KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Pembelajaran IPS
Semua mata pelajaran walaupun bobotnya berbeda-beda dapat berperan dalam
mengatasi atau mengurangi masalah dan perilaku penyimpangan sosial. Akan
tetapi mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) memegang peran yang lebih
besar. IPS merupakan terjemahan dari Social Studies, memiliki perkembangan
definisi antara lain dikemukakan P. Mathias (1973) menyatakan bahwa IPS
adalah “the study of man in society” pada tahapan berikutnya dia memberikan
definasi “the study of man in society in the past, present, and future”. Manusia
berikut aktivitasnya menjadi obyek kajian IPS termasuk dasar-dasar karakter
sosial, komparasi keragaman ras dan suku bangsa serta lingkungan hidup
manusia yang terdiri lingkungan fisik, sosial dan budaya.
Ekonomi
Geografi
Politik
IPS
Psikologi
Antropologi
Sosiologi
Hukum
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu
pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditujukan untuk
mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan hal-hal di atas nampak, bahwa pada satu sisi betapa pentingnya
peranan pembelajaran IPS dalam mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan
keterampilan sosial agar para siswa menjadi warga masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang baik. namun di pihak lain masih banyak ditemukan
kelemahan dalam pembelajaran IPS, baik dalam rancangan maupun proses
pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan
pemahaman mendalam konsep pembelajaran IPS sesuai dinamika perkembangan
masyarakat, sehingga dapat membantu meningkatkan mutu bagi pelaku
pendidikan dan dapat menjadi referensi dalam mempelajari IPS.
1. Memiliki sikap patriotisme (cinta kepada tanah air, bangsa dan negara);
2. Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai, pranata, dan
praktek kehidupan kemasyarakatan;
3. Memiliki sikap integritas sosial dan tanggung jawab sebagai warga
negara;
4. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya atau
tradisi yang diwariskan oleh bangsanya;
5. Mempunyai motivasi untuk turut serta secara aktif dalam pelaksanaan
kehidupan demokrasi;
6. Memiliki kesadaran (tanggap akan) masalah-masalah sosial;
7. Memiliki ide, sikap, dan keterampilan yang diharapkan sebagai warga
negara;
8. Mempunyai pengertian dan penghargaan terhadap sistem ekonomi yang
berlaku.
Tujuan pengajaran IPS dalam aspek keterampilan (skill) menurut Fraenkel, J.R.
(1980) menyebutkan ada tiga kelompok keterampilan yang perlu dilatihkan
kepada siswa :
Untuk dapat melakukan pembelajaran IPS dengan baik, perlu menguasai fakta,
konsep, proposisi, generalisasi dan teori dari ilmu-ilmu sosial yang menjadi
bahan utama penyusunan mataeri IPS di sekolah. Selanjutnya bahan-bahan
tersebut dipadukan dengan berbagai sumber lain untuk mendapatkan materi yang
mendukung ‟tema tertentu‟ yang membutuhkan kajian mendalam dari lintas
disiplin ilmu.
Materi IPS memiliki ciri khusus seperti yang dirumuskan oleh J.U. Mechaelis
tentang karakteristik IPS menjadi 8 macam seperti berikut :
A. Hakikat IPS
Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya
dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah
usia taman Kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya,
dan dengan gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut
akan bertambah luas, begitu juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan
sosial dari kehidupan masyarakat disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak
akan mengenal bagaimana seluk beluk kehidupan. Misalnya bagaimana cara
seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya, cara menghormati orang yang lebih
tua, sebagai anggota masyarakat harus mentaati aturan atau norma-norma yang
berlaku, mengenal hal-hal yang baik dan buruk, maupun benar dan salah.
Semua pengetahuan yang telah melekat pada diri anak tersebut dapat dikatakan
sebagai “pengetahuan sosial” Dengan demikian dalam diri kita masing-masing
dengan kadar yang berbeda, sebenarnya telah terbina pengetahuan sosial tersebut
sejak kecil, hanya namanya belum kita kenal dan dikenal setelah secara formal
memasuki bangku sekolah.
Dari kenyataan di atas dapat kita ketahui bahwa antara aspek-aspek kehidupan
itu saling ada keterkaitan, aspek ekonomi terkait dengan aspek psikologi dan
sosial budaya. Kebutuhan hidup manusia tidak sekedar memenuhi aspek
ekonomi tetapi manusia juga perlu untuk menambah pengetahuan, seperti yang
saudara lakukan sekarang ini. Tanpa penambahan pengetahuan kita akan tersisih
oleh orang-orang yang berpengatahuan tinggi, coba hayati bagaimana jika
Saudara hanya lulusan SD, SMP, atau SMU. Tentu akan tersaing oleh mereka
yang berpendidikan S1 dan S2 bahkan S3. Apalgi Saudara sebagai guru SD yang
sekarang dituntut harus berpendidikan S-I, bagaimana jika Saudara hanya lulusan
D-II PGSD atau bahkan hanya lulusan SPG? Jelas bahwa pengetahuan akan
membantu manusia memanfaatkan sumber daya bagi kesejahteraan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan ungkapan kemampuan manusia
memanfaatkan akal, pikirannya dalam memenuhi kebutuhan hidup
bermasyarakat. Aspek kehidupan tersebut merupakan aspek kehidupan budaya.
Perkembangan Iptek yang sangat cepat nampak pada penggunaan komputer dan
satelit. Dengan teknologi, sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun
informasi dunia dengan rinci tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan,
Pengembangan situasi politik suatu negara, dan peristiwa-peristiwa aktual
lainnya. Dengan kemajuan Iptek yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat
mengubah sikap, pandangan, dan perilaku sesorang. Dengan kemajuan teknologi
pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka
berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya
komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan
negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula
mengalirnya.
Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang
akan menguasai dunia”. Cobalah amati keadaan lingkungan Saudara baik
lingkungan desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, maupun negara,
apa yang terjadi? Betapa cepatnya perubahan lingkungan sebagai akibat
pemanfaatan dan penerapan Iptek. Semua kegiatan manusia telah didominasi
tenaga mesin, misalnya bidang pertanian, menebang pohon, membangun rumah
dan gedung, jembatan, jalan, dan sebagainya. Coba bandingkan keadaan
sekarang dengan ketika Saudara masih kecil apa yang telah terjadi? Dalam
kehidupan bermasyarakat, urutan waktu dengan peristiwa sangat bermakna
dalam menelaah perkembangan serta kemajuan.
Urutan waktu dan peristiwa di atas merupaka aspek sejarah yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan mengkaji peristiwa-peristiwa masa
lalu kita dapat mengambil hikmahnya, mengambil hal-hal yang baik dan
menguntungkan, sebaliknya kita dapat menghindari pengalaman buruk yang
mengakibatkan malapetaka bagi manusia. Selanjutnya kita dapat membuat
keputusan untuk apa yang akan kita perbuat di masa sekarang dan yang akan
datang. Kehidupan manusia juga terkait dengan aspek tempat atau ruang dan
waktu, misalnya kita bertemu dengan orang baru maka yang akan ditanyakan
tentunya “siapa namanya?” kemudian “dimana tempat tinggalnya” Begitu juga
jika terjadi peristiwa kerusuhan pasti yang akan ditanyakan adalah “kapan” dan
“dimana” Ini menunjukkan bahwa antara waktu dan tempat mempunyai kaitan
yang erat. Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan
oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian
dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi
seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan
akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya.
Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung
oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocok untuk
dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu,
Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air
yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan
adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, da
tanaman hias.
Ada nilai yang menjadi pegangan dan ada kepemimpinan yang dikendalikan oleh
kepala keluarga (ayah atau suami). Walaupun norma tidak tertulis, namun
menjadi aturan main dalam menggariskan kepemimpinan, hak dan kewajiban
masing-masing anggota keluarga. Di dalam keluarga terdapat pengembangan
kebijakan yang mengatur keluarga untuk menciptakan keamanan, ketenteraman,
dan kesejahteraan keluarga. Kebijakan mengatur seperti ini, bagaimana jika
terjadi dalam “pemerintahan” atau “negara”? Aspek pengaturan dan kebijakan
ini termasuk aspek politik.
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas.
Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-
aspek :
5. Efektivitas Belajar
Miarso (2004) mengata-kan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan salah
satu standart mutu pendidikan dan sering kali diukur dengan tercapainya tujuan,
atau dapat juga diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi,
”doing the right things”. Menurut Supardi (2013) pembe-lajaran efektif adalah
kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan
lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa untuk
mencapai tujuan pembe-lajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2001)
menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya
kepada siswa untuk belajar. Penye-diaan kesempatan belajar sendiri dan
beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami
konsep yang sedang di pelajari.
5. Intensitas Pembelajaran
a. Pengertian Intensitas
Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat,
giat (John M. Echols, 1993: 326). Sedangkan menutrut Nurkholif Hazim (t.t:
191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu
usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang
dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan.
Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi, maka akan menunjukan
hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman A.M.(1996: 85), yang
menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan prestasinya.
Perkataan intensitas sangat erat kaitannya dengan motvasi, antara keduanya tidak
dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar
harus didahului dengan adanya motivasi dai siswa itu sendiri. Sebagaimana
Sardiman AM.(1996: 84), Menyatakan: Belajar diperlukan adanya intensitas atau
semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi. Makin tepat
1
Rohmawati, Afifatu. 2015. “Efektivitas Pembelajaran.” Jurnal Pendidikan Usia Dini
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi
akan senantiasa menentukan intensitas balajar siswa.
Intensitas merupakan realitas dari motivasi dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu peningkatan prestasi, sebab seseorang melakukan usaha dengan
penuh semangat karena adanya motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa intensitas atau semangat yang tinggi
yang dilakukan siswa untuk belajar baik dikelas atau dalam kegiatan belajar
privat Pendidikan Agama Islam akan sangan berpengaruh terhadap presatasi
kognitif mereka pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.
a. Motivasi
Menurut Gletmen dan Reber yang dikutip Muhibbin Syah (1994: 136) bahwa
pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia
maupun hewan) yang mendorongnya untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi
berarti pemasok daya untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah. Hal ini
sejalan dengan pendapat M.C. Donal yang memberikan pengertian bahwa
“Motivasi adalah perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan
timbulnya reaksi untuk mencapai tujuan”. (Sardiman A.M 1992: 173).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam
diri individu yang dapat melakukan tindakan belajar, termasuk didalamnyan
adalah perasaan menyukai materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk
melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar individu, pujian , dan
hadiah atau peraturan sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya,
merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.
Dalam hal ini Sadirman A.M. (1990: 84-85), mengemukakan bahwa fungsi
motivasi dalam belajar adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, jadi
sebagai penggerak motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dicapai;
Dengan demikian, cukup jelaslah bahwa motivasi itu akan mendorong seseorang
yang belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan kata lain,
bahwa dengan adanya usaha yang tekun yang terutama didasari adanya motivasi,
maka seseorang yang belajar itu akan dapat mencapai prestasi yang baik.
Intensitas meotivasi seseorang peserta didik/mahasiswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajar.
b. Durasi kegiatan
Durasi kegiatan yaitu berapa lamanya kemampuan penggunaan untuk melakukan
kegiatan. Dari indicator ini dapat dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari
kemampuan seseorang menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan. Yaitu
dengan lamanya siswa menyediakan waktu untuk belajar setiap harinya.
c. Frekuensi kegiatan
d. Presentasi
Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau harapan yang keras yaitu
maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai
dengan kegiatan yang dilakukan. Ini bsia dilihat dari keinginan yang kuat bagi
siswa untuk belajar.
e. Arah sikap
Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negative. Dalam bentuknya yang
negativ akan terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,
bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif
kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek
tertentu. Contohnya, apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan
sedirinya siswa akan mempekajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak
menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak
acuh.
f. Minat
Minat timbul apabila individu tertari pada sesuatu karena sesuai dengan
kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan digeluti memiliki makna
bagi dirinya, Slamteo (1998: 182) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penermiaan akan suatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Usman Efendi (1985: 122) menyatakan bahwa
minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan
kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan
bermakna bagi dirinya.
Minat juga dapat diartikan sebagai kecendrungan jiwa kepada sesuatu, karena
kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu pada umumnya disertai dengan
perasaan senang akan sesuatu itu (Ahmad D. Marimba, 1989: 79). Hal ini senada
dengan pendapat Muhibbin Syah (1995: 136) yang menyatakan bahwa minat
adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah
kemauan, perhatian, hasrat dan kecenderungan individu untuk aktif melakukan
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan. Minat erat kaitannya dengan merasa
senang seseorang terhadap sesuatu. Minat juga merupakan hasrat atau keinginan
individu terhadap sesuatu objek untuk memenuhi kebutuhan psikis maupun fisik,
sehingga individu dapat menikmati hal yang diinginkan.
1. Pemusatan perhatian
2. Keingintahuan
Kadar keingintahuan siswa dalam belajar dapat terlihat dari partisipasinya ketika
kegiatan itu berlangsung. Misalnya ketika kegiatan itu berlangsung, siswa aktif
untuk berperan dalam latihan dengan selalu mengikuti kegiatan tersebut atau
bertanya. Ketika dalam suatu hal yang belum dipahami dan juga mampu
mengomentari terhadap suatu permasalahan.
3. Kebutuhan
Siswa yang merasa butuh dan tertarik atau menaruh minat pada suatu kegiatan
atau pelajaran maka ia akan selalu menekuni kegiatan itu dengan giat belajar
baik pada waktu acara formal maupun diluar acara formal. Misalnya apabila
siswa merasa butuh pada pelajaran maka, siswa itu akan berusaha dengan cara
apapun juga.
g. Aktivitas
Aktivitas diartikan sebagai suatu kegiatan yang mendorong atau membangkitkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Sertiap gerak yang dilakukan
secara sadar oleh seorang dapat dikatakan sebagai aktivitas. Aktivitas merupakan
cirri dari manusia, demikian pula dalam proses belajar mengajar itu sendiri
merupakan sejumlah aktivitas yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya prinsip
atau azas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar aktivitas W.J
Poerdarminta (1985: 26) bahwa aktivitas sebagai atau kesibukan.
J.J Rouseau yang dikutif oleh Sadirman A.M (2001: 94) memberikan penjelasan
bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, dengan faslitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun takhnis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri,
tanpa ada aktifitas maka proses belajar mengajar tidak mungkin terjadi.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dalam
kegiatan belajar mengajar subjek didik atau siswa harus aktif berbuat dengan
kata lain bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktifitas karena tanpa adanya
aktifitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.
1. Membaca
Membaca merupakan aktifitas belajar. Belajar merupakan set maka belajar atau
membaca untuk keperluan belajar harus menggunakan set, maka belajar atau
membaca untuk keperluan belajar harus menggunakan set. Misalnya dengan
mulai memperhatikan judul bab, topic-topik utama, dengan berorientasi kepada
tujuan dan keperluan (Wasty Sumanto, 1990: 110).
2. Bertanya
Bertanya merupakan proses aktif, bila siswa tidak atau bahkan kurang dilibatkan
maka hasil belajar yang dicapai akan rendah. Bentuk keterlibatan siswa itu
misalnya, dengan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami atau menjawab
pertanyaan yang diajukan.
3. Mencatat
Mencatat erat kaitannya sebagai aktivitas belajar adalah mencatat yang didorong
oleh kebutuhan dan tujuan, dengan menggunakan set tertentu agar catatannya itu
berguna.
4. Mengignat
5. Latihan
6. Mendengarkan
1. Pandemi
B. Penelitian yang Relavan