2008)
Pasien juga perlu melakukan beberapa hal sebelum menjalani tindakan angiografi jantung, yaitu:
Angiografi jantung dilakukan di ruangan khusus yang dilengkapi dengan beberapa layar monitor.
Prosedur ini umumnya membutuhkan waktu 30–60 menit, tetapi bisa lebih lama jika
dikombinasikan dengan prosedur lain.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dokter pada prosedur angiografi jantung:
Meminta pasien berbaring dalam posisi telentang di meja pemeriksaan yang dilengkapi
dengan mesin foto Rontgen
Memasang elektroda di dada pasien, untuk memantau aktivitas listrik jantung pasien
Memasang alat pengukur tekanan darah dan alat pengukur kadar oksigen dalam darah
(oksimeter) pasien
Memberikan obat penenang melalui infus, sehingga pasien merasa rileks selama prosedur
berlangsung
Membersihkan dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dimasuki kateter (lengan atau
pangkal paha) dan menyuntikkan obat bius lokal agar area tersebut mati rasa
Membuat sayatan kecil pada lokasi pemasukan kateter supaya pembuluh darah arteri bisa
diakses
Memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah arteri lengan atau pangkal paha dan
mengarahkannya secara perlahan ke pembuluh arteri jantung
Menyuntikkan cairan kontras melalui kateter ke dalam arteri dan bilik jantung, agar
pembuluh darah jantung dapat terlihat jelas pada mesin foto Rontgen
Mengambil rangkaian gambar jantung pasien menggunakan mesin foto Rontgen
Ketika foto Rontgen dilakukan, dokter akan menginstruksikan pasien untuk menahan napas.
Jika pada saat pemeriksaan dokter menemukan ada penyumbatan pembuluh arteri, dokter dapat
melakukan prosedur angioplasti jantung atau memasang stent untuk melebarkan pembuluh arteri
yang tersumbat.
(A) Angiografi Jantung Konvensional dan (B) rekonstruksi multiplanar MSCT menunjukkan
perbandingan
lesi pada arteri jantung desendens anterior kiri tengah
Beberapa lesi pada arteri jantung desendens posterior dicitrakan dengan Angiografi Jantung
Konvensional (A) dan MSCT (B).
Normal, jika pasokan dan aliran darah di sepanjang arteri jantung tidak tersumbat
Abnormal, jika ditemukan penyumbatan pada arteri jantung
Berdasarkan hasil tersebut, dokter dapat mendiagnosis gangguan jantung yang dialami pasien
dan menentukan pengobatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Angiografi jantung merupakan pemeriksaan yang aman dilakukan. Namun, prosedur ini tetap
memiliki risiko. Walaupun jarang terjadi, risiko yang dapat muncul antara lain:
Reaksi alergi terhadap cairan kontras atau obat-obatan yang digunakan selama prosedur
Infeksi
Perdarahan
Gangguan irama jantung
Kerusakan ginjal
Luka pada arteri jantung
Serangan jantung
Stroke
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami kondisi berikut setelah angiografi
jantung:
Demam atau menggigil
Nyeri, kemerahan, pembengkakan, atau perdarahan pada area sayatan
Mati rasa atau kesemutan di tungkai
Nyeri atau rasa tertekan di dada
Mual dan muntah