Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA &

PERIMENOPAUSE

’’PERIMENOPAUSE”

OLEH:

KELOMPOK 2

1. WILDA KHAERITA P. (22020170015)


2. RISKA ASTARI (22020170016)
3. ROKHYATI (22020170017)
4. AULAN MUHTARINA (22020170018)
5. INDAH YULIANTI (22020170019)
6. PUTRI AULIA UTAMI (22020170021)
7. HANITA AYU AJRINA (22020170022)
8. KHANIFAH (22020170024)
9. TIRAMI ARUM (22020170025)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan kuasa-Nya
Masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Pada
Remaja dan Perimenopause ini yang berjudul “PERIMENOPAUSE”

Pada kesempatan ini tidak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita khususnya mengenai Perimenopause. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa yang diharapkan.

Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Tegal, April 2021

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1.Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2.Tujuan ...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................2

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15

1.1 Simpula........................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Premenopause adalah proses alamiah kehidupan seorang perumpuan. Selain gangguan


siklus haid memang menimbulkan gejala-gejala dan keluhan disertai perubahan secara fisik dan
psikis. Gejala yang timbul dari tiga komponen utama yaitu, menurunnya kegiatan ovarium yang
diikuti dengan defisiensi hormonal terutama esterogen, yang memunculkan berbagai gejala dan
tanda menjelang, selama serta menopause.

Faktor-faktor sosial-budaya yang ditentukan oleh lingkungan perempuan, faktor-faktor


psikologis yang tergantung dari struktur karakter perempuan. Premenopase adalah masa dimana
tubuh mulai bertransisi menuju menopause. Masa ini biasa terjadi selama 2-8 tahun,dan
ditambah 1 tahun di akhir menuju menopause. Masa premenopase biasanya terjadi pada usia di
atas 40 tahun,tetapi banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usia masih dipertengahan 30
tahun (Lisnani,2010).

Perubahan fisik yang terasa dan menibulkan rasa tidak nyaman adalah adanya semburan
panas (hot flushes) dari dada ke atas yang sering terjadi disusul dengan keringat banyak.
Perbahan dan keluhan lain yang dirasakan lagi seperti berdebar-debar (palpitis), vertigo,
migraine, nafsu seks (libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur (insomnia), rasa
kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabran, rasa lelah, keropos tulang, nyeri
tulang belakang, dan lain-lain.

Menurut data dari WHO (2012) (World Health Organization), setiap tahunnya sekitar 25
wanita diseluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. sekitar 467 juta wanita berusia 50
tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40 % dari wanita
pasca menopause tersebut tinggal dinegara berkembang dengan usia rata-rata mengalami
menopause pada usia 51 tahun. Menurt WHO,di asia pada tahun 2025 jumlah wanita menopause
akan melunjak dari 107 juta jiwa.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum :

Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada semua tatanan pelayanan kesehatan.

 b. Tujuan Khusus :

1) Sebagai acuan dan pedoman bagi bidan dalam melaksanakan asuhan Kesehatan
reproduksi pada masa perimenopause.

2) Terlaksananya asuhan kebidanan yang berkualitas pada masa perimenopause.

3) Parameter tingkat kualitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan pada asuhan

perimenopause.

4) Perlindungan hukum bagi bidan dan klien.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi Menopause

Proses menjadi tua pada dasarnya telah dimulai ketika sorang wanita memasuki usia 40
tahun. Pada waktu lahir, seorang wanita memiliki jumlah folikel sebanyak ± 750.000 buah dan
jumlah ini akan terus berkurang seiring berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa ribu
buah saja ketika mengalami menopause.

Semakin bertambah usia, khususnya ketika memasuki masa perimenopause, folikel-


folikel itu akan mengalami peningkatan resistensi terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus
ovarium berhenti secara perlahan-lahan.

Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus haid yang anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan peroduksi estrogen dan
peningkatan kadar hormon gonadotropin. Tingginya kadar gonadotropin ini menyebabkan
rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan balik negatif dalam poros hipotalamus dan
hipofisis. Walaupun secara endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria
khusus pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa transisi
menopause.

Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang kehidupan


seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel matang dan
berovulasi, dan beratusratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya
tinggal beberapa folikel-folikel primordial yang akan dirangsang oleh FSH dan LH, dan produksi
estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah 8 folikel primordial mencapai nol. Ketika
produksi estrogen turun di bawah nilai kritis, estrogen tidak lagi menghambat produksi
gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi
sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa
menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2011).

Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering relatif
stabil atau bahkan meningkat di masa pramenopause. Kadar itu tidak berkurang selama kurang
dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum menopause, estrogen utama yang
dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol. Namun selama masa premenopause, tubuh
wanita mulai menghasilkan lebih banyak estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan
estron, yang dihasilkan di dalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar testosteron
biasanya tidak turun secara nyata selama pramenopause. Kenyataannya, indung telur
pascamenopause dari kebanyakan wanita mengeluarkan testosterone lebih banyak daripada
indung telur pramenopause. (Wijayanti, 2009).
Menurut Fritz (2010), kadar estradiol serum pada wanita pasca menopause sekitar 10-
20pg/mL dan sebagian besar merupakan hasil konversi estron, yang diperoleh dari konversi
perifer androstenedion. Kadar estrogen pada wanita menopause sangat bergantung dari konversi
androstenedion dan testosteron menjadi estrogen. Sebuah penelitian di Australia menemukan
bahwa kadar testosteron dalam sirkulasi tidak 9 berubah sejak 5 tahun sebelum menopause
hingga 7 tahun setelah menopause. Androstenedion adalah androgen utama yang dikeluarkan
oleh folikel yang sedang berkembang. Dengan terhentinya perkembangan folikuler pada wanita
pascamenopause, kadar androstenedion turun 50%. Setelah menopause, hanya 20%
androstenedion yang disekresi oleh ovarium. Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) terutama dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

2.2 Ketidaknyamanan Umum Pada Masa Perimenopause

a. Perubahan fisik

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidak


nyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh
(Spencer, 2006).

Beberapa keluhan fisik merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

1) Ketidakteraturan siklus haid

Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul
tepat waktu tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai
dengan jumlah darah sangat banyak, tidak seperti volume darah haid yang normal
(Ibrahim, 2002).

2) Gejolak rasa panas

Arus panas biasanya timbul pada saat haid mulai berkurang dan berlangsung
sampai haid benar-benar berhenti. Munculnya hot flases ini sering diawali pada
daerah dada, leher atau wajah menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini
berlangsung selama dua atau tiga menit yang disertai pula oleh keringat banyak
(Ibrahim, 2002).

3) Kekeringan vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresi lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi
tipis, lebih kering, dan kurang elastis alat kelamin mulai mengerut. Liang senggama
kering sehingga menimbulkan nyeri pada waktu senggama, keputihan, rasa sakit pada
saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual terasa sakit dan tidak nyaman
(Suparto, 2000).

4) Perubahan kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi


berhenti, maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah
wajah, leher dan lengan. Kulit dibagian bawah mata menjadi mengembang seperti
kantong dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas (Suparto,
2000).

5) Keringat dimalam hari


Berkeringat dimalam hari, bangun bersimpuh peluh. Sehingga perlu
mengganti pakaian dimalam hari, mengganggu pasangan tidur. Akibatnya diantara
keduanya mudah lelah dan tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak (Reitz,
1993).

6) Sulit tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada masa menopause, tetapi mungkin hal
ini ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat pada malam hari, wajah
memerah dan perubahan yang lain (Reitz, 1993).

7) Perubahan pada mulut

Kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara


mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal (Indarti, 2004).

8) Kerapuhan tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporoses


(kerapuhan tulang). Osteoporoses merupakan penyakit kerangka yang paling
umum dan merupakan persoalan bagi yang berumur, paling banyak menyerang
wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam setahun
akibat proses penuaan (Indarti, 2004 ).

9) Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk dalam menopause. Rasa letih yang dialami
pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan.
Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa menopause, hal ini
disebabkan oleh faktor makanan dan kurang olahraga (Indarti, 2004).

10) Penyakit

Beberapa penyakit yang sering kali dialami oleh wanita menopause diantaranya
adalah penyakit jantung, dan kanker rahim (Indarti, 2004).

b. Perubahan psikologi

Aspek psikologi yang terjadi pada wanita menopause amat penting


perananya pada kehidupan sosial, terutama dalam menghadapi masalah-masalah
yang berkaitan dengan pensiun, hilangnya jabatan, atau pekerjaan sebelumnya
sangat menjadi kebanggaan (Brien,1994).

Beberapa gejolak psikologi yang menonjol ketika menopause adalah mudah


tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang, cemas dan
depresi sampai kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual
(Brien, 1994).

Menurut buku Populer Nirmala (2003) beberapa keluhan psikologi yang


merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

1) Ingatan menurun

Gejala ini terlihat bahwa sebclumnya wanita menopause dapat


menginat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi
kemunduran dalam mengingat
bahwa sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnyn
otomatis langsung ingat.

2) Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekawatiran pada ibu-ibu menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang
yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat semangat
atau dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami
menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak berarti dalam
kehidupannya.
3) Menopause rupanya mirip atau sama saja dengan pubertas yang dialami oleh
seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja
yang cemas, ada yang kawatir, namun juga yang biasa-biasa saja sehingga tidak
menimbulkan gejolak (Nirmala, 2003).

Adapun gejolak-gejolak psikologi adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa

aspek, menurut Wade (2007) adalah :

a) Suasana hati
Yaitu keadaan yang menunjukkan ketidak tenangan psikis seperti mudah
marah dan perasaan sedang.
b) Pikiran

Yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu seperti khawatir, sukar konsentrasi,
pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya

c) Motivasi

Yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti menghindari situasi,


ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.

d) Perilaku gelisah

Yaitu keadaan diri yang tidak terkendali, seperti gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi. Reaksi-reaksi biologi yang tidak terkendali

e) Gangguan kecemasan

dianggap berasal dan suatu mekanisme pertahanan din yang dipilih secara
alamiah oleh mahiuk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya.

f) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita menopause


lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap
tidak mengganggu.

g) Stress

Tidak ada orang bisa lepas sama sekali dan was-was dari rasa cemas,
termasuk para menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan. Pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan
menyelusup kedalam tidur.
h) Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih. Karena kehilangan


kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita
merasa tertekan karena kehilangan sluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.

2.3 Masalah yang mungkin terjadi pada masa Perimenopause

2.3.1 Perimenopausal dan Postmenopausal

a. Perimenopausal
Perimenopause menurut WHO adalah periode segera sebelum terjadinya
menopause (saat terjadi perubahan endokrinologis, biologi dan klinis mendekati
keadaan menopause) dan tahun pertama setelah menopause. Sedangkan
klimakterium, merupakan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung
beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause, yang mulai kirakira
2 tahun sebelum menopause berdasarkan keadaan endokrinologik (kadar estrogen
mulai turun dan kadar hormon gonadotropin naik), dan jika ada gejala-gejala klinis.
Kata klimakterium dan perimenopause tidak digunakan secara konsisten sehingga
pada tulisan-tulisan ilmiah dipilih menggunakan transisi menopause (Bradshaw,
2012).

Masalah seksual Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul


akibat premenopause. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena
pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopouse. Sebelum terjadifase
menopouse biasanya didahului dengan fase pre menopouse dimana pada fase pre
menopouse ini terjadi masa peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya
pembuahan (anovalator)

Berdasarkan study lapangan peneliti di temukan banyak wanita mengalami


menopouse kurang dari 5 tahun dan sebagian kecil lebih dari 5 tahun, wanita usia 40-
50 tahun saat memasuki pre menopause mengalami ketidakteraturan dalam siklus
haid, perilaku wanita dalam menghadapi pre menopause syndrome, yang dapat
berhubungan dengan kecemasan yang dialami dalam situasi mempertahankan diri
untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman, wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu, dengan datangnya fase premenopause syndrome beberapa wanita akan
mengalami tingkat kecemasan yang dapat berupa kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena hilangnya daya tarik, sedih karena pola seksual tidak
terpenuhi perasaan sangat sensitif terhadap perilaku orang-orang disekitarnya,
terutama jika perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya, dengan memahami perilaku tersebut
diharapkan wanita dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka, selain
itu pihak keluarga pun diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga tidak
membuat wanita yang menghadapi pre menopause syndrome merasa dikucilkan atau
disia-siakan. Adapun dampak dari wanita yang mengalami syndrome premenopaus
yang meliputi masalah fisik antara lain risiko kanker payudara, kanker leher rahim
(serviks), risiko kanker rahim, dan masalah psikologis yaitu demensia yang
merupakan himpunan gejala penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai
terganggunya minimal tiga fungsi, yaitu bahasa, memori visuospasial, dan emosional
(Proverawati, 2010).

Menurut WHO, syndrome pre menopouse dialami oleh banyak wanita


hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di
Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Sedangkan diIndonesia
yang sebesar 240-250 juta pada 2010 hampir 100% telah mengalami menopause
dengan gejala premenopause syndrome sebelumnya dimana 64% mengalami
penurunan libido, 82,2% haid tidak teratur, 69% mengalami depresi dan gangguan
psikis, dan 17% sebagaian tidak mengalami keluhan sama sekali karena haid yang
tidak muncul lagi (Proverawati,2010). Berdasarkan data proyeksi penduduk wanita
usia 30-50 Jawa Timur terdapat sekitar 6.290.160 jiwa (BPS, 2010). Menurut
(Proverawati ,2013) banyak masalah-masalah yang dialami

Pada ibu premenopause menjelang masa menopause yaitu rasa cemas ,takut,
gelisah, hilangnya gairah seks,dan kesulitan tidur karena berkeringat di malam
hari.begitu juga stress yang datang karena haid yang tiba tiba tidak lancar.Ibu juga
berpikir bahwa mereka tidak dapat menikmati seks lagi.Menurut Arsyad (2011)
manusia memperoleh pengetahuan melalui indra yang dimilikinya, semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima informasi akan semakin banyak pula
pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui indra
penglihatan sebesar 75% (Notoatmodjo, 2012).

b. Postmenopausal

Pascamenopause atau postmenopause adalah waktu dalam kehidupan wanita


setelah periode berhenti paling tidak satu tahun.

Pasca Menopause adalah setelah menopause sampai senium yang dimulai


setelah 12 bulan amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35mIU) dan kadar
estradiol sangat rendah (<30pg/ml). Rendahnya kadar estradiol mengakibatkan
endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi (Baziad,
2012).Namun, 16 pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar estradiol
yang tinggi. Hampir semua wanita pasca menopause umumnya telah mengalami
berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen.

Fase postmenopause biasanya didahului dengan fase premenopause, dimana


pada fase premenopause ini seorang wanita akan mengalami kekacauan pola
menstruasi, terjadi perubahan psikologis/ kejiwaan, terjadi perubahan fisik.
Berlangsung selama 4-5 tahun terjadi pada usia antara 48-55 tahun. Premenopause
adalah masa dimana tubuh mulai bertransisi menuju postmenopause. Masa ini bisa
terjadi selama 2-8 tahun, dan ditambah 1 tahun di akhir menuju postmenopause.
Masa premenopause biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi banyak juga
yang mengalami perubahan ini saat usia masih dipertengahan 30 tahun (Atikah,
2012).Menopause merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang
terjadi karena penurunan produksi hormone estrogen yang di hasilkan ovarium
(indung telur). postmenopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah
sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit 4wanita memulai menopause pada umur
30-an (Sarwono, 2012).

Kebanyakan wanita mengalami perubahan ini antara usia 48 dan 52 tahun,


beberapa yang lain berhenti haid pada akhir 30-an atau awal 40-an, dan yang lain
terus mengalami haid hingga pertengahan 50-an (BKKBN, 2013). postmenopause
disebabkan karena pembentukan hormone estrogen dan progesterone dari ovarium
wanita berkurang, ovarium berhenti “melepaskan” sel telur sehingga aktivitas
menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali.

Pada masa ini terjadi penurunan jumlah hormone estrogen yang sangat
penting untuk mempertahankan fisiologi tubuh. Seorang wanita yang postmenopause
tidak mempunyai lagi sel telur yang dapat dibuahi, bahkan siklus anovulasi ini
telahberlangsung sejak fase pre menopause (Proverawati, 2010).

Berdasarkan tinjauan psikologis wanita pada masa postmenopause


mengalami berbagai masalah-maslah seperti adanya gangguan fisik, seksual, sosial,
dan gangguan psikologis, dan sosial. Perbedaan ini dipengaruhi berat ringanya stress
yang di alami wanita dalam menghadapi dan mengatasi menopause sebagai akibat
dari penilaiannya terhadap menopause. Maka sangat perlu wanita yang mengalami
menopause mencari informasi mengenai segala sesuatu yang menyangkut menopause
khususnya bagi wanita yang belum mengalami menopause (Retnowati, 2011).

2.3.2 Masalah seksual

Ketika terjadi perubahan pada salah sistem tubuh akan menyebabkan


terjadinya perubahan fungsi seksual. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan fungsi seksual pada wanita menopause yaitu adanya penurunan
hormone estrogen. Menurunnya hormon estrogen menyebabkan penurunan libido,
kurangnya lubrikasi, gangguan orgasme, penurunan fungsi reproduksi yang
mengakibatkan perubahan aktivitas seksualnya. Stadium menopause bagi sebagian
wanita mengalami penurunan seksual,reka merasa tidak bisa menikmati kepuasan
dalam berhubungan intim karena elastisitas jaringan genitalnya berkurang dan
kekeringan vagina yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual.

Ketidaknyamanan fisik yang terjadi saat berhubungan seksual menyebabkan


penurunan durasi dalam berhubungan seksual, ketidakpuasaan dan penurunan
frekuensi dalam melakukan hubungan seksual saat menopause dibandingkan sebelum
menopause.

Kekeringan dan penipisan dinding vagina menimbulkan ketidaknyamanan


fisik selama berhubungan seksual menyebabkan kejang otot pada vagina. Perubahan
fungsi saraf dapat mematikan rasa dibagian 29 tubuh yang sensitif dan perubahan
sirkulasi darah dapat menurunkan respon fisik jika timbul rangsangan untuk
mencapai orgasme.

Kadar hormone estrogen berfungsi untuk mempertahankan kekuatan dan


ketebalan dinding vagina, pelumasan dinding sehingga tidak menyebabkan
kekeringan saat berhubungan seksual.

2.4 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Menopause

Menurut Baziad, 2008, p.116. Saat masuknya seorang dalam fase menopause sangat
berbeda-beda. Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Faktor-
faktornya yaitu:

a. Menarche (umur haid pertama kali)

Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid


pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu
mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.

b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan


Ada peneliti yang menemukan pada wanitayang tidak menikah dan bekerja, umur
memasuki menopause lebih muda dibanding dengan wanita sebaya yang tidak bekerja
dan menikah.
c. Jumlah anak
Meskipun kenyataan ini masih kontronesial, ada peneliti yang menemukan,
semakin sering melahirkan makin tua baru memasuki usia menopause. Kelihatannya
kenyataan ini lebih terjadi pada golongan ekonomi berkecukupan dibandingkan pada
golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.

d. Pengguna obat-obat Keluarga Berencana (KB)

Karena obat-obat KB menekan fungsi hormon dari indung telur, kelihatanny


wanita yang mneggunakan Pil KB lebih lama memasuki umur menopause.

d. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause
dibandungkan dengan wanita yang tidak merokok.
e. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut
Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang tinggal
diketinggian lebih dari 2000-3000m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki
usia menopause dibanding dengan wanita yang tinggal diketinggian <1000m dari
permukaan laut.
f. Sosial-ekonomi
Seperti juga usia pertama mendapar haid, menopause juga kelihatannya
dipengaruhi oleh faktor status sosial-ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan
suami.
2.4 Tanda & Gejala Menopause

a. Menstruasi yang tidak teratur

Efek perubahan hormon mempengaruhi ovarium melepas sel telur dan ini bisa
membuat menstruasi lebih lama atau lebih pendek, bahkan tidak terjadi sama sekali
dalam beberapa bulan. Ini bisa jadi merupakan tanda gejala awal atau terlambat akan
perimenopause.

b. Gejolak panas atau Kegerahan

Tiba-tiba merasa kepanasan dan berkeringat? Ini umum terjadi dalam


perimenopause. Durasi dan intensitasnya dapat beragam sepanjang siang atau malam
hari.

c. Sukar tidur

Kondisi ini seringkali menjadi penyebab insomnia dan gangguan tidur pada
wanita. Serangan panas ini terjadi akibat fluktuasi hormonal dan bisa berbeda pada tiap
wanita. Kondisi tersebut terjadi antara dua sampai lima belas tahun lamanya.

d. Perubahan suasana hati

Di masa pramenopause bukan tidak mungkin wanita akan merasa mudah marah,
emosi sesaat, atau cemas. Perubahan temperamen ini akibat hormon yang naik-turun.
Kurangnya kualitas tidur pun dapat berpengaruh dalam mudah berubahnya suasana hati.

e. Vagina kering

Perubahan hormon berarti dinding vagina mengalami pengurangan jumlah cairan


yang diproduksi serta elastisitasnya. Beberapa wanita dapat merasa hal ini begitu tidak
nyaman, namun banyak juga yang baru menyadarinya saat melakukan hubungan seksual.
Tak hanya itu, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merasa terangsang juga meningkat
seiring bertambahnya usia.

f. Gangguan berkemih dan Infeksi kemih

Secara umum, wanita rentan terkena infeksi kemih karena anatominya. Namun
risikonya akan meningkat saat perimenopause. Wanita yang mengalami perimonopause
mungkin menyadarinya dari frekuensi buang air kecil dan adanya rasa sakit saat
berkemih. Berkurangnya kemampuan menahan urine pun turut dialami oleh wanita,
karena elastisitas otot-otot telah menurun.

g. Jantung berdebar

Karena level estrogen menurun, tingkat kadar kolesterol dan gula dalam tubuh
pun meningkat. Jantung dan pembuluh darah juga menjadi lebih kaku. Ini membuat Anda
berisiko terkena penyakit jantung karena berkontribusi dalam penyumbatan pembuluh
darah.

2.5 Pemeriksaan Yang Diperlukan Pada Pra Menopause

a. Pemeriksaan fisik wanita menopause mencakup tanda vital, data antropometri,

pemeriksaan vagina, dan Pap Smear.

Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan meningkatnya tekanan darah


akibat vasokonstriksi arteri. Peningkatan berat badan dengan rerata 2 kilogram sering
ditemukan pada masa transisi menopause. Penurunan tinggi badan dapat terjadi pada
wanita menopause dengan komplikasi osteoporosis dan fraktur tulang belakang. Jika
terdapat perdarahan uterus abnormal, dapat dilakukan pemeriksaan Pap Smear.
Pada pemeriksaan vagina dapat ditemukan kekeringan vagina, dinding vagina
menjadi licin karena hilangnya ruggae, dan perubahan warna menjadi lebih pucat karena
berkurangnya pembuluh darah kapiler.

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menopause tidak rutin dilakukan untuk menegakkan


diagnosis. Namun beberapa pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan kadar hormon
inhibin A, inhibin B, estradiol, follicle stimulating hormone (FSH), dan antimullerian
hormone dapat dilakukan. Kadar Hormon pada wanita menopause, dapat ditemukan
peningkatan serum FSH di atas 40 mIU/mL, namun peningkatan ini tidaklah spesifik
untuk menopause.

Kadar estradiol yang bersirkulasi ditemukan jauh lebih rendah sesudah


menopause. Anti mullerian hormone (AMH) adalah hormon yang diproduksi oleh sel
granulosa folikel ovarium. AMH ditemukan bermanfaat dalam penilaian cadangan
ovarium dan dapat memprediksi kapan seseorang akan mengalami menopause. Kadar
AMH ditemukan sangat rendah atau tidak terdeteksi pada wanita yang mengalami
menopause dini dibandingkan dengan wanita normal. Saat ini pengukuran AMH tunggal
lebih bermakna dalam menilai cadangan ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan
estradiol, FSH, atau inhibin.

2.6 Skrining Dan Pencegahan Ca Serviks Dan Ca Mammae Pada Perempuan Di Retang

Usia

2.6.1 Skrining dan Pencegahan Ca Serviks

A. Deteksi dini kanker yaitu skrining memiliki arti sama dengan deteksi dini atau
pencegahan sekunder yaitu usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelaianan yang
secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu
yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya
sehat, benar-benar sehat dengan tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
Ada beberapa

1) Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

IVA adalah tes visual menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%)
pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuanya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasi sebagai salah satu
metode skrining kanker serviks/ mulut rahim. Memperhatikan permasalahan dalam
penanggulangan kanker serviks di Indonesia. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
dapat menjadi metode alternative untuk skrining. Pertimbangan ini berdasarkan:

a. Mudah dan praktis dilakukan, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan bahkan oleh
bidan praktik swasta maupun di tempat-tempat terpencil.

b. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi

dasar

c. Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

d. Hasil langsung diketahui dan dapat segera diberikan

e. tindakan/terapi.20
2) Pap smear

Test papsmear (tes pap) adalah mengambil epitel permukaan serviks yang
mengelupas/ eksofilasi dimana epitel permukaan serviks selalu mengalami regenerasi
dan digantikan lapisan epitel dibawahnya, lalu epitel yang mengelupas tersebut
diwarnai secara khusus dan dilihat di bawah mikroskop untuk diintepretasi lebih
lanjut. Frekuensi tes pap yang dianjurkan bervariasi mulai dari 1 kali per tahun
sampai 1 kali setiap lima tahun, American Cancer Society (ACS) merekomendasikan
pemeriksaan papsmear dilakukan pada wanita yang sudah menikah / seksual aktif
selama 3 tahun dana tau sebelum berusia 21 tahun, sedangkan pemeriksaan rutin tes
Pap dapat dihentikan pada usia 70 tahun pada wanita yang tidak memiliki
abnormalitas pada hasil pemeriksaan papsmear. Tes Pap memiliki tingkat sensivitas
90% apabila dilakukan setiap tahun, 87% bila dilakukan setiap dua tahun, 78% setiap
tiga tahun dan 68% setiap lima tahun. Tngkat sensivitas tes Pap yaitu 98%.

B. Pencegahan Kanker Serviks

Ada beberapa cara mencegah kanker serviks yaitu:

a. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual beresiko untuk terinfeksi
HPV seperti tidak berganti-ganti pasangan seksual dan tidak melakukan hubungan
seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun).
b. Selain itu juga menghindari faktor risiko lain yang dapat memicu terjadinya
kanker seperti paparan asap rokok, menindaklanjuti hasil pemeriksaan papsmear
dan IVA dengan hasil positif, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang banayk mengandung vitamin C, A,
dan asam folat.
c. Melakukan skrining atau penapisan untuk menetukan apakah mereka telah
terinveksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang harus dilanjutkan dengan
pengobatan yang sesuai bila ditemukan lesi.
d. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk beberapa tipe
yaitu bIVAlea (tipe 16 dan 18) atau kuadrIVAlen (tipe 6,11,16,18). Kendala utama
pelaksanaan vaksin saat ini adalah biaya yang masih mahal.

2.6.2 Skrining dan Pencegahan Ca Mamae

A. Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok orang

yang terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin ca mammae dan


selanjutnya memerlukan diagnosis konfirmasi. Skrining ditujukan untuk mendapatkan
ca mammae dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; sehingga akan
menurunkan kemungkinan kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki
kualitas hidup (level-3). Beberapa tindakan untuk skrining adalah : Periksa Payudara
Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS), dan Mammografi skrining
(Kemenkes, 2013).

B. Pencegahan primer dilakukan sebagai usaha agar tidak terkena kanker payudara antara

lain dengan mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat

kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan sekunder adalah


melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan
atau usaha menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada
seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Tujuan skrining adalah
untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka kematian
(Khasanah, 2013).
BAB III

PENUTUP

Premenopause adalah proses alamiah kehidupan seorang perumpuan. Selain gangguan


siklus haid memang menimbulkan gejala-gejala dan keluhan disertai perubahan secara fisik dan
psikis. Faktor-faktor sosial-budaya yang ditentukan oleh lingkungan perempuan, faktor-faktor
psikologis yang tergantung dari struktur karakter perempuan. Premenopase adalah masa dimana
tubuh mulai bertransisi menuju menopause

Perubahan fisik yang terasa dan menibulkan rasa tidak nyaman adalah adanya semburan
panas (hot flushes) dari dada ke atas yang sering terjadi disusul dengan keringat banyak.
Perbahan dan keluhan lain yang dirasakan lagi seperti berdebar-debar (palpitis), vertigo,
migraine, nafsu seks (libido) menurun, gelisah, lekas marah, depresi, susah tidur (insomnia), rasa
kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabran, rasa lelah, keropos tulang, nyeri
tulang belakang, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai