Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP ADVERSE EVENTS

MK KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN


KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN

DOSEN PENGAJAR : IBU HOTMARIA JULIA, DS, S.Kep, Ns, M.Kep

OLEH : KELOMPOK 3

ASTRI WAHYUNI

NURHIDAYU

YESSI HAMIDAH

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas terbentuknya makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi

tugas yang diberikan kepada kami dengan judul teori yaitu KONSEP ADVERSE

EVENTS. Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan dosen dan mahasiswa

dalam kegiatan pembelajaran Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja

dalam Keperawatan.

Materi dalam makalah ini disampaikan dengan tersusun dan ilustrasi yang

jelas, dengan kalimat yang sederhana dan menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti oleh kita semua. Dalam materi yang disampaikan dimakalah ini,

diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang konsep Adverse

Events.

Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita

semua. Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, maka kritik dan saran

demi perbaikan makalah ini senantiasa harap dan nantikan

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengenali dan berespon terhadap Adverse events....................................
2.2 Penggunaan teknologi dalam peningkatan keselamatan pasien................
2.3 Peran kerja tim untuk keselamatan pasien
2.4 Peran pasien dan keluarga sebagai parner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya adverse events..........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis


obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang
cukup besar,merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical
errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), kesalahan medis didefinisikan sebagai:
suatu Kegagalantindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak
seperti yang diharapkanatau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan
(yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau
berpotensimengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (KejadianTidak Diharapkan/KTD)
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission),yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya: pasien terima suatu obat kontra
indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu
kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang sebenarnya diambil
(omission) dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengenali dan berespon terhadap Adverse Events
a. Apa itu Klasifikasi Adverse Event ?
b. Apa Penyebab Adverse events ?
c. Apa Akibat yang ditimbulkan dari Adverse Events ?
2. Penggunaan Teknologi dalam Peningkatan Keselamatan Pasien
3. Peran kerja tim untuk keselamatan pasien
4. Peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk
mencegah terjadinya adverse events

4
1.3 Tujuan

1. Mampu memahami dan mengenali tentang Adverse Events


2. Mampu memahami dan menggunakan teknologi dalam peningkatan
keselamatan pasien
3. Mampu memahami dan melaksanakan peran kerja tim untuk keselamatan
pasien
4. Mampu memahami peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan
kesehatan untuk mencegah terjadinya adverse events

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENGENALI DAN BERESPON TERHADAP ADVERSE EVENTS

Suatu peristiwa yang menyebabkan, atau memiliki potensi yang dapat


menyebabkan, atau menyebabkan hal yang terduga atau tidak diinginkan sehingga
membahayakan keselamatan pengguna alat kesehatan (termasuk pasien) atau orang
lain. (Reporting Adverse Incidents and Disseminating Medical Device Alerts,
MHRA)
Kejadian tak terduga atau tidak diinginkan sebagai akibat negatif dari
manajemen di bidang kesehatan, tidak terkait dengan perkembangan alamiah
penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin terjadi (London Health Sciences
Centre).
Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :
1.Diagnostik : kesalahan atauketerlambatan diagnosis
2.Treatment : kesalahan pada operasi, proseduratautes, pelaksanaan
3. Preventive : tidak memberikan terap iprofilaktif, monitoring atau follow
4. Up : yang tidak sesuai pada suatu pengobatan
5. Other : gagal melakukan komunikasi, gagal alat atau sistem lain

a. Klasifikasi Adverse Events

Insiden Advers Events diklasifikasi sebagai berikut :

1. Mengakibatkan kematian atau cedera yang serius disebut Kejadian Sentinel


Kejadian Sentinel (Sentinel Event): Suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian
tubuh yang salah.Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera
yang terjadi (mis. Amputasi pada kaki yg salah, dsb) sehingga   pecarian fakta

6
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan & prosedur yang berlaku. 

Rumah sakit menetapkan definisi operasional dari kejadian sentinel yang


meliputi :
   a) Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya   (contoh, bunuh diri)
    b) Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya
    c) Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah dan
    d) Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan
orang tuanya

2. Belum sampai terpapar ke pasien disebut Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya


disingkat KNC
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah Kejadian yang berpotensi
menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena faktor keberuntungan
hal tersebut tidak terjadi
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) meliputi keadaan sebagai berikut :
a) Kejadian yang berpotensi menyebabkan cidera yang berkaitan dengan
pelayanankepada pasien tetapi dapat dihindari / dicegah dan perlu
dilaporkan kepada timkeselamatan pasien RS.
b) Kejadian yang berpotensi menyebabkan kerugian / bahaya yang tidak
berkaitan langsungdengan pelayanan kepada pasien tetapi dapat dihindari /
dicegah dan tidak perludilaporkan kepada tim keselamatan pasien RS
tetapi dapat diselesaikan oleh unit terkaitantara lain :

• Kejadian yang berkaitan dengan administrasi keuangan

• Kejadian kehilangan barang milik pasien / keluarga pasien

• Kejadian komplain pasien / keluarga pasien

• Kejadian yang hampir terpapar atau hampir kontak dengan pasien

7
3. Sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera disebut. Kejadian Tidak
Cedera, selanjutnya disingkat KTC

Kejadian Tidak Cedera adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,


tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan"
(misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidotumnya).

4. Berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.disebut


Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC

b. Penyebab adverse events alat kesehatan

 Defect (bawaan pabrik)


 Pemeliharaan yang tidak memadai.
 Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
 Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
 Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
 Tidak mengacu SOP alat kesehatan
 Minimnya buku manual atau kurangnya pelatihan

c. Akibat yang ditimbulkan adverse events

 diagnosis yang salah

 pengobatan yang tidak tepat

 memerlukan rawat inap yang berkepanjangan

 perlunya intervensi medis atau bedah

 menyebabkan kesalahan berkelanjutan

 menurunnya kondisi kesehatan atau gangguan permanen fungsi dan


struktur tubuh

 menyebabkan cacat permanen sampai pada kematian

8
2.2 PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM PENINGKATAN

KESELAMATAN PASIEN

Perawatan pasien berbasis teknologi menjadi semakin kompleks, mengubah


cara pelayanan keperawatan . Sebelum aplikasi teknologi meluas , perawat sangat
bergantung pada kemampuan indra mereka seperti penglihatan, sentuhan, penciuman,
dan pendengaran untuk memantau dan mendeteksi perubahan status pasien . Seiring
dengan berjalannya waktu, kemampuan indra perawat digantikan dengan teknologi
yang dirancang untuk mendeteksi perubahan kondisi fisik pasien .
Contoh :
penggunaan teknologi antara lain penggunaan oxymetry pulsa . Sebelum digunakan
secara luas, perawat mengamati perubahan status mental dan warna kulit untuk
mendeteksi perubahan awal saturasi oksigen, dan menggunakan gas darah arteri
untuk mengkonfirmasi kecurigaan mereka.
Sekarang oxymetry pulsa memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi oksigenasi
menurun sebelum gejala klinis muncul, dan dengan demikian lebih cepat
mendiagnosa dan mengobati penyebab. (Cope, Nelson, Paterson, 2008).
Secara optimal, teknologi dirancang untuk meminimalkan kesalahan dan
memberi penangananan yang cepat bila kesalahan terjadi dengan cara :
(1) menghilangkan kesalahan dan kejadian buruk,
(2) mengurangi terjadinya kesalahan / kejadian buruk,
(3) mendeteksi kesalahan awal, sebelum kecelakaan terjadi,
(4) mengurangi dampak dari kesalahan setelah mereka muncul untuk meminimalkan
injury.
Penggunaan alarm dan sistem peringatan dalam pemberian asuhan
keperawatan untuk mendeteksi kesalahan sebelum cedera perlu dipertimbangkan.
Beberapa contoh penggunaan alarm antara lain :
alarm pada pompa IV, alarm monitor jantung, dan alarm ventilator. Semua sistem
peringatan tergantung pada kemampuan perawat untuk melihat peringatan itu, proses
alarm dan memahami apa yang terjadi, dan akhirnya mengambil tindakan yang tepat
untuk mengurangi risiko pada patient (Cope, Nelson, Paterson, 2008).
Banyak penggunaan tehnologi untuk keselamatan pasien, seperti penggunaan
simulator, bar coding, entry order dokter dengan komputerisasi, dan manajemen
sumber daya , yang telah dianggap sebagai strategi yang mungkin dapat menghindari
kesalahan dalam menjaga keselamatan pasien dan meningkatkan proses perawatan

9
kesehatan (Mitchell,2008).
Womack, D. 2004, menjelaskan bahwa Institut of medicine di Amerika
menetapkan keselamatan pasien sebagai prioritas utama dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, telah ditetapkan kebijakan
nasional melalui tiga upaya antara lain :
a. Computerized Provider Order Entry ( CPOE ) : memasukan instruksi pemberian
obat pada pasien menggunakan komputer yang dilengkapi dengan software yang
dapat mendeteksi kesalahan.
b. Evidence base hospital refferal : pengiriman pasien yang memerlukan perawatan
kompleks ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
c. ICU physician staffing ; menempatkan dokter yang mempunyai keahlian atau
sertifikat critical care di unit intensive care.
Berbagai upaya telah diusahakan untuk meningkatkan patient safety antara lain
adalah dengan:
(1) pengembangan sistem untuk identifikasi dan pelaporan risiko error atau
adverse event,
(2) penggunaan teknologi informasi,
(3) upaya perubahan kultur organisasi.

2.3 PERAN KERJA TIM UNTUK KESELAMATAN PASIEN

Perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi berikut dengan dokumentasi
Kerja Tim untuk keselamatan pasien sangatlah penting karena masing-masing
tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan
pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai tujuan yang
sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini
dapat meningkatkan performa di berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem
pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi
baik pada bidangnya masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan
manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:


1.      Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis
2.      Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan
3.      Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak

10
terulang
4.      Dapat Meminimalisir Kesalahan
5.      Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik untuk
dapat Menyampaikan Keinginannya

Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang


memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang sedang
menjalani proses penyembuhan dimana sikap ini merupakan kompensasi sebagai
pemberi layanan dan diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.
Pelayanan keperawatan yang berkualitas merupakan payung dari terjaminnya
keselamatan pasien (patient safety)

2.4 PERAN PASIEN DAN KELUARGA SEBAGAI PARTNER DI


PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
ADVERSE EVENTS

Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat pasien di rumah sehingga memungkinkan pasien tidak
kambuh atau dapat dicegah. Fungsi keluarga merupakan salah satu faktor penting
dalam mendukung peningkatan kualitas hidup pasien penyakit kronis. Memiliki
kualitas hidup yang baik akan mengurangi risiko terjadinya komplikasi yang dapat
memperburuk keadaan.
Keluarga adalah bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Terutama di
Indonesia dengan kultur sosialnya tinggi serta keterbatasan jumlah perawat di rumah
sakit sehingga tugas merawat orang sakit yang dirawat di rumah sakit umumnya
dilakukan oleh keluarga yang menjaga. Para anggota keluarga menunggui secara
bergantian, bahkan sering menjaga bersama-sama. Sementara perawat di rumah sakit
yang seharusnya merawat orang sakit juga harus melakukan tugas dan
kewajibannya yang lain di bangsal perawatan. Jadi peran keluarga sangat penting
untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika perlu melakukan
komunikasi langsung.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKPRS (2008) mendefinisikan
bahwa keselamatan,(safety) adalah bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi
(penyakit,cedera/fisik/sosial/psikologis,cacat,kematian dan lain lain, terkait yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Keselamatan pasien di rumah sakit melibatkan partisipasi dari semua orang
yaitu petugas medis, pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga sering secara aktif
terlibat dalam keselamatan pasien bahkan dalam menghadapi penyakit.
Adapun peran keluarga sebagai partner pasien untuk mencegah terjadinya

11
bahaya.
1. Keluarga berperan secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien di pelayanan
kesehatan yaitu memberikan informasi pasien yang benar, jelas, lengkap dan
jujur, mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien
maupun keluarga, keluarga dapat mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk hal
yang tidak dimengerti, keluarga memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan, keluarga harus dapat memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasa dalam proses bersama tim medis untuk mengelola pasien, serta
keluarga memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

2. Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga
keselamatan pasien
a. Ketepatan identifikasi pasien
Untuk pasien dalam keadaan tidak sadar, gelisah, mengalami gangguan
penglihatan, pendengaran, gangguan proses berpikir dan lain sebagainya yang
tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan benar maka peran keluarga
adalah memberikan data diri pasien sesuai dokumen data diri pasien, pasien dan
keluarga harus memahami fungsi gelang dan patuh menggunakan gelang
identitas tersebut selama rawat inap karna gelang tersebut dipakai oleh tim
kesehatan untuk memastikan kebenaran identitas dan factor resiko pasien saat
memberikan pelayanan, pasien dan keluarga kooeratif saat dilakukan verifikasi
identitas oleh petugas saat akan melakukan tindakan, memberikan obat,
mengambl prepart untuk pemeriksaan laboratorium dan sebagainya.

b. Peran keluarga dalam menjembatani komunikasi yang efektif antar pasien dan
tenaga medis yaitu
- menunjuk atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk
berkomunikasi dengan tenaga medis. Ini bertujuan untuk memastikan
komunikasi berlaksung efektif dan berkesinambungan, tidak mengalami
rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko menyebabkan
perubahan makna isi informasi.
- Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada tenaga medis
dengan benar dan jelas
- Memberikan informasi kepada petugas medis bila ada kejadian tidak
diharapkan (KTD)
- Keluarga dapat meminta informasi yang diperlukan kepada tenaga medis

c. Peran keluarga dalam pemberian obat secara aman yaitu:


- Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah pasien

12
pergunakan sebelum datang ke rumah sakit

- Keluarga memberikan informasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang


dialami saat pasien menggunakan obat tertentu
- Keluarga mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan
cara memastikan identitas pasien dengan benar, menanyakan jenis obat yang
diberikan, tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian.

d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat passien operasi.


Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan
pada pasien untuk mengatasi masalah kesehatannya. Salah satu prosedur
sebelum operasi adalah proses verifikasi. Sehingga peran pasien dan keluarga
adalah memberikan informasi yang benar dan bekerja sama secara kooperatif
dengan tenaga medis.

e. Peran keluarga dalam mengurangi resiko infeksi di pelayanan kesehatan


Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis kuman sedang
pasien yang di rawat di pelayanan kesehatan memiliki daya tahan tubuh yang
lemah maka dari itu diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah
timbulnya infeksi lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama pasien.
Peran keluarga dalam mengurangi resiko tersebut adalah
- Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memilki
kemungkinan kontak langsung dengan pasien sehingga untuk melindungi diri
sendiri dan pasien dari perpindahan kuman dianjurkan kepada keluarga untuk
menerapkan prosedur mencuci tangan yang baik dan benar pada 5 momen
yaitu sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak dengan pasien, sesudah
ke toilet, sebelum dan sesudah makan. Perlu diketahui bahwa lingkunga
sekitar pasien juga beresiko terpapar dengan kuman maka dianjurkan untuk
mencuci tangan saat kontak dengan bendabenda di sekitar pasien.
- Membatasi keluarga yang mengunjungi pasien. Selama berada di pelayanan
kesehatan seharusnya pasien tidak terlalu berinteraksi dengan banyak orang
karena berisiko terpapar kuman dari pengunjung lain dalam kedaan pertahan
tubuh yang relatif lemah.
- Pasien dan keluarga menerapkan etika batuk baik dan benar. Hal ini
dikarenakan keluarga, pasien, dan pengunjung yang batuk beresiko
menyebarkan kuman dan virus melalui partikel halus di udara. Oleh karena itu,
baik pasien, keluarga atau pengunjung harus menerapan etika batuk yang baik
dan benar.

13
f. Keluarga berperan dalam mengurangi tingkat resiko pasien jatuh.
Setiap pasien memilki kemampuan dan keterbatasannya selama berada di
fasilitas kesehatan. Sehingga pasien sangatlah membutuhkan keluarga sebagai
pendamping. Sehingga rumah sakit mengambil tindakan untuk mengurangi
resiko pasien jatuh dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat
menyebabkan jatuh seperti, penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan,
alat bantu berjalan atau saat istirahat berbaring di tempat tidur.
Sehingga adapun peran keluarrga yaitu
- Memastikan penanda pasien beresiko jatuh berupa gelang kuning selalu
dipakai oleh pasien
- Pasien dan keluarga tidak boleh memindahkan atau melepas kartu kuning
yang dipasang petugas di dekat tempat tifur pasien atau di depan kamar
pasien karena kartu tersebut merupakan penanda untuk mewaspadai pasien
beresiko jatuh.
- Pasien dan keluarga harus memastikan diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh tenaga medis agar dapat mendukung pencegahan pasien jatuh.
Informasi yang perlu diketahui oleh pasien maupun keluarga adalah faktor
resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang digunakan, kesadaran
pasien, keseimbangan saat berjalan, tindakan pencegahan jatuh yang perlu
dilakukan, cara untuk meminta bantuan, cara menggunaka bel atau sarana
komunikasi di ruangan, cara mengatur pengamanan tempat tidur pasien,
penggunaan tali pengaman dan lain sebagainya.
Hal-hal di atas merupakan peran keluarga sebagai partner pasien untuk
mencegah kejadian tidak diharapkan dapat terjadi kepada pasien. Sangatlah
penting setiap keluarga memahami dengan baik peranannya dalam menjaga
keselamatan pasien

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada tujuh standar pelayanan
pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien dan keluarga,
keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metode- metode
peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf
tentang keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan tersebut,
keselamatan pasien juga dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana yang
diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun
2009.

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sudah seharusnya


menunjang keselamatan pada pasien karena proses keperawatan tersebut sangat
berhubungan denganpatient safety atau keselamatan pasien. Proses keperawatan
tersebut meliputi proses pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi. Jika terjadi kesalahan saat menjalani salah satu proses keperawatan, maka
kesalahan tersebut akan memungkinkan timbulnya kecelakaan kerja yang dapat
mengancam keselamatan pasien. Aplikasi keselamatan pasien dapat diterapkan pada
beberapa tempat yang terdapat di rumah sakit, seperti kamar operasi, ICU, dan UGD.
Aplikasi keselamatan pasien tersebut diterapkan dengan memperhatikan sisi struktur,
lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang, dan  budaya.

Program Keselamatan rumah sakit dan keselamatan pasien merupakan suatu


kebutuhan dan keharusan untuk     melindungi pasien dan karyawan. Keterlibatan
/pemberdayaan pasien dalam proses  asuhan  pelayanan kesehatan harus menjadi
prioritas utama. Keterlibatan seluruh unsur  yang ada dalam organisasi   merupakan
kunci keberhasilan, termasuk pihak   manajemen, unit terkait serta mengoptimalkan
peran  champion. Sosialisasi Program keselamatan rumah sakit dan keselamatan

15
pasien harus dilakukan secara terus-menerus untuk menjaga pelaksanaan program
tetap konsisten dan berkesinambungan.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan
benar sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin
keselamatan pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan. Kesimpulan dan
Rekomendasi.
Penggunaan tekhnologi informasi telah terbukti memberi banyak manfaat
dalam meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan keperawatan. Sistem Bar-
code dalam pemberian obat dan peralatan monitoring, merupakan bentuk- bentuk
pemanfaatan teknologi yang telah banyak digunakan.
Meskipun tekhnologi telah terbukti banyak memberi manfaat, namun dampak negatif
yang ditimbulkannya tidak boleh diabaikan. Teknologi tidak akan pernah bisa
menggantikan kemampuan manusia dalam hal touch, caring dan empati pada pasien.
Perawat sebagai salah satu pengguna tekhnologi dalam memberikan pelayanan
keperawatan, hendaknya dapat menggunakan teknologi tersebut dengan tepat tanpa
mengabaikan kedekatan, sentuhan dan rasa empati pada pasien. Pergunakanlah
teknhologi untuk menunjang pelayanan keperawatan dan bukan sebagai pengganti
perawat itu sendiri.

16
DAFTAR PUSTAKA

 marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/
 ansharbonassilfa.wordpress.com/2010/08/20/patient-safety-di-rumah-sakit/
 https://www.google.com/search?q=materi+tentang+patient+safety&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-
a#q=risiko+atau+resiko&rls=org.mozilla:en-US:official
 Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN
PASIEN RUMAH SAKIT (Patient Safety).
 Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN
PASIEN RUMAH SAKIT DENGAN. (2011).

17

Anda mungkin juga menyukai