Anda di halaman 1dari 5

Peran Guru/Orangtua dalam menumbuhkembangkan

Keterampilan Berpikir Kritis Pada Anak


Yuni Widiastuti, M.Psi.T

Mengapa penting untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis sejak dini?

1. Salah satu keterampilan hidup abad 21.


2. Berpikir kritis diperoleh melalui proses bukan warisan yang diturunkan oleh orang tuanya.
3. Perkembangan otak dan kecerdasan pada masa emas.
4. Masa yang paling optimal untuk diberikan stimulasi yang tepat.
5. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi yang merupakan hal dasar dari keterampilan berpikir
kritis.
6. Membiasakan keterbukaan pada berbagai informasi sejak dini.
7. Mengarahkan anak untuk terbiasa melakukan kegiatan dengan tujuan dan mengapa mereka melakukannya

Apa yang bisa dilakukan orangtua dan guru untuk menumbuhkan berpikir kritis anak usia dini?

1. Menumbuhkan dan mengenalkan karakter yang berhubungan dengan keterampilan berpikir kritis.
2. Mengelola lingkungan pembelajaran.
3. Pemantauan berpikir kritis.
4. Pemberian instruksi dalam kegiatan.

IG: @rumahmainstream www.rumahmainstream.org FB Page: Rumah Main STrEAM


Peran orangtua dan guru dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis sejak dini

Orangtua dan guru berperan sebagai fasilitator dan mengenalkan keterampilan berpikir anak usia dini. Ada
beberapa hal yang harus orangtua dan guru perhatikan dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis anak usia
dini:

Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan penyelidikan dan pemeriksaan.

•Sebelum memulai suatu kegiatan, beri kesempatan pada anak untuk mengamati terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan.
•Minta anak untuk memikirkan apa yang kira-kira akan dilakukan dengan alat dan bahan yang tersedia.

Menghargai pendapat dan usaha anak.

•Menggunakan kata-kata atau bahasa tubuh saat menyatakan persetujuan atas apa yang diungkapkan atau dilakukan anak, contoh: "Ya
betul" sambil mengacungkan jempol.
•Puji anak atas setiap usahanya, bukan pada saat ia mendapatkan hasil yang terbaik. Contoh: "Wah kamu hebat sudah mengamati apel ini
dengan baik" bukan "Wah kamu hebat sudah bisa menyebutkan lebih banyak ciri-ciri apel ini".

Menerima pendapat anak tanpa menghakimi atau mengkritik.

•Mengontrol ekspresi wajah kita pada saat anak selesai menyatakan pendapatnya, jangan mengernyit, mengerutkan kening tanda bingung,
atau menunjukkan ekspresi menghakimi lainnya.
•Jangan membandingkan dengan anak yang lain, contoh: "Ah masa sih menurut kamu begitu? dengarkan temanmu tuh yang benar",
sebaiknya "Ide yang menarik, berbeda dari yang lainnya, coba dijelaskan lagi maksudnya bagaimana?".
• Saat ada anak yang berbicara "Bu, aku mau punya rumah seperti penjara aja ah biar maling tidak bisa masuk", biasanya guru atau
orang dewasa lainnya akan berkata "Lah bukannya penjara itu ya rumahnya maling", padahal maksud anak tersebut adalah dia ingin
rumah seperti penjara dengan tembok yang tinggi. Pada saat ini, guru justru bisa menjelaskan apa itu konsep penjara dan maling.

IG: @rumahmainstream www.rumahmainstream.org FB Page: Rumah Main STrEAM


Berpandangan terbuka (open-minded).

•Apabila ada yang mengatakan bahwa pendapat kita salah, tanyakan bagaimana menurut pendapatnya dan darimana ia tahu tentang itu. Bisa
jadi anak ini pernah melihat atau menonton TV tentang pendapat kita yang menurut anak salah.

Selalu memberi semangat dan mendorong untuk terus berpikir kritis.

•Pada saat anak gagal melakukan sesuatu, berikan semangat bisa dengan mengatakan "Ayo kita coba lagi", "Ayo kita ulangi mulai dari bagian
yang ini saja".
•Gunakan Kata positif untuk menyemangati "Ayo tetap berusaha" bukan "Ayoo.. jangan menyerah".

Lebih sering membuat kegiatan dalam bentuk kelompok untuk memberikan kesempatan pada anak belajar bekerjasama.

•Bentuk kelompok dari awal kegiatan dan lakukan pengelompokan dengan cara acak atau bertujuan, misalnya: yang motorik halusnya bagus
digabung dengan yang kurang.
•Apabila secara individu kurang berhasil katakan "Sepertinya hasilnya akan lebih baik nih kalau kalian bekerjasama dalam kelompok" bukan
"Ya sudah kalian kerjakan berlompok saja deh kalau tidak bisa melakukannya sendiri".

Menanggapi pertanyaan dari anak

•Penting sekali untuk menanggapi pertanyaan anak walaupun terlihat konyol karena anak akan merasa dihargai.
•Apabila pertanyaan terdengar terlalu mudah bisa dijawab "Menurut kamu bagaimana?" bukan "Ah masa seperti itu ditanyakan sih, dicoba
saja lagi"

IG: @rumahmainstream www.rumahmainstream.org FB Page: Rumah Main STrEAM


Memberikan pertanyaan terbuka.

•Jawaban dari pertanyaan bukanlah jawaban ya atau tidak.


•"Coba ceritakan lebih banyak lagi tentang...?" bukan "Kamu yakin dengan pendapat kamu yang itu?".
•"Kenapa kamu berpikir bahwa.." bukan "Masa begitu sih?".
•"Apakah kamu punya hewan peliharaan di rumah dan seperti apa hewanmu, siapa yang mau berbagi cerita?' bukan "Siapa yang punya hewan
peliharaan di rumah?".

Memberi tahu apa yang harus anak lakukan dalam suatu kegiatan.

•Memberikan cara kerja yang terstruktur.


•Bagi anak yang baru mulai melakukan kegiatan sains, minta anak untuk melakukan secara bersamaan setelah guru selesai memberikan
instruksi.

Memberikan umpan balik.

•"Ide yang bagus, kamu bisa menemukan cara yang belum pernah ibu pikirkan, tapi kamu akan punya masalah bila...., bagaimana cara kita
memperbaikinya yah?."
•Apabila anak keliru melakukan sesuatu, berikan petunjuk, misalnya "Bagaimana kalau kamu coba dibalik kertasnya".

Melakukan demonstrasi di hadapan anak.

•Apabila kegiatan yang akan dilakukan memiliki kendala, lakukan demonstrasi dan minta anak untuk memperhatikan apa yang guru lakukan.

IG: @rumahmainstream www.rumahmainstream.org FB Page: Rumah Main STrEAM


Mencontohkan cara atau teknik eksperimen yang akan dilakukan.

•Beri contoh terlebih dahulu apabila kegiatan yang akan dilakukan membutuhkan keterampilan khusus, misalnya cara menempelkan balon ke
tali pada kegiatan balon roket, cara menggunakan kaca pembesar, timbangan, atau magnet yang ada di sekolah.
•Setelah memberi contoh, beri kesempatan pada anak untuk mecobanya terlebih dahulu sebelum kegiatan yang sebenarnya dilaksanakan.

Menumbuhkan on-task behavior (perilaku terkait tugas).

•Meminta anak untuk mendiskusikan apa yang sedang mereka lakukan bukan berdiskusi tentang es krim yang baru mereka makan tadi.
•Minta anak untuk mengabaikan teman yang mengganggunya saat melakukan suatu kegiatan.

Melakukan pemantauan tanpa suara selama anak aktif beraktivitas.

•Pada saat anak sedang mengerjakan aktivitas, guru diharapkan untuk tidak ikut campur dalam kegiatan tersebut walaupun guru tahu apa
yang anak lakukan ada sedikit kesalahan sepanjang kesalahannya tidak merugikan atau melukai siapapun.
•Guru akan melakukan pemantauan dengan cara berkeliling kelas dan melihat bagaimana anak melakukan kegiatan sains.

IG: @rumahmainstream www.rumahmainstream.org FB Page: Rumah Main STrEAM

Anda mungkin juga menyukai