Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA MAHASISWI S1 KEPERAWATAN SEMESTER VI DAN VIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA

Oleh :

Nama : Armenia Riyanti

NIM : 1420118073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2021
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA MAHASISWI S1 KEPERAWATAN SEMESTER VI DAN VIII
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA

Oleh :

Nama : Armenia Riyanti

NIM : 1420118073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU USADA
AMBON
2021

i
PERSYARATAN GELAR

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA MAHASISWI S1 KEPERAWATAN SEMESTER VI DAN VIII
DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Dalam Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya

Oleh :

Nama : Selfiana C Tlingkery

NIM : 1510042

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ARTHA BODHI ISWARA

SURABAYA

2019

ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi

S1 Keperawatan Semester VI, dan VIII di STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya”.

Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan akademik dalam rangkaian

menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha

Bodhi Iswara” Surabaya. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari segala bantuan,

motivasi dan semangat yang diberikan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis mengucapankan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. H. Harjono,

AFK, AKK. Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran

dalam menyusun skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada yang terhormat :

1. dr. H. Harjono, AFK.,AKK, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ”Artha

Bodhi Iswara” Surabaya.

2. Yeyen Desiar F, S.Kep.,Ns.,M.Kes. selaku ketua Jurusan S1 keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan ”Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

3. Seluruh Dosen Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

”Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

4. Petugas Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ”Artha Bodhi Iswara”

Surabaya dan Perpustakaan Daerah Surabaya yang telah membatu memfasilitasi

penulis dalam penyusunan skripsi.

vii
5. Mama dan papa tersayang selaku orang tua tercinta yang tanpa lelah mengor

bankan tenaga, waktu, biaya, yang selalu memberikan dorongan mental, semangat

serta doa yang tulus kepada penulis dalam mengikuti pendidikan S1 Keperawatan.

6. Adik-adik tersayang Romi dan Yuli serta saudara-saudaraku yang selalu

memberikan dukungan.

7. Teman-teman Seperjuangan S1 Keperawatan angkatan 2015 khususnya Winda

Ratmala, Erna Guida, Natalia Ramos, Lena Moruq, yang telah memberikan

masukan dan semangat dalam membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terbaik Mey, Thesa, Titin, Nita, Yona, Wati, Pavel dan semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat.

Surabaya, 18 Juni 2019

Penulis,

(Selfiana C Tlingkery)

viii
MOTTO

“ORA ET LABORA”
“Berdoa dan bekerja”

“Kerjakan apa yang menjadi bagian mu


biarkan Tuhan yang melakuan bagian-Nya yang tidak bisa engkau
kerjakan soal hasil urusan Tuhan”

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan


kepadaku.

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Sivitas Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara
Surabaya, Saya Yang Bertanda Tangan di bawah ini :
Nama : Selfiana C Tlingkery
NIM 1510042
Program Studi : S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara

Surabaya Jenis Karya : Skripsi

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya Hak Bebas Royalty

Noneksklusif (non-exclusive royalty-free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul

“Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi S1

Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi

Iswara Surabaya”. Beserta peserta yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas

Royalty Noneksklusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara

Surabaya berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan mengelola dalam bentuk

pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak

Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Surabaya
Pada tanggal : Juni 2019
Yang menyatakan
(Selfiana C Tlingkery)

x
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Selfiana C Tlingkery

NIM 1510042

Program Studi : S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Hubungan tingkat stres

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan semester VI dan

VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya” Benar-

benar bebas dari plagiat, dan apapila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya,

Yang menyatakan

(Selfiana C Tlingkery)

xi
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE STRESS LEVEL AND THE


MENSTRUAL CYCLE IN SEMESTERS VI AND VIII STUDENTS IN STIKES
ABI SURABAYA

By : Selfiana C Tlingkery (1510042)


Prodi S1-Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya
efytlingkery@gmail.com

Menstrual cycles are periodic from the first day of menstruation until the the
next menstrual period, normally 28 to 35 days. Some women have irregular menstrual
cycles which are influenced by several factors. And one of them is stress level. Stress
is the body's reaction or response to psychosocial stressors (mental stress or burdens
of life). The purpose of this study was to know the relationship between stress levels
and the menstrual cycles in S1 Nursing students of semesters VI and VIII of the
"Artha Bodhi Iswara" College of Health Sciences Surabaya.
The study was a correlation analytic study with cross sectional approach.
The population in this study were the students of semesters VI and VIII of the "Artha
Bodhi Iswara" Surabaya College of Health Sciences with as many as 70 students.
Samples were taken by using non probability sampling technique with purposive
sampling method obtained 60 students who meet with the specified criteria. The data
was then analyzed by using the chi-square test.
The results of the analysis using the chi-square test showed the value of p =
0,000 (p = <0.05). So it could be concluded that there is a significant relationship
between stress levels and menstrual cycles.
High levels of stress should be dealt with a strategy by carrying out stress
management and improving coping strategies to reduce or deal with stress properly so
as not causing menstrual cycles to be disrupted.

Keywords: Students, Stress Level, Menstrual Cycles

xii
ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI


PADA MAHASISWI SEMESTER VI DAN VIII DI STIKES ABI
SURABAYA

By : Selfiana C Tlingkery (1510042)


Prodi S1-Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya
efytlingkery@gmail.com

Siklus menstruasi merupakan periodik sejak hari pertama menstruasi sampai


datangnya menstruasi periode berikutnya, normal 28-35 hari. Pada beberapa
perempuan memiliki siklus menstruasi tidak teratur hal ini dipengaruhi oleh beberapa
factor dan salah satunya adalah tingkat stres. Stres adalah reaksi /respon tubuh
terhadap stressor psikososial (tekanan mental//beban kehidupan). Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi S1 Keperawatan semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
“Artha Bodhi Iswara” Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi semester VI dan VIII
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya dengan jumlah 70
orang. Pengambilan sampel mengunakan teknik non prabality sampling dengan
metode proposive sampling didapatkan 60 mahasiswi yang memenuhi kriteria yang di
tentukan. Analisis data dalam penelitian ini mengunakan uji chi –square.
Hasil analisa mengunakan uji chi–square menunjukan nilai p= 0,000 (p=<
0,05). Sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi.
Strategi untuk mengatasi tinggi tingkat stress adalah dengan melakukan
manajemen stress dan meningkatkan strategi koping untuk mengurangi atau
mengatasi stres dengan baik agar tidak menyebabkan suklus menstruasi menjadi
terganggu.

Kata Kunci : Mahasiswi, Tingkat Stres, Siklus Menstruasi

xiii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN i
SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PERSYARATAN GELAR iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iv
LEMBAR PENGESAHAN v
LEMBAR PERSETUJUAN vi
PENGASAHAN PANITIA PENGUJI vii
KATA PENGANTAR viii
MOTTO x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI xi
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI xii
ABSTRAK xiii
DAFTAR ISI xv
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xix
DAFTAR LAMPIRAN xx
DAFTAR SINGKATAN dan ARTI LAMBANG xxi

BAB 1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Tujuan umum 4
Tujuan khusus 4
Manfaat Penelitian 5
Teoritis 5
Praktis 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6


1.1 Konsep Stres....................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Stres………………………………………………… 6
2.1.2 Sumber Stresor………………………………………………. 6
2.1.3 Jenis-Jenis Stres……………………………………………… 7
2.1.4 Klasifikasi Tingkat Stres…………………………………….. 8
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi respon terhadap Stres................... 9
2.1.6 Tahapan Stres………………………………………………… 11
2.1.7 Teknik manajemen Stres……………………………………... 13
Konsep Siklus Menstruasi ………………………………………….. 14
2.2.1 Definisi Menstruasi................................................................... 14
2.2.2 Mekanisme Menstruasi………………………………………. 15
Gangguan pada siklus menstruasi……………………………. 18

Keluhan Pada Masa Menstruasi....................................................................................19


xiv
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Siklus Menstruasi...................................................................................20
Konsep Remaja.............................................................................................................22
Definisi Remaja.............................................................................................................22
Batasan Umur Remaja..................................................................................................22
Ciri-ciri Remaja.............................................................................................................24
Tahap Perkembangan Remaja.......................................................................................26
Tugas Perkembangan Remaja.......................................................................................27
Perilaku Menyimpan Pada Remaja...............................................................................28
Remaja Dan kenakalannya..................................................................30

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


Kerangka Konseptual Penelitian...................................................................................33
Hipotesis Penelitian.......................................................................................................35

BAB 4 METODE PENELITIAN............................................................................36


Desain Penelitian...........................................................................................................36
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 36
Populasi 36
Sampel 36
4.2.3 Penentuan Sampel...................................................................... 37
Teknik Pengambilan Sampel........................................................................................37
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................... 38
4.3.1 Variabel Penelitian..................................................................... 38
4.3.2 Definisi operasional..........................................................................38
4.4 Instrumen Penelitian...................................................................................39
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 41
Prosedur pengambilan dan pengumpulan data..............................................................41
Pengolahan dan Analisa Data.......................................................................................43
Pengolahan data 43
Analisa data 46
4.9 Etika penelitian...........................................................................................46
4.8 Kerangka Kerja...........................................................................................48

BAB 5 HASIL PENELITIAN.................................................................................50


Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................................50
Data Umum...................................................................................................................51
Karakteristik Berdasarkan Usia....................................................................................51
Karakteristik Berdasarkan Semester............................................................................51
Data Khusus..................................................................................................................52
Distribusi Tingkat.........................................................................................................52
Distribusi Siklus Menstruasi.........................................................................................52
5.3.2 Hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi.............................53

BAB 6 PEMBAHASAN...........................................................................................54

xv
6.1 Tingkat Stres.................................................................................... 54
6.2 Siklus Menstruasi............................................................................. 55
6.3 Hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi........................... 56

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 59


7.1 Kesimpulan...................................................................................... 59
7.2 Saran................................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 61
LAMPIRAN.................................................................................................. 65
Lampiran 1..................................................................................................... 65
Lampiran 2..................................................................................................... 64
Lampiran 3..................................................................................................... 65
Lampiran 4..................................................................................................... 67
Lampiran 5..................................................................................................... 68
Lampiran 6..................................................................................................... 69
Lampiran 7..................................................................................................... 71
Lampiran 8..................................................................................................... 72
Lampiran 9..................................................................................................... 74
Lampiran 10................................................................................................... 76
Lampiran 11................................................................................................... 77
Lampiran 12................................................................................................... 80
Lampiran 13................................................................................................... 81

xvi
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman

Tabel 4.1 Defenisi Operasional tentang Hubungan tingkat stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya 38
Tabel 5.1 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Usia pada mahasiswi S1
Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Artha Bodhi Iswara Surabaya........................................................51
Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswi Berdasarkan Semester VI dan VIII Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya................51
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Stres pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester
VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara
Surabaya.........................................................................................52
Tabel 5.4 Distribusi Siklus Menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan
Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi
Iswara Surabaya............................................................................52
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada mahasiswi
S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Artha Bodhi Surabaya...................................................53

xvii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual tentang Hubungan tingkat stress dengan

siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan semester VI

dan VIII STIKES ABI Surabaya..................................................35

Gambar 4.3 Kerangka Operasional tentang Hubungan tingkat stres dengan

siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan semester VI

dan VIII STIKES ABI Surabaya..................................................52

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Survey Awal STIKES ABI Surabaya

Lampiran 2 : Surat Ijin Survey awal BAKESBANGPOL

Lampiran 3 : Surat Ijin Survey awal Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Lembar Kuesioner Tingkar Stres

Lampiran 7 : Lembar Observasi

Lampiran 8 : Tabulasi Karakteristik Responden

Lampiran 9 : Tabulasi Kuesioner Tingkar Stres

Lampiran 10 : Tabulasi Siklus Menstruasi

Lampiran 11 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 12 : Lembar Konsul

Lampiran 13 : Dokumentasi

xix
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang


% : Presentase
α : Alpha
N : Jumlah populasi
n : Jumlah Sampel
d : Tingkat Signifikansi
± : Kurang Lebih
< : Lebih kecil
> : Lebih besar dari
- : Tanda Penghubung
+ : Tambah
= : Sama dengan
. : Titik
, : Koma
: : Titik dua
( : Buka kurung
) : Tutup kurung
““ : Tanda petik
/ : Garis miring
& : Garis miring
? : Tanda Tanya
X : Tanda perkalian

Daftar Arti Singkatan


ABI : Artha Bodhi Iswara
AFK : Ahli Farmasi Kedokteran
AKK : Ahli Kedokteran Komunitas
Depkes : Departemen Kesehatan
Dkk : Dan kawan-kawan
dr : Dokter
DUB : Dysfungsional Uterin Bleding
FSH : Follicle Stimulating Hormone
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
LH : Lutenizing Hormone
M. Kep : Magister Keperawatan

xx
Ns : Ners
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
PMS : Pre Menstrual Syndrome
Prof : Professor
Prodi : Program Studi
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
S1 : Strata 1
WHO : World Health Organisasi

xxi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari Rahim yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisaan endometrium

uterus. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid yang baru. Siklus menstruasi akan terjadi setiap bulan, umumnya

siklus menstruasi pada wanita normal 28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari.

Pada beberapa orang memiliki siklus menstruasi sangat pendek misalnya 21 hari

atau sangat panjang misalnya 40 hari masih dianggap normal apabila memang

siklus itu tetap, artinya memang dialami terus menerus selama masa menstruasi

yang bersangkutan. Tetapi di katakan tidak normal jika Siklus mentruasi lebih

pendek dari 21 hari dan lebih panjang dari 40 hari. (Proverawati dan Misaroh,

2009). Gangguan siklus menstruasi merupakan masalah yang cukup sering

dikemukakan pada pelayanan kesehatan primer dan merupakan masalah yang

sering ditemukan dengan prevelensi 75% pada remaja akhir. Gangguan

menstruasi merupakan indikator penting untuk menunjukan adanya gangguan

system reproduksi. Gangguan pada siklus menstruasi di pengaruhi oleh beberapa

faktor, dan salah satunya adalah stres. Stres merupakan fenomena universal yang

setiap orang bisa mengalaminya yang berdampak pada fisik, social, emosi,

intelektual dan spiritual. Pada mahasiswi dalam menghadapi atau menjalani

1
2

perkulihan yang terlalu padat, praktek yang melelahkan, tugas yang banyak dan

proses pembuatan skripsi merupakan factor pemicu stress sehingga menyebabkan

siklus menstruasi menjadi tidak normal. (Kusyani,2012)

Menurut data badan kesehatan dunia (World Health Organization, 2010)

dalam penelitian Andriyatni (2011) terdapat 75% remaja yang mengalami

gangguan haid. Hasil riset (Riskesdas, 2010) menunjukan bahwa sebagian besar

68% perempuan di Indonesia berusia 10-59 tahun melaporkan haid teratur dan

13,7% mengalami masalah siklus haid tidak teratur. Adapun alasan yang

dikemukakan perempuan yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur di

karenakan stres dan banyak pikiran. Di jawa timur wanita yang mengalami siklus

menstruasi tidak teratur sebanyak 13,3%. Penelitian tentang hubungan tingkat

stres dengan siklus menstruasi ini juga pernah dilakukan oleh Nurlaila dkk di

Balikpapan pada tahun 2015. Hasil penelitian ini didapatkan dari 67 responden

mengalami stres, dan didapatkan 33 orang mengalami siklus menstruasi tidak

teratur (Nurlaila dkk, 2015). Hasil survey yang dilakukan peneliti terhadap 30

mahasiswi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi

Iswara” Surabaya, peneliti menemukan sebanyak 22 orang (73%) mahasiswi

mengalami stres dan dari 22 mahasiswi tersebut terdapat 16 orang ( 72,7 %)

diantaranya mengalami siklus menstruasi yang tidak normal.

(Santrock, 2007) menyatakan bahwa penyesuaian diri diperlukan remaja

dalam menjalani transisi kehidupan, salah satunya adalah transisi di lingkungan

kampus. Siklus menstruasi yang tidak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa

factor diantaranya adalah perubahan kadar hormon akibat stres dalam keadaan
3

emosi yang kurang stabil. Selain hal tersebut di atas, faktor lain yang dapat

memicu stres juga adalah pola asuh orang tua yang otoriter dapat mengakibatkan

remaja rentan mengalami stres. Begitu juga dengan suasana kampus, cara dosen

mengajar, bahan pelajaran yang dianggap sulit, dan beban tugas dapat

mengakibatkan mahasiswa mengalami stres. (Ng Lai On, 2004). Pada lingkungan

sosial mahasiswa, jika ia tidak diterima dikelompok sosialnya, maka besar

kemungkinan, mahasiswa tersebut akan mengalami stres. Juliet Schor dalam

Hager menyatakan bahwa 30% dari semua orang dewasa mengalami stres tingkat

tinggi. Tiga perempat dari semua wanita Amerika Serikat sekurangnya

mengalami stres yang berdampak terjadinya siklus haid yang tidak teratur

(Isnaeni, 2010). Saat sekarang ini, telah banyak fakta yang mengungkapkan

hubungan antara stres dengan mestruasi yang abnormal ini berhubungan dengan

stres psikologi (Kaplan and Manuck, 2004). Berdasarkan data wawancara dari

beberapa studi juga menjelaskan bahwa siklus menstruasi yang abnormal

berhubungan dengan stres psikologi (Nepomnaaschy,2007)

Strategi menghadapi stres dengan memanajemen stres diantaranya

menjaga tubuh tetap sehat, mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur yang

cukup, olaraga teratur, mengatur waktu secara efektif, melibatkan diri dalam

suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok social. Mengelola stress

merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor (

A. Aziz Alimul Hidayat, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi S1


4

Keperawatan Semester VII dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi

Iswara Surabaya”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat di

merumuskan permasalahan “Apakah ada hubungan tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan "Artha Bodhi Iswara Surabaya.

Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi tingkat stres pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester

VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya.

2. Mengindentifikasi siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan

Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara

Surabaya.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya.


5

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bacaan, sumbangan ilmiah, dan

masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

Manfaat Praktis

1. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dalam pengembangan

ilmu keperawatan terutama mengenai hubungan antara tingkat stress

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi.

2. Bagi peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

melakukan penelitian tentang hubungan tingkat stres pada mahasiswi

dengan siklus menstruasi.

3. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi bagi

mahasiswi pada khususnya untuk mengetahui hubungan tingkat stres

dengan siklus menstruasi pada mahasiswi.

4. Bagi Mahasiswi

Menambah Informasi bagi mahasiswi dalam memanajemen stres sehingga

siklus menstruasi menjadi teratur.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Stres

Defenisi Stres

Stres merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang

menimbulkan stres. (A.Aziz Alimul Hidayat, 2014). Stres adalah reaksi/respons

tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental\beban kehidupan (Sriati,

2007). Setiap orang perna mengalami stres, dan orang yang normal dapat

beradaptasi dengan stres jangka panjang dan jangka pendek hingga stres

tersebut berlalu. Stres dapat dijadikan sebagai stimulus untuk perubahan dan

perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif, meskipun stres

yang terlalu berat dapat mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk, dan

ketidakmampuan untuk bertahan. Stres dapat didefinisikan sebagai, “respon

adatif, dipengaruhi oleh karakteristik individual atau proses psikologis, yaitu

akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal, tuntutan fisik atau

psikologis terhadap seseorang.

Sumber Stresor

Stresor, factor yang menimbulkan stres, dapat berasal dari sumber

internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, dan

lingkungan)

6
7

1. Faktor internal stres bersumber dari diri sendiri. Stresor individual dapat

timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi

keuangan, ketidakpuasan dengan fiik tubuh, penyakit yang dialami,

masa pubertas, karakteristik atau sifat yang di miliki, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal stres dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan

lingkungan. Stresor yang berasal dari keluarga disebakan oleh adanya

perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota

keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dan sebagainya. Sumber

stresor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan

pekerjaan, lingkungan sosial, dan lingkungan fisik. Sebagai contoh,

adanya atasan yang tidak pernah puas ditempat kerja, iri terhadap

teman-teman yang status sosialnya lebih tinggi, adanya polusi udara dan

sampah dilingkungan tempat tinggal, dan lain-lain. (A.Aziz Alimul

Hidayat, 2014).

Jenis Stres

Ditinjau dari penyebabnya, stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis

sebagai berikut.

1. Stres fisik, merupakan stres yang sebabkan oleh keadaan fisik, seperti

suhu yang terlalu tunggi atau terlalu rendah, suara bising sinar matahari

yang terlalu menyangat dan lain-lain.


8

2. Stres kimiawi, merupakan stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa

kimia yang terdapat obat-obat, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau

gas, dan lain-lain.

3. Stres mikrobiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh kuman, seperti

virus, bakteri atau parasite.

4. Stres fisiologis, merupakan stres yang disebabkan oleh gangguan fungsi

organ tubuh, anatara lain gangguan struktur tubuh, fungsi jaringan, organ,

dan lain-lain.

5. Stres proses tumbuh kembang, merupakan stres yang disebabkan oleh

proses tumbuh kembang seperti pada masa pubertas, penikahan, dan

pertumbuhan usia.

6. Stres psikologis atau emosional, merupakan stres yang disebabkan oleh

gangguan situasi psikologi atau ketidakmampuan kondisi psikologi untuk

menyenyusaikan diri, misalnya hubungan interpersonal, sosial budaya,

atau keagamaan. (Musrifatul Uliyah, 2014).

Klasifikasi Tingkat Stres

Menurut Maramis (2010) klasifikasi tingkat stress dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Stres ringan, pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-

hari. Stres ini tidak merusak aspek fisiologik seseorang. Pada respon

psikologis didapatkan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanya, namun tanpa disadari cadangan energy semakin menipis, pada

respon perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu, merasa mudah


9

lelah dan tidak bisa santai. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit

kecuali jika dihadapi terus menerus.

2. Stres sedang, respon fisiologis dari tingkat stres ini didapatkan gangguan

pada lambung, dan usus misalnya mag, buang air besar tidak teratur,

ketegangan pada otot, gangguan pola tidur dan mulai terjadi gangguan

siklus dan pola menstruasi. Respon psikologis dapat berupa perasaan

ketidaktegangan dan ketenangan emosional semakin meningkat, merasa

aktivitas menjadi membosankan dan terasa lebih sulit dan timbul perasaan

kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Pada respon

perilaku ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,

daya kosentrasi menurun, keadaan ini bisa terjadi beberapa jam hingga

beberapa hari.

3. Stres berat pada tingkat ini lahan presepsi individu sangat menurun.

Semua perilaku di tujukan untuk mengurangi stres. Pada tingkat stres ini

juga mempengaruhi aspek psikologik yang didapatkan seperti, gangguan

pencernaan semakin berat, ketidakteraturan pada siklus menstruasi,

debaran jantung semakin keras, dan sekujur tubuh terasa gementar. Pada

psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam, timbul

perasaan takut, cemas yang semakin meningkat, mudah binggung dan

panik` Respon perilaku terjadi tidak dapat menyelesaikan tugas sehari-

hari.
10

Faktor Yang Mempengaruhi Respons Terhadap Stresor

Respons terhadap stresor yang di berikan pada individu akan berbeda.

Hal tersebut bergantung pada factor stresor dan kemampuan koping yang di

miliki individu. Berikut akan di jelaskan secara singkat beberapa karakteristik

stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh.

1. Sifat stresor. Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-

angsur dan dapat memengaruhi respons seseorang dalam menghadapi

stres, bergantung pada mekanisme yang dimilikinya.

2. Durasi stresor. Lamanya stresor yang dialami seseorang dapat

mempengaruhi respons tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama,

maka respon juga akan lebih lama, dan tentunya dapat memengaruhi fungsi

tubuh.

3. Jumlah stresor. Semakin banyak stresor yang dialami seseorang semakin

besar dampaknya bagi fungsi tubuh.

4. Pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu seseorang dalam

menghadapi stress dapat menjadi bekal dalam menghadapi stres

berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi /mekanisme

koping yang lebih baik.

5. Tipe kepribadiaan. Tipe kepribadian seseorang diyakini juga dapat

mempengaruhi respons terhadap stresor. Menurut Friedman dan Rosenman

(1974) terdapat dua tipe kepribadian, yaitu tipe A dan tipe B. Orang dengan

tipe kepribadian A lebih rentan terkena stres apabila di bandinkan dengan

orang yang memiliki tipe kepribadian B. Tipe A memiliki ciri-ciri


11

ambisius, agretif, kompititif, kurang sabar, mudah tegang, mudah

tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan,

berbicara dengan cepat, bekerja tidak mengenal waktu, pandai

berorganisasi dan memimpi atau memerintah , lebih suka bekerja

sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak mudah di

pengaruhi, serta sulit untuk santai. Sementara itu, tipe B memiliki sifat

kebalikan dari tipe A, antara lain lebih santai, penyebar, tenang, tidak

mudah marah/tersinggung, jarang kekurangan waktu untuk melakukan hal-

hal yang disukai, fleksibel, mudah bergaul, dan lain-lain.

6. Tahap perkembangan. Tahap perkembangan individu dapat membentuk

kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stresor. Stresor yang

dialami individu berbeda setiap tahap perkembangan usia.

Tahapan Stres

Menurut Robert J. Van Amberg dalam hawari (2001), stress dapat

dibagi ke dalam enam tahap sebagai berikut.

1. Tahap pertama. Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan dan

biasanya ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan.

penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu

menyelasaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tampa disadari

cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan).


12

2. Tahap Kedua. Pada tahap ini, dampak stres yang semula’menyenangkan’

mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan

energy. keluhan-keluhan yang sering dikemukakan antara lain merasa

letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal. Badan (seharusnya

terasa segar), mudah lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang

sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, jantung

berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa

santai.

3. Tahap Ketiga. Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan

memadai, maka keluhan akan semakin nyata, seperti gangguan lambung

dan usus (gastritis atau maag, diare), ketegangan otot semakin terasa,

perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur (sulit untuk mulai tidur,

terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu

pagi dan tidak dapat tidur kembali), tubuh terasa lemah seperti tidak

bertenaga.

4. Tahap Keempat. Orang yang mengalami tahap-tahap stres diatas ketika

memeriksakan diri kedokter sering kali tidak dinyatakan tidak sakit

karena tidak ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya.

Namun pada kondisi berkelanjutan, akan mencul gejala seperti

ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas rutin karena perasaan bosan,

kehilangan semangat, terlalu lelah karena gangguan pola tidur,

kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut

dan cemas yang tidak jelas penyebabnya


13

5. Tahap Kelima. Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat,

tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan

pada system pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa

takut dan cemas.

6. Tahap Keenam. Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai

dengan timbulnya rasa panic dan takut mati yang menyebabkan jantung

berdetak semakin cepat, kesulitan untuk bernapas, tubuh bergetar dan

berkeringat, dan adanya kemungkinan terjadinya kolaps atau pingsan.

Teknik Manajemen Stres

Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik,

bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang

paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang

efektif dalam mengurangi atau mengatasi stress. Ini dapat dilakukan

dengan mengkomsumsi makanan yang bergisi dalam peorsi dan jadwal

yang teratur, menu juga sebaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.

2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam

mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup juga dapat

memperbaiki sel-sel rusak.

3. Olaraga teratur. Olaraga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan

daya tahan tubuh dan kekebalan fisik maupun mental.


14

4. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk

atau terlalu kurus) merupakan factor yang dapat menyebabkan stres.

Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan

kekebalan tubuh terhadap stres.

5. Mengatur waktu. Pengatur waktu merupakan cara yang tepat dalam

mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu sebaik-

baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat

dihindari.

Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatakan

strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping pada

masalah. Koping yang di lakukan antara lain dengan cara mengatur respon

emosional terhadap stres melalui perilaku individu misalnya meniadakan

fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, penilaian secara

positif, menerima tanggung jawab, atau lari dari kenyataan (menghindari).

Sementara strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan dengan

mempelajari cara atau ketrampilan yang dapat menyelesaikan masalah,

seperti ketrampilan menetapkan prioritas pekerjaan, manajemen waktu, dan

peningkatan dukungan social. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah

relakasasi, meditasi, dan sebagainya (Hawari,2002).


15

Konsep Siklus Menstruasi

Defenisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik dari rahim yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium

uterus (Bobak, 2004). Kondisi ini terjadi karena tidak ada pembuahan sel telur

oleh sperma, sehingga lapisan dinding rahim (endometrium) yang sudah

menebal untuk persiapan kehamilan menjadi luruh.

Jika seorang wanita tidak mengalami kehamilan, maka siklus

menstruasi akan terjadi setiap bulannya. Umumnya siklus menstruasi pada

wanita yang normal adalah 28-35 hari dan lama haid antara 3-7 hari. Siklus

menstruasi pada wanita dikatakan tidak normal jika siklus haidnya kurang dari

21 hari atau lebih dari 40 hari. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009)

Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi

sampai datangnya menstruasi periode berikutnya, sedangkan panjang siklus

menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan

mulainya menstruasi berikutnya.

Mekanisme Terjadinya Menstruasi

Menurut Bobak (2009), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi yaitu:

1. Siklus Endometrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2009), terdiri dari empat fase, yaitu:

a. Fase menstruasi. Fase ini adalah fase yang harus dialami oleh

seorang wanita dewasa setiap bulannya. Sebab melalui fase ini


16

wanita baru dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi

selalu dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat

para wanita merasa tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya

ketidaknyamanan ini terjadi hanya 1-2 hari, dimana pada awal haid

pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan darah lebih

sering keluar. Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari

dinding uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini

berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase

menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)

menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan kadar

FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi. Pada fase ini ovarium sedang melakukan proses

pembentukan dan pematangan ovum. Fase proliferasi merupakan

periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5

sampai hari ke-14 dari siklus haid. Permukaan endometrium secara

lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang

perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi

tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan

berakhir saat ovulasi. Pada fase proliferasi terjadi peningkatan kadar

hormon estrogen, karena fase ini tergantung pada stimulasi estrogen

yang berasal dari folikel ovarium.

c. Fase sekresi/luteal. Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi

sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada


17

akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan

sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.

Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

Umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan lebih sensitif. Sebab

pada fase ini hormon reproduksi (Follicle Stimulating Hormon,

Luteinizing Hormon, estrogen dan progesteron) mengalami

peningkatan. Jadi pada fase ini wanita mengalami yang namanya Pre

Menstrual Syndrome (PMS). Beberapa hari kemudian setelah gejala

PMS maka lapisan dinding rahim akan luruh kembali.

d. Fase iskemi/premenstrual Apabila tidak terjadi pembuahan dan

implantasi, korpus Luteum yang mensekresi estrogen dan

progesterone menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan

progesterone yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga

suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi

nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan

perdarahan menstruasi dimulai.

2). Siklus Ovarium. Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang

pengeluaran (Follicle Stimulating Hormon) FSH, kemudian kelenjar

hipofisis mengeluarkan (lutenizing hormon) LH . Peningkatan kadar

(lutenizing hormon) LH merangsang pelepasan osit sekunder dari folikel.

Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium

dibawah pengaruh (Follicle Stimulating Hormon) FSH dan estrogen.


18

Lonjakan (lutenizing hormon) LH sebelum terjadi ovulasi. mempengaruhi

folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, osit matur (folikel de

Graaf) terjadi ovulasi, sisa folikel yang kosong di dalam ovarium

berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak

aktivitas fungsional pada 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi hormon

estrogen dan progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum

berkurang dan kadar hormon progesterone menurun. Sehingga lapisan

fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh (Bobak,

2004).

3) Siklus Hipofisis-Hipotalamus Menjelang akhir siklus menstruasi yang

normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun, kadar hormon

ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk

mensekresi Gonadotropin Realising Hormon (GnRH). Sebalikanya GnRH

menstimulasi sekresi Folikel Stimulating Hormone (FSH). FSH

menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gonadotropin Realising

Hormone (GnRH) hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk

mengeluarkan Luteinizing Hormone (LH). LH mencapai puncak pada

sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi

fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteun menyusut,

oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi

menstruasi.
19

Gangguan pada Menstruasi dan Siklus Menstruasi

Kusmiran (2011) mengatakan gangguan pada menstruasi dan siklus

menstruasi dibagi menjadi :

1. Polimenorea adalah siklus menstruasi yang memendek dari panjang

siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari 21 hari persiklusnya,

sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak

dari volume perdarahan menstruasi biasanya

2. Oligomenorea adalah siklus menstruasi yang memanjang dari panjang

siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 40 hari persiklusnya. Volume

perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan

menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya juga bersifat ovulatoar

dengan fase proliferasi yang lebih panjang di banding fase proliferasi

siklus menstruasi klasik.

3. Amenorea adalah siklus menstruasi yang memanjang dari panjang siklus

menstruasi klasik (oligemenorea) atau tidak terjadinya perdarahan

menstruasi, minimal 3 bulan berturut-turut. Amenorea dibedakan

menjadidua jenis :

1) Amenorea Primer yaitu tidak terjadinya menstruasi sekalipun pada

perempuan yang mengalami amenorea.

2) Amenorea Sekunder yaitu tidak terjadinya menstruasi yang di selingi

dengan perdarahan menstruasi sesekali pada perempuan yang

mengalami amenorea.
20

4. Hipermenorea (Menoragia)

Hipermenorea adalah terjadinya perdarahan menstruasi yang terlalu

banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya (lebih dari 8 hari).

5. Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih sedikit dari

biasanya tetapi tidak mengganggu fertilitasnya

Keluhan Pada Masa Menstruasi

Mansjoer (2002) mengatakan beberapa keluhan yang muncul pada

masa menstruasi adalah :

a. Premenstrual Tensioni atau ketegangan pra menstruasi adalah keluhan-

keluhan yang biasanya muncul mulai satu minggu sampai beberapa hari

sebelum datangnya menstruasi dan menghilang sesudah menstruasi,

walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai menstruasi berhenti.

b. Mastodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum

menstruasi.

c. Mittleschmerz adalah rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de

Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/bercak.

d. Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang atau selama menstruasi

sampai membuat perempuan tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur.

Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau

pingsan, lekas marah.


21

Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi

Kusmiran (2011) mengatakan penelitian mengenai faktor risiko dari

variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

a. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi.

Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi

ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan

berat badan. Kondisi patologis seperti anorexia nervosa yang menyebabkan

penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

b. Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi.

c. Stres

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogen opiat

yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone

lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea.

d. Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetaria berhubungan dengan

anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek,

tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah

lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode


22

perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak

berhubungan dengan amenorrhea.

e. Paparan Lingkungan dan Kondisi Kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang

dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang

f. Gangguan Endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes,hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi

amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit

polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan

oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada perempuan dengan

penyakit polystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin

dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan

dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

g. Gangguan Pendarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang berlebihan/

banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang sering. Dysfungsional

Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan perdarahan dalam siklus menstruasi

yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama

proses transisi menopaus.


23

Konsep Remaja

Pengertian

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas

lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.

(Santrock, 2003) adolescene diartikan juga sebagai masa perkembangan

transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja adalah masa terjadinya

krisis identitas atau pencarian identitas diri.

Remaja adalah masa dimana : 1) Individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksualitas sekundernya sampai saat

ia mencapai kematangan seksualitas. 2) Individu mengalami perkembagan

psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi

peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relative lebih mandiri (Muangman, 2013).

Batasan Remaja

Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan, masalah yang

terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan

yang terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini WHO menetapkan batas

usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja yang tebagi dalam 2 bagian, yaitu

remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Sedangkan
24

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun

sebagai usia pemuda (youth) .

Menurut Kartono (2000), dibagi tiga yaitu :

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat

dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak

pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap

kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-

kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-

ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada

masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan

kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu

dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Selain

itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal

dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan

keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari

tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu

berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.


25

Ciri-ciri remaja

1. Perkembangan Fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan

mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam

sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas.

Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang

membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua

tahun. Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria dari pada wanita,

juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual dari pada

pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh

kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-

hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan

estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-

ciri seksual sekunder : rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang

mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan

pinggul lebih lebar pada wanita.

2. Perkembangan Kongnitif

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala

kognitif dan cakrawala sosial yang baru. Pemikiran mereka semakin abstrak,

logis, dan idealistis. Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh stimulus

yang di berikan pada anak tersebut, semakin banyak anak mendapatkan

stimulus, semakin banyak anak belejar hal baru dan mengakibatkan semakin

kuat juga sinapsis neuron yang ada didalam otak anak, hal tersebut dapat
26

merangsang anak tumbuh dengan kemampuan yang jauh lebih baik dan

optimal.

3. Perkembangan Seksual

Perkembangan awal seksual secara biologis dapat terjadi pada usia 10 tahun

hingga 14 tahun. Hal tersebut diiringin perubahan yang terjadi terkait

hormonal maupun secara fisik. Selain itu proses perubahan hormonal pada

remaja juga mengakibatkan meningkatnya interaksi sosial remaja dengan

lawan jenis,serta lebih merani memunculkan ekspresi psikoseksual pada

lawan jenisnya`

4. Perkembangan Emosional

Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan

emosional. Umumnya, masa ini berlangsung sekitar umur 13-18 tahun, yaitu

masa anak duduk dibangku sekolah menegah. Masa ini biasanya di rasakan

sebagai masa sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga, atau

lingkungan. Berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa

dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi

lingkunganya. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi

berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga

sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Psikolog Amerika G. Stanley Hal mengatakan bahwa masa remaja adalah

masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas

yang terjadi sewaktu pubertas.


27

Tahap perkembangan Remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap

perkembangan remaja :

1. Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan muda terangsang

secara erotis. Kepekaan yang berlebihan dan di tambah dengan

berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini

sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja Madya ( Middle adolescence )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau

banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

mencintai diri sendiri, dan mencintai teman-teman yang punya sifat-sifat

yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi

kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau

tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri dan sebagainya. Remaja pria harus

membebaskan diri dari Oerdipoes Complex (perasaan cinta pada ibu

sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan

kawan-kawan dari lain jenis.


28

3. Remaja Akhir ( Late adolescence )

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju priode dewasa dan ditandai

dengan pencapaian lima hal, yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (prvate self) dan

masyarakat umum (the public).

Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Setiap manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus

dilalui. Bila seorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang

sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi maslah

pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja maka perlu

diketahui tugas-tugas perkembangannya. Adapun tugas-tugas perkembangan

tersebut antara lain:

1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya

secara efektif.

2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua


29

3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin baik

putra maupun putri

4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma.

Perilaku Menyimpang Pada Remaja


Mendefinisikan perilaku menyimpang adalah hal yang cukup sulit

dilakukan. Problemnya adalah menyimpang terhadap apa? Penyimpangan

terhadap peraturan orang tua seperti pulang terlalu malam atau merokok bisa

dikatakan penyimpangan terhadap tatakrama masyarakat seperti duduk

mengangkat kaki di hadapan orang yang lebih tinggi derajatnya bisa juga

digolongkan penyimpangan yang dalam hal ini dinamakan kekurangajaran. (dr.

Sarlito Wirawan Sarwono)

1. Kenakalan Remaja

Seperti sudah diuraikan di atas kenakalan remaja yang dimaksud disini

adalah perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hokum.

Kenakalan remaja ini menjadi empat jenis yaitu :

1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:

perkelahian,perampokan, dan lain-lain.

2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian,

pencopetan

3) Kenakalan social yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain :

penyalahgunaan obat
30

4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua

dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan

sebagainya.

2. Hipoaktivisme

Kenakalan remaja dan beberapa kelainan perilaku remaja yang lain

biasanya dikaitkan dengan agresivitas atau hiperaktivisme dari remaja.

Tetapi, di sisi lain ada sebagian remaja yang sangat kurang aktivitasnya

(hipoaktivisme). Mereka yang tergolong hipoaktif ini biasanya lambat

dianggap sebagai gangguan, karena mereka umumnya tidak menganggu

orang lain. Orang mungkin hanya mengira anak itu pemalu atau pendiam.

Bahkan banyak orang tua yang merasa senang bahwa anaknya hipoaktif

karena kelakuan mereka manis, tidak pernah merepotkan orang tua. Baru

jika anak itu sudah masuk usia remaja dan ternyata ia masih juga kurang

aktifitasnya sehingga tidak mempunyai teman, tidak mempunyai hobi

tergantung terus kepada orang tua atau mengalami gangguan belajar yang

serius, orang tuaatau orang dewasa lainnya mulai merisaukan keadaan anak

yang hipoaktif tersebut.

3. Kultisme

Telah dikatakan di atas bahwa salah satu bentuk reaksi ketidakpuasan

remaja terhadap kondisi lingkungan sosialnya adalah menarik diri ke dalam

dirinya sendiri sehingga ia tampil sebagai orang yang pendiam, pemalu atau

pemurung, yang dalam bentuk gangguan kejiwaannya bisa menjadi


31

skizofrenikautisma atau katatonik. Akan tetapi, penarikan diri itu bisa juga

berupa pemilihan lingkungan tertentu atau norma tertentu dan cenderung

mengikatkan diri pada lingkungan atau norma tertentu tersebut.

4. Penyalahgunaan Narkorba dan Alkoholisme

Namun yang lebih banyak dipakai oleh kalangan remaja dan dewasa muda

adalah morphine yang dalam bahasa gaulnya dinamakan Putauw atau PT

Pemakaian PT makin gencar karena peredaran obat itu yang makin

merajalela dan karena obat itu sendiri dijadikan alat pergaulan dan

dianggap modis dikalangan anak muda, khususnya pelajar sekolah

lanjutan. Dampak dari pemakaian obat ini adalah ketergantungan yang

makin lama makin membutuhkan dosis yang tinggi sampai pada tingkat

yang mematikan. Sementara, kalau dosis itu tidak terpenuhi pemakai akan

merasa kesakitan sehingga mau tidak mau ia harus mencari obat itu sampai

dapat, kalau perlu dengan cara criminal atau melacurkan diri. (Sarlito W.

Sarwono, 2013).

Remaja dan Permasalahannya

Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :

1. Perkembangan fisik dan motorik.

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.

Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting,

namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian

antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas
32

dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak

proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja

membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma

dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

2. Perkembangan kognitif dan bahasa.

Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan

intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan

kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui

pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan

berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal

merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing.

Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana,

menyebabkan remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa

dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing

merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier

seseorang.

3. Perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.

Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial),

yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di

lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group

dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan

merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh

rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga
33

dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja

tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi

dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah.

4. Perkembangan kepribadian, dan emosional.

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self

identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan

menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika

remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis

identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk

sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang

sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan

belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi

maupun sosialnya.
34

BAB 3

KARANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Karangka Konseptual

Karangka konseptual pada penelitian hubungan tingkat stres dengan

siklus menstruasi adalah sebagai berikut :

Wanita usia subur

Factor-faktor yang
mempengaruhi siklus Hormon – hormone dalam
menstruasi : Menstrsruasi :
1. Berat badan 1. GnRH
2. Aktivitas fisik 2. FSH dan LH
3. Diet 3. Ekstrogen, progesteron
4. Paparan lingkungan
dan beban Kerja
5. Gangguan endokrin Siklus Menstruasi
6. Gangguan perdarahan
7. Stres

Ringan Tidak Normal


Sedang 24-31 Berat Normal < 21 hari
< 23 32-42 28-35 hari > 40 hari

Keterangan :

= Di teliti

= Tidak di teliti

34
35

Gambar 3. 1 Karangka konseptual hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi

pada mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara Surabaya”.

Penjelasan Karangka Konseptual

Dari karangka konsep di atas di jelaskan bahwa :

Pada wanita usia subur secara normal setiap bulannya mengalami menstruasi

yang di pengaruhi oleh beberapa hormone diantaranya GnRH (Gonadotropin

Releasing Hormone) dari hipotalamus, FSH (Folikel Stimulating Hormone) dan LH

(Lutenizing Hormone) dari kelenjar Pituitary anterior, Ekstrogen dan progresteron

dari ovarium. Jika LH (Lutenizing Hormone) mencapai puncak pada sekitar hari ke

13 atau hari ke 14 dari siklus 28 hari apabila tidak terjadi fertilisasi dan imlantasi,

korpus lutenum menyusut, oleh karena kadar ekstrogen dan progesterone menurun,

maka terjadi menstruasi setiap bulan. Siklus menstruasi normal adalah 28-35 hari

jika kurang dari 21 hari atau lebih dari 40 hari maka siklus menstruasinya tidak

normal. siklus menstruasi bisa terganggu akibat stres, siklus menstruasi juga bisa

terganggu karena beberapa factor lainya antara lain yaitu faktor berat baan, aktivitas

fisik, diet, stress, paparan lingkungan dan kondisi kerja gangguan endokrin dan juga

gangguan perdarahan.

Hubungan kekuatan antara kedua variable independen dan variabel dependen

akan di buktikan pada penelitian ini. Dalam hal ini ingin menganalisis hubungan

antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Semester VI dan VIII

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya.


36

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara sebuah penelitian (Nursalam, 2013).

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau suatu asumsi

tentang hubungan dua variabel atau lebih yang di harapkan bisa menjawab suatu

pertanyaan dalam penelitian.

H1 : Ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya”?.


37

BAB 4

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik korelasi dengan

pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan

antara tingkat stres dengan siklus menstruasi.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti. (Wiratna Sujarweni, 2014). Populasi pada penelitian ini adalah semua

mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya yang berjumlah 70 mahasiswi.

Sampel

Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat di pergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling. (Nursalam 2013). Pada penelitian

ini yang menjadi sampel adalah semua mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI

dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya yang

sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 60 orang.

37
38

Penentuan Sampel

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswi keperawatan yang masih aktif kulia.

b. Berusia 16 - 24 tahun.

c. Mahasiswi yang bersedia dan setuju menandatangani persetujuan

lembar persetujuan untuk menjadi responden .

2. Kriteria eksklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswi yang tidak hadir saat penelitian berlangsung.

b. Tidak bersedia menjadi responden.

c. Mahasiswi yang memiliki riwayat penyakit endokrin.

Keterangan : 60 orang memenuhi kriteria inklusi dan yang tidak memenuhui

sebanyak 10 orang dengan perincian 2 orang berusi >24 tahun, 4 orang tidak

bersedia menjadi responden, 4 orang tidak hadir.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Sampling merupakan cara-cara yang di tempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek

penelitian (Nursalam, 2013). Teknik sampling dalam penelitian ini mengunakan non-

probabilit sampling dengan jenis pengambilan sampel purposive sampling. yaitu

penetapan sampel dengan cara memilih sampel sesuai dengan kriteria penelitian dan

disetujui oleh responden, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik

populasi penelitian. (Nursalam, 2013).


39

Variabel Penelitian dan defenisi Operasional

Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu. (Soeparto, 2000, dalam Nursalam, 2016).

Adapun jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen (variabel bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variable lain. Pada

penelitian ini adalah variabel independen adalah tingkat stres.

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Variabel yang pengaruhi nilainya ditentukan variable lain. variabel respon

akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variable-variabel lain. Pada

penelitian ini adalah variabel dependen adalah tingkat siklus menstruasi.

Definisi Operasional Variabel

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang di maksud

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Scor


Operasional Ukur
Variabel Suatu tekanan 1.Respon Kuesioner Ordinal Stres Ringan:
Independen atau sesuatu Fisiologi Dass 42 < 23
: yang terasa 1.Respon Stres Sedang:
Tingkat menekan Psikologi 24 - 31
stress dalam diri Stres Berat:
mahasiswi 32 - 42
40

(Nursalam,
2016)
Variabel Jarak haid 1. Waktu Lembar Nominal Normal:
Dependen : antara tanggal haid Observasi 28-35 Hari
mulainya 2. Volume dan
Siklus menstruasi haid Wawanca Tidak
menstruasi yang lalu dan Ra Normal :
mulainya <21 Hari
menstruasi >40 Hari
berikutnya
pada
Mahasisiwi

Tabel 4.1 Defenisi Operasional tentang Hubungan Tingkat Stres dengan

Siklus Menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan Semester VI dan VIII di STIKES

“Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2000), Instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang di pilih dan gunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olenya. Pembuatan

instrumen ini harus mengacu pada variabel penelitian, defenisi operasional, dan skala

pengukurannya. Instrumen yang digunakan dalam penelitin ini adalah kuesioner

untuk alat ukur tingkat stres. Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat
41

ringannya stres yang dialami seseorang (Hardjana,1994). Tingkat stres ini diukur

menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42).

Menurut Livibond (1995) yang dikutib oleh Crawford & Henry (2003) dalam

jurnalnya yang berjudul “DASS Normative data & laten structure in large non-

clinical sample”. DASS mempunyai tingkatan diskrimant validity dan mempunyai

nilai reabilitas sebesar 0,91 yang di olah berdasarkan Cronbach’s Alpha. Item-item

pertanyaan yang valid akan digunakan sebagai alat ukur tingkat stres pada sampel.

Adapun kisi-kisi pertanyan berdasarkan jurnal Internasional dari Crawford &

Henry (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “DASS Normative data & laten

structure in large non-clinical sample”dan Sohail Imam (2005) yang berjudul

“DASS: Revisited’, “DASS 42 yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Marah karena hal-hal sepele (1)

2. Cenderung bereaksi berlebihan terhadap situasi (6)

3. Sulit untuk relaksasi / bersantai (8)

4. Mudah merasa kesal (11)

5. Merasa banyak menghabiskan energy karena cemas (12)

6. Tidak sabaran (14)

7. Mudah tersinggung (18)

8. Sulit untuk istirahat (22)

9. Mudah marah (27)

10. Sulit untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu (29)

11. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan

(32)
42

12. Berada pada keadaan tegang (33)

13. Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi anda untuk

menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan (35)

14. Mudah gelisah (39)

Adapun kuesioner ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Bagian pertama tentang data umum identitas responden meliputi :

No. Responden, umur, semester.

2. Bagian kedua tentang tingkat stres yang bertujuan untuk mengetahui

bagaimana tingkat stres yang dialami mahasiswi S1 Keperawatan Semester

VII dan VIII di Stikes Abi Surabaya. Pengukuran mengunakan skala likert

dan di golongkan dalam skala ordinal. Kuesioner ini berisi 14 pertanyaan

dengan pilihan jawaban :

a. Jawaban yang selalu dialami diberi score 3

b. Jawaban yang sering dialami diberi score 2

c. Jawaban yang kadang dialami diberi score 1

d. Jawaban yang tidak pernah dialami diberi score 0

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi S1 Keperawatan semester VI, dan

VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2019.


43

Prosedur Pengambilan Dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data tergantung pada rancangan penelitian

dan teknik instrument yang digunakan (Burns dan Grove,1999 dalam

Nursalam,2016).

1. Pengumpulan data

Peneliti memperoleh data primer yang di dapatkan langsung dari masing-

masing sampel dari hasil pengisian kuesioner tingkat stres serta data tentang

siklus menstruasi dari wawancara dan lembar obserwasi. Sebelum melakukan

pengumpulan data terlebuh dahulu peneliti mengajukan izin penelitian kepada

pihak kampus STIKES ABI Surabaya.

2. Peneliti menemui responden ke ruang kelas pada tanggal 22 april 2019 setelah

UTS selesai dan peneliti melakukan pendekatan serta memberikan penjelasan

dan tujuan penelitian serta hak-hak responden, setelah itu yang bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini di beri lembar persetujuan dan

kemudian di tanda tangani.

3. Setelah lembar persetujuan di tanda tangani oleh responden yang bersedia,

kemudian lembar kuesioner dibagikan satu persatu ke responden.

4. Pelaksanaan Pengisian kuesioner, sebelumnya peneliti memberikan penjelasan

terlebih dahulu mengenai isi dari kuisioner dan cara pengisian kuesioner pada

responden serta memberikan kesempatan pada responden untuk bertanya

apabila ada informasi yang kurang jelas.


44

5. Selama proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh 12 teman yang

merupakan mahasiswi S1 Keperawatan Semester VIII. 12 teman tersebut

bertuga membantu peneliti untuk membagikan dan mengumpulkan lembar

kuesioner dan mewawancarai responden untuk mendapatkan data siklus

menstruasinya dalam pengisian lembar observasi.

6. Kuesioner yang telah diisi dekembalikan kepada peneliti kemudian peneliti

melakukan pengecekan ulang secara keseluruhan terhadap semua kuesioner

yang telah diisi oleh responden.

7. Semua kuesioner yang telah di isi oleh responden untuk peneliti, kemudian di

seleksi dan dilakukan pengelolaan data mengunakan spss.

Pengolahan dan Analisis Data

Dalam mengolah data yang terkumpul diperlukan suatu teknik analisa data

yang sesuai dengan jenis data yang tepat. Pengelolaan data yang di lakukan

dalam penelitian ini melalui beberapa tahap Editing, Coding Scoring, Tabulating,

Entry, Cleaning.

1. Editing (Penyuting)

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan,

sebelum meninggalkan tempat penelitian kelengkapan jawaban kuesioner di

periksa terlebih dahulu oleh peneliti.

2. Coding (Pengkodean)

Coding adalah pemberian/pembuatan kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kode
45

angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan

tabulasi dan analisis.

a. Data Umum

1. Kode Responden

a) Responden 1 1

b) Responden 2 2

2. Kode Umur

a) Usia 16-18 :1

b) Usia 19-20 :2

c) Usia 21-22 :3

d) Usia 23-24 :4

3. Kode Semester

a) Semester VI :1

b) Semester VIII :2

b. Data Khusus

1. Kode Tingkat Stres

a) Stres Ringan 1

b) Stres Sedang 2

c) Stres Berat 3

2. Kode Siklus Menstruasi

a) Normal 0

b) Tidak Normal 1
46

3. Scoring

Scoring adalah memberikan nilai berupa angka dari hasil pengukuran yang

sudah dilakukan untuk memperoleh data. Dasar dari pemberian nilai data

sesuai dengan skor yang telah di tentukan untuk tingkat stres.

Keterangan Skoring

1 : Tidak pernah

2 : Kadang-kadang

3 : Sering

4 : Selalu

Berdasarkan hasil skala stres tersebut :

a. Stres Ringan : < 23

b. Stres Sedang : 24 - 31

c. Stres Berat : 32 – 42

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian

kemudian dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi yang disiapkan

sehingga mudah untuk dilakukan proses pendataan (mudah dibaaca). Setiap

data yang sudah dikelompokan diberi kategori sesuai dengan kode yang

ditetapkan.

Hasil dari pengelolaan diatas kemudian diolah secara tabulasi dan perhitungan

presentase dengan rumus : (Arikunto, 2010)

0% : Tidak seorang pun dari responden

1-25 % : Sebagian kecil dari responden


47

26-49 % : Hampir setengahnya dari responden

50 % : Setengah dari responden

51-74 % : Sebagian besar dari responden

75-99 % : Hampir seluruhnya dari responden

100 : Seluruhnya dari responden

5. Entry

Entry yaitu memasukan data kedalam program spss mengunakan computer.

6. Cleaning

Mengecek kembali data yang telah entry untuk mengetahui ada kesalahan atau

tidak. (Notoadmojo, 2012).

Analisis Data

Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis univariat

Analisis univariat beertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan dari

variabel yang akan diteliti. Analisis digunakan untuk mengetahui distribusi

setiap variabel. (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis bivariate

Analisa bivarient adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga ada hubungan korelasi (Notoatmojo, 2012). Uji yang di pake adalah

Chi-Square, dimana nilai p= < 0.05 maka H1 diterima, ada hubungan antara

tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan


48

Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara”

Surabaya, Sedangkan nilai p= > 0.05 H0 ditolak, tidak ada hubungan antara

tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi S1 Keperawatan

Semester VI dan VIII Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara”.

Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin pada

institusi atau lembaga tempat penelitian (Stikes Arta Bodhi Iswara Surabaya)

untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Kemudian melakukan pendekatan

kepada klien sebagai subjek penelitian. (Nursalam, 2016). Dalam mengambil

data sampel, peneliti memiliki beberapa aturan mengenai masalah etika, antara

lain:

1. Prinsip Manfaat

Pada prinsip ini penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang di berikan tidak akan di pergunakan dalam hal

yang merugikan subjek.

2. Prinsip Menghargai Hak Manusia

Pada prinsip ini subjek mempunyai hak untuk memutuskan ikut/tidak menjadi

responden. Mempunyai hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang

diberikan. Sehingga diperlukan informed consent secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Pada penelitian ini lembar

persetujuan akan diberikan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi.


49

Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan dan

responden yang menolak tidak akan dipaksa dan tetap menghormati haknya.

3. Prinsi keadilan

Pada prinsip ini subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaanya dalam penelitian tanpa ada deskriminasi apabila

mereka tidak bersedia. Dan subjek mempunyak hak untuk meminta bahwa

data yang diberikan haarus dirahasiakan untuk itu perlu adanya tanpa nama

(Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden maka peneliti

tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya

memberi kode tertentu pada setiap lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

responden dijamin oleh peneliti.

4. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian jenis cross sectional,

selain itu penelitian dilakukan hanya di satu tempat yaitu di STIKES ABI

Surabaya

Karangka Kerja

Karangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rencana kegiatan

penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa saja yang akan diteliti,variable

yang diteliti (hidayat, 2010).


50

Karangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menentukan Populasi
Keseluruhan mahasiswi S1 Keperawatan semester VI dan VIII di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya

Menentukan Besar Sampel


Semua mahasiswi S1 Keperawatan semester
VI dan VIII yang memenuhi kriteria inklusi

Menentukan Metode Sampling


Non Prabability Sampling (Proposive Sampling)

Desain Penelitian
Analitik Korelasi dengan Pendekatan Cross Sectional

PENGUMPULAN DATA

Variabel Independen : Tingkat


Variabel
Stres ( dependen
kuesioner): Siklus menstruasi (Lembar observasi dan wa

PENGELOLA DATA
( Editing, Coding, Scoring,Tabulating, Entry, Cleaning)

ANALISA DATA
Chi-Square

PENYAJIAN HASIL

KESIMPULAN

Gambar 4.1 : Karangka Kerja Operasional Hubungan Tingkat Stres dengan


Siklus Menstruasi pada Mahasiswi S1 Keperawatan Semester
VI dan VIII STIKES “Artha Bodhi Iswara” Surabaya.
51

Anda mungkin juga menyukai