Anda di halaman 1dari 7

RESUME

DRAMA KOREA DR.ROMANTIC KIM SEASON 2

Nama : Annisa Hasanah Putri

NPM : 211119014

Kelas : 2A – D3 Keperawatan

#EPISODE 1-2

Dokter Park Min Guk dari RS Geodae melakukan demostrasi langsung Operasi
Pankreatico- Duodenectomy Laparoskopi pada pasien laki-laki berusia 56 tahun, dengan
kanker berukuran 5cm ditemukan dikepala pankreasnya biasanya dengan kasus tersebut
dilakukan mini-laparotomi. Saat dokter membedah porta hepatis hal yang perlu diperhatikan
saat mengupas lapisannya variasi arteri hepatic delaminasi kelenjar getah bening. Ditengah
operasi terjadi perdarahan dari sayatan pankreasnya dan melakukan bipolar, seketika BP
menurun, tekanan nadi terus menurun dan akan menyebabkan henti jantung dan Dokter Kim
menyuruh seorang Dokter Cha Eun Jae agar memberitahukan kepada Dokter Park bahwa itu
adalah (Tension Pneumothorax: Udara bocor ke ruang diantara paru-paru dan dinding
dada) lalu dokter park menyuruh perawat untuk memeriksa paru kiri terdengar suara paru
menurun, PIP menurun, dan ia mengatakan terjadi sumbatan. Dan dr.Park menyuruh untuk
mengeluarkan gas/dekompresi yang ada di paru-paru, setelah itu TTV pasien stabil.

Saat diluar, menuju tempat seminar salah satu dokter bertemu pasien halusinasi
dengan gangguan pendengaran visual dengan paranoia dan kebingunangan mental
(kebingungan: keadaan tidak jelas dalam pikiran) karena system syaraf simpatis yang terlalu
aktif dengan gejala penyakit kuning kuning, terjadi pembesaran hepar,lalu pasien dibawa
dengan ambulance, dibawa ke IGD RS Geodae, dokter mengatakan bahwa pasien
menunjukan tanda-tanda kecemasan, halusinasi, dan system saraf simpatis yang terlalu aktif
dan ia mengalami delirium tremens, dan epilepsy karena alcohol. Lalu dokter menyuruh
untuk tes fungsi jantung dan sonografi dan berikan obat (Benzodiazepine; obat penenang).
Tak lama pasien itu mengalami kejang, lalu dr.kim menyuruh untuk memberikan 4ml
Lorazepam: mengobati kecemasan.
Tak lama kemudian, di IGD datang pasien laki-laki berusia 65 tahun diantar oleh
polisi dan dokter menanyakan vitalnya, yaitu TD 200/140 mmHg, Nadi 117 x/menit, pasien
mengalami nyeri dada parah selama 1 jam, dan punggungnya sakit, dr Kim menyuruh untuk
melakukan EKG dan hasilnya baik kecuali di gelombang-T, sonografi tidak menunjukan
Gerakan dinding tapi ada flap bebas di aorta descending sedang di CT Scan, tindakan
selanjutnya yaitu anaesthesiology, lakukan operasi, dan persiapan pembedahan (Diseksi
Aorta: sobekan dilapisan pembuluh darah). Dan lima pasien membutuhkan sonografi,
perawat menyuruh untuk melakukan FAST (Penilaian terfokus denga sonografi untuk
trauma), hasil dari test nya (-), tetapi kondisi pasien buruk, dan dr. Kim mengatakan ususnya
berlubang.

DI RS. DOLDAM

Disebuah IGD sedang menunggu kedatangan pasien,

 Pasien pertama yaitu dengan kecelakaan mobil, kaki kiri hampir diamputasi dari lutut
ke bawah, TD 100 diatas 70 mmHg, Nadi 130 bpm. Ada banyak noda darah yang
sampai disana, pasien dipasang cervical collar, dan dibawa ke nomor 2.
 Pasien kedua ditemukan terjebak disetir, dia bilang sakit perut yang parah, TD 80
diatas 40 mmHg, dibawa ke nomor 2 dokter Melakukan CBC: Complete Blood
Count/Pemeriksaan Darah Lengkap, melakukan ABGA: Arterial Blood Gas Analisyst
serta FAST secara bersamaan, dan sonografi.

#EPISODE 3-4

 Seorang Supir Mentri kecelakaan dan ia datang diantar, dengan dipasang cervical
collar, seorang dokter bertanya kepada yang mengantar berapa ttv nya. TD 100/80
mmHg pada awalnya, namun pada saat dijalan turun menjadi 80/40 mmHg, saturasi
oksigen 88%. Lalu, salah satu dokter menyuruh untuk memasukan garis infus untuk
mendapatkan garam hangat, dan menyaipkan FAST.
 Selanjutnya pasien seorang Mentri Pertahanan datang dengan ttv TD 110/70 mmHg,
SDM 115, mentri memiliki angina dan telah mengonsumsi aspirin Selama 2 tahun
terakhir pasien merasa sakit bahu dan kaki kanannya. Dokter mengatakan akan
menjalankan tes lab OP setelah saluran IV dimasukkan, dan dokter melakukan tes
sonografi dan mengatakan bahwa itu adalah hemoperitoneum massif, semua hati dan
limfa rusak, dokter memeriksa bagian dadanya juga protocol BLUE normal, dan titik
PLAPS (posterolateral elveolar atau sindrom pleura) ada pendarahan, cedera tumpul,
hemotoraks, hemoperitoneum, seketika tanda vitalnya menurun dan dokter melakukan
intubasi dan antrean, minta dilakukan RBC (Risk Based Capital) dan 10 bungkus
FFP: adalah produk darah yang diproses dari darah utuh, jika darurat dr.kim berkata
bahwa tidak harus CT-scan melainkan operasi langsung untuk menghentikan
pendarahan karena jika melakukan CT scan pasien segera henti jantung. Karena
pasien mengidap trauma besar diperut maka terjadi kerusakan dihati dan limfa,TD dan
SO2 tidak stabil karena hemotoraks kiri, dan pasien bisa mengalami serangan jantung
saat dibedah. Pasien mengalami pendarahan di intercostal.

#EPISODE 5-6
Setelah mentri dipindahkan ke ruang ICU, pada saat dimonitoring pasien
dengan TD normal 90/60 namun suhunya tinggi 38,9, urine 10-15 cc/jam/ dokter
meminta untuk memberikan proparacetamol dan ambil chest portable. Tak lama
kemudian pasien tekanan darahnya turun dan mengalami serangan jantung, dan
mengalami asidosis metabolik (akibat racun tubuh, gagal ginjal, konsumsi obat-
obatan dokter). Lalu, salah satu dokter seo woo-jin melakukan RJP dan memasang
alat ABGA dan memberikan bicarbonate. Setelah 2 menit, kemudian diganti penolong
kondisi pasien semakin melemah, dr kim sabu menyuruh untuk memompa RBC
(darah) , dan dr.kim sabu melakukan pompa jantung secara manual dengan
memasukan tangan nya untuk mempompa jantung dan akhirnya setelah dilakukan itu
jantungnya kembali berdetak.

#EPISODE 7-8

 Pasien di UGD dengan patah tulang rusuk, mengeluh sakit dada, tidak ada
pendarahan, tak lama kemudian saturasi oksigen pasien menurun. Perawat melakukan
pemasangan oksigen rebreathing mask (pompa), lalu dokter mengatakn bahwa itu flail
chest. Seteah itu dilakukan intubasi, memberikan satu ampul tramadol ke infusnya,
dan alat suntik 10 cc dan lidokaina. Diberikan ventilator dengan tekanan 40 karena
tekanannya positif dan bergerak ke awarh berlawanan jadi pasien membutuhkan lebih
banyak tekanan saat menarik nafas, dan saturasi oksigen pasien dalam rentang
normal.
#EPISODE 9-10

 Ada beberapa pasien dari rusia kecelakaan akibat minibus terguling ketika
pengemudi berbelok, ada lima orang luka laserasi sederhana, satu dengan kaca di
wajahnya, dan satu pinggul patah berada diruang hybrid.
 Satu pasien dengan kaca diwajahnya ditangani perlahan.
 Satu pasien dengan patah lutut dan pinggul kanannya, ia menolak perawatan padahal
terjadi pedarahan dalam diarea lengan atas. Pasien diberi antivan dan diberi satu liter
garam normal. Pasien tak punya darah yang mengalir ke arteri dorsalis pedis, dokter
menjalankan angiografi ekstremitas, dan itu arteri poplitea, tanpa operasi harus
mengamputasi. Fraktur bagian leher, femur. Maka akan dilakukan opersi ortopedi,
pasien perlu menerima bypass arteri poplitea yang tepat
 Pasien lainnya datang dengan keracunan obat yang dicurigai, pasien dapat merespon
merasa kesakitan TD 70 diatas 40, detak jantung 30 dan dibawa ke ruaang hybrid, dan
dilakukan intubasi, obat yang dikonsumsi adalah CCB/calcium channel bloker
diresepkan dosis nifedipine sebulan dua minggu yang lalu. Lalu dr.kim menyuruh
memasang Tabung-L dan pasang filter arang, BST 140, dan ingin memasukan 50 unit
RI dengan saline normal, biarkan menetes selama 10cc dalam satu jam dan turunkan
level ke 5 cc. ini adalah terapi insulin dosis tinggi yang digunakan untuk mengobati
overdosis CCB, atur dengan infus dan control selama 20 menit.
 Pasien selanjutnya adalah ayah dari pasien tadi, ia jatuh dari lima lantai, dan sekarang
mengalami sakit perut yang parah. Berikan 4lt oksigen, pastikan jalur IV terpasang
dan garam hangat, kemudian mengambil tabung dada. Beberapa saat pasien tidak
merespons, itu adalah PEA/Pulseless Electrical Activity, dan diberikan 1 mg epinefrin
setiap 3 menit. Dan memasang defibrillator, salah satu dokter melakukan RJP, yang
dioabti terlebih dahulu adalah yang memiliki perforasi usus dan hemoperitoneum,
tekanannya turun dan menghasilkan PEA, dan harus dioperasi.
 Ada pasien lainnya , laki-laki sepertinya ia telah meminum seluruh botol ibuprofen,
dia tidak responsive dan ttv nya tidak stabil, dr.kim menyuruh melakukan ABGA,
jalankan panel penerimaan termasuk level elektrolit. Obat anti inflamasi harus
diberikan dengan dosis terkontrol jika tidak itu akan mematikan bagi anak kecil
karena demam organnya belum berfungsi dengan baik ada juga kesempatan
pendarahan dalam perut

#EPISODE 11-12
 Saat di IGD RS Doldam, Ada pasien pertama dengan luka tembak, TD 80/40 mmHg,
detak jantungnya 130 dan dibawa ke ranjang tiga. Seorang dokter perempuan
mengatakan bahwa pisahkan pasien sesuai tingkat keparahan dan tandai dengan kartu.
Pasien pertama diberikan 2 liter saline hangat dengan kecepatan tinggi dengan 2 infus,
dan di pasangkan kateter MAC, dan diberikan tranfusi darah 5 kantong. Lalu, dokter
menggunting fiksasi kasa yang telah berlumuran darah dibagia abdomen pasien. Tak
lama setelah dibuka kasa fiksasi dibuka, darah keluar dari abdomen sebelah kiri, da
dokter menyuruh untuk menutup dengan kain kasa dan PE (Perban Elastis). Dokter
mempresiksi bahwa lukanya terdapat diliver dan tiba-tiba tekanan darah pasien turun,
dan mnegatakan bahwa itu adalah PEA, dokter langsung melakukan RJP, memasukan
epinephrine, dan memasang alat intubasi. Dan pasien kembali normal nadinya, lalu
menyiapkan RIS dan transusi darah
 Pasien kedua yaitu dengan luka tusukan dada, TD 90/40, denyut jantungnya 130.
Tusukan pisau nya telah dicabut ketika ditemukan dan dibawa ke ruang hibrida.
Dokter perempuan menyuruh perawat untuk melakukan ekokardiogram, mengambil
dada portable dan memberikan dua infus saline hangat, 6 liter oksigen dengan masker.
Setelah dokter memeriksa ekokardiogram pasien mengalami “Temponande jantung,
cairan di bilik pericardial” garis sentral 2A untuk perikardiosentesis, lalu dokter
melakukan tindakan mengambil darah didada melalui spuit kateter, dan melakukan
portable dada. Dokter melakukan operasi.

#EPISODE 13-14
 Dokter Cha Eun Jae tersayat cutter dibagian leher dan mengakibatkan perdarahan,
dokter seo woo-jin menghentikan perdarahannya menggunakan kassa, lukanya
dibawah 2 mm dan telah dijahit oleh dokter seo woo-jin dan diberikan vaksin tetanus
serta antibiotic.
 Ada pasien anak datang dengn keluhan sedang makan ikan lalu, tulang menyangkut di
tenggorokan. Kemudian dokter memeriksa dan mengambilnya dengan forsep.
 Pasien Anak yang dirawat mengalami penurunan saturasi oksigen nya, dokter kim
mengatakan bahwa paru-parunya tidak terdengar baik, lalu dokter kim menanyakan
berat badan pasien sekitar 20 kg, lalu mengecek pita broselow (pita kode warna untuk
keadaan darurat anak), dan warnanya biru. Dokter kim langsung menyuruh
mengambilkan endoskopi sepanjang 5,5 mm, keluaran urinenya positif 150 cc.
menurut dokter kim sulit ketika keluaran urinenya 150 cc dikaatakan edema paru,
lebih tepatnya pneumonia dan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom), namun
dokter kim menyuruh untuk melalukan tes laboratorium lengkap CBC (Complete
Blood Count), CRP (C-reative protein), ESR (Erytrhocyte sedimentation rate). Lalu
masukan ke dalam sefalosporin generasi ketiga
 Pasien berikutnya datang dengan kekerasan dalam rumh tangga akibat istrinya yang
melukai suaminya dan perdarahan di area lehernya dokter kim menghentikan
perdarahannya dengan kasa, diberikan infus set dua line dengan tranfusi darah dan
dilakukan RJP, dan irama pasien tetap asystole.

#EPISODE 15-16
 Pasien selanjutnya datang dengan diagnose gagal ginjal stadium akhir dan sedang
menjalani hemodialysis selama 5 tahun terakhir dengan trauma vascular. Tingkat
kesadarannya waspada, TD 80/40 mmHg, Nadi 110x/menit. Dokter memerintahkan
untuk memberikan 300 cc setengah garam dengan kecepatan tinggi, dan bawakan
PRBC . pasien menderita ESRD (End Stage Renal Disease) dan AVF nya rusak
(Arteriovenous fistula), perdarahannya banyak harus dioperasi untuk pembuluh darah
baru, dn dilakukan kateter hemodialysis untuk tindakan sementara sebelum OP.
setelah dilakukan pemasangan kateter pasien menyebabkan peradangan dan dokter
meemerintahkan untuk memberikan vancomycin sebelm diberikan antibiotic dan
paracetamol. Satu-satunya pilihan adalah cangkok ginjal.
 Pasien selanjutnya datang dengan keluhan kepala dipukul, pasien pingsan setelah 15
menit kemudian. Kemudian pasien dipindahkan keruang hibrida, dan dokter
melakukan respon verbal dan respon nyeri menggunakan jari tangan di midclavicular
sternum, TD 100/60 mmHg, nadi 70x/menit, lalu diperiksa dengan menggunakan
OPA dan diambil kan selang intubasi. Tak lama kemudian nadi pasien menurun,
dokter memeriksa nadi karotis, ternyata pasien mengalami gagal jantung. Dokter akan
melakukan Kompresi dan memberikan 1 ml epinefrin setiap 3 menit sekali. Dokter
kim mengatakan itu adalah ROSC (Return of Spontaneous Circulation), setelah
dilakukan kompresi TD nya menjadi 140/70 mmHg, nadi 110x/menit. Dokter kim
menyuruh perawat Oh untuk mencampurkan 550 ml dari 5DW dengan 30 ml
norepinefrin dan diberikan 10 cc/jam. Dokter melakukan untuk CT-scan dan Rontgen
dada, setelah diperiksa kedua pupilnya membesar dan mengalami kerusakan otak.
Setelah hasil CT-scan keluar dokter memeriksa bahwa itu adalah SAH (subarachoid
perdarahan),

Anda mungkin juga menyukai