Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN BBDM MODUL 7.

1
NYERI SELURUH LAPANGAN PERUT

Tutor:

dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B, Sp.BA

Disusun oleh:

Devina Subagio 22010117130095

Erika Shinta Avianty 22010117130115

Mardelia Nur Fatana 22010117130156

M. Ilyasa Fitrohan Sevic 22010117130084

Helen Anggraini Budiono 22010117120065

Irfan Kesumayadi 22010117140076

Nindya Maahdaniyyah Wijayanti 22010117140086

Kinanti Maura Sandradewi 22010117130174

Cessaro Ikhsan Rachmana 22010117130154

Aditya Paelo Rizki Sikumbang 22010117120034

Nadia Ayu Octaviani 22010117120005

Muhammad Mufaiduddin 22010117120024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2020
SKENARIO 1 : NYERI SELURUH LAPANG PERUT

Nyonya S, 65 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri seluruh lapang perut sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, nyeri semakin bertambah. Perut semakin membesar seperti
kembung dan terasa panas sehingga mempengaruhi saat bernafas seperti sesak. BAB dan
BAK sedikit. Awal mulanya nyeri muncul di ulu hati sejak 7 hari sebelum masuk rumah
sakit, nyeri tidak dipengaruhi oleh aktifitas, pasien mengaku jika makan maka nyeri
bertambah semakin seperti ditusuk-tusuk, ulu hati terasa sebah disertai mual, sehingga
kadang muncul keringat dingin hingga basah. Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengakujatuh di kamar mandi, terasa nyeri dan tidak bisa berjalan karena kaki kiri
bengkak. Pasien meminum obat yang dibeli sendiri diwarung untuk menghilangkan rasa sakit
selama satu minggu, namun tidak sembuh, kemudian beronbat ke puskesmas diberi anti
nyeri. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi, DM
(+)namun minum obat tak teratur. Keadaan saat datang gelisah, TD:100/50 mmhg,
HR:120x/mnt irreguler; RR:35x/mnt tampak napas; t:37.9C axxiler dan 38.5 derajat C rectal.
Kepala dalam batas normal. Conjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-). Thorax statis
dinamis simetris. Pemeriksaan jantung ictus cordis teraba di SIC VI Linea axillaris anterior,
bunyi jantung I dan II abnormal, murmur (+), gallop (-), friction rub (-). Pemeriksaan paru,
whezzing kedua lapangan paru ronkhi paru kanan tengah bawah. Pemeriksaan abdomen
didapatkan defans muskular(+) punctum maximum epigastrium. Extremitas bawah edema
tungkai kiri.

I. TERMINOLOGI
1. Defans muskular + punctum maximum epigastrium
Merupakan refleks otot abdomen terhadap rangsang yang diberikan oleh perut. Otot
perut berkontraksi untuk melindungi bagian yang nyeri agar tidak terangsang.
Rangsangan lebih spesifik dirasakan di peritoneum parietal
Punctum maximum di epigastrium -> titik maksimum dimana penyakit paling
terlihat/teraba -> paling terasa di epigastrium
2. Bunyi jantung S1 dan S2 abnormal
Bunyi jantung S1 = muncul akibat penutupan katup atrioventrikular dan kontraksi
otot jantung
Bunyi jantung S2 = muncul akibat penutupan katup semilunaris (katup aorta dan
pulmonal)
Normalnya, bunyi jantung S1 memiliki frekuensi yang lebih rendah dan waktu yang
lebih lama dibandingkan bunyi jantung S2
Didapatkan kelainan pada penutupan katup yang menyebabkan bunyi jantung S1 dan
S2 abnormal
3. Gallop
Ketika bunyi jantung menyerupai bunyi derap langkah kuda, sering berkaitan pada
keadaan gagal jantung. Dapat didengar pada S3 = gagal jantung sistolik, S4= gagal
jantung diastolik. Termasuk dalam suara jantung abnormal jika terdapat kontraksi
atrium yang terhambat
4. Friction rub
Gerakan perikardium terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan
perikardium visceral dan parietal, biasanya terdapat pada keadaan perikarditis
5. Kembung
Kondisi dimana perut terasa tidak nyaman akibat terasa penuh, kencang, dan bergas.
Perut juga dapat terlihat membesar
6. Sebah
Sebah hampir sama seperti kembung, namun sebah itu penuh gas dan terdapat di
lumen usus sehingga tidak dapat keluar.
7. Murmur
Suara jantung abnormal karena peningkatan laju darah/kelainan katup jantung.
Murmur/bising jantung bisa terdengar memanjang, yang timbul akibat aliran darah
turbulen abnormal, dan juga regurgitasi aliran darah. Bisa juga terjadi akibat stenosis
(terdapat halangan dari katup) sehingga darah sulit keluar dari katup tersebut. Bisa
juga disebabkan akibat defek dari dinding ventrikel atau defek dari arteri pulmonalis
dan aorta.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
2. Mengapa terjadi nyeri di seluruh lapangan perut?
3. Mengapa perut kembung sampai kesulitan bernafas?
4. Apakah terdapat hubungan meminum obat analgesik dengan keluhan pasien?
5. Mengapa dapat terjadi perbedaan suhu antara axiler dan rectal?
6. Mengapa nyeri perut tidak dipengaruhi aktivitas, makin bertambah saat makan,
disertai nyeri ulu hati, mual, hingga timbul keringat dingin?
7. Apakah ada hubungan riwayat penyakit (hipertensi, DM) dengan keluhan sekarang?
8. Mengapa BAB dan BAK sedikit?

III. BRAINSTORMING
1. Keadaan umum gelisah
Tekanan darah 100/50 mmHg tanda-tanda hipotensi -> pasien mengalami mual dan
muntah -> dehidrasi -> syok hipovolemik
Nadi 120x/mnt takikardi -> kompensasi akibat TD yang menurun
RR 35x/mnt takipneu -> pernafasan abdominal terganggu -> pernafasan dangkal dan
dipercepat. Peningkatan tekanan intraabdomen akibat diafragma tertekan
Suhu axiler dan suhu rectal demam
Kepala dbn
Konjungtiva palpebra dbn tidak ada anemia
Sklera dbn
Ictus cordis SIC VI linea axillaris anterior terdapat cardiomegali
Bunyi jantung S1 dan S2 abnormal kemungkinan kelainan katup jantung
Murmur (+) mendukung terdapat kelainan katup, terdapat regurgitasi dari katup
karena terdapat LVH sehingga kapasitas tidak besar
Gallop (-), friction rub (-)
Wheezing kedua lapang paru kemungkinan penyempitan saluran nafas -> cairan di
paru mengobstruksi
Ronkhi -> karena edema paru
Defans muskular (+) tanda peritonitis atau peradangan
Edema tungkai kiri menandakan kemungkinan penumpukan cairan -> karena terdapat
gagal jantung kanan -> terjadi edema ekstremitas
2. Nyeri di seluruh lapangan perut + defans muskuler = dicurigai peritonitis
Peritonitis merupakan nyeri akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh
peritoneum parietal atau visceral. Peritonitis menyebabkan nyeri karena terdapat
rangsangan di bagian yang disarafi oleh saraf tepi, dapat lokal atau merata tergantung
rangsangan. Jika mengiritasi peritoneum parietal yang disarafi saraf tepi -> akan
menyebabkan nyeri terus menerus -> akan mengeluarkan suatu cairan yang bersifat
basa untuk menetralkan asam -> sakit perut hilang -> namun, menyebabkan bakteri-
bakteri yang dapat tumbuh di lingkungan basa tumbuh -> infeksi -> inflamasi ->
nyeri keseluruhan.
Terdapat laserasi -> ditambah konsumsi NSAIDs -> memperparah terjadinya ulkus ->
menyebabkan perforasi
3. Obat anti nyeri -> biasanya NSAIDs -> menghambat produksi prostaglandin ->
menghambat asam lambung mengiritasi mukosa -> perforasi gaster -> mengiritasi
usus dan sekitarnya -> usus saraf otonom -> tidak terasa. Jika mengiritasi peritoneum
parietal yang disarafi saraf tepi -> akan menyebabkan nyeri terus menerus -> akan
mengeluarkan suatu cairan yang bersifat basa untuk menetralkan asam -> sakit perut
hilang -> namun, menyebabkan bakteri-bakteri yang dapat tumbuh di lingkungan
basa tumbuh -> infeksi -> inflamasi -> nyeri keseluruhan
4. Peningkatan tekanan intraabdomen akibat diafragma tertekan. Peritonitis juga
menyebabkan ileus paralitik agar meminimalisir nyeri -> usus terdistensi ->
menyebabkan perut kembung
5. Di dalam tubuh, terdapat suhu inti dan suhu permukaan, axiler -> suhu permukaan,
dipengaruhi oleh suhu lingkungan, kurang stabil jika dibandingkan dengan suhu inti.
Suhu inti biasanya lebih tinggi 0,5-1 derajat celcius.
Suhu rectal lebih tinggi karena aliran darah rendah dan tempat terisolasi
Hipotalamus merupakan tempat pengaturan suhu, hipotalamus posterior untuk proses
kehilangan panas, hipotalamus anterior produksi panas. Setiap insersi 2,54 cm ke
rectal, terjadi peningkatan suhu 0,8 derajat celcius. Standarnya memasukan
termometer ke rectal 4 cm.
6. Makan akan memicu peristaltik usus -> akan merangsang nyeri
Mual -> gesekan organ viscera/ iritasi peritoneum
7. pasien terdapat riwayat DM -> imunokompromais, lalu pengobatan tidak teratur -->
akan menimbulkan hiperkolesterolemia
8. BAB sedikit dapat disebabkan akibat terjadi penurunan peristaltik usus
Dehidrasi, syok hipovolemik-> volume darah sedikit -> plasma merembes ke
interstitial -> perfusi ginjal turun-> filtrasi ginjal menurun -> BAK sedikit

IV. SKEMA
Pasien terjatuh di kamar
mandi 2 minggu yang lalu

laserasi
Meminum obat anti nyeri
over the counter dan juga
dari Puskesmas

Menyebabkan tukak
lambung lama-lama
menyebabkan perforasi
gaster

Peritonitis generalisata Memicu pertumbuhan Inflamasi berkepanjangan


bakteri

V. SASARAN BELAJAR
1. Anamnesis pada pasien nyeri perut, sesak, gangguan kesadaran pada usia lanjut
2. Pemeriksaan fisik terkait nyeri perut dan pemeriksaan komprehensif pada usia lanjut
3. Pemeriksaan penunjang dan interpretasi (X foto abdomen)
4. Diagnosis banding
5. Penatalaksanaan awal kegawatan bedah dan medikamentosa
6. Edukasi

VI. BELAJAR MANDIRI


1. Anamnesis pada pasien nyeri perut, sesak, gangguan kesadaran pada usia lanjut
 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : harus menjelaskan berapa lama pasien sakit, apakah
terdapat demam, adakah nyeri perut dan dimana lokasinya. Bagaimana gambaran nyeri
tersebut? (skala VAS atau kram, tumpul, seperti terbakar, dsb), apakah lokasinya
berpindah?, intensitas nyeri, dan apakah berhubungan dengan anoreksia, muntah, atau
ileus.
 Riwayat Penyakit Lalu (RPD) : riwayat masuk rumah sakit, pengobatan, penyakit kronik,
dan operasi sebelumnya. Operasi perlu diketahui karena dapat menimbulkan kecurigaan
terhadap komplikasi oleh karena prosedur itu sendiri.
 Gejala klinis :
- mengeluh nyeri abdomen yang difus  Nyeri pada peritonitis bersifat konstan
dan akan bertambah berat saat menarik nafas dalam, batuk, maupun bergerak,
sehingga pasien lebih memilih dalam posisi berbaring.
- Mengeluh anoreksia, mual, dan muntah (jarang)
- Demam kadang menggigil
- Haus, BAK sedikit, flatus, dan perut yang semakin distensi

2. Pemeriksaan fisik terkait nyeri perut dan pemeriksaan komprehensif pada usia lanjut
3. Pemeriksaan penunjang dan interpretasi
4. Diagnosis banding
5. Penatalaksanaan awal kegawatan bedah dan medikamentosa
6. Edukasi
- Pre op : Pasien diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
pengobatan dan perlunya tindakan operasi untuk menghilangkan sumber
infeksi dan mencegah penyebaran infeksi.
- Pada pasien post-op laparotomi yang harus diperhatikan adalah adanya tanda-
tanda klinis terjadinya adhesi organ intraabdominal, seperti : nyeri perut parah,
kembung, konstipasi, belum kentut, mual dan muntah serta demma. Apabila
terdapat gejala seperti diatas, harus segera mencari pertolongan medis.
- Edukasi pasien dan keluarganya mengenai perawatan luka insisi dan drain
apabila pasien sudah dipulangkan dengan drain yang masih terpasang.
- Edukasi : untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan post-op
pasien harus menjaga kebersihan bekas luka post-op, minum obat, makan-
makanan bergizi serta perlunya kontrol luka ke rumah sakit.
- Mempertahankan kebutuhan cairan dan elektrolit.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Daley B. Peritonitis and Abdominal Sepsis. Medscape. 2017. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/180234-overview

Anda mungkin juga menyukai