Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam
Tanggal Wawancara :
I. KARAKTERISTIK INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama Kerja :
HP/Kontak :
Ditanyakan kepada;
1. Penanggung Jawab K3
2. Kepala Laboratorium
4. Apakah anda pernah mengalami gangguan pada mata selama bekerja di laboratorium
karena kondisi pencahayaan?
Jawab :……………………………….
6. Apa sajakah yang dapat menyebabkan pengaruh dari sumber kebisingan yang ada di
laboratorium? (Gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, lainnya)
Jawab : ………………………………
7. Apakah ada sumber kebisingan yang dapat menyebabkan bahaya di laboratorium yang
dapat menyebabkan bahaya bagi 5 komponen rumah sakit ? (SDM, Pasien, Keluarga
Pasien, Pengunjung dan Lingkungan)
Jawab : ………………………………
8. Apa efek kesehatan atau gangguan yang dapat ditimbulkan akibat adanya paparan
kebisingan?
Jawab : ………………………………
9. Apakah ada getaran di laboratorium yang dapat menyebabkan bahaya bagi 5 komponen
rumah sakit ? (SDM, Pasien, Keluarga Pasien, Pengunjung dan Lingkungan)
Jawab : ………………………………
10. Menurut anda, Apakah kondisi suhu di laboratorium tidak memberi paparan yang
berbahaya? (terlalu dingin atau terlalu rendah atau terlalu panas)
Jawab : ………………………………
11. Menurut anda, gangguan kesehatan apa jika produktivitas, efisiensi, dan efektivitas
sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim/suhu kerja pada saat bekerja selama dalam
ruangan? (Gangguan perilaku, dehidrasi, heat cramps/heat exhaustion (terekspos dengan
suhu yang tinggi), lainnya)
Jawab : ………………………………
12. Menurut anda, apakah terdapat potensi bahaya lantai licin di area laboratorium? (Saat
melakukan pemeriksaan sampel, dll)
Jawab : ………………………………
B. Identifikasi Bahaya Kimia :
3. Menurut anda, bagaimana akibat yang dapat menimbulkan tenaga kesehatan mengalami
keracunan dari sisa pembuangan B3? (Terhirup, termakan, atau melalui kulit, lainnya)
Jawab : ………………………………
6. Menurut anda, gangguan apa saja akibat sering terpapar bahan kimia yang mudah
menguap merembes menembus masker? (Gangguan somatic, nyeri kepala, mual sampai
gangguan fungsi saraf pusat, lainnya)
Jawab : ………………………………
7. Potensi bahaya apa saja yang sering terjadi pada saat anda melakukan pengambilan
sampel darah pada pasien? (Tertusuk jarum suntik bekas, diserang pasien, lainnya)
Jawab : ………………………………
1. Menurut anda, bagaimana cara penularan jika resiko paling banyak adalah akibat kuman
patogen dari pasien? (Melalui darah dan cairan tubuh, droplet, udara, lainnya)
Jawab : ………………………………
2. Apakah ada upaya yang telah dilakukan di laboratorium untuk menghindari penularan
infeksi penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme? (Penggunaan APD, sterilisasi
ruangan, dll)
Jawab : ………………………………
3. Bagaimana penanggulangan yang dilakukan untuk menghindari penularan infeksi baik
dari pasien, dari SDM dan dari pengunjung serta peralatan yang ada?
Jawab : ………………………………
4. Apa tindakan anda jika pada saat bekerja mengalami kecelakaan kerja berupa tertusuk
jarum bekas pasien/terkena percikan darah? (Wajib melapor kepada penanggung jawab
ruangan, tindak lanjut paska pajanan sesuai prosedur, lainnya)
Jawab : ………………………………
5. Bagaimana cara anda mengendalikan risiko dari binatang (tikus, kecoa, lalat, kucing, dan
lain-lain) ? (Dikendalikan oleh ISLRS (Instalasi Satuan Lingkungan RS), dan harus
didukung dengan housekeeping yang baik dari seluruh karyawan dan penghuni RS)
Jawab : ………………………………
6. Apakah pada saat anda melakukan perawatan luka pada pasien sering lalai dan
menyebabkan kefatalan? (Tertular virus penyakit dari darah/cairan tubuh pasien, terluka
karena peralatan pengobatan dll)
Jawab : ……………………………
1. Menurut anda, apakah posisi tenaga kesehatan di laboratorium saat bekerja sudah
ergonomis? (meja terlalu tinggi, posisi tubuh saat mengambil sampel, posisi saat bekerja,
dll)
Jawab : ………………………………
2. Apakah pernah ada petugas kesehatan yang memberikan keluhan saat mengangkat dalam
bekerja? (Terkait masalah postur janggal, sakit pinggang, sakit pada persendian, lainnya)
Jawab : ………………………………
a. Apakah hubungan antar rekan kerja dan hubungan dengan atasan di laboratorium tidak
akan menimbulkan gangguan psikologis? (Hubungan kurang harmonis, kurang
komunikasi dan kurang saling mengenal, tekanan dari atasan, lainnya)
Jawab : ………………………………
b. Apakah beban kerja dan kapasitas serta durasi kerja di labioratorium tidak akan
menimbulkan stress kerja pada SDM? (Stress dengan banyaknya pasien yang masuk, jam
istirahat yang kurang, lainnya)
Jawab : ………………………………
1. Pengendalian apa yang anda lakukan terhadap bahaya yang menimbulkan tenaga
kesehatan dapat terpeleset atau tergelincir saat bekerja di laboratorium? (Adanya
pemasangan handrill/alat lantai anti licin, rambu peringatan “awas licin”, lainnya)
Jawab : ………………………………
2. Pengendalian apa yang anda lakukan terhadap bahaya yang menimbulkan tenaga
kesehatan dapat tersayat atau tertusuk saat bekerja di laboratorium? (rekayasa teknik atau
pemakaian APD)
Jawab : ………………………………
1. Menurut anda, apa saja yang menjadi sumber resiko bahaya listrik yang dapat
menyebabkan korsleting/kesetrum arus listrik terhadap SDM RS? (Menggunakan
peralatan yang telah out off date/rusak, tidak cukup perawatan, tidak memberikan label
pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas, lainnya)
Jawab : ………………………………
2. Menurut anda, apa saja yang menjadi upaya pengendalian dari resiko bahaya listrik yang
dapat menyebabkan konsleting/kesetrum arus listrik terhadap SDM RS? (Melakukan
kalibrasi peralatan medis, penggantian peralatan yang telah out off date, lainnya)
Jawab : ………………………………
Lampiran 2 Lembar Ceklis Observasi Mendalam
Lembar Obervasi Potensial Bahaya di Ruang Laboratorium
Tersedianya tempat
1. Kebersihan laboratorium bebas dari sampah sampah dimasing-
masing ruangan
Selalu dibersihkan
2. Kebersihan ruang sampling
rutin
Selalu menggunakan
3. Keamanan SDM saat melakukan tindakan
APD
Potensi Bahaya Ergonomi
Tidak adanya kegiatan
1. Pengangkatan beban (manual handling)
manual handling
Tenaga non kesehatan
2. Pengangkatan beban (pengangkutan (cleaning service)
192
c. Tumpahan sisa bahan kimia dikatakan aman jika tumpahan diatasi dengan prosedur yang aman
dengan menggunakan APD (Alata Pelindung Diri) berupa sarung tangan dan masker dalam penanganan
tumpahan bahan kimia (Buku SNARS Edisi 1).
3. Potensi Bahaya Biologi
a. Kebersihan brangkar dan rostur dikatakan aman jika bebas dari cairan tubuh pasien atau apapun
yang dapat menyebabkan penularan inseksi mikroorganisme (Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 tahun
2016).
b. Keamanan SDM saat melakukan tindakan dikatakan aman jika SDM melakukan tindakan dengan
menggunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaannya (5 Hierarki pengendalian risiko dalam permenkes
No.66 Tahun 2016).
c. Kemanan pasien, keamanan pengunjung bebas dari berbagai jenis potensial bahaya (Peraturan
Menteri Kesehatan No.66 Tahun 2016).
d. Ketersediaan desinfeksi tangan, dikatakan aman jika tersedia fasilitas deinfeksi tangan diruang
tunggu (Peraturan Menteri Kesehatan No.24 Tahun 2016).
4. Potensi Bahaya Ergonomi
a. Pengangkatan beban tidak aman jika tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja berlebihan dan manual
handling dikatakan berbahaya jika sikap tubuh tidak alamiah dan dipaksakan atau postur canggung
(Safety Sign Indonesia, 2018).
b. Posisi Statis tidak aman jika mempertahankan posisi yang tetap dalam jangka waktu yang lama
(Safety Sign Indonesia, 2018).
5. Potensi Bahaya Psikososial
a. Pasien/keluarga pasien yang berlaku anarkis/tidak wajar, jika terjadi kasus kekerasan secara fisik,
mental dan sosial kepada SDM (Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2016).
b. Komunikasi antar SDM, jika hubungan antar pekerja tidak harmonis (Peraturan Menteri
Kesehatan Tahun 2016).
c. Beban kerja yang berlebihan, jika beban kerja tidak sesuai dengan porsi dan kemampuan
pekerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan Tahun 2016).
6. Potensi Bahaya Mekanikal
a. Alat Medis yang tajam yaitu Kebiasaan bekerja sangat memengaruhi timbulnya risiko menderita
luka dan kemungkinan terpapar penyakit secara potensial (Menurut Buku SNARS edisi 1)
7. Potensi Bahaya Elektrikal
a. Kondisi kabel di ruang rawat inap dapat dikatakan aman jika semua kabel dan konduktornya
harus terpisah dan berjarak minimum 5 cm dari kabel konduktor listrik lainnya atau dipisahkan dengan
sekat yang tidak mudah terbakar (dalam hal ini tertata rapi). Kabel dan konduktor ini
193
tidak boleh ditarik melintasi ruang dengan bahaya kebakaran, dan harus dilindungi dari
kemungkinan kerusakan mekanik (Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.2306 Tahun 2011).
b. Ketersediaan APAR, dinyatakan aman apabila jumlah APAR diletakkan masing-masing 15 meter
(Peraturan Menteri Ketenaga Kerjaan No.187 Tahun 1990).
c. Jalur Evakuasi, setiap bangunan rumah sakit harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi
sistem peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi, yang dapat menjamin
pengguna bangunan rumah sakit untuk melakukan evakuasi dari dalam bangunan rumah sakit secara
aman apabila terjadi bencana atau keadaan darurat. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 24 Tahun 2016).