Anda di halaman 1dari 11

TRIGER CASE JIWA

Data dapat ditambahakan sesuai dengan rasionalisasi kondisi dan bedasarkan WOC
Tugas: Lengkapi data pengkajian (anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
serta terapi) pada kasus diatas dan buatlah asuhan keperawatan untuk masing-masing
kasus

1. Profil pasien: Nn T berusia 30 tahun, agam islam, status belum menikah, pendidikan terakhir
SD. Diagnosa halusinasi pendengaran. Pasien dibawa oleh keluarga di RSJ, dengan keluhan
pasien sering berteriak, marah-marah karena mendengar suara menyuruhnya melakukan
sesuatu yang berbahaya. Pasien mengatakan dirinya merasa minder dan malu dengan teman-
temannya karena diantara mereka hanya dia yang belum menikah, jadi klien merasa malas
untuk bergaul. Pada saat pengkajian pasien tampak ketakutan, gelisah dan binggung, kontak
mata kurang pasien lebih banyak melihat kearah lain, pasien lebih sering menyendiri dan
melamun, pembicaraan baik tetapi agak cepat dan kooperatif. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TTV TD: 140 mmHg, N: 86 x/m, RR: 23 x/m, S: 35 oC. Terapi Medik yang
diberikan: Noprenia 2 mg (1-0-1 tab) Hexymer 2 mg ( 1-0-1 tab) Merlopam 2 mg (0-0-1/2
tab).
2. Profil pasien: Nn A berusia 37 tahun, agam islam, status belum menikah, pendidikan terakhir
SMP. Diagnosa halusinasi penglihatan. Pasien dibawa keluarga ke RSJ pada tanggal 24
Januari 2020 dengan keluhan pasien mengatakan seperti melihat orang mengikutinya dengan
wajah yang menyeramkan, pasien berteriak-teriak, dan marah-marah sampai memukul kaca
rumahnya hingga pecah. Pada saat pengkajian tanggal 25 Januari 2020 pasien tampak gelisah,
takut, menatap pandangan ke satu titik, sering marah-marah, berteriak-teriak, pasien suka
bernyanyi sendiri. Hasil pemeriksaan fisik TTV TD: 110/80 mmHg, N: 98 x/m, RR: 21 x/m,
S: 36oC. Terapi Medik yang diberikan: Risperidone 2mg (1-0-1 tab), Clozapine 100mg (0-0-
1/2 tab), Haloperidol 5mg (1-0-1 tab), Depakote 250mg (0-0-1 tab).
3. Profil pasien: Tn B berusia 40 tahun, agam katolik, status cerai, pendidikan terakhir SMA,
pasien tidak bekerja. Diagnosa Skizofrenia (isolasi social). Pasien dibawa keluarga ke RSJ
pada tanggal 3 Desember 2019 Keluarga mengatakan  2 tahun ini perilaku pasien kacau,
sering makan sambil berdiri, mandi berlama-lamaan, susah tidur, tertawa sendiri, jarang
bergaul, sering berdiam diri di kamar. Pada saat pengkajian tanggal 5 Desember 2019 pasien
mengatakan sering terbayang-bayang perkataan orang yg menghina rumah tangganya,
bayangan itu muncul saat pasien sendiri  3 menit, pasien malas bergaul, Klien mengatakan
malas untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu dengan orang lain, Klien mengatakan malu
dan bila ada masalah hanya diam, Klien mengatakan dirinya tidak semangat. Pasien terlihat
sering berdiam diri, sering menyendiri di tempat tidur, kontak mata kurang saat diajak
berkomunikasi, pasien hanya berbicara saat ditanya, afek tumpul, bicara pelan, nada rendah.
Hasil pemeriksaan fisik TTV TD: 120/80 mmHg, N: 90 x/m, RR: 20 x/m, S: 35,1oC.
4. Profil pasien: Tn S berusia 35 tahun, agam Kristen protestan, status duda, pendidikan terakhir
SMA, pasien tidak bekerja. Diagnosa Skizofrenia (harga diri redah). Pasien masuk RSJD
Sukabumi diantar keluarga, pada tanggal 13 September 2020, pasien masuk dengan keluhan
di rumah pasien susah tidur, sering keluyuran, melamun, sering marah-marah, bicara kacau,
dan binggung. Keluarga pasien mengatakan Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu, dan di rawat di RSJ pada tahun 2016, kemudian pasien berobat jalan secara teratur tetapi
+ 1 bulan pasien menolak minum obat, pengobatan tidak berhasil kemudian pasien dianjurkan
untuk dirawat kembali. Pada saat pengkajian pasien mengatakan ingin selalu sendiri, minder
jika berkenalan dengan orang lain, pasien mengatakan malu kepada keadaanya sekarang.
Pasien tampak merendah dan tunduk saat diajak berbicara mengenai dirinya, pasien selalu
mengritik diri sendiri, Pasien tampak tertutup tidak mau berbicara tentang pribadinya. Hasil
pemeriksaan fisik TTV TD: 130/80 mmHg, N: 87 x/m, RR: 20 x/m, S: 36oC.
5. Profil pasien: Tn F berusia 35 tahun, agam islam, status belum menikah, pendidikan terakhir
SMA. Diagnosa Skizofrenia (defisit perawatan diri). Pasien masuk RSJ Solo tanggal 9 Juni
2018. Dengan keluhan pasien mengatakan tidak mau bersosialisasi dalam kegiatan
masyarakat, pasien jarang berkomunikasi dengan orang lain, pasien lebih suka menyediri.
Pada Pengkajian tanggal 12 Juni 2018. Pasien mengatakan kebersihan tidak terlalu penting,
pasien mengatakan jarang mandi, malas gosok gigi dan jarang ganti baju. Pasien terlihat
kotor, rambut tampak kotor, gigi klien kotor, lesu dan lebih berdiam diri. Hasil pemeriksaan
fisik TTV TD: 136/90 mmHg, N: 87 x/m, RR: 20 x/m, S: 35,6 oC. Terapi medis Risperidon :
2x1 mg, Lorazepam : 1x2 mg, Fe : 2x1 mg, As. Folat : 2x1 mg.
6. Profil pasien: Tn. J berusia 54 Tahun, tinggal di Batumerah RT. 01 Kota Ambon, beragama
islam, tidak pernah menempuh pendidikan, dan pekerjaan sebelumnya sebagai penjaga toko.
Masuk ruang perawatan tanggal 14 Maret 2019 diantar oleh Dinas Sosial dengan alasan
pasien gelandangan, susah tidur dan bicara ngelantur serta putus obat. Tn. A sebelumnya
pernah masuk RSJ Nania dengan kasus yang sama yaitu Halusinasi Pendengaran. Sekarang
pasien berada di ruang perawatan sub akut, pasien dalam keadaan tenang, tidak gelisah dan
kooperatif serta ADL mandiri. Dari pengkajian yang saya dapatkan pasien mengatakan
mendengar suara bisikan menyuruhnya untuk mengikuti pendidikan, pasien mendengar suara
tersebut pada pagi hari ketika pasien beristirahat dan suara itu terdengar hanya satu kali saja
dalam satu hari. Pada saat suara itu muncul pasien merespon dan pasien langsung mengikuti
perintah sebentar saja tetapi tidak melakukan apa-apa, pasien mengakatan sulit untuk
beristirahat karena selalu selalu mendengar bisikan-bisikan, pasien tampak mondar mandir,
selalu menunduk jika diajak berbicara, dan berbicara sendiri. Dari hasil TTV TD: 116/80
mmHg, N: 89 x/m, RR: 20 x/m, S: 35,2oC, pasien di RS mendapatkan terapi medik
Trihexyphenidyl 2mg.
7. Profil pasien: Ny. D berusia 39, Tahun, beragama islam, status bercerai, pendidikan terakhir
SMA, pasien pernah bekerja menjadi teller di salah satu BANK. Pasien masuk dari IGD RSJ
Sejati Surabaya, tanggal 30 Maret 2020 pukul 14.37 WIT dengan keluhan dari keluarga yaitu
pasien marah-marah dan membawa pisau, pasien juga membanting barang-barang di rumah
karena rambut pasien dipotong seperti laki –laki dan kemauannya tidak dituruti, pasien juga
pernah dianiyaya fisik oleh mantan suami karena masalah keluarga. Pada saat pengkajian
tanggal 3 April 2020 pukul 09.00 WIB pasien mengatakan marah sama ibunya karena
rambutnya dipotong seperti laki-laki, sedangkan pasien tidak mau dipotong, pasien
menginginkan rambut panjang seperti anak perempuan lainnya. Pasien juga mengatakan sakit
hati sama ibunya karena pasien menggagap ibunya yang membuatnya seperti laki-laki pasien
juga mengatakan saat marah-marah membating barang-barang dan sering mengancam ibunya
menggunakan pisau apabila tidak diberikan uang jajan, sehingga membuat ibunya ketakutan.
Keluarga mengatakan pernah dirawat pada tahun 2018 di RSJ. Pasien juga sudah putus obat
karena keluarga jarang memperhatikan pasien. Pasien tampak emosi saat diajak berbicara,
mata melotot (tajam), bibir cemberut, pasien mengatakan “saya jengkel dan sakit hati sama
ibu saya karena sudah membuat saya seperti laki-laki”, sering berteriak-teriak. Pasien selalu
mengepalkan tanggannya, Keluhan fisik pasien mengatakan gatal-gatal pada tubuhnya, pasien
mengatakan mandi hanya 1 kali tidak menggunakan sabun, dan jarang untuk menggosok gigi,
pakian yang digunakan dipakai berulang-ulang, terlihat di kulit pasien mengalami kemerahan
dan pasien tampak mengaruk-garuk. . Hasil TTV TD: 134/70 mmHg, N: 96 x/m, RR: 22 x/m,
S: 36,2oC. Terapi medis yang diberikan Chlorpromazine: 2 x 100 mg (1-0-1),
Trifluoperazine : 3 x 5 mg (1-1-1), Trihexypnedin :2 x 2 mg (1-0-1).
8. Profil pasien: An. S berusia 14 Tahun, tinggal di Kebun Cengkah Kota Ambon, beragama
islam. Pasien di bawa ayahnya ke RSJ Nania pada tanggal 15 Januari 2021 pukul 08.00 WIB.
Ayah pasien mengatakan An. S sering menyendiri dirumah, tidak mau berbicara dengan
siapapun, kadang-kadang tertawa sendiri, dan membanting barang-barang yang ada dirumah.
Saat dikaji pasien banyak diam dan sedikit bicara. Pasien sakit jiwa sudah 2 bulan yang lalu,
ayah pasien mengatakan An. S pernah dirawat di RSJ Nania selama 2 minggu pada tanggal 20
maret 2021 dan pulang karena merasa sudah sembuh pasien tidak minum obat yang
diinstruksikan oleh dokter. Ayah pasien mengatakan mengatakan besar harapannya agar An. S
bisa mengikuti jejak kakaknya masuk di pondok pesantren favorit, tetapi karena hafalannya
kurang pasien masuk di pondok yang biasa saja, semenjak itu pasien sering diam dan
menyendiri. Pada saat pengkajian pasien tambak menunduk, tidak ada kontak mata, pasien
tidak kooperatif, ekspresi bercampur khawatir, gelisah dan binggung, pasien ditanya hanya
diam, pasien tidak bisa tenang sehingga pasien diikat, semua aktivitas dibantu keluarganya.
Ayah pasien mengatakan saat dirumah pasien tidak bisa tidur sering terjaga. Dan saat dirumah
sakit pasien terlihat susah untuk tidur, pasien tidur setelah mendapatkan obat tidur. Hasil TTV
TD: 110/80 mmHg, N: 87 x/m, RR: 20 x/m, S: 36,2 oC. Terapi medis yang diberikan
Risperidon 2 x 1,5 mg (1-0-1), THD 2 x 1 mg (1-0-1) Clozapine 2 x 12,5 mg (1-0-1) Inj.
Lodomer IV 2 x ½ ampul (1-0-1 2 2).
9. Profil pasien: Ny. X berusia 56 Tahun, tinggal di Kebun Poka Kota Ambon, beragama
katolik. Pasien di antar oleh petugas satpol pp ke RSJ Nania pada tanggal 15 Januari 2021
pukul 08.00 WIB karena berkeliaran dijalanan. Pasien mengatakan selalu merasa kalau kakak
iparnya berniat buruk terhadapnya karena pasien yang banyak memiliki uang, perhiasan dan
mobil. Klien mengatakan dibrankas rumahnya berisi berlian, tapi tiba-tiba hilang. Pasien juga
merasa tetangganya tidak menyukainya dan pernah masuk kerumahnya mengambil
perhiasannya. Dalam catatan keperawatan sebelumnya pasien pernah masuk RSJ sudah 4 kali
dengan keluhan marah-marah. Pasien putus obat dan tidak pernah kontol ke dokter. Pada saat
pengkajian pasien berbicara ngelantur sambil menatap pebuh curiga dan waspada kepada
orang yang mendekatinya, pasien tampak gelisah dan binggung. Pasien mengakatan bahwa
dirinya tidak sakit, namun orang-orang disekitarnya yang memiliki niat buruk terhadapnya.
Pasien mengatakan barang-barangnya sering hilang dicuri teman sekamarnya dan curiga
terhadap mahasiswa yang memberikan roti dicampur sabun. Pasien banyak tiduran dan
bermalas-malasan di kamar. Pasien mengatkan lebih senag sendiri dan berdiam. Kontak mata
selalu melihat disekitar jika diajak berbicara. Pasien tampak kontor dan bau badan, pasien
mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, pakian yang dikenakan jarang untuk diganti.sering
mondar-mandir. Hasil TTV TD: 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, S: 36,5°C,P: 18x/menit.
Ukuran: TB: 162 cm BB: 71 Kg.
10. Profil pasien: Tn H berusia 30 tahun, didiagnois dengan resiko perilaku kekerasan. Klien
dibawah ke IGD RSKD Nania, pada tanggal 20 desember 2019 oleh keluarga, dengan alasan
klien mudah marah, mengamuk, berbicara dengan nada tinggi dan merusak lingkunagan,
Klien tampak bingung, gelisah, emosi labil, timbul rasa curiga, interaksi sosial kurang dan
kurang perawatan diri. Pada pengkajian faktor predisposisi didapatkan data, klien mengatakan
sudah pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebanyak dua kali ini, terakhir klien dirawat setahun
yang lalu dan dirawat selama kurang lebih satu bulan. Faktor presipitasi, klien mengatakan
mudah marah dan mengamuk dirumah kemudian merusak lingkungan yang ada disekitar
karena merasa jengkel dengan teman-temannnya dan tetangganya yang suka mengelok-elokan
pasien. Hasil pemeriksaan fisik didaptkan tanda-tanda vital; TD 150/100 mmHg, nadi
99x/m, suhu 36, 8 0C, RR 24x/menit, TB 165cm, BB 60 kg. Terapi pengobatan dilakukan
sebelumnya kurang berhasil karena klien tidak bersedia minum obat kurang lebih sudah 4
bulan.
11. Profil klien: TN. RD berusia 37 tahun, diiagnosa medis dengan skizofrenia residual. Saat
wawancara dan observasi klien didapatkan data, pasien masuk RSKD Nania pada tanggal
18/12/2020 diantar oleh keluarga, dikeluhkan bahwa pasien sering mendengar suara-suara
tidak berwujud, pasien mengatakan isi suara berbeda-beda suara perempuan yang tertawa dan
suara laki-laki yang mengajaknya untuk berzikir, pasien sulit tidur karena mendengar suara
tersebut, pasien merasa kesal dan ingin marah saat dirumah pasien sering membanting barang.
Pasien merupakan pasien RSJ sejak tahun 2009, saat melihat kondisi pasien, keluarga
langsung membawa ke RSKD. Faktor predisposisi; pasien merupakan pasien yang lama sejak
2008, pasien sering masuk, terhitung 5 kali sudah masuk RSJ, pasien kambuh karena purus
obat karena pasien sudah merasa sembuh. Pasien meruapakan pasien rawat jalan, pengobatan
sebelumnya berhasil, pasien sudah kooperatif saat pulang, namun kambuh lagi karena putus
obat sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Aniaya fisik: Klien pernah mengalami kekerasan
dalam keluarga. Klien mengatakan sering marah dan mengancam bahkan melakukan
kekerasan terhadap anggota keluarganya jika sedang kesal atau jengkel. Keluhan fisik yang
didapatkan pada bagian integument, pasien mengatakan mandi tidak menggunakan sabun dan
shampoo, kulit kering dan kusang, turgor kulit elastis. Keluhan pada konsep diri yakni
gambaran diri, identitas diri, peran diri, idieal diri baik saja, namun pada harga diri pasien
mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri belum kerja dan Pasien merasa malu karena
pernah dirawat di RSJ, pasien merasa bahwa cap “orang gangguan jiwa” akan selalu melekat
Tanda-tanda vital; TD : 120/90 mmHg, Nadi : 80 x/m, Suhu : 37,6OC, Respirasi : 22x/menit.
Ukur TB : 170 cm BB : 60 kg. Terapi medic: Risperidon 2 x 2 mg, Cifrolaxacim 2x500 mg,
Depacote Gk 1x250 mg, Chilerpermazi 1x50 mg.
12. Profil klien. Tn A, umur 34 tahun. Sebelum masuk rumah sakit klien bingung,
menyendiri, gelisah, sering bicara sendiri, sulit tidur, bicara kacau dan sering memarahi
anggota keluarga. Klien dulu pernah di rawat di Rumah Sakit Jiwa. Klien sering mendengar
suara yang menyuruhnya untuk melempar batu kerumah orang, klien tidak mau bergaul
dengan teman, pendiam, dan sering menyendiri. Faktor presdisposisi; keluarga klien
mengatakan ia sudah dua kali masuk RSJ, pertama kali pada tahun 2017, riawayat pengobatan
sebelumnya kurang berhasil karena putus obat, pasien ditinggal pergi oleh istri tanpa pamit
sehingga mempunyai pengalaman masa lalu yang memilukan. Keluhan fisik yang didapatkan
pada bagian integument, pasien mengatakan mandi tidak menggunakan sabun dan shampoo,
kulit kering dan kusang, turgor kulit elastis. Keluhan pada konsep diri yakni gambaran diri,
identitas diri, peran diri, idieal diri baik saja, namun pada harga diri pasien mengatakan Pasien
mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri dan Pasien merasa malu karena pernah dirawat
di RSJ. Pasien malu dengan warga sekitar rumahnya sehinggga dirinya malu untuk
bersosialisasi dengan warga sekitar. Pemeriksaan TTV, TD: 120/80 mmHG, N: 84x/menit,
Suhu: 36, 6OC, Respirasi: 22x/menit: TB : 156 cm BB : 60 kg. Terapi medic: Risperidon 2 x
2 mg, Cifrolaxacim 2x500 mg, Depacote Gk 1x250 mg, Chilerpermazi 1x50 mg.
13. Profil klien. Tn. L, berusia 65 tahun. alasan masuk rumah sakit karena Keluarga klien
mengatakan klien suka mengamuk dari usia muda awal mula klien suka marah saat orang
tuanya meninggal, klien mengamuk saat tidak diperbolehkan merokok, klien juga merasa
jengkel saat mendengar cucunya ribut, klien juga sempat mendengar bisikian-bisikan untuk
menyuruhnya marah. Faktor predisposisi klien pernah mengalami gangguan jiwa dan sudah
dua kali masuk RSJ, pengobatan tidak berhasil disebabkan klien putus obat. Pengalaman masa
lalu Keluarga klien mengatakan klien dulu sempat mengamuk, jika klien mengamuk klien
pergi dari rumah dan kembali setelah 1 bulan kemudian, dahulu klien pernah di pasung,
keluarga klien mengatakan awal mula klien mengalami gangguan jiwa saat bapak nya klien
meninggal dunia. Pemeriksaan fisik; TD: 120/80 mmHg, Nadi: 84 x/m, Suhu: 36,6, Respirasi:
22x/menit. Keluhan fisik; rambut Nampak dan tidak disisir, wajah; gigi terlihat kotor, bibir
pucat, dan integument; pasien mengatakan mandi tidak menggunakan sabun dan shampoo,
kulit tampak kering fan kusam, turgor kulit elastis. Konsep diri terhadap harga diri, klien
mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri belum kerja dan Pasien merasa malu karena
pernah dirawat di RSJ, pasien merasa bahwa cap “orang gangguan jiwa” akan selalu melekat
di dirinya. Penampilan klien; Penampilan pasien kurang rapi, pasien mengatakan mandi 2x,
baju ganti pada pagi hari, namun pasien masih bau, pasien gosok gigi tidak menggunakan
pasta gigi rambut pasien tidak rapih karna tidak disisir, kuku kotor. Pasien malu dengan warga
sekitar rumahnya sehinggga dirinya malu untuk bersosialisasi dengan warga sekitar.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain; klien mengatakan merasa malu dan minder
saat berinteraksi dgn pasien yang lainnya. Persepsi halusinasi; Pasien mengalami halusinasi
pendengaran dan penglihatan , pasien tampak bicara sendiri dan bingung, menoleh kekanan
dan kekiri pasien 44 mengatakan mendengar suara-suara aneh yang tidak jelas dan tidak
nyata, pasien mengatakan melihat hal-hal ghaib, pasien mengatakan suara-suara itu muncul 3-
4 kali dalam sehari, yang memerintahkan dirinya untuk memukuli orang-orang disekitar,
suara itu muncul kapan saja dan dimana saja, pada saat suara itu muncul pasien mondar-
mandir.
14. Ny A berusia 35 tahun, beragama Kristen Katolik, di antar ke RSKD Prov. Maluku oleh
ibu kos karena kurang lebih 3 hari melihat kondisi anak kos nya sering mengamuk tidak jelas
dan berbicara keras. Ibu kos mengaku pasien sering melempar barang-barang dan
memecahkan kaca jendela rumah dan kosan tersebut. Alasan yang di dengar ibu kos dari
teman kosanya pasien memiliki kekasih yang sangat di cintai tetapi kekasihnya sudah
menikah dengan wanita lain di kampung halaman kekasihnya. Factor predisposisi pasien
pernah mengalami gangguan jiwa 2 tahun lalu, pengobatan sebelumya tidak berhasil, tidak
mendapatkan kekerasan dalam keluarga dan tidak mengalami aniaya fisik serta mental. Saat
dilakukan pengkajian klien sesekali berteriak dengan kata (Parampuang itu sudah oce punya
pilihan, beta sudah tidak cantik, tua dan gendut), klien tampak gelisah, tangan dikepal, wajah
menunjukan marah/bermusuhan, berbicara cepat dan keras, kontak mata tidak berfokus. Hasil
pemeriksaan fisik klien di dapatkan Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg, N, 80x/m, P,
22x/m, S, 36 oc. TB 170 cm, BB 68 kg. Terapi Medis : Risperidone2 x 2 mg/oral ,
Clhorpomazin (CPZ) 2 x 100 mg/oral. Depacote, 250 mg 1x1, Trihexyphenidyl (THP) 2 mg
1x sehari.
15. Ny. J berusia 48 tahun seorang ibu rumah tangga, didiganosa medis Skizofrenia tipe
maniak. Pasien diantar oleh keluarganya karena sehari sebelumnya klien mandi hujan dengan
keadaan terlanjang, mengamuk di rumah serta memecahkan beberapa barang, melempar
rumah dan mengancam untuk membunuh iparnya dengan benda tajam. Pasien melakukan hal
tersebut setelah bertengkar dengan iparnya. Factor predisposisi, pasien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, pengobatan tidak berhasil, sering mendapatkan aniaya fisik.
Pasien diketahui pasien berulang dengan alasan putus obat karena tidak ada dukungan dari
keluarga untuk kesembuhanya. Pasien mengatakan apabilah marah dengan kondisi rumah
yang kotor keluarga langsung menganggapnya mulai kambuh dan cepat-cepat di bawah ke
RSKD, serta sering di anggap orang gila dan membuat malu keluarga. Saat dilakukan
pengkajian, pasien sering mengganti topic pembicaraan selama percakap, saat ditanya
namanya pasien mengatakan beliau seorang dosen dan sedang menyelesaikan S2 di fakultas
Teologia, namun pasien menyebut namanya Ny J. Pasien tampak gelisah, tidak rapi, rambut
tidak teratur, bauh badan, gigi kotor dan mengatakan belum mandi dari sejak masuk rumah
sakit. Pembicaraan pasien cepat, keras, gagap, kontak mata cepat teralihkan, emosi labil. Hasil
pemeriksaan fisik (Tanda-tanda vital) : TD 110/80 mmHg, N, 100x/m, P, 22x/m, S, 36,3 oc.
TB 154 cm, BB 56 kg. Terapi Medis : Risperidone 2 ml 2x 1, Trihexyphenidil 2 mg 3x 1,
Depakote 250 mg 1-0-0.
16. Tn A. S, berusia 36 tahun, dilarikan ke RSKD Prov. Maluku dikarenakan 6 jam yang lalu
klien menikam sepupunya dengan pisau. Dari saksi mata dikatakan bahwa awal kronologis
korban dan pasien sedang berada dalam satu mobil menuju kota ambon, pasien tidak
menunjukan gejala apapun, awalnya pasien duduk di kursi paling depan dan korban duduk di
kursi paling belakang, ditengah perjalanan pasien minta untuk duduk samping korban dan
tidak ada kata-kata pun langsung menikam korban. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengaku bahwa mendengar suara-suara yang menyuruhnya untk menikam saudarahnya
dengan pisau, pasien berusaha untuk tidak mendengarkanya, tetapi suara-suara tesebut
terulang terus “tikam dia, tikam dia, tikam dia”, sontak pasien menikam saudaranya tersebut
di bahu. Hasil pemeriksaan : tatapan mata tajam, suara emosuional, isi pembicaraan
inkoheren, saat komunikasi pasien mudah beralih. Keluarga mengatakan pasien baru pernah
masuk RSKD, pasien sebelumnya sering bertingkah aneh, sering mengejar ibunya dengan
pisau tetapi tidak sampai menikam, dan apabila ibunya masak pasien kadang lebih memilih
untuk masak sendiri dari pada memakan makanan ibunya.
17. Tn. S, berumur 35 tahun beragama islam dan sudah menikah. Alasan pasien masuk
RSKD yaitu 2 minggu sebelumnya klien sering menyendiri, bicara sendiri, bingung, sulit
tidur, tidak mau makan, jarang sekali bergaul dengan lingkungan, karena klien merasa malu
dan juga merasa dirinya dimusuhi oleh adik kandungnya hingga akhirnya klien memukul adik
kandungnya. Terkadang klien juga marah-marah dan berteriak jika dipaksa untuk makan dan
minum. Karena kondisi tersebut keluarga membawa klien ke RSKD Prov. Maluku. Saat
dilakukan pengkajian pasien tampak melamun, bingung dan bicara sendi, kurang kooperatif
dan menundukan kepala saat wawancara, Pendiam dan suka menyendir, lemah dan tidak
bersemangat, serta pasien mengatakan malu dan males berinteraksi dengan orang lain, malu
karena tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan sendiri. lebih sering menyendiri dan
jarang mengikuti kegiatan diruangan. Hasil pemeriksaan fisik klien di dapatkan tanda-tanda
vital : TD 110/80 mmHg, N, 90x/m, P, 20x/m, S, 36,5 oc. TB 158 cm, BB 70 kg. Terapi
Medis : Risperidone 2 x 2 mg/oral, Clhorpomazin (CPZ) 3 x 100 mg/oral.
18. Tn S. L berusia 30 tahun, pendidikan sarjana, merupakan pasien lama RSKD Prov.
Maluku yang putus obat sehingga saat pengkajian dilihat dari status pasien, merupakan 3 kali
masuk RS. Pasien diantar oleh keluarganya karena seminggu lalu pasien mulai berbicara
sendiri dan sering mondar-mandir. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan sering
mendengar suara bosnya memangil dan menyuruhnya menghitung sejumlah uang, pasien
mengatakan pernah di tipu oleh atasanya dan membawa lari sejumlah uangnya, pasien
mengatakan bekerja di kantor pajak. Pasien tanpak berbicara sendiri, mondar-mandir
memegang pena dan kertas, berbicara tak jelas dan pembicaraan sesekali tak berfokus, pasien
tidak mengamuk, dan seringkali pasien menulis tentang transferan dalam jumlah yang banyak,
pasien mengaku dirinya punya banyak uang dan dapat membeli apapun. Hasil pemeriksaan
fisik (Tanda-tanda vital) : 110/80 mmHg, N : 80 x/mnt, S : 36 0c, P : 20 x/mnt,. TB : 158 cm,
BB : 58 Kg. Terapi Medis : Risperidone 2 x 2 mg/oral, Clhorpomazin (CPZ) 3 x 100 mg/oral.
19. Tn. JK, berusia 38 tahun. Alasan masuk RS karean mengamuk dan memukul ayahnya
karena tidak diberi uang untuk membeli rokok, marah dan jengkel. Pengalaman masa lalu
keluarga klien mengatakan dahulu klien merupakan kepala keluarga yang memiliki istri yang
pemarah, jika klien marah klien tidak pernah mengungkapkan marah kepada istrinya, klien
selalu diam. Setelah klien bercerai dengan istrinya klien menjadi suka marah, klien memiliki 2
orang anak, anak 1 klien meninggal. Klien mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, dan sering
mendengar bisikan, dan marah-marah-marah. Pemeriksaan fisik keadaan umum: klien tampak
tenang dan kooperatif saat diajak berbicara. Status mental berbicara suara cukup keras dan
jelas, kontak mata kurang. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil disebabkan karean pasien
tidak mau minum obat. Pemeriksaan fisik didapatkan TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 84x/I, S:
36,3OC. TB: 162cm, BB: 55 kg.
20. Tn. N berusia 28 tahun, didiagnosa Schizophrenia Paranoid. Sebelum klien masuk RS
keadaan klien saat dirumah sakit tidak bisa tidur, sering marah, mengurung diri, tidak mau
bicara. Saat dikaji klien tampak berdiam diri, merundukkan kepala, tidak mau bicara, tidak
mau berhubungan dengan orang lain, tidak mau mandi, tidak mau makan, dan minum. Faktor
predisposisi 5 tahun yang lalu, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah
dibawa untuk berobat. Pemeriksaan fisik. Tanda-tanda vital: TD: 80/60 mmHg, N: 100x/m,
Suhu: 36,5C, RR: 24x/m. pengkajian psikosoial konsep diri klien tidak mau bicara dan
merundukan kepala, lebih senang menyendiri.
21. Tn. Y berusia 38 tahun skizofernia hebefrenik. Pasien masuk dari IGD RSKD NANIA
tanggal 25-0 -2019 pukul 14.30 dengan keluhan dari keluarga yaitu pasien marah-marah dan
membawa parang. Pasien dirumah sering merusak barang-barang. Mencuri barang orang lain,
mengancam orang dengan benda tajam, sering bercerita sendiri, berteriak-teriak, kadang
menagis tanpa sebab. Saat dirumah sakit pasien tampak mengepal tangan, mata pasien tajam,
kadang tampak menunduk, bercerita sendiri, badannya bau, keluarga mengatakan pasien
malam hampir tidak pernah tidur tidur paling kurang lebih 2 jam. Pemeriksaan fisik. Tanda-
tanda vital: TD: 110/70 mmHg, N: 100x/m, Suhu: 36,5C, RR: 24x/m.
22. Ny. A berusia 32 tahun pendidikan terakhir SMA, (isoslasi sosial). Menurut ibu pasien
mengatakan ia ditinggalkan ayahnya pada saat umur 9 tahun yang membuat dia sedih dan
sangat kehilangan, pasien pernah mengalami tidak bisa mengikuti lomba pidato disekolahnya
karena malu. Pasien tidak mau berinteraksi lagi dengan orang lain, dan hanya diam dirumah,
sehingga membuatnya tertekan Pasien merasa bingung ketika diajak kenalan dengan orang
lain dan tidak tau mulai dari mana dengan apa yang akan dibicarakan. Keluarga terkadang
mengajak pasien untuk berinteraksi dengan tetangga sekitar, tetapi pasien tetap tidak mau dan
mengatakan ia merasa enggan bertemu dengan orang. Pasien tampak menunduk, saat diajak
berbicara pandangan tidak fokus, selalu menyendiri. Pasien juga jarang untuk tidur, kuku
tampak panjang dan hitam, Pemeriksaan fisik. Tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, N:
85x/m, Suhu: 36,5C, RR: 20x/m. terapi medis yang diberikan risperidone 3 mg 2x/hari,
Fluoxetine 20 mg 2x/hari, Trihexyphenidyl 2 mg 2x/hari, Clobazam 2 mg 2x/hari.
23. Tn. O berusia 49 tahun, beragama katolik, pekerjaan wirausaha, masuk dengan diagnosa
skizofrenia residual. Pasien dibawa ke RSJD Surabaya pada tanggal 14 Januari 2021 dengan
alasan masuk rumah sakit 2 hari pasien bingung, sering marah-marah dengan orang lain,
pasien mencurigai orang-orang di sekitarnya. Pasien mengalami halusinasi pendengaran dan
pengelihatan, pasien putus obat selama 7 bulan. Klien sebelmnya juga pernah opname di
RSJD Surabaya pasien 8 kali keluar masuk di rumah sakit jiwa, pasien putus obat selama 7
bulan Klien mendegar suara bisikan-bisikan selama 26 tahun, pasien pernah mengalami
cedera kepala sebelumnya. Pada saat pengkajian tanggal 18 Januari 2021 Paseien sering
mendengar suara-suara bisikan yang mengajaknya untuk menjadi seorang pastur, klien juga
mengatakan sering melihat sosok “yesus”, dan menganggap dirinya mempunyai kekebalan
karena ada yesus di dalam tubuhnya yang melindunginya. Pasien tampak sedikit gelisah,
melamun, pasien mengatakan mendengar suara bisikan dan melihat sosok yesus, kadang
tersenyum sendiri, menganggap dirinya kebal, pasien selalu bercerita ke orang-orang bahwa
dirinya mempunyai kekebalan, sering bercerita tentang tetangganya yang mengguna-gunanya
dan pasien juga menuduh tetangganya sengaja memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Tanda-
tanda vital: TD: 120/70 mmHg, N: 85x/m, Suhu: 36,5C, RR: 20x/m. terapi medis yang
diberikan risperidone 3 mg 2x/hari, Trihexyphenidyl 2 mg 2x/hari, Halloperidone 2x5
mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai