Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap usaha yang dijalankan baik oleh pihak perseorangan maupun oleh organisasi
usaha pasti mempunyai tujun tertentu. Pada umumnya tujuan dari perusahaan grafika adalah
memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan mutu cetak yang baik. Karena dengan
keuntungan yang diperoleh dengan dilandasi mutu cetak yang baik pula, perusahaan akan
dapat bertahan dan akan mengalami kemajuan dalam usaha memperoleh keuntungan dan
memajukan dunia grafika.

Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan akan melakukan berbagai usaha untuk
meningkatkan mutu cetak dan meningkatkan kualitas perusahaan yaitu dengan cara
peningkatan dan perbaikan koordinasi antara bagian fungsional melalu penerapan manajemen
informasi yang baik, memperluas daerah pemasaran, meningkatkan produktifitas karyawan,
meningkatkan skill, dan kemampuan membangun kepercayaan konsumen atas kemampuan
proses maupun kualitas produk yang dihasilkan dengan ketepatan waktu pengiriman barang
dan peningkatan mutu proses maupun produk yang dihasilkan serta usaha untuk menekan
biaya produksi yang tentunya juga harus diimbangi dengan mutu cetakan yang baik.

Dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan mutu cetakan yang baik, faktor teknis
yang harus menjadi perhatian adalah faktor teknis seperti pemberian air pembersih yang
sesuai dan pengaruhnya terhadap kualitas cetak, karena salah satu faktor utama yang paling
berpengaruh dalam menentukan hasil cetakan yang berkualitas adalah pengaruh dari
pemberian air pembasah pada sistem pembahasan cetak ofset. Seseorang operator cetak harus
mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap mutu hasil cetakan.

Begitu pentingnya peranan air pembasah sebagai faktor yang menentukan kualitas
hasil cetakan sebelum proses cetak berlangsung, tentunya air pembasah tersebut harus
memiliki standard mutu yang telah ditentukan.

Mesin cetak ofset Heidelberg Speed Master 102 menggunakan sistem pembasah
fountain solution. Sistrem pembasahan menggunakan fountain solution paling baik, karena

1
sistem tersebut pemberian airnya tidak terputus – putus pada pengeluaran air kepelat cetak,
sehingga pelat selalu dengan keadaan lembab yang membuat hasil cetaknya tetap stabil.

Dalam hal ini mesin cetak yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah mesin
cetak Heidelberg Speedmaster 102 lima warna. Mesin ini merupakan mesin yang tergolong
cukup lama dan tua, tetapi masih memiliki kondisi yang cukup baik apabila melakukan
pencetakan majalah.

Oleh karena itu berdasarkan hal – hal atas maka judul tugas akhir yang penulis buat
adalah ”Pengaruh Air Pembasah Terhadap Mutu Cetak Majalah BNI Pada Mesin Cetak
Ofset Heidelberg Speed Master 102 5 Warna”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya maka dalam


penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan dan pembatasan sebagai berikut :

1. Masalah apa saja yang sering terjadi khusunyabyang disebabkan oleh pengaruh
air pembasah dan bagaimana solusinya agar mutu cetak majalah BNI sesuai
standard.
2. Sejauh mana pengaruh penggunaan air pembasah terhadap mutu cetak majalah
BNI dengan menggunakan mesincetak Heidelberg Speed Master 102 lima
warna.
3. Bagaimana pengaruh bahan – bahan campuran air pembasah terhadap nilai pH
dan mutu cetak majalah BNI.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Laporan Tugas Teknik Cetak Offset ini akan dibatasi
pembatasan masalah agar tetap fokus dan tidak melebar dari judul. Pembatasan
masalah yang akan dibatasi berkaitan pada tentang bagaimana mengoptimalkan sistem

2
kerja pembasah menggunakan Speed Master 102 lima warna dan bagaimana
meningkatkan upaya mutu cetak. Dalam hal ini penulis akan mengamati terutama
yang berkaitan dengan sistem pembasah, konstruksi/susunan chiler, kondisi rol air,
penyetelan rol-rol air, jumlah air pembasah yang tersalurkan pada pelat, karena hal –
hal tersebut merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap mutu cetak majalah.

1.4 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakan penulisan ini


adalah :

1. Untuk mengetahui masalah apa saja yang sering dihadapi pada proses
pencetakan majalah BNI yang berhubungan dengan pengaruh air pembasah
terhadap mutu cetak dan bagaimana cara mengatasi permasalahannya.
2. Untuk mengetahui pengaruh air pembasah terhadap kualitas dan mutu cetakan
majalah BNI pada mesi Heidelberg Speed Master 102.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pencampuran bahan – bahan
campuran air pembasah terhadap nilai pH air pembersih yang ideal dan mutu
kualitas cetak yang baik.

1.5 Metode Pengumpulan Data

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu mengumpulkan data secara terinci untuk


mendapatkan kelengkapan data sesuai dengan pembahasan yang akan dibahas pada
Laporan Tugas Teknik Cetak Offset. Data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
buku referensi, internet, kegiatan praktek teknik cetak offset.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Tugas Teknik Cetak Offset ini disusun secara
sistematis dengan urutan bab per bab agar teratur dan saling berkesinambungan
sehingga permasalahan yang akan dibahas pada laporan tugas Teknik Cetak Offset ini
mudah dipahami dan jelas. Penulisan laporan tugas Teknik Cetak Offset ini terdiri dari
5 bab, yaitu :

3
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang penulis memilih judul


laporan tugas Teknik Cetak Offset. Selain itu, penulis juga menjelaskan
ruang lingkup pembahasan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan landasan teori yang berkaitan dengan judul,


serta mengemukakan definisi-definisi yang memaparkan tentang
materi-materi laporan tugas Teknik Cetak Offset. Pada BAB ini akan
dibahas tentang teori tentang definisi teknik cetak offset, diantaranya
meliputi teori tentang sejarah perkembangan mesin cetak ofset, prinsip
cetak ofset, alur kerja proses pencetakan, proses kerja pembahasan dan
bahan bakunya.

BAB 3 PENGARUH AIR PEMBASAH PADA MUTU CETAK


MAJALAH BNI PADA MESIN CETAK OFSET
HEIDELBERG SPEEDMASTER 102 LIMA WARNA

Dalam bab ini memaparkan langsung yang penulis amati dan


menjelaskan bagaimana proses sistem pembasahan pada mesin
Heidelberg SpeedMaster 102 lima warna agar mendapatkan mutu cetak
yang baik.

BAB 4 PEMBAHASAN MASALAH DAN SOLUSI

Bab ini meliputi analisa masalah dan solusi untuk permasalahan


yang berkaitan dengan sistem pembasahan dalam proses pencetakan dan
meningkatkan hasil mutu cetak.

BAB 5 PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan tugas Teknik Cetak
Offset yang penulis buat. Bab penutup ini berisi kesimpulan dan saran

4
yang terkait dengan pembahasan yang penulis angkat dalam laporan
tugas Teknik Cetak Offset ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

5
2.1 Teori Dasar Mesin Cetak Ofset Lembaran

2.1.1 Definisi Teknik Cetak Ofset Lembaran

Teknik cetak ofset lembaran merupakan teknik cetak dimana pada pelat
cetak bagian yang mencetak kedudukannya sama datar dengan bagian yang tak
mencetak dengan lapisan tinta yang ada di pelat cetak tidak langsung dialihkan ke
permukaan bahan cetak tetapi diberikan dulu kepada sebuah blanket sebagai
perantaranya. Dan bahan cetak yang digunakan adalah menggunakan material
kertas berbentuk lembaran.

Cetak ofaset lembaran sendiri banyak digunakan untuk mencetak pekerjaan seperti
majalah, buku, brosur, kalender, poster dll.

2.1.2. Definisi Proses cetak ofset

Proses cetak adalah suatu tahapan pengalihan tinta dari acuan cetak ke
bahan dengan kecepatan dan tekanan tertentu. Unsur – unsur yang diperlukan agar
proses cetak dapat berlangsung adalah : acuan cetak, tinta cetak, bahan cetak dan
alat/mesin cetak.

2.1.2.1.1 Faktor – Faktor yang mempengaruhi psoses cetak ofset

Pengalihan tinta pada proses cetak menentukan mutu cetak secara


keseluruhan. Kondisi pengalihan tinta pada proses cetak sangat dipengaruhi oleh :

1) Ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak.

Banyaknya tinta yang dialihkan ke permukaan bahan cetak tergantung


ketebalan lapisan tinta pada acuan cetak. Ketebalan lapisan tinta disesuaikan
dengan ketebalan image pada acuan cetak. Penyesuaian ketebalan tinta pada bak
tinta. Banyak sedikitnya tinta yang keluar dari bak tinta disesuaikan dengan image
pada acuan cetak. Cetakan blok tentunya membutuhkan lebih banyak tinta jika
dibandingkan dengan cetakan teks dan raster.

6
2) Permukaan kertas

a) Kehalusan bahan permukaan cetak yang lebih halus/rata akan


menghasilkan hubungan dengan unit percetakan berlangsung lebih sempurna
sehigga dengan lapisan tinta yang lebih tipis dapat dipindahkan dengan baik diatas
permukaan bahan cetak. Jika kertas bergelombang atau mengeriting dapat terjadi
kesulitan pada proses pencetakan karena kertas dicetak melalui garis singgung dua
silinder yang saling menekan dengan tekanan yang relatif rendah.

b) Adhesi permukaan bahan cetak dengan tinta

Hubungan permukaan bahan cetak dengan tinta cetak lebih


banyak ditentukan oleh permukaan bahan cetaknya. Permukaan kertas yang diberi
lapisan tertentu daya serapnya akan lebih rendah jika dibandingkan dengan
permukaan kertas yanng tidak diberi lapisan tertentu.

c) Permukaan yang kuat

Pada proses pencetakan terjadi proses pembelahan tinta dimana


sebagian tinta menempel pada kertas dan sebagian lagi tetap tinggal di kain karet,
maka permukaan kertas tidak boleh tercabut serat-seratnya. Tercabutnya serat
kertas tersebut karena tinta ofset pada umumnya kental dan kaku serta kecepatan
cetak yang tinggi. Jika serat mudah tercabut mengakibatkan terjadinya pendebuan
atau picking.

3) Tekanan cetak

Untuk mendapatkan hasil cetak yang baik, dibutuhkan tekanan cetak


yang baik dan akurat, sehingga dapat dilakukan pengaturan dan penyetelan tekanan
cetak yang efektif. Tekanan cetak ini disesuaikan dengan tebal tipisnya kertas.

Kurang tepatnya penyetelan tekanan cetak dapa mengakibatkan


permasalahn pada proses pencetakan, antara lain seperti :

a. Penggundulan pelat cetak

b. Perbesaran titik raster

c. Perpanjangan gambar yang diakibatkan oleh adanya pengembangan kertas

7
d. Kertas melipat pada proses pencetakan

e. Gambar berawan

f. Tinta cetak tidak dialihkan dengan sempurna

g. Terjadi penumpukan tinta pada pelat atau blanket

4) Kecepatan cetak

Menentukan lamanya waktu persinggungan antara bahan cetak dengan


tinta cetak. Semakin cepat perputaran mesin semakin singkat waktu persinggungan,
sehingga lapisan tinta yang dialihkan semakin tipis. Untuk itu untuk mendapatkan
hasil cetakan yang baik diperlukan kecermatan daalam penyetelan mesin.

5) Sifat alir tinta cetak

Pada umunya tinta cetak bersifat kaku, tidak mudah mengalir sekalipun
dengan gaya beratnya sendiri. Pada psoses cetak sifat alir tinta dapat berubah
karena adanya tekanan, kecepatan, serta suhu ruang.

Sifat alir meliputi kekentalan, nilai batas air dan tiksotropi. Sifat ini
harus disesuaikan dengan kecepatan mesin cetak sehingga tinta dapat mengalir
keluar dari bak tinta dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pada acuan yang
sama cepatnya dengan pengambilan tinta oleh kertas.

2.1.3 Unit – unit Pada Mesin Cetak Ofset Lembaran

Unit-unit pada mesin cetak ofset lembaran tersebut secara singkat dapat
diuraikan sebagai berikut :

2.1.3.1 Unit Pemasukan / Unit Pengumpan

Unit pemasukan pada mesin cetak ofset lembaran ada dua sistem, yaitu
:

1) Sistem pemasukan tunggal (single sheet feeder)

8
Sistem pemasukan tunggal adalah masuknya kertas ke unit pencetakan satu
persatu. Kertas dari meja penumpukan diambil satu persatu untuk dibawa ke unit
pencetakan. Pada umumnya sistem pemasukan tunggal ini digunakan pada mesin-
mesin berukuran kecil, paling besar ukuran double folio, dan kecepatan mesinnya
relatif rendah. Contoh mesinnya Heidelberg GTO 52. Komponen-komponen
sistem pemasukan tunggal antara lain :

a. Meja penumpukan untuk meletakkan kertas yang akan dicetak.

b. Penghisap tunggal berbentuk satu batang penghisap memanjang yang


terdiri dari beberapa mulut penghisap, berfungsi untuk mengangkat
kertas untuk diambil gripper dan dibawa ke unit pencetakan.

c. Meja penghantar untuk dilewati kertas yang akan dicetak. Pada meja
pemasukan tidak terdapat ban-ban penghantar dan tidak ada roda-roda
penghantar karena kertas dibawa oleh penjepit.

d. Gripper pemasukan tunggal untuk menjepit kertas yang diambil


penghisap dan dibawa ke unit pencetakan untuk dicetak.

e. Penepat depan untuk mengatur kestabilan posisi kertas sebelum dicetak


agar ketepatan cetak dapat dicapai secara maksimal. (kurang maju atau
mundur)

f. Penepat samping untuk mengatur kestabilan posisi kertas sebelum


dicetak agar ketepatan cetak dapat dicapai secara maksimal. (kurang
dorong atau tarik)

g. Swing gripper untuk menjepit kertas yang dibawa gripper pemasukan


dan diteruskan ke silinder tekan untuk dicetak.

2) Sistem susun sirih terdiri dari beberapa komponen yaitu :

Masuknya kertas dari meja penumpukan kertas ke unit pencetakan


saling susul menyusul. Kertas dari meja penumpukan diambil oleh
penghisap secara susul menyusul membentuk susunan sirih untuk
dibawa ke unit pencetakan.

9
Ciri utama sistem sirih adalah kertas dihisap dibagian belakang
sedangkan pada sistem pemasukan tunggal kertas dihisap dibagian
depannya.

Komponen-komponen sistem pemasukan susun sirih antara lain :

a) Meja penumpukan kertas yang berfungsi untuk meletakkan yang


akan dicetak.

b) Kelompok kepala hisap terdiri dari sepatu peraba ketinggian kertas


yang dilengkapi penghembus udara , pelat pemisah kertas, batang
penghembus pemisah kertas, penghisap angkat, penghisap angkut,
engkol pemutar penghisap angkut. Kelompok kepala hisap ini
fungsinya mengambil lembaran kertas dari meja penumpukan
secara susul menyusul menuju ke meja penghantar untuk dibawa ke
unit pencetakan.

c) Meja penghantar yang berfungsi untuk menghantarkan kertas yang


diambil kelompok kepala hisap untuk dibawa ke unit pencetakan.
Pada meja penghantar ini terdapat beberapa alat bantu diantaranya :
ban transportasi, roda-roda penghantar, roda-roda sikat penahan,
penepat samping, penepat depan.

d) Pendeteksi kertas rangkap yang berfungsi untuk mendeteksi apabila


ada kertas yang terhisap rangkap. Alat ini disetel untuk dilewati 3
lembar kertas tetap berjalan dan 4 lembar kertas unit transportasi
berhenti.

Pada mesin cetak ofset lembaran sistem pemasukan susun sirih ada
yang dilengkapi dengan ban penghisap pada meja penghantar
seperti pada mesin cetak Heidelberg SpeedMaster.

Keterangan sistem pembasahan :

a. Sistem pembasahan tipe vibrator

b. Sistem pembasahan tipe Continuous

10
c. Sistem pembasahan tipe Aquamatic

d. Sistem pembasahan tipe Brush

e. Sistem pembasahan tipe Centrifugal

Unit pembasahan pada cetak ofset berfungsi untuk memberikan


kelembaban pada permukaan pelat. Dengan adanya air pembasah
tersebut, bagian yang tidak mencetak tetap peka terhadap air dan tetap
dapat menolak tinta.

2.1.3.3 Unit Penintaan

Unit penintaan berfungsi untuk melapisi image pada pelat tinta dengan
tinta cetak. Tinta hanya menempel pada bagian yang mencetak sedangkan
bagian yang mencetak tidak menerima tinta / menolak tinta. Hal ini sesuai
dengan prinsip cetak ofset adalah adanya tolak menolak antara air dan
tinta.

Unit penintaan memberikan lapisan tinta yang tipis, merata, halus ke


permukaan pelat cetak secara terus menerus dalam jumlah yang tepat.
Konstruksi rol-rol sistem penintaan sangat mempengaruhi mutu hasil
cetakan. Secara umum sistem penintaan pada mesin cetak ofset terdiri atas
: bak tinta, rol bak tinta, rol jilat, rol distribusi, rol perantara dan rol pelat.
Perbedaan yang ada pada berbagai jenis mesin ofset adalah pada garis
tengah, jumlah rol dan panjang rol-rolnya. Meskipun konstruksi sistem
penintaan pada mesin cetak ofset bermacam-macam, pada umumnya
dibagi menurut tugas dan fungsinya masing-masing yaitu :

a. Bak tinta merupakan pusat cadangan penyalur tinta

b. Rol bak tinta berfungsi meneruskan tinta dari bak tinta ke rol jilat
tinta sekaligus mengatur

c. Rol jilat berfungsi mengambil tinta dari rol bak tinta dan
meneruskannya ke rol pembagi. Rol ini tidak bersinggungan terus

11
menerus dengan rol bak maupun rol distribusi tetapi rol jilat ini
mempunyai gerakan khusus bolak balik.

d. Rol pembagi tina digerakkan oleh gigi penggerak, selain berputar juga
ke kiri ke kanan yang sangat penting untuk menyalurkan,
menghaluskan lapisan tinta dan menghapuskan jejak gambaran dari
rol pelat tinta.

e. Rol perantara berfungsi sebagai perantara antara rol pelat dengan rol
distribusi

f. Rol pelat berfungsi menyalurkan lapisan tinta ke permukaan pelat


secara merata, pada umumnya diameternya dibuat berbeda.

g. Jumlah rol pelat ini sangat tergantung dari tipe dari mesin cetak ofset,
semakin banyak rol pelatnya semakin baik hasil cetakannya.

h. Untuk mesin yang dirancang khusus untuk cetakan sederhana jumlah


rol hantarnya biasanya 1 atau 2 buah rol. Sedangkan mesin yang
dirancang untuk pekerjaan berwarna atau blok biasanya berjumlah 4
atau 5 buah dengan diameter yang berbeda. Rol pelat tidak
digerakkan oleh penggerak, tetapi karena persinggungannya dengan
silinder pelat dan rol distribusi.

2.1.3.4 Unit Pencetakan

Unit pencetakan terdiri dari beberapa komponen yaitu :

1) Silinder pelat berfungsi sebagai tempat untuk memasang pelat cetak.

2) Silinder kain karet berfungsi sebagai tempat untuk memasang kain karet
dan sebagai silinder perantara.

3) Silinder tekan berfungsi untuk memberikan tekanan pada bahan cetak


agar tinta dari silinder kain karet bisa dialihkan ke bahan cetak dengan
sempurna.

Unit pengeluaran mesin cetak ofset lembaran pada umumnya terdiri atas
beberapa komponen antara lain : meja pengeluaran,gripper delivery,

12
penata tumpukan kertas, penghembus kertas sekaligus penyemprot
powder.

2.1.4 Konstruksi Mesin cetak ofset berdasarkan konfigurasi susunan


silinder

Dilihat dari konfigurasi susunan silinder, konstruksi mesin cetak ofset


lembaran terdiri dari :

2.1.4.1 Mesin cetak ofset 1 warna

Mesin cetak ofset 1 warna terdiri dari 1 unit yang memiliki 3 silinder
utama yaitu :

a. Silinder pelat berfungsi untuk memasang pelat yang akan dicetak.

b. Silinder kain karet berfungsi untuk memasang kain karet yang berfungsi
sebagai media perantara.

c. Silinder tekan berfungsi untuk menekan kertas, dilengkapi dengan


penjepit.

Yang berfungsi sebagai pembawa kertas yang akan dicetak.

Mesin cetak 1 warna mempunyai kemampuan mencetak satu warna dalam


setiap pencetakan/lintasan. Untuk mencetak lebih dari satu warna
diperlukan pengulangan lintasan sesuai jumlah warna yang dicetak.

Konstruksi mesin cetak dua warna ini terdapat tiga sistem penyusunan
silindernya yaitu :

a. Satu unit besar yang terdiri dari 5 silinder ya itu 2 silinder pelat, 2
silinder kain karet dan 1 silinder tekan

Gambar penampang diatas memperlihatkan mesin cetak dua warna yang


terdiri dari dua silinder pelat, dua silinder kain karet dan satu silinder

13
tekan. Jenis sistem ini dikembangkan oleh pabrik mesin MAN-Ronald di
Jerman dan juga diikuti oleh beberapa pabrik mesin cetak. Dengan
menggunakan prinsip 5 silinder, maka pencetakan dua warna dihasilkan
dengan satu kali jepitan oleh penjepit silinder tekan, sehingga perubahan
kedudukan kertas untuk memperoleh warna kedua dapat dihilangkan dan
kedudukan gambar pertama dan warna kedua tepat kedudukannya.
Kendala yang timbul dari sistem 5 silinder adalah masalah pengeringan
tinta. Hal ini disebabkan singkatnya waktu antara warna pertama dengan
warna kedua, sehingga kesempatan mengeringkan warna pertama belum
cukup waktu untuk ditumpangi warna kedua.

2.1.4.3 Mesin cetak ofset satu unit yang terdiri dari 4 silinder, yaitu 2 silinder
pelat, 1 silinder kain karet dan 1 silinder tekan

Jenis konstruksi mesin dua warna yang dikembangkan oleh pabrik mesin
rotaprint yang diikuti oleh pabrik mesin Multigraph, Gestetner bahkan
Heidelberg dengan quick masternya mengkonstruksi mesin cetak dua
warna dengan menyusun 4 silinder dalam satu unit besar. Seperti halnya
prinsip 5 silinder, sistem 4 silinder ini juga dapat menghasilkan dua warna
dengan satu kali jepitan oleh penjepit silinder tekan, sehingga perubahan
kedudukan kertas untuk memperoleh warna kedua dapat dihilangkan dan
kedudukan gambar warna pertama dan warna kedua tepat kedudukannya.
Yang membedakan sistem 4 silinder dengan sistem 5 silinder adalah
proses percampuran warna pada sistem 4 silinder terjadi pada kain karet
kemudian baru beralih pada kertas, sedang pada sistem 5 silinder
percampuran warna pada sistem 4 silinder terjadi pada kain karet
kemudian baru beralih pada kertas yaitu kertas dicetak warna pertama
kemudian dalam waktu yang singkat dicetak lagi warna kedua.

Jenis konstruksi dapat dimodifikasikan untuk dapat mencetak dua muka


sekaligus. Namun terhadap ketepatan cetaknya, jenis konstruksi mesin ini
memerlukan kecermatan penyetelan penjepit kertasnya, karena untuk
memperoleh hasil cetak dua warna, kertas dicekam dan dialihkan ke
pencekam lainnya sebanyak 5 kali, sehingga kemungkinan ketepatan
cetaknya kurang sempurna. Pada mesin cetak 4 warna, secara teoritis

14
adalah dua mesin cetak 2 warna disusun di belakangnya dengan
menambahkan alat pembawa kertas.

2.1.4.4 Dua unit tiga silinder setiap unitnya

Jenis konstruksi mesin dua warna dengan sistem ini dikembangkan oleh
Heidelberg dandiikuti pabrik mesin solna, planeta, dan beberapa mesin-
mesin di Jepang. Mengkonstruksi mesin cetak warna ganda dengan
menyusun 3 silinder pada setiap unitnya. Kelebihan jenis sistem ini adalah
tingkat kecerahan warna cetakan yang lebih baik, namun diperlukan
kecermatan dalam menyetel penjepit kertasnya karena untuk memperoleh
hasil dua warna, kertas dicekam dan dialihkan kepencekam lain sebanyak
4 kali.

2.1.4.5 Mesin cetak 4 warna

Mesin cetak 4 warna adalah mesin yang mampu mencetak dengan


maksimal 4 warna adalah mesin yang mampu mencetak dengan maksimal
4 warna per lintasan atau bisa dikatakan dalam sekali lintasan sudah
mendapatkan warna yang sempurna namun hanya terjadi pada 1 muka
saja, bila menginginkan hasil cetakan yang bolak balik maka perlu
dilakukan pengulangan satu kali lagi dengan proses pembalikan kertas
terlebih dahulu. Terdapat 2 jenis sistem yaitu 4 unit dengan 3 silinder
setiap unitnya dan 2 unit terdiri dari 5 silinder setiap unitnya.

Pada intinya cara kerja mesin-mesin 4 warna ini sama dengan mesin cetak
2 warna, namun pada mesin 4 warna ini terdapat lebih banyak unitnya jika
dibangdingkan dengan mesin cetak 2 warna.

2.2 Pengertian mutu cetak

Mutu atau kualitas adalah tingkatan baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu barang atau jasa. Secara fisik barang yang bermutu dicerminkan dengan
kata-kata baik,benar. Dalam sebuah organisasi biasanya mutu dapat dilihat dari

15
pelayanan yang diberikan kepada pelanggan oleh seseorang atau organisasi
sehingga pelanggan merasa puas, tanpa adanya keluhan atas pelayanan yang
didapat dari organisasi atau perusahaan.

Jadi mutu cetak adalah tingkatan baik atau buruknya hasil cetakan yang
dihasilkan cetakan yang dihasilkan dari pelayanan jasa cetak.

2.2.1 Faktor-faktor yang Dapat Menentukan Kualitas Hasil Cetakan Pada Saat
Proses Produksi

Ada beberapa factor yang dapat menentukan kualitas pada hasil cetakan
khususnya pada proses produksi, yaitu :

1. Penerapan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang benar.


2. SDM yang berkompeten di bidang grafika.
3. Kondisi mesin pra cetak, cetak, dan pasca cetak dalam kondisi yang baik
4. Penggunaan bahan-bahan grafika yang telah memenuhi standar.

2.3 Teori Dasar Produk Majalah

Majalah (bahasa inggris : magazine, periodical, glossies atau serials) adalah


penerbitan yang di cetak menggunakan tinta pada kertas, diterbitkan berkala
misalnya mingguan, dwimingguan, atau bulanan.

2.3.1 Spesifikasi Majalah BNI

Oplah : 12.500 eksemplar

Ukuran Jadi : 21 x 29,7

Isi : Kertas Matt Paper 120 gram

Cover : Art Carton 210 gram, 4 hal 4/4 Warna +

16
UV 1 muka

Finishing : Perfect Binding

- Cover : UV Varnish – Gloss, Potong


- Isi : Lipat, Potong

2.4 Pengertian Air Pembasah

Air Pembasah adalah sebuah larutan atau cairan yang didalamnya


terkandung elektrolit-elektrolit seperti garam (mineral), gum, solvent organic,
surfactant, dan bahan pembantu lainnya untuk digunakan pada saat proses
pencetakan berlangsung. Air pembasah memiliki fungsi yang cukup vital
dalam peranannya untuk menghasilkan kualitas hasil cetakan yang baik. Air
pembasah memiliki campuran antara lain alcohol dan fountain solution, bahan
campuran air pembasah ini memiliki fungsi untuk mendapatkan tingkat
keasaman atau nilai pH yang standar untuk air pembasahan cetak offset yaitu
antara 5-6 dan paling baik 5,6 dimana nilai keasaman ini telah terbukti dapat
menghasilkan kualitas hasil cetakan yang baik. Untuk mengukur keasaman pH
pembasah dapat dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus atau bisa juga
dengan menggunakan pH meter.

Conductivity atau konduktifitas adalah kandungan ion-ion elektrolit


(positif + dan Negatif -) pada air pembasah yang dapat menghantarkan arus
listrik. Konduktifitas memiliki satuan ms/cm (mikrosiemen / cm). Sedangkan
alat untuk mengukur konduksi ion-ion yang terkandung pada air pembasah
disebut conductivity meter. Nilai standar konduktifitas yang digunakan yaitu
antara 1.000 – 1.500 ms/cm. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konduktifitas yaitu : fountain solution, temperature, partikel yang terlepas dari
tinta, coating, debu, dan kadar alcohol yang terkandung (IPA).

2.4.1 Fungsi Air Pembasah

17
Air pembasah merupakan salah satu factor yang paling penting dalam
menghasilkan kualitas cetakan yang baik. Fungsi bahan pencampur alcohol
pada air pembasah memiliki fungsi untuk menstabilkan nilai pH,
mempercepat tercapainya keseimbangan antara air dan tinta, menjaga bagian
tidak mencetak agar selalu lembab atau basah pada saat proses pencetakan
berlangsung. Sehingga tidak ada tinta pada bagian tidak mencetak hal itu
dikarenakan proses cetak offset menggunakan proses kimia dimana
memisahkan bagian gambar (image area) yang bersifat menarik tinta dengan
bagian yang bukan gambar (non image area ) yang bersifat menarik air dan
secera kimia akan menolak tinta, serta fungsi yang tidak kalah pentingnya
yaitu melindungi dari alga, bakteri, dan mikroorganisme lainnya.

2.4.2 Kekerasan Air Pembasah ( Water Hardness)

Water hardness atau dapat diartikan dengan kekerasan / kelunakan air


pembasah. Water hardness biasanya menunjukan jumlah kandungan garam
alkali yang terkandung di dalam air pembasah. Water hardness juga
meripakan salah satu factor penting dalam menentukan kualitas air pembasah
karena berpengaruh terhadap tingginya nilai pH yang disebabkan oleh ion-
ion carbonate yang dapat meningkatkan nilai pH.

Oleh karena itu maka diperlukan pengukuran water harness, adapun


pengukuran water hardness dapat dilakukan dengan test kit water hardness,
pada umumnya test kit water hardness yang sering digunakan adalah dH
yang berasal dari Jerman dan yang satu lagi berasal dari Amerika yaitu parts
per million (ppm).

2.4.3 Bahan – Bahan Pencampur Air Pembasah

Bahan-bahan pencampur yang terkandung di dalam air pembasah


berperan sangat penting dalam menentukan nilai pH yang diinginkan, oleh
sebab itu isoprophyl alcohol (IPA) dan fountain solution menjadi sangat vital
perannya dalam menghasilkan kualitas cetak yang baik.

2.4.3.1 Isoprophyl Alcohol (IPA)

18
Isoprophyl alcohol adalah bahan campuran air pembasah yang
termasuk dalam golongan alcohol sekunder dan memiliki safat yaitu: titik
mendidihnya tinggi (80◦C), cepat menguap , suhu yang digunakan berada
pada angka 20◦C. Penambahan nilai alcohol untuk campuran air pembasah
yaitu berkisar di angka 10-15%.

Fungsi alcohol pada campuran air pembasah, yaitu:

 Membantu untuk meratakan air pembasah agar membasahi seluruh permukaan


pelat.
 Dapat menurunkan tegangan pada permukaan air pembasah, sehingga air yang
dipergunakan lebih sedikit dan efisien.
 Mengurangi timbulnya busa.
 Keseimbangan antara air dan tinta cepat tercapai.
 Air cepat menguap dan kering sehingga sedikit kemungkinan air sampai ke
bahan cetak.
 Kecilnya kecenderungan tinta yang beremulsi.

Kekurangan / pengaruh negative dari penggunaan alcohol pada campuran air


pembasah :

 Air pembasah yang mengandung alcohol dapat bereaksi terhadap komponen


komponen lain seperti rol, tunta, pelatm dan kain karet.
 Dapat mengikis lapisan permukaan pelat cetak.
 Dapat mengakibatkan rol pembasah menjadi keras.

2.4.3.2 Fountain Solution

Fountain Solution merupakan suatu cairan yang dipergunakan


sebagai bahan campuran air pembasah cetak offset, fountain solution akan
membantu untuk mendapatkan hasil cetakan yang baik dengan melalui
proses dalam sebuah air pembasah dan pelat cetak pun tidak mudah kotor.
Bahan – bahan yang terkandung di dalam fountain solution beserta
fungsinya, antara lain :

19
 Acid, yang berfungsi untuk menentukan kada pH pada fountain solution
karena acid berperan sebagai pengatur agar bagian yang menarik tinta
dan bagian yang menarik air dapat menjalankan perannya dengan baik
dan seimbang.
 Buffer, berfungsi untuk menstabilkan nilai pH pada fountain solution.
 Gum, berfungsi sebagai pengikat air saat membasahi bagian tak
mencetak pada pelat.
 Anti Busa, berfungsi untuk menjaga agar fountain solution tidak
berbusa.
 Anti Karat, berfungsi untuk menjaga agar bagian – bagian mesin yang
berhubungan langsung dengan fountain solution tidak berkarat.
 Anti Bakteri, berfungsi untuk membunuh bakteri yang terdapat pada
fountain solution dan air pembasah nantinya.
 Wetting Agent (Surfactant), berfungsi untuk menambah daya basah air
pada larutan fountain solution.
Pengalihan tinta yang baik hingga ke permukaan kertas jika
tidak didukung oleh pembasahan yang baik, hasil cetak akan tidak
sesuai yang diharapkan, antara lain : warna tinta akan pudar, lama
mongering, warna tinta pucat, dan lain-lain.

Penyaluran air yang tanpa cacat pada tempat – tempat tak tergambar,
tergantung 3 (tiga) factor, yaitu :

1. Sifat penarikan air bagian – bagian yang tak mencetak.


2. Sifat dan sususan air pembasah yang diberikan pada pelat, dan
3. Bekerjanya peralatan air secara teratur.

Untuk mencapai pemisahan antara bidang gambar dan tidak bergambar,


maka digunakan fountain solution.

Jadi secara singkat fungsi dari fountain solution, antara lain adalah :

 Standarisasi dan Sabilisai nilai pH.


 Memampukan air membasahi pelat secara tipis dan merata

20
 Melindungi petak cetak
 Perlindungan terhadap alga dan bakteri dalam sirkulasi fountain
solution.
 Mempercepat standarisasi dari ink-water balance (keseimbangan
antara tinta dan air).

Stabilnya nilai pH sesuai dengan yang dipersyaratkan akan menjaga


kualitas dari hasil cetak. Nilai pH melambangkan derajat keasaman
atau basa dari air, nilai pH yang dianjurkan antara 5,5 – 6 merupakan
nilai optimal. Pada pH yang dianjurkan pelat cetak dapat bekerja cepat
dan seringkali dapat mengurangi suplai air. Jika nilai pH dibawah 5,5
akan timbul masalah lambat kering, warna cetakan pucat, gambar di
pelat mudah rontok dan lain – lain. Jika nilai pH jauh diatas 6 akan
terjadi masalah emulsifikasi tinta, jumlah air terlalu banyak, density
cetakan rendah (warna cetakan pudar), dan lain – lain. Penambahan
fountain solution antara 2 – 4 %. Tugas penting lainnya dari fountain
solution adalah menstabilkan nilai pH untuk jangka waktu yang selama
mungkin.

2.4.4 Tegangan Permukaan

Proses pencetakan pada cetak offset tergantung pada daya tolak


menolak yang berkesinambungan antara air dan tinta. Bagian gambar / image
pelat cetak menerima tinta dan menolak air, sedangkan bagian tak bergambar
/ non image menerima air dan menolak tinta. Untuk menjamin pelat pelat
dapat bekerja dengan cepat dan tanpa hambatan saat proses cetak, air
pembasah harus dapat membasahi pelat dengan baik.

Molekul – molekul didalam zat cair mempunyai gaya tarik menarik


antara satu dengan yang lainnya, yang disebut sebagai gaya kohesi. Hal ini
berarti gaya yang dimiliki oleh suatu molekul didalam zat cair akan menjadi
seimbang oleh gaya yang berasal dari semua sisi dengan kekuatan yang
sama. Akan tetapi pada permukaan yang berlawana ( membuat seimbang )
ini tidak ada. Seluruh gaya yang ada menunuk kedalam. Pada kondisi yang
normal tegangan permukaan dalam air begitu kuatnya sehingga “menarik”

21
permukaan air yang berbatasan dengan udara seperti kulit yang elastic. Ada
perbedaan antara tegangan permukaan statis dan dinamis. Selama proses
cetak, permukaan fountain solution pada permukaan rol – rol mengalami
proses “hilang dan timbul kembali” beberapa kali setiap detik. Ini dikenal
sebagai proses dinamis. Berdasarkan alas an ini maka penting untuk
mencapai tegangan permukaan yang rendah dalam jangkauan dinamis.

2.4.4.1 Tegangan Interface ( tegangan antar permukaan )

Interface adalah permukaan kontak antara dua material yang berbeda


jenis. Tergantung pada kondisi suatu zat ( padat, cair, gas ), proses fisika
yang berlainan dapat diamati pada interface tersebut.

Padat – Gas = Adhesi, Absorpsi

Cair – Gas = Tegangan Permukaan

Padat – Cair = Tegangan antar permukaan, wetting.

Tegangan antar permukaan merupakan hasil dari interaksi kohesi dan adhesi
pada permukaan kontak antara dua material yang berlainan. Istilah wetting
umumnya dikorelasikan antara benda padat (pelat cetak) dengan zat cair
(fountain solution). Semakin rendah tegangan antar permukaan semakin
besar efek dari wetting. Wetting diartikan sebagai ukuran (besar/ kecilnya)
permukaan kontak antara dua material. Sudut kontak dapat diukur pada titik
dimana butiran zat cair menyentuh permukaan padat. Jika sudut tersebut
melebihi 90◦ berarti zat cair memiliki wetting yang kurang baik.

Butiran zat cair Nampak seperti sebuah bulatan pada permukaan padat.
Semakin kecil sudut kontak, butiran zat cair akan menyebar lebih baik
sehingga akan membasahi permukaan secara sempurna (tipis dan merata).

Tegangan antar permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan suatu


bahan dalam fountain solution seperti surfoktan, tetapi yang terutama yaitu

22
mengurangi penambahan alcohol ke dalam air pembasah. Alkohol yang
dimaksud dalam proses cetak ialah isopropanol, yang juga dikenal sebagai
IPA. Permukaan karet dari rol pembasah lama kelamaan akan menyerap
tinta. Dengan menambahkan 5 – 15 % alcohol, tegangan permukaan fountain
solution akan berkurang sehingga lapisan air akan menyebar pada rol karet
tersebut.

Keuntungan yang diperoleh dalam proses cetak dengan penambahan


alcohol kedalam fountain solution yaitu :

 Transportasi air pembasah menjadi lebih baik.


 Pendinginan unit tinta dan pembasah melalui penguapan.
 Tidak ada kontaminasi pada rol atau dalam tinta.
 Standarisasi yang cepat dari keseimbangan tinta dan air.
 Mencegah terjadinya busa
 Menambahkan wetting pelat dengan mengurangi tegangan
permukaan
 Mengurangi penumpukan tinta pada rol pembasah.

Selain keuntungan tersebut diatas, ada juga kerugian yang ditimbulkan dari
permukaan alcohol yaitu :

 Berbahaya bagi kesehatan.


 Polusi bagi lingkungan.
 Bahaya akan kebakaran dan ledakan.
 Mengikis permukaan kertas
 Mengikis bahan pembungkus pigmen metal
 Membuat rol pembasah menjadi keras.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut. Diusahakan untuk menggunakan


alcohol dengan jumlah seminimal mungkin. Tetapi untuk menurunkan kadar
pemakaian alcohol perlu informasi mengenai tingkat / kadar yang digunakan
saat ini. Pada dasarnya dua element utama yang selalu berhubungan dengan
teknik cetak offset adalah tinta dan air. Karena memang pada dasarnya cetak
offset adalah teknik cetak yang memanfaatkan sifatk tolak menolak air dan

23
minyak (tinta). Pada system pembasahan, air pembasah memiliki peran yang
sangat penting, yaitu membasahi permukaan pelat secara tipis dan merata,
sehingga seluruh permukaan pelat terlapisi oleh air dan dapat membersihkan
tinta di non image area (bagian tak mencetak). Untuk memperoleh
pembasahan yang baik dan sempurna, factor – factor lain yang berkaitan
dengan air pembasah dan harus diperhatika pula, yaitu seperti :

1. Jenis pelat dengan permukaan yang berbeda – beda. Hal ini ditinjau
dari system pengasaran permukaan pelat cetak, karena permukaan
yang licin tidak akan mampu memegan air.
2. Susunan kontruksi system pembasah berkaitan dengan system
pembasah yang ada, seperti system konvensional yang menggunakan
kain molten dan juga system pembasahan yang menggunakan
alcohol.
3. Gerak udara, adanya gerak udara akan mempercepat penguapan air
pembasah.
4. Suhu air pembasah adanya penignkatan suhu air pembasah akan
mempercepat penguapan.
5. Kemampuan bahan cetak menarik air untuk jenis kertas yang
memiliki sifat menarik air, maka pembasahan harus lebih banyak.
6. Kecepatan putaran mesin semakin cepat mesin berputar, maka panas
yang dihasilkan semakin besar, sehingga suplai air pembasah pun
harus lebih banyak.
7. Keasaman air pembasan idealnya pH air pembasah adalah 5,5 – 6,
karena bila terlalu asam atau terlalu basa/ alkali, maka akan
mempengaruhi daya lekat tinta dan proses pengeringan.
8. Penyetelan rol – rol pembasahan penyetelan yang terlalu berat akan
memperkecil pembasahan dan yang terlalu ringan akan
memperbanyak pembasahan, sehingga hasil cetak akan kotor atau
buram.

2.4.5 Nilai Kadar pH Air Pembasah yang baik

24
Untuk mengetahui nilai kadar pH air pembasah yang baik kita perlu
mengetahui pengertian dasar dari asam, basa dan netral, karena hal itu masih
berkaitan dalam menghasilkan nilai pH yang memenuhi standard an berikut
adalah cara mendapatkan pH air pembasah yang baik pada mesin sheet
khususnya (air+fountain solution 2-3% +IPA 10-15%).

2.4.5.1 Asam

Asam adalah suatu zat yang molekulnya mengandung suatu atom zat
cair atau lebih yang dapat diganti dengan atom logam. Ion juga dapat
menghasilkan ion hydrogen (H+) yang bermuatan positif.

2.4.5.2 Basa

Basa adalah suatu zat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion hidroksida (OH-). Dan basa juga memiliki fungsi untuk menetralkan
asam, karena secara kimia asam dan basa saling berlawanan.

2.4.5.3 Garam (Netral)

Zat garam adalah zat senyawa yang telah disusun oleh anion basa (ion
negative basa) dan kation asam (ion positif asam), jika asam dan basa tepat
setelah beraksi maka reaksinya disebut reaksi penetralan (reaksi netralisasi).

Berikut pengaruh keasaman air pembasah terhadap proses pencetakan :

 Air pembasah dengan pH dibawah 4 :


- Dibutuhkan sedikit air pembasah untuk proses pembasahan
permukaan elatnya.
- Dapat merusak / mengikis bagian mencetak/ image area pada
permukaan pelat.
- Dapat memperlambat proses pengeringan tinta pada bahan
cetak (kertas).
 Air pembasah dengan pH antara 5 – 6 :

25
- Untuk proses pembasahan permukaan pelatnya tidak
memerlukan air pembasah yang banyak, sehingga lebih
efisien.
- Tidak merusak bagian mencetak / image area pada
permukaan pelat cetak.
- Pengeringan tinta pada kertas tidak terhambat ( cepat
mongering ).
 Air pembasah dengan pH diatas 7 :
- Dibutuhkan banyak air pembasah untuk membasahi
permukaan pelat.
- Air pembasah beremulsi dengan tinta, sehingga menyebabkan
kotor pada rol air yang menyebabkan cetakan menjadi kotor.
- Ukuran titik raster berubah menyebabkan gambar menjadi
membesar/ gemuk.

BAB III

26
PENGARUH AIR PEMBASAH TERHADAP MUTU CETAK MAJALAH BNI PADA
MESIN CETAK OFSET HEIDELBERG SPEEDMASTER 102 – 5 WARNA

Penggunaan air pembasah pada mesin Heidelberg Speedmaster 102 5 warna


sangat mempengaruhi mutu cetak majalah BNI terutama pada warna hasil cetak.
Penggunaan air pembasah masih kurang maksimal, terutama dalam hal pencampuran
air pembasah, fountain, serta alcohol. Dalam pencampurannya, operator masih
menggunakan perkiraan dalam mencampur air, alcohol, serta fountain, oleh karena
itu kerap kali terjadi kendala – kendala cetak / masalah – masalah cetak yang terjadi
akibat pengaruh penggunaan air pembasah yang tidak ideal, seperti cetakan kotor,
tidak tercapainnya warna hasil cetakan yang diinginkan, dan lain sebagainnya.

Menurut teori, penggunaan air pembasah yang ideal yaitu air pembasah harus
memiliki pH yang berkisar 5,5 – 6 dan penambahan fountain solution yang berkisar
2 – 4 % serta alcohol 5 – 15 %. Dengan penggunaan air pembasah yang ideal dan
sesuai, maka hasil cetak yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik,
terutama dalam kualitas warna cetakan.

Penggunaan air pembasah dengan menggunakan air ledeng / PAM yaitu


dengan pH yang berkisar di angka 7, hal ini telah diukur dengan menggunakan pH
meter, oleh karena itu operator berusaha untuk membuat pH dengan nilai 5,5/5,6
yaitu merupakan nilai pH yang baik untuk pembasahan pada mesin cetak offset
Heidelberg 102 5 warna yaitu dengan cara mencampurkan air ledeng atau PAM
tersebut dengan bahan pencampur fountain dan alcohol. Namun dengan terlalu
seringnya operator mencampur alcohol dan fountain solution pada air pembasah,
sehingga operator menjadi lebih sering menggunakan perkiraan saja karena hal
tersbut dinilai dapat mempersingkat waktu dalam persiapan proses cetak majalah
BNI dan selain itu juga operator lebih sering beranggapan bahwa nilai pH air
pembasah dapat berubah sesuai dengan ketentuan dan dapat diubah pada waktu
proses cetak sedang berlangsung, apabila pada saat proses cetak operator menilai
bahwa sekiranya pH air pembasah tidak mencapai 5,5 maka operator cenderung
hanya menambahkan alcohol saja, padahal penggunaan alcohol yang tidak sesuai

27
dan berlebihan pada air pembasah dapat menyebabkan emulsi pelat menjadi cepat
terkikis.

Untuk suhu air pembasah yang baik di mesin Heidelberg Speedmaster 102 5
warna adalah berkisar di angka 10 – 20◦C, dan untuk mempertahankannya terdapat
cyler untuk membuat air tetap stabil berada di angka tersebut.

Kekurangan yang terjadi pada pembasahan Mesin Heidelberg Speedmaster 102


5 warna, salah satunya yaitu masalah suhu ruangan yang panas yang dikarenakan
ruangan proses cetak tersebut tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan, hal ini
menyebabkan dapat mempercepat penguapan air pembasah dan pada akhirnya hanya
sedikit air yang membasahi permukaan pelat. Hal ini merupakan salah satu factor
yang membuat air pembasah tidak dapat menhalankan perannya dengan baik yaitu
melapisi permukaan pelat secara tipis dan merata sehingga hasil cetak tidak akan
maksimal.

Setelah penulis melakukan pengamatan secara menyeluruh, hampir sebagian


besar permasalahan cetak yang dialami yaitu berasal dari unit pembasahan, penulis
mengamati banyak hasil cetakan yang kotor bahkan terlihat pudar, ditambah lagi
permasalahan lain yaitu pada saat proses pencetakan berlangsung, bak air pembasah
kondisinya kurang baikm terutama pada mesin Heidelberg Speedmaster 102 5
warna, bak air pembasah sering banjir, akibat sirkulasi air pembasah tidak berjalan
dengan baik, sering terjadi air menetes dari bak air pembasah menetes ke silinder
tekan bahkan tidak jarang ke bahan cetak.

Penulis banyak menemukan permasalahan cetak terutama yang diakibatkan


oleh pencampuran air pembasah yang tidak sesuai tak jarang penulis menemukan
permasalahan seperti gambar suram atau kotor, scumming, gambar pada pelat cepat
rontok dan sebagainya.

Operator cetak tergolong cepat tanggap, yaitu dalam hal ini kaitannya tentang
menanggulangi masalah cetak yang disebabkan oleh air pembasah, namun pada saat
penanggulangan operator sering tidak memperhatikan factor teknis seperti
perbandingan untuk pencampuran air pembasah yang baik sering kali memang air
pembasah tidak sesuai dalam pencampurannya, dan pH air pembasah jarang sekali
diukur, hal ini mengakibatkan banyak permasalahan pada saat proses cetaknya,

28
warna yang sulit tercapai adalah salat satu permasalahan yang bisa terbilang sangat
sulit diatasi, karena bak air pembasah dan tempat penampungannya pada chiller
kotor, sehingga pada hasil cetaknya pun kotor, oleh karena itu operator harus
menguras chiller dan bak air pembasah serta mengganti air pembasah. Factor lain
yang menjadi perhatian penulis adalah pengaruh bahan campuran yang terkandung
di dalam air pembasah.

BAB IV

PEMBAHASAN PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN PENGARUH


AIR PEMBASAH TERHADAP MUTU CETAK MAJALAH BNI DAN
SOLUSINYA

29
4.1 Permasalahan Yang Timbul Pada Proses Cetak Majalah BNI dan Solusinya

Permasalahan yang terjadi pada proses cetak khususnya pada hal ini adalah
proses cetak majalah BNI pada mesin cetak lembaran Heidelberg Speedmaster 102 5
warna terbilang cukup kompleks. Permasalahan yang terjadi pada proses cetak bisa
dibilang merupakan permasalahan yang cukup vital dalam dunia grafika, karena
pada proses cetak terjadi proses pengalihan image / gambar dari acuan cetak ( pelat )
ke bahan cetak ( kertas ) yang memalui beberapa proses dan hasil cetakan dapat
dinilai secara langsung baik atau buruknya. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah
peninjauan yang cukup mendalam tentang permasalahan di proses cetak. Setelah
dilakukan peninjauan ternyata 65% permasalah yang terjadi pada proses cetak
majalah BNI disebabkan oleh pengaruh air pembasah.

Jenis – jenis permasalahan yang sering terjadi khususnya yang disebabkan oleh
pengaruh air pembasah, yaitu seperti :

1. Hasil cetakan kabur ( suram ) serta tidak merata.


2. Gambar pada pelat cepat rontok.
3. Tinta pada hasil cetakan sulit mongering.
4. Scumming.
5. Tinting.
6. Pada cetakan timbul garis arah silinder.

4.1.1 Hasil Cetakan Kabur (Suram) Serta Tidak Merata

Permasalahan pada hasil cetakan yang kabur dapat disebabkan oleh


beberapa faktor. Penyebab permasalahan ini pada majalah BNI karena ramuan
air pembasah yang terlalu asam, hal ini dapat menyebabkan perubahan titik
raster yang terjadi pada hasil cetakan sehingga mengakibatkan hasil cetakan
yang suram.

30
Pemberian air pembasah pada pelat terlalu berlebihan, hal ini menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan antara air pembasah dan tinda cetak, sehingga
dapat menyebabkan hasil cetak kabur.

Solusi untuk mengatasi permasalahan cetak ini yaitu yang pertama mengganti
air pembasah dan menyesuaikannya kembali yaitu dengan nilai pH antara 5-6
hal ini berfungsi untuk mendapatkan kembali air pembasah yang ideal agar
hasil cetak yang baik dapat tercapai, lalu mengurangi skala bak air yang
bertujuan untuk mengurangi distribusi air pembasah yang berlebihan pada
pelat cetak yang dapat membuat gambar menjadi terlihat suram.

4.1.2 Gambar Pada Pelat Cepat Rontok

Pada permasalahan ini mengakibatkan permukaan pelat menjadi rontok dan


dapat mengakibatkan bagian image area / bagian cetak menjadi menolak tinta.

Penyebab permasalahan ini pada majalah BNI yaitu karena penggunaan air
pembasah yang terlalu asam, karena pencampuran air pembasah yang
dilakukan oleh operator tidak sesuai dengan standar yang ideal dan tidak
dilakukan pengukuran pH, sehingga menyebabkan lapisan pelat cetak
khususnya pada bagian gambar cepat rontok.

Solusi pada permasalahan ini yaitu operator cetak harus mengganti air
pembasah dan melakukan pengukuran pH air pembasah yang sesuai, yaitu
pada nilai pH antara 5-6, dan paling baik 5,6.

4.1.3 Tinta Pada Hasil Cetakan Sulit Mengering

Permasalahan pada tinta hasil cetakan yang sulit mongering ini sering
terjadi pada proses pencetakan.

Penyebab permasalahan ini pada majalah BNI yaitu diakibatkan oleh


penggunaan fountain solution yang terlalu banyak, air pembasah terlalu asam,
dan juga penggunaan tinta yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kertas yang
akan dicetak.

31
Solusi pada permasalahan ini yaitu yang pertama operator cetak seharusnya
melakukan pengukuran nilai pH pada air pembasah hingga berada pada nilai
yang telah ditetapkan. Dan untuk penggunaan fountain solution, operator cetak
harus mengetahui takaran untuk pemberian fountain solution pada air
pembasah. Pemberian fountain solution yang ideal adalah 2% dari total volume
air pembasah yang terdapat dalam bak air pembasah kemudian air pembasah
yang terdapat dalam bak air pembasah kemudian air pembasah ahrus diukur
dan pastikan bahwa nilai pHnya tetap pada pH 5,5.

Solusinya untuk pemberian tinta yang belebihan pada majalah BNI adalah
dengan cara mengurangi pendistribusian tinta yang secara berlebihan,
seharusnya operator cetak menggunakan pendistribusian tinta yang ideal yaitu
dengan cara lapisan yang sedang dan merata.

4.1.4 Scumming

Scumming adalah permasalahan cetak yaitu dalam hal ini yaitu


ketidakmampuan dari air pembasah untuk merbersihkan bagian tidak mencetak
(Non Image Area). Scumming merupakan salah satu permasalahan yang sulit
dihilangkan dari pelat.

Penyebab permasalahan ini pada majalah BNI yaitu yang paling utama terjadi
karena kondisi pelat yang kurang baik, penggunaan tinta yang terlalu encer
sehingga tidak tahan terhadap air, penggunaan air pembasah yang tidak sesuai
dan suhu udara yang panas.

Solusi pada permasalahan ini yaitu yang pertama sebelum proses cetak
berlangsung. Seharusnya operator terlebih dahulu memeriksa pelat cetak yang
akan digunakan untuk mencetak dan pastikan dalam kondisi yang baik dan
tidak kotor (tidak cacat).

Kemudian solusi yang harus dilakukan berikutnya adalah pengontrolan


terhadap jenis tinta yang akan digunakan, sebaiknya menggunakan tinta yang
tahan terhadap penggunaan Isopropyl Alcohol (IPA), dan usahakan mengganti
tinta yang lebih kental. Kemudian operator harus menambah skala pemberian
air pembasah, karena biasanya pada permasalahan ini terjadi akibat kurangnya

32
penggunaan air pembasah dan juga usahakan suhu pada ruangan cetak tidak
terlalu panas, karena hal ini dapat menyebabkan penguapan air pembasah yang
cepat.

4.1.5 Tinting

Tinting adalah permasalahan cetak dimana cetak tinta cetak beremulsi


dalam bak air pembasah dan non image area pada permukaan pelat yang
mudah dibersihkan.

Penyebab permasalahan tinting pada majalah BNI adalah salah satunya


disebabkan oleh penggunaan tinta yang terlalu lunak sehingga pigmen bisa
larut dalam air sehingga tinta beremulsi terhadap air pembasah. Volume air
pembasah yang terlalu kecil juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
tinting serta pH dan conductivity pada air pembasah tidak sesuai merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya tinting pada majalah BNI.

Solusinya dari permasalahan ini adalah memeriksa kondisi jenis tinta yang
digunakan, karena tidak semua tinta tahan terhadap bahan pencampur alcohol,
dan juga pengguan alcohol pada air pembasah harus sesuai ketentuan dan tidak
boleh berlebihan, serta menggunakan tinta dengan tingkat kekentalan yang
sesuai.

Kemudian solusi selanjutnya memperbaiki nilai pH menjadi 5-6 atau paling


baik 5,6 dan conductivity berada pada angka 1200 ms/cm, dan menambahkan
volume air pembasah untuk membersihkan bagian permukaan pelat yang
kotor. Serta menggunakan rol yang tepat dan melakukan perawatan secara
berkala yaitu dengan pencucian secara menyeluruh.

4.1.6 Pada Cetakan Timbul Garis Arah Silinder


Permasalahan pada cetakan timbul garis dengan arah yang sama pada arah
putaran silinder ini sering timbul pada unit pembasah.

Penyebab permasalahan ini pada majalah BNI adalah yang pertama yaitu
akibat penyetalan rol air pembasah yang kurang tepat, kemudian akibat

33
pengaruh negative penggunaan bahan campuran alcohol yang berlebihan pada
air pembasah, sehingga rol air pembasah mengeras, mudah kotor dan tidak
berfumhsi dengan baik.

Solusi permasalahannya yang pertama melakukan pembersihan dan


pengecekan ulang penyetelan rol air pembasah tersebut sampai benar-benar
yakni bahwa telah berada pada posisi yang tepat. Kemudian menggunakan
bahan pencampuran alcohol untuk air pembasah sesuai takaran yang telah
ditentukan yaitu 10% dari total volume air pembasah yang terdapat dalam bak
air. Serta sering Merecover ulang rol air pembasah tersebut. Dan ini biasanya
merupakan solusi terakhir yang dilakukan dibanyak industry grafika.

4.1.7 Pengaruh Air pembasah Terhadap Mutu Hasil Cetak Majalah BNI

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap mutu hasil cetak


majalah BNI pada mesin Heidelberg Speedmaster 102 5 warna, ternyata
pengaruh penggunaan air pembasah sangat besar dalam menentukan mutu
cetak majalah yang baik. Penggunaan air pembasahan yang tidak sesuai akan
mengakibatkan berbagai macam masalah cetak yang telah dibahas pada
bahasan sebelumnya, salah satu penyebabnya utama timbulnya masalah pada
air pembasah yaitu adalah ketidaksesuaian perbandingan pencampuran air
pembasah dengan bahan pencampuran yaitu dalam hal ini adalah fountain dan
alcohol.

Masih adanya perbandingan pencampuran yang dilakukan secara kira-kira oleh


operator cetak. Sehingga hal ini menyebabkan tidak sesuainya pH air
pembasah dan hal ini sangat berpengaruh terhadap mutu cetak majalah BNI
yaitu khususnya masalah pada warna hasil cetak yang terkadang kotor bahkan
pudar pada majalah BNI

34
Menurut pengamatan terhadap permasalahan hasil cetak majalah BNI pada
Mesin Heidelberg Speedmaster 102 5 warna dapat ditarik sebuah garis besar
bahwa faktor – faktor yang menentukan hasil cetak hasil cetak adalah tidak
hanya ditentukan dari air pembasahnya saja tetapi secara teknis juga kondisi
unit pembasah merupakan faktor yang ikut mempengaruhi mutu cetak majalah
BNI, seperti yang kerap kali terjadi permasalahan yang disebabkan oleh air
pembasah, tetapi dalam hal ini kaitannya dengan bak air pembasah yang
terkadang banjir, sehingga air pembasah meluap dan membasahi sekitar daerah
silinder tekan bagkan tak jarang ke bahan cetak, hal ini terjadi karena sirkulasi
bak air yang tidak berjalan dengan baikm terkadang bak air tersumbat oleh
kotoran yang diakibatkan dari tinta yang mengeras ataupun kotoran pada bak
air pembasah, sehingga hal ini menyebabkan air pembasah meluap keluar dari
bak air pembasah (flooding), kemudian pada bak air pembasah sering terjadi
timbulnya lumut ataupun kotoran yang menurut penulis hal ini disebabkan oleh
material bahan – bahan pencampur air pembasah yang kurang baik.
Penulis mengamati pengaruh air pembasah terhadap mutu cetak majalah BNI
karena menurut pengamatan penulis di dalam majalah BNI terdapat banyak
gambar serta teks maupun warna blok yang dibutuhkan pada cover majalah
BNI, hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi penulis, karena yang terjadi pada
saat pencetakan majalah BNI, sering sekali terjadi permasalahan yang
berkaitan dengan air pembasah, dan ini sangat mempengaruhi mutu warna
cetakan terutama pada cover majalah BNI yang memerlukan cetakan blok yang
solid, dan pada bagian isinya yang banyak terdapat image serta didominasi
oleh teks seringkali cetakan menjadi suram atau blur, hal ini dapat terjadi
disebabkan oleh karena air pembasah yang memiliki pH terlalu asam, sehingga
hal ini dapat menimbulkan perubahan titik raster yang mengakibatkan hasil
cetakan menjadi suram.

4.3 Pengaruh Bahan – Bahan Pencampur Air Pembasah Terhadap Nilai pH


dan Mutu Hasil Cetak Majalah BNI

Bahan bahan pencampur air pembasah seperti IPA dan fountain solution
adalah bahan – bahan yang sangat berpengaruh dalam menentukan nilai pH.

35
Fungsi fountain dari bahan – bahan yang terkandung di dalam fountain
solution adalah :
1. Acid, yang berfungsi untuk menentukan kadar pH pada fountain
solution karena acid berperan sebagai pengatur agar bagian yang
menarik tinta dan bagian yang menarik air dapat menjalankan peranya
dengan baik dan seimbang. Dalam hal ini Acid berfungsi untuk
mengatur keseimbangan warna yang akan dihasilkan pada majalah
BNI.
2. Buffer, berfungsi untuk menstabilkan nilai pH pada fountain solution.
Dalam hal ini buffer berfungsi pada proses cetak agar warna yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan, karena fungsinya yaitu untuk
menstabilkan nilai pH, maka secara otomatis buffer sangat menentukan
mutu cetak majalah BNI terutama pada saat pencetakan warna blok
yang terdapat pada cover majalah BNI.
3. Gum, berfungsi sebagai pengikat air saat membasahai bagian tak
mencetak pada pelat, sehingga pada saat proses cetak berlangsung tinta
pada bagian tidak mencetak dapat langsung tersapu oleh air pembasah,
sehingga hasil cetak menjadi ersih dan tidak kotor akibat air yang
terdapat pada bagain tak mencetak yang beremulsi dengan tinta, oleh
sebab itu fungsi gum pada hal ini memiliki fungsi yang cukup vital.
4. Anti Busa, berfungsi untuk menjaga agar fountain solution tidak
berbusa, sehingga air pembasah tetap dapat menjalankan perannya
dengan baik.
5. Anti Karat, berfungsi untuk menjaga agar bagian – bagian mesin yang
berhubungan langsung dengan fountain solution tidak berkarat,
sehingga secara tidak langsung anti karat yang terkandung dalam
fountain solution dapar memperpanjang umur mesin.
6. Anti Bakteri, berfungsi untuk membunuh bakteri yang terdapat pada
fountain solution dan air pembasah nantinya.
7. Wetting Agent (Surfactant), berfungsi untuk menambah daya basah air
pada larutan fountain solution sehingga pembasahan dapat lebih
maksimal dalam pendistribusiannya ke bahan cetak.

36
Dengan demikian jelas, bahwa bahan – bahan pencampur yang terdapat pada
air pembasah sangatlah menentukan nilai pH, tentunya dengan perbandingan
bahan campuran yang sesuai maka mutu cetak yang baik akan didapatkan,
khususnya pada mutu dari warna hasil cetakan. Apabila salah satu bahan
pencampur tidak sesuai dalam hal perbandingan pencampurannya, maka warna
hasil cetakan dapat menjadi pudar bahkan kotor, hal ini diakibatkan karena air
pembasah yang tidak dapat secara maksimal membasahi permukaan pelat cetak
dan atau bahkan tinta yang beremulsi di bak air pembasah, dan mengakibatkan
cetakan menjadi kotor.

Menurut pengamatan penulis penggunakan bahan pencampuran air


pembasah yang tidak memiliki merk tertentu, oleh sebab itu penulis berasumsi
bahwa bahan campuran air pembasah tersebut tidak memliki standar yang
sebagaimana telah ditentukan dalam penggunaannya di industry grafika. Selain
itu penulis kerap kali menemukan kotoran seperti pasir di dasar campuran air
pembasah. Oleh karena itu menurut penulis, penggunaan bahan-bahan
penunjang dalam proses pencetakan seharusnya adalah bahan-bahan yang
sudah memiliki standar dalam penggunaannya, Sehingga dalam
penggunaannya lebih terjamin dalam menciptakan mutu suatu hasil cetak
yaitu dalam hal ini adalah mutu majalah BNI

Sebagai upaya peningkatan mutu cetak majalah BNI penulis pernah


menyarankan untuk mengukur semua proses yang merupakan faktor penentu
kualitas cetak, baik itu mengukur tekanan cetak yang sesuai, serta mengukur
air pembasah yang akan digunakan. Memang bukan sampai saat ini masih
banyak perusahaan-perusahaan grafika yang tidak melakukan pengukuran
dalam hal ini kaitannya dengan pengukuran air pembasah, masih berlakunya
cara pencampuran air pembasah dengan perbandingan yang secara kira-kira,
hal ini mengakibatkan mutu hasil cetak tidak akan maksimal meskipun
terkadang warna hasil cetak bisa tercapai, tetapi tidak akan tercapai secara
maksimal. Tidak jarang ditemui pula sulitnya tercapai warna cetak yang
diinginkan, hal ini terkadang memaksa operator cetak harus mengganti ulang
air pembasah ataupun menambahkan alcohol dengan perbandingan campuran
yang hanya dikira-kira saja, hal ini tentu sangat merugikan perusahaan waktu

37
yang tidaklah sedikit, waktu, yang terbuang adalah suatu kerugian bagi suatu
perusahaan, yaitu dalam hal ini perusahaan grafika, kemudian yang kedua air
pembasah yang terlalu asam akan mengakibatkan emulsi pelat menjadi cepat
terkikis, hal ini mengakibatkan again yang tak mencetak dan bagian yang
mencetak tidak dapat menjalankan perannya dengan baik. Oleh karena itu
pentingnya dilakukan pengukuran yaitu dalam hal ini pengukuran nilai pH air
pembasah sebelum proses cetak berlangsung, dan juga pentingnya penggunaan
bahan – bahan penunjang dalam proses pencetaian yang sudah memiliki
standar, sehingga dalam proses pencetakannya, yaitu dalam hal ini proses
pencetakan majalah BNI pada mesin Heidelberg Speedmaster 102 5 warna
mendapatkan mutu hasil cetak yang baik.

38
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan dan analisa yang telah penulis lakukan, akhirnya


penulis dapat menyimpulkan sebuah kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1.Hampir lebih dari separuh penyebab permasalahan di dalam proses cetak yaitu
terdapat pada unit pembasahan yaitu dalam kaitannya dengan air pembasah
dan bahan – bahan pencampurannya. Oleh karena itu pentingnya mengetahui
bahan – bahan dalam pendukung proses cetak agar menghasilkan mutu
cetakan yang baik, yaitu dalam hal ini kaitannya dengan air pemasah,
mengetahui fungsi – fungsi serta pengaruh air pembasah merupakan hal yang
sangat penting, terutama apabila ingin menghasilkan mutu cetak majalah
yang berkualitas. Adapun nilai yang disarankan untuk kadar pH air
pembasah yang ideal adalah 5 – 6 dan paling baik adalah 5,6 dengan
konduktifitas 1200 ms/cm.
2.Pengaruh suhu terhadap air pembasah mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam kaitannya tentang penguapan yang terjadi akibat suhu yang terlalu
panas/tinggi, dan hal ini dapat mengakibatkan air pembasah tidak dapat
secara maksimal membasahi seluruh permukaan pelat cetak.
3.Bahan – bahan pencampur air pembasah memiliki pengaruh yang sangat
penting untuk menentukan nilai pH yang ideal, oleh karena itu pencampuran
bahan – bahan pencampur yang tepat pada air pembasah tentu akan
berpengaruh besar terhadap mutu cetak, yaitu disini dalam kaitannya dengan
mutu cetak majalah BNI.

5.2 Saran

39
Berdasarkan penulisan Laporan Tugas Teknik Cetak Offset yang sudah
dibuat, terdapat beberapa saran yang mungkin bermanfaat. Berikut adalah
saran-saran yang dapat diberikan :

1. Agar mutu hasil cetak tetap terjaga, maka sebaiknya perlu dilakukan
pengukuran, baik itu pengukuran kesesuaian antara bahan cetak dengan
tekanan cetak maupun pengeukuran pH air pembasah yang ideal dan
nilai density hasil cetakan. Dalam hal ini sebaiknya pengukuran
dilakukan menggunakan alat ukur yang sudah menjadi standar ukuran,
agar pengukuran mendapatkan hasil yang presisi, seperti pH meter
untuk mengukur kadar/ nilai pH, conductivity meter, dan densitometer.
2. Sebaiknya untuk mendapatkan mutu hasil cetak yang maksimal,
perusahaan harus menggunakan bahan cetak yang sudah memiliki
standar sertifikasi dalam penggunaannya di industry grafikam seperti
kertas, tinta, maupun bahan – bahan pencampur air pembasah, dan
sebagainya.
3. Perlu diperhatikannya suhu ruangan dan penulis rasa ruangan yang
terdapat mesin cetak Heidelberg Speedmaster 102 – 5 warna di
dalamnya harus terpasang alat pendingin ruangan (AC) agar mesin
dapat bekerja secara optimal, dan permasalahan penguapan air
pembasah dapat berkurang.

40

Anda mungkin juga menyukai