Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr.

wb
Seringkali dijumpai dalam firman-Nya,
Allah Ta’ala menyandingkan antara tawakal dengan orang-orang
yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan
perkara yang sangat agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh
orang-orang mukmin. Bagian dari ibadah hati yang akan
membawa pelakunya ke jalan-jalan kebahagiaan di dunia dan
akhirat.

Diantara firman-Nya tentang tawakal ketika disandingkan


dengan orang-orang beriman, “… dan bertaqwalah kepada
Allah, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman
bertawakal” (QS. Al Ma’idah: 11).

Dan firman-Nya,” Sesungguhnya orang-orang yang beriman


adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar
hatinya, dan apabla dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka,
bertambahlah imannya, dan hanya kepada Rabb mereka
bertawakal” (QS. Al Anfal : 2).

Tentunya masih banyak ayat lain dalam Al Qur’an yang berisi


tentang tawakal, demikian pula sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Namun apakah itu sebenarnya tawakal? Pada
pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih terperinci mengenai
tawakal.
Syarat-Syarat Tawakal
Untuk mewujudkan tawakal yang benar dan ikhlas diperlukan
syarat-syarat. Syarat-syarat ini wajib dipenuhi untuk mewujudkan
semua yang telah Allah janjikan. Para ulama menyampaikan
empat syarat terwujudnya sikap tawakal yang benar, yaitu:

1. Bertawakal hanya kepada Allah saja. Allah berfirman: “Dan


kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan
kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka
sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-kali
Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud:
123).

2. Berkeyakinan yang kuat bahwa Allah Maha mampu


mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hamba-hamba-
Nya dan semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan
pengaturan dan kehendak Allah. Allah berfirman,“Mengapa kami
tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan
jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami.
Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu
berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12).

3. Yakin bahwa Allah akan merealisasikan apa yang di-tawakal-


kan seorang hamba apabila ia mengikhlaskan niatnya dan
menghadap kepada Allah dengan hatinya. Allah berfirman, “Dan
barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.“ (QS.
Ath-Thalaq: 3).
4. Tidak putus asa dan patah hati dalam semua usaha yang
dilakukan hamba dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap
menyerahkan semua urusannya kepada Allah. Allah
berfirman, “Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka
katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Ilah selain Dia.
Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Rabb yang
memiliki ‘Arsy yang agung.’”(QS. At-taubah: 129).

Penutup
Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa
kesempurnaan iman dan tauhid seorang hamba
ditentukan oleh sejauh mana ketergantungan hatinya
kepada Allah semata dan upayanya dalam menolak
segala sesembahan dan tempat berlindung selain-Nya.
Jika kita yakin bahwa Allah ta’ala yang menguasai hidup
dan mati kita, mengapa kita menyandarkan hati kita
kepada makhluk yang lemah yang tidak bisa memberikan
manfaat dan mudharat kepada kita.

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai