Anda di halaman 1dari 12

Hazard Dan Risiko Dalam K3 Keperawatan

Oleh Kelompok 2 :

Gusti Ayu Komang Tri Agustini : 2114401004

I Gusti Ayu Kade Tisna Ulandari : 2114401005

Ni Wayan Mila Supartini : 2114401007

Ni Wayan Sepi : 2114401008

Ni Putu Tara Putri Amelia : 2114401009

AKADEMI KEPERAWATAN MANDIRI DI BANGLI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan kerja dan kesehatan kerja sebagai suatu program
didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil
terjadinya bahaya atau hazard dan risiko terjadinya penyakit dan
kecelakaan maupun kerugian – kerugian lainnya yang mungkin terjadi.
Program kesehatan kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
perlindungan kepada seorang pekerja dari suatu bahaya yang terdapat
dilingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Kantor Pemburuhan
Internasional atau disingkat ILO memperkirakan pada tahun 2005 bahwa
setiap tahun di seluruh dunia terdapat 2.2 juta orang meninggal karena
mengalami kecelakaan - kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Terdapat beberapa industri yang bersifat lebih berbahaya dari
industri yang lainnya, kelompok pekerja migran, dan pekerja yaang
berpenghasilan kecil lebih banyak dihadapkan pada risiko mengalami
kecelakaan akibat kerja dan kesehatan yang kurang baik, karena adanya
kemiskinan yang memaksa mereka untuk menerima pekerjaan yang tidak
aman.
Dengan adanya K3 ini diharapkan akan memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang dapat terjadi saat melaksanakan pekerjaan di tempat kerja. Adapun
tujuan manajemen risiko kesehatan ditempat kerja yaitu untuk
meminimalkan kerugian akibat kerja, meningkatkan peluang untuk dapat
melalui suasana kerja yang aman, sehat, dan nyaman, memotong rantai
kejadian akibat kegagalan produksi yang disebabkan oleh kecelakaan dan
sakit, serta mencegah kerugian kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang Hazard Dan Risiko Dalam K3 Keperawatan.

2
C. MANFAAT
1. Mengetahui apa itu hazard dan risiko, dan perbedaan keduannya
2. Mengetahui potensi bahaya dalam UGD, Ruang Rawat Inap,
Poliklinik, Radiologi, dan Laboratorium
3. Mengetahui faktor – faktor yang memudahkan terjadinya kecelakaan
atau penyakit akibat kerja di tempat kerja
4. Mengetahui upaya pengendalian yang dapat dilakukan jika terjadi
kecelakaan atau penyakit akibat kerja di masing – masing tempat kerja
5. Mengetahui contoh – contoh proses kerja yang berpeluang terjadinya
NSI

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hazard Dan Risiko


Hazard Suatu kondisi secara alamiah maupun karena ulah manusia yang
berpotensi menimbulkankerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia (BNPB, 2008).
Risiko adalah gabungan dari kemungkinan atau frekuensi dan akibat atau
konsekuensi dari terjadinya bahaya tersebut penilaian risiko adalah penilaian
menyeluruh untuk mengidentifikasibahaya dan menentukan apakah risiko
dapat diterima.
B. Perbedaan hazard dan resiko yaitu Hazard (bahaya) adalah sesuatu yang dapat
menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan.
Sedangkan risk (resiko) didefinisikan sebagai peluang terpaparnya seseorang
atau alat pada suatu hazard (bahaya).
C. Hazard dan Resiko dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
1. Risiko dan Hazard dalam pengkajian asuhan keperawatan. Risiko melekat
dengan tindakan pelayanan kesehatan, yaitu pada saat melakukan
pengkajian asuhan keperawatan, dalam hal ini yang diukur adalah upaya
yang dilakukan. Pada proses pengkajian data, hal-hal yang dapat terjadi
adalah:
a) Kurangnya informasi data yang diberikan oleh keluarga pasien atau
pasien itu sendiri sehingga dalam proses pengkajian kurang lengkap.
Akibatnya perawat ataupun dokter akan salah dalam memberikan
perawatan sehingga berbahaya terhadap pasien.
b) Pada saat melakukan pengkajian dapat terjadi kejadian tertularnya
penyakit lewat kontak fisik maupun udara pada saat melakukan
perawatan ataupun pengkajian kepada pasien maka perawat mempunyai
resiko tertular penyakit dari pasien tersebut.
c) Mendapatkan cacian atau pelecehan verbal saat melakukan pengkajian
ataupun pada proses wawancara ketika perawat menanyakan data
pasien namun, keluarga pasien menyembunyikannya. Sehingga demi

4
keselamatan pasien perawat tetap menanyakan sehingga pasien atau
keluarga kurang menyukainya dan akhirnya mendapatkan cacian atau
perlakuan tidak baik.
d) Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan perawat bisa saja
mendapatkan kekerasan fisik dari pasien ataupun keluarga pasien.
Misalnya pasien ataupun keluarga yang tidak menyukai proses
perawatan atau pengkajian bisa saja melakukan kekerasan fisik
terhadap perawat.
2. Risiko dan Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Risiko dan
Hazard dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu kesalahan saat
merencanakan pengkajian, jika perawat salah dalam mengkaji maka
perawat akan salah dalam memberikan proses perawatan atau pengobatan
yang pada akhirnya akan mengakibatkan kesehatan pasien malah semakin
terganggu.
3. Risiko dan Hazard dalam implementasi keperawatan. Menurut Putri,
T.E.R,2017, kesalahan saat melakukan implementasi atau pelaksanaan
tindakan keperawatan yaitu merupakan kesalahan yang sangat fatal.
Misalnya kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien, dikarenakan
perawat lupa membaca instruktur atau catatan dokumen rekam medik dari
pasien tersebut.
4. Risiko dan Hazard dalam evaluasi asuhan keperawatan. Kesalahan pada
saat melakukan evaluasi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
mengakibatkan pendokumentasian Asuhan Keperawatan yang kurang data
yang sudah dilakukan oleh perawat. Terkadang perawat lupa
mengkonfirmasi kedalam dokumentasi asuhan keperawatan, sehingga
yang tertulis atau yang telah dilaksanakan oleh perawat kepada pasiennya
tidak ada dalam dokumentasi asuhan keperawatan.
D. Potensi Bahaya di tempat kerja
1. Unit Gawat Darurat (UGD)
a. Potensi Bahaya Fisik adalah kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim
kerja, gelombang mikro, sinar ultra ungu dan kondisi lantai yang tidak
memenuhi petunjuk teknis gedung UGD, dan lantai licin akibat

5
tumpahan cairan atau ceceran darah dari pasien. Dampak yang
ditimbulkan: terpeleset, tersandung, dan terjatuh tidak pernah
sederhana. Tidak hanya mengakibatkan luka ringan, cedera serius/ fatal
hingga kematian bagi pekerja, namun juga mengakibatkan kerugian
ekonomi bagi perusahaan
b. Potensi bahaya biologi sangat banyak dijumpai di Rumah Sakit seperti
virus, bakteri, jamur dan parasite lainnya. Jenis bahaya potensial
biologis dapat masuk kedalam tubuh baik melalui kontak langsung
dengan cairan tubuh penderita, melalui pernafasan dan melalui system
pencernaan.
c. Potensi Bahaya Psikososial dalam instalasi gawat darurat seperti
tekanan atau intimidasi dari keluarga pasien yang tidak sabar menunggu
penanganan dan pemeriksaan dokter atau perawat. Keluarga pasien
mengancam petugas medis sampai mengakibatkan beberapa petugas
medis mengalami trauma, ada pula yang sampai tidak masuk kerja di
hari berikutnya.
2. Ruang rawat inap
a. Potensi bahaya fisik terdiri dari:
a) Potensi bahaya lantai licin dapat menyebabkan terpeleset/terjatuh
jika ada ceceran cairan dilantai
b) Penggunaan kipas angin berdebu dapat mencemari makanan,dan
mengidap penyakit ISPA jika sering terpapar
c) Tekanan Udara : Suhu tinggi/tidak stabil menjadi pengap/panas
b. Potensi Bahaya Kimia Potensi bahaya kimia di ruang rawat inap
cukup rendah untuk memberi efek yang berbahaya bagi komponen
rumah sakit.
c. Potensi Bahaya Biologi dalam lingkungan rumah sakit sangat banyak
dijumpai virus seperti HIV, SARS dan hepatitis yang merupakan
bahaya potensial bagi petugas kesehatan dan mereka yang bekerja
dilingkungan rumah sakit.

6
d. Potensi Bahaya Ergonomi terjadi pada saat membungkuk saat
penusukan jarum kevena dan membungkuk pada saat menjahit luka
berdampak nyeri otot atau low back pain.
e. Potensi Bahaya Psikososial seperti bekerja dalam shift, beban kerja
yang berlebihan, tidak jelasnya peran kerja, serta konflik dengan teman
kerja merupakan faktor psikososial yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan fisik maupun mental para pekerja.
3. Poliklink
a. Potensi bahaya fisik seperti Lantai Licin: Terpeleset/ Terjatuh jika
ada ceceran cairan di Lantai
b. Potensi bahaya biologi seperti Terkena penyakit menular karena
sering terpapar pada saat Pemeriksaan awal/validasi pasien, Tertusuk
jarum saat Tindakan injeksi jika tidak menggunakan APD, Tersayat
dan tertusuk saat Menjahit luka saat tida menggunakan APD
c. Potensi bahaya psikososial terjadi pada saat Menjelaskan hasil
anamnesa kepada keluarga pasien kemudiaan mendapat perlakuan
buruk dari keluarga pasien dan Kekerasan secara fisik yang dapat di
alami oleh perawat dari pasien maupun keluarga pasien.
4. Radiologi
a. Potensi bahaya radiasi
Radiasi dapat menimbulkan kerusakan somatik sel-sel jaringan tubuh
dan kerusakan genetik mutasisel-sel reproduksi. Sinar Radiasi dapat
memberikan efek stokastik dimana efekstokastik akan timbul setelah
melalui masa tenang yang lama, tidak mengenal dosis ambang,
keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi dan tidak ada
penyembuhan spontan misalnya kanker dan leukimia.
b. Potensi bahaya fisik
Berupa tekanan udara: Suhu tinggi/tidak stabil menjadi pengap/panas.
potensi bahaya fisik berupa radiasi : dapat merusak kulit, kerontokan
padarambut, dan paling parah merusak jaringan atau sel.

7
5. Laboratorium
a. Potensi bahaya fisik kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja,
dan pencahayaan sehingga dapat menyebabkan gangguan-gangguan
kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar.
b. Potensi bahaya pada penyimpanan bahan kimia Seperti posisi
yang mudah tersenggol/tertendang juga dapat mengganggu pekerja
saat melakukan aktivitas. Bahaya dari tumpahan bahan kimia jika
terhirup atau merusak jaringan kulit dapat memberi efek yang sangat
besar bagi korban.
c. Potensi bahaya biologi pada saat pengambilan sampel pasien
melalui cairan tubuh seperti darah, urin, veses dapat mengakibatkan
risiko pada penularan penyakit terhadap petugas.
d. Potensi bahaya APD yang kurang ergonomis Seperti handscoon
yang terlalu bersar dapat menyebabkan potensi bahaya lain seperti
tertusuk jarum.
e. Potensi bahaya psikososial seperti stress akibat kerja akan
berdampak buruk terhadap kesehatan kerja dan keselamatan kerja.
E. Faktor yang menyebakan terjadinya kecelakaan pada tempat kerja
Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian besar
(85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang
tidak aman.
a. Faktor yang memudahkan kecelakaan akibat kerja di IGD
Faktor stres kerja dimana efek fisiologis yang dialami oleh perawat
yang menggunakan sistem kerja shif. Bahwa sistem kerja menggunakan
shif memiliki efek yang kurang begitu baik bagi kesehatan seorang
tenaga kerja.
b. Faktor yang memudahkan kecelakaan kerja pada Ruang Rawat Inap
Yaitu keadaan kamar pada ruang rawat inap sangat mempengaruhi
kecelakaan akibat kerja. Seperti debu yang ada dikipas angin akan
mencemari udara dan bisa jadi membuat sesak napas maupun terkena
penyakit ISPA.

8
c. Faktor yang memudah kecelakaan kerja pada Poliklink
Faktor keadaan lingkungan dipoliklinik seperti lantai licin dapat
menyebabkan terpeleset/terjatuh jika ada ceceran cairan di lantai.
d. Faktor yang memudahkan kecelakaan kerja pada Radiologi
Sinar Radiasi dapat memberikan efek stokastik dimana efek
stokastik akan timbul setelah melalui masa tenang yang lama,
keparahannya tidak tergantung pada dosis radiasi dan tidak ada
penyembuhan spontan misalnya kanker dan leukimia.
e. Faktor yang memudahkan kecelakaan kerja pada Laboratorium
Potensi bahaya fisik yang bersifat fisika seperti kebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, dan pencahayaan sehingga dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja
yang terpapar. Bahaya dari tumpahan bahan kimia jika terhirup atau
merusak jaringan kulit dapat memberi efek yang sangat besar bagi
korban.
f. Upaya dan pengendalian yang dilakukan akibat terjadi kecelakaan pada
akibat kerja
1. Upaya pengendalian dengan Eliminasi
Eliminasi merupakan pengendalian resiko faktor bahaya yang harus
diterapkan pertama kali. Eliminasi dilakukan dengan cara meniadakan
atau menghilangkan objek yang menyebabkan kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.
2. Upaya pengendalian dengan Substansi
Jika eliminasi tidak berhasil untuk mengendalikan faktor resiko maka
substansi merupakan langkah yang harus di ambil selanjutnya.
Susbtansi dilakukan dengan cara menganti bahan-bahan dan peralatan
yang berbahaya.
3. Upaya pengendalian dengan Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat
dilakukan dengan cara memisahkan alat-alat bekas perawatan pasein,
seperti jarum suntik, ke dalam wadah sendiri.

9
4. Upaya pengendalian Administratif
Pngendalian Administratif dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar
potensi bahaya. Di instalasi rawat inap, misalnya dengan perputaran
jadwal kerja bagi petugas kesehatan.
5. Upaya pengendalian dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem
pengendalian resiko. Untuk pengendalian resiko bahaya biologis dapat
mengungunakan APD seperti maasker, sarung tangan, penutup kepala,
yang sesuai dengan jenis pekerjaan.
g. Contoh – contoh proses kerja
Kecelakaan kerja akibat benda tajam atau yang disebut dengan
Needlestick injury (NSI) merupakan masalah yang serius di bidang
pekerjaan kesehatan, serta menjadi persoalan keselamatan kerja yang harus
dihadapi oleh para tenaga kesehatan umumnya. Penyebab kejadian NSI
yang dialami oleh perawat seperti saat pemberian injeksi, pengambilan
darah, menjahit luka, dan saat menutup jarum suntik, dan pada saat
membuang jarum.
Penyebab utama (basic causes) yang sering terjadi pada kecelakaan NSI
adalah faktor personal. Pada penelitian Philippo,dkk (2015) terdapat
hubungan antara umur, jenis kelamin, masa kerja, dan pengetahuan perawat
dengan kejadian Needlestick injury bahwa mayoritas pekerja perawat
perempuan yang pernah mengalami kejadian NSI pada usia kurang dari 40
tahun. Selain itu faktor personal lainnya yaitu sikap pekerja.

Faktor penyebab langsung dari kejadian NSI pada perawat berupa


penggunaan APD, serta tindakan recapping pada saat melakukan tindakan
yang berhubungan dengan benda tajam medis atau jarum. Faktor unsafe
condition seperti desain alat kerja yang digunakan, ruangan kerja yang
sempit mengakibatkan posisi kerja dan posisi pasien yang tidak nyaman
memiliki risiko terjadinya kejadian tertusuk jarum.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya untuk
menciptakan suasana bekerja yang nyaman, dan mencapai tujuan yang
setinggi-tingginya. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang berpotensi
tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja
Risiko merupakan suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya
peristiwa yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat kerja
dan paparannya sescorang atau alat pada suatu bahaya. Sedangkan hazard
merupakan semua sumber, situasi atau aktivitas yang mungkin merupakan
cedera atau kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja. Dalam
memberikan asuhan kepada pasien, tentu perawat tidak akan pernah
terlepas dari risiko dan Hazard

11
DAPTAR PUSTAKA

Ekowati AD. Upaya Pengendalian Faktor Bahaya Biologis Di Instalai Ruang


Rawat Inap. Yogyakarta.

Heinrich, H.W., 1931, “ Industrial accident prevention”, MC Graw hill company,


new york.

Irzal. Faktor Bahaya Psikososial. In: Dasar-dasar Kesehatan Keselamatan


Kerja: Edisi 1. Jakarta: Penadamedia Grup;2016.

Kementerian Kesehatan. (2016). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta.

Ramdan. I. M., Rahma, A. (2017). Analisa Resiko Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (K3) Pada Perawat.

Tambuhan YR. (2018). Identifikasi Potensi Bahaya Pekerjaan pada Perawat


Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai