Anda di halaman 1dari 6

KASUS HARGA DIRI RENDAH

KASUS A Suparlan

Ny K, perempuan berumur 38 tahun, suku pasien adalah jawa. Pasien beragama islam
pendidikan terakhir adalah SMP. Pasien berasal dari Desa Tegalarum Kab Semarang
Pasien dirawat sejak tanggal 15 Desember 2020 sumber data pengkajian ini adalah
pasien, petugas di ruangan Gatotkaca. Pasien masuk melalui IGD RSJD dr. Amino
Gondohutomo Pada tanggal 10 Desember 2020 diantar keluarganya untuk yang
kedua kalinya. Pasien sudah pernah dirawat 3 kali terakhir 3 tahun yang lalu. Alasan
pasien masuk adalah tidak mau meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu
sebelum dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan. Saat dikaji pasien
mengatakan dirinya malu dan merasa tidak berguna dikarenakan belum mendapat
pekerjaan. Pasien mengatakan ingin selalu bekerja dan tidak bermalas- malasan,
gagal menjadi seorang istri karena tidak mampu mempertahankan rumah tangganya.
Pasien pernah mendapat penolakan dari suaminya karena penyakitnya yang
menyebabkan suaminya pergi meninggalkannya. Pasien mengatakan bahwa ada
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu adik dari ibunya. Diagnosa
medis: skizofrenia. Terapi medis saat ini : Trihexy Penidil 2x2 mg, Haloperdol 2x1,5
mg, Chlorpromazine 1x100 mg.

KASUS Sucipto

Ny. H perempuan berumur 30 tahun, suku pasien adalah jawa. Pasien beragama islam
pendidikan terakhir adalah SMA. Pasien berasal dari Desa Godegan Grobogan
tinggal dirumah bersama orang tua nya. Pasien dirawat sejak tanggal 1 Desember
2020 karena sering menyendiri dan berbicara sendiri. Pasien masuk melalui IGD
diantar oleh keluarganya sudah 3 kali dirawat, pada tahun 2010, 2014 dan 2015
dengan masalah sering mengamuk, meninju kaca rumahnya, memukul orang tuanya.
Saat ini, pasien mengatakan merasa malu karena tidak bekerja serta tidak memiliki
apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya. Klien mengatakan
pesimis dengan kemampuan dirinya karena tidak bekerja dan berpenghasilan seperti
adik-adiknya. Pasien sedih dan merasa gagal menikah karena diputus oleh pacarnya 6
bulan yang lalu. Saat berusia 10 tahun pernah jatuh dari motor dan kepalanya
terbentur. Diagnosa medis: skizofrenia. Terapi medis saat ini: Trihexy Penidil 2x2
mg, Haloperdol 2x1,5 mg, Chlorpromazine HCL 1x1.
KASUS ISOLASI SOSIAL

KASUS A Moh. Zamroni lutfi


Tn.S berumur: 35 tahun, jenis kelamin: laki-laki, No.RM: 036919, pendidikan klien:
SMK, alamat: Gunungsari Semarang, agama: Islam. Alasan klien masuk rumah sakit
jiwa yaitu 2 minggu sebelumnya klien sering menyendiri, bicara sendiri, bingung, sulit
tidur, tidak mau makan, jarang sekali bergaul dengan lingkungan, karena klien merasa
malu dan juga merasa dirinya dimusuhi oleh adik kandungnya hingga akhirnya klien
memukul adik kandungnya. Terkadang klien juga marah-marah dan berteriak jika
dipaksa untuk makan dan minum. Karena kondisi tersebut pada tangal 5 Desember 2020
keluarga membawa klien ke RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Klien pernah
dirawat 1 kali pada tahun 2018, namun tidak pernah kontrol dan minum obat. Pada 4
bulan yang lalu pasien bercerai dengan istrinya dan ditinggalkan oleh anak- anaknya.
Pasien mengatakan tidak berguna, sedih dan terlihat sering diam dan menyendiri di
kamar. Diagnosa medis: skizofrenia dengan terapi medis Trihexy Penidil 2x2 mg dan
Chlorpromazine HCL 1x1.

KASUS B Ribut Tri puji kahasto

Ny. A berusia 30 tahun berjenis perempuan, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan tidak
bekerja, menganut agama islam, beralamat di Jl Alamanda Bukit Cemara Semarang.
Mulai dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Desember 2020. Pasien merasa bingung
ketika diajak kenalan dengan orang lain dan tidak tau mulai dari mana dengan apa
yang akan dibicarakan. Keluarga terkadang mengajak pasien berinteraksi dengan
tetangga sekitar, tetapi partisipan tetap tidak mau dan mengatakan ia merasa enggan
bertemu dengan orang. Pasien mengatakan ia ditinggalkan ayahnya pada saat umur
12 tahun yang membuat dia sedih dan sangat kehilangan, pasien pernah menjadi
pelaku tindak kekerasan oleh temannya saat sekolah. Pasien hanya mau berdiam diri
dan menahan kekesalannya sendiri, partisipan juga tidak mau mengambil keputusan
dan menyelesaikan masalahanya. Diagnosa medis: skizofrenia dengan terapi medis
Trihexy Penidil 2x2 mg dan Chlorpromazine HCL 1x1.
KASUS HALUSINASI
KASUS A Toto kusnindar

Tn. O berusia 43 tahun, beragama Islam, pekerjaan sebelumnya sebagai pegawai swasta.
Masuk ruang perawatan pada tanggal 29 Desember 2020 diantar oleh keluarga dengan
alasan sering teriak-teriak dirumah, gelisah, mengamuk, susah tidur, dan sering
mendengar suara-suara karena putus obat selama 6 bulan. Diagnosa medik : F.20 :
Skizofrenia. Tn. O sebelumnya sudah pernah masuk RSJD dr. Amino Gondohutomo
Semarang sebanyak 3 kali pada tahun 2010, 2015 dan 2018 dengan kasus yang sama
yaitu Halusinasi Pendengaran. Sekarang, pasien berada di ruang Srikandi dalam keadaan
tenang dan dapat di ajak berbicara secara kooperatif dan ADL mandiri. Keluhan utama
pasien berteriak-teriak, berbicara sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang
mengejeknya. Waktu terjadinya : jika ia sendirian dan melamun. Frekuensi halusinasi :
Halusinasi jarang terjadi, hanya sesekali. Respon pasien : saat terjadi halusinasi, pasien
menutup telinga dan menghardik halusinasi tersebut. Saat ini pasien mendapatkan terapi
medik: Chlorpromazine 10 mg dan Haloperidol 5 mg.

KASUS B Yuni lestari

Tn. H berusia 38 tahun, beragam Islam, pendidikan SMA, dan tidak bekerja. Masuk
ruang perawatan tanggal 18 Desember 2020 diantar oleh keluarga dengan alasan
sering keluyuran keluar rumah, terlihat bingung, sering melemparlempar barang, serta
mengatakan mendengar suara-suara karena putus obat kurang lebih 1 tahun. Diagnosa
medik : F.20 : Skizofrenia. Tn. H sebelumnya sudah pernah masuk RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang 1 kali pada tahun 2016 dengan kasus yang sama yaitu
Halusinasi. Sekarang pasien di ruang Dewi Kunti dengan keadaan tenang dan mampu
berkomunikasi dengan kooperatif. Keluhan utama pasien mengatakan bingung, tidak
tau harus melakukan apa, suka melempar- lempar barang tanpa sebab dan keluyuran
keluar rumah. Pasien mengatakan isi halusinasi : Pasien mengatakan mendengar
suara yang mengajaknya untuk jalan-jalan keluar rumah tanpa tau tujuannya Waktu
terjadinya : Jika ia sedang sendiri dan melamun. Frekuensi halusinasi : Tidak pernah
terjadi selama di Rumah Sakit Respon pasien : Saat tejadi halusinasi, pasien menutup
telinga dan menghardik halusinasi. Saat ini pasien mendapatkan terapi medik :
Haloperidol 5 mg.
KASUS RESIKO PERILAKU KEKERASAN
KASUS A Edy kuswantoro

Tn. J, laki – laki berumur 38 tahun, suku pasien adalah minang. Pasien beragama islam
pendidikan terakhir adalah SMP. Pasien tinggal di kampung tangah bayang Pesisir
Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 15 Desember 2020 sumber data pengkajian ini
adalah pasien, petugas di ruangan merpati, dan status pasien. Pasien masuk melalui
IGD RSJD dr. Amino Gondohutomo Pada tanggal 10 Desember 2020 diantar
keluarganya untuk yang kedua kalinya. Pasien sudah pernah dirawat terakhir 5 tahun
yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau meminum obat sejak 5 bulan yang
lalu, 2 minggu sebelum dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan.
tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab, bicara-bicara sendiri, banyak bermenung,
kurang tidur, dan menghancurkan barang-barang yang ada didalam rumahnya. Pasien
juga sering mengkonsumsi alkohol. Pasien mengeluhkan bingung ingin melakukan
kegiatan apa diruangan, klien senang berbicara dengan dirinya sendiri, merasa kesal
apabila ada keributan selama diruangan, pasien juga mengatakan susah berinteraksi
dengan teman-teman diruangan karna pasien marah apabila perkataan nya tidak di
dengarkan. Pandangan mata pasien tajam, pasien mengatakan lebih senang berbicara
dengan perawat atau dokter di ruangan. Klien mengatakan lebih senang sendiri.
Terapi medis yang diberikan pada pasien saat ini adalah ladomer 5 mg (IM),
risperidon 2x1 mg, dan merlopam 1x1 mg.

KASUS B Andreas setyono

Tn. I laki-laki berumur 24 tahun, suku pasien adalah minang. Pasien beragama islam
pendidikan terakhir adalah SMA. Pasien tinggal di lubuk aur bayang Pesisir Selatan
tinggal dirumah bersama orang tua nya. Pasien dirawat sejak tanggal 20 Desember
2020 sumber data pengkajian ini adalah pasien, petugas ruangan merpati, dan status
pasien. Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada tanggal 15
Desember 2020. Pasien diantar untuk yang kelima kalinya dengan keluhan, meninju
kaca rumahnya, memukul orang tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat, bicara dan
tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi NAPZA sebelum dirawat. Terakhir dirawat
yaitu pada bulan September 2018. Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun
2011. Pasien mengeluhkan ia tidak bisa mengontrol cara bicara nya yang kasar
terhadap orang lain, kadang-kadang pasien membentak teman nya yang ada
diruangan. Pandangan mata pasien tajam dan pasien tampak banyak bicara. Pasien
mengeluhkan ingin segera pulang dan cepat sembuh. Terapi medis yang diberikan
pada pasien saat ini adalah ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x2 mg, dan merlopam 1x2
mg.
KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI
KASUS A Mustopo

Tn. N seorang laki-laki, berusia 47 tahun, beragama islam, tinggal di Perum Dahlia Semarang
dan tidak memiliki pekerjaan. Alasan masuk Rumah Sakit Jiwa karena klien gelisah, marah-
marah tanpa sebab, emosi labil, mudah tersinggung, meninju-ninju dinding dan adanya perasaan
curiga. Klien mengatakan bertengkar dengan kakaknya. Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 17 Desember 2020, pasien mengatakan lebih suka sendiri dan tidur-tiduran di kamar.
Pasien mengatakan malu, dan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas. Tatapan
masih tajam, sering mengepalkan tangannya, masih mencurigai orang lain. Penampilan pasien
tampak tidak rapi, kuku pendek tapi kotor, sesekali tampak menggaruk-garuk kaki dan
tangannya, dan saat makan masih berserakan dan mulut bau. Pasien mengalami sakit sejak tahun
2014 dan sekarang dirawat untuk yang ketiga kalinya, dirawat terakhir kali pada tahun 2019.
Pasien menggelandang ± 3 bulan ini dan kadang pulang ke rumah kakaknya. Pasien sebelumnya
sudah pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Magelang. Namun sejak pulang dari perawatan
pasien tidak pernah minum obat.

KASUS RESIKO BUNUH DIRI Suharno

Klien bernama Tn. X dengan umur 52 tahun, klien berjenis kelamin laki-laki, status perkawinan
klien duda, beragama islam, dan pendidikan terakhir klien SLTA. Klien masuk RSJD dr. Amino
Gondohutomo pada tanggal 9 Desember 2020 dengan diagnosa medis F.20.0 (skizofrenia
paranoid). Alasan masuk Tn. W dibawa ke RSJ oleh keluarganya dikarenakan tiba-tiba klien
berupaya bunuh diri. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan Tn. W melakukan percobaan
bunuh diri bahkan sampai melakukan hal tersebut hingga dua kali. Tn W menunjukkan gangguan
jiwa kurang lebih 1 tahun yang lalu. Klien dirawat di RSJ untuk kedua kalinya. Terakhir dirawat
di RSJ pada tahun 2020. Dalam keluarga klien, tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat gangguan jiwa. Klien merupakan anak ke-dua dari tiga bersaudara. Klien sudah
berkeluarga, dan klien berperan sebagai seorang ayah dari 2 anaknya, laki-laki dan perempuan.
Tn. W putus obat selama kurang lebih dua bulan dan istri klien meminta cerai pada tahun 2019.
Sehingga saat ini klien tinggal di rumah bersama ibu dan kakaknya. Klien memiliki perasaan
gagal, tidak berguna, dan merasa hidupnya tidak bahagia. Klien juga mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Hasil pengkajian: Tn. W
mengatakan pernah melakukan percobaan bunuh diri sebanyak dua kali dengan menggunakan
tali. Klien merasa tidak bahagia karena hidupnya monoton. Klien bicara lambat, kontak mata
kurang karena klien cenderung memandang satu titik, bukan memandang lawan bicaranya.
Terapi medis: Resperidon 2 x 5 mg, Clozapine 1 x 5 mg, dan olanzapine 3 x 2,5 mg.
KASUS WAHAM Cici hartati

Ny. L yang berusia 45tahun. Pada tanggal 27 Oktober 2020 di bawa ke RSJ oleh keluarga karena
saat dirumah pasien gelisah dan mengatakan hal-hal yang tidak rasional. Pasien juga marah-
marah saat dinasehati, bicara kasar dan tidak sesuai, menyerang orang lain, merusak alat-alat
rumah tangga dan sulit tidur. Pasien diketahui mempunyai masalah kejiwaan sejak tahun 2011.
Pasien pernah menjalani pengobatan terakhir tahun 2014, putus obat dan tidak pernah kontrol
lagi sejak ± 5 tahun. Pasien mengatakan sudah sembuh dan tidak perlu minum obat lagi.
Pengkajian pada 25 Desember 2020, klien tampak bingung, sorot mata tajam, berjalan mondar-
mandir, saat diajak berinteraksi pasien tampak jengkel, nada suara tinggi dan bicara kasar. Pasien
juga menyalahkan orang lain terhadap kondisi yang dialaminya, menyangkal sakit dan
mengungkapkan keinginan untuk pulang. Pasien mengatakan dalam dirinya terdapat 3 jiwa
dalam satu tubuh (tritunggal) yaitu Eva, Evi, dan Ipah. Masing-masing jiwa ini melakukan tugas
penting untuk mensejahterakan bangsa. Pasien juga mengatakan dalam dirinya terdapat kekuatan
khusus karena dirinya adalah hasil reinkarnasi dari roh-roh suci, dan mendapatkan kekuatan dari
roh kudus untuk memberikan kebaikan bagi umat manusia. Diagnosa medis: Diagnosa medis:
skizofrenia dengan terapi medis: Resperidon 2 x 5 mg, Clozapine 1 x 5 mg.

Anda mungkin juga menyukai