Anda di halaman 1dari 4

Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS

Sarjana Terapan Keperawatan

Kasus 1

Seorang lelaki berusia 26 tahun, telah menikah selama 2 tahun, belum memiliki keturunan, pendidikan sarjana,
pekerjaan wiraswasta, alamat Mampang Jakarta. Pasien tinggal dirumah orang tuanya bersama dengan istri.

Sebelum sakit pasien bekerja di percetakan, tidak pernah olah raga rutin. Pasien tidak terbiasa makan pagi.
Pasien terbiasa minum kopi 2 cangkir/hari, merokok 1 – 2 pak/hari, mengunakan alkohol dan narkotika suntik
jenis putau dengan frekuensi 1 – 2 x/minggu. Pasien mengatakan bahwa ia juga menganut seks bebas dengan
pekerja seks komersial dan dengan beberapa pasangan terdahulu sebelum menikah.

Selama sakit di rumah, pasien tidak bekerja, tidak mampu melakukan aktifitas di luar rumah. Kebiasaan
merokok, alkohol, narkotika dan kegiatan seks berhenti. Di rumah sakit pasien bedrest.

Saat masuk rumah sakit (MRS) pasien lemas seluruh badan selama 3 hari, pasien tidak mau makan karena
mual dan muntah, batuk-batuk dan demam naik turun. Dada terasa sakit sewaktu batuk tetapi tidak sesak. 1 hari
sebelum MRS pasien mengalami penurunan kesadaran, seperti ngantuk, sulit berkomunikasi, ngompol dan diare
± 10 x/hari, mengeluh pusing dan pingsan sepulang pengobatan alternatif kemudian pasien langsung dibawa ke
IGD RSCM oleh ayah dan istrinya. Berat badan turun drastis, keluarga tidak tahu berapa kg tetapi saat ini pasien
sangat kurus. Saat MRS, tanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
suhu 37.9C, demam, pasien tampak mual, nyeri kepala berdenyut. Status neurologis GCS E:3/V:afasia/M:5,
pupil bulat isokor Ø 3/3 mm, RCL +/+, RCTL +/+, kaku kuduk ada, tanda lasage <70/<70, tanda Kernig
<135/<135, Nervus kranial parise N VII sinistra sentral, otonom inkontinensia uri, motorik kesan hemiparase,
reflek fisiologis ++/++, reflek patologis +/+, sensorik belum dapat dinilai.

Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dan diperoleh data tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
100 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 38,5C, status generalis pada kepala dalam batas normal (dbn),
mata konjunktiva pucat, sklera ikterik, leher tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn,
hidung dbn, tenggorok dbn, terdapat plak putih tersebar dalam rongga mulut, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi
+/+, whezing -/-, abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus dbn, ekstremitas hemiparese dan tidak
terdapat odema, kulit pada daerah tertekan tampak terjadi erupsi terutama pada sakrum terdapat erupsi
epidermis sekitar 5x5 cm. Status neurologis GCS E:3/V:4/M:5, pupil isokor Ø 4 mm, RCL +/+, RCTL +/+, kaku
kuduk ada, tanda lasage <70/<70, kernig <135/<135, Nervus kranial parese N VII sinistra sentral, otonom
inkontinensia uri, terpasang kateter, motorik hemiparase, reflek fisiologis ++/++, reflek patologis +/+, sensorik
belum dapat dinilai. Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan dibantu, ROM terbatas/pasif, gambaran diri, ideal diri,
harga diri, peran diri, identitas diri tidak dapat dinilai, psikologis tidak dapat dinilai.

Selama dirawat pasien mendapatkan O2 2 ltr/mnt, terpasang NGT untuk memasukkan cairan dan nutrisi cair,
obat anti jamur 2-3 tetes 3 x/hari, New Diatab 3 x 2 tablet yang dihaluskan. Pemeriksaan laboratorium, T Helper
(CD4+) 45. CT-scan kepala diperoleh hasil sugestif toxoplasmosis dengan ventrikulomegali, pasien
mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) Neviral, Hiviral dan Staviral. Selain itu pasien mendapat streptomisin,
etambutol, dan klindamisin.

1. Identifikasi Factor Risiko tertularnya HIV AIDS pada Tn. WR


2. Identifikasi klasifikasi HIV/AIDS yang dialami Tn. WR berdasarkan klasifikasi kombinasi CD4+ dengan
Kondisi Klinis.
3. Identifikasi Infeksi Oportunistik yang terjadi pada kasus HIV AIDS di atas dan klasifikasikan
berdasarkan system organ yang terganggu!
4. Buat Patofisiologi kasus HIV-AIDS diatas secara lengkap
5. Identifikasi pengkajian keperawatan di atas (gunakan Pola Gordon), lakukan analisa data (P-E-S)
terhadap data senjang yang ditemukan
6. Susun diagnose keperawatan berdasarkan priorotas
7. Susun intervensi keperawatan untuk 2 diagnosa utama pada kasus di atas.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 1


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

Kasus 2

Tn. D, usia 35 tahun, pendidikan menengah pariwisata, bekerja sebagai penata rias, alamat Bekasi Jawa Barat.
Pasien tinggal sendiri kost di Jakarta Selatan.

Sebelum sakit pasien memiliki aktifitas yang cukup padat pagi sampai siang bekerja di salon kecantikan. Pasien
tidak mengunakan alkohol dan narkotika suntik. Pasien pernah mengkonsumsi ekstasi lebih dari 1 tahun dan
sudah berhenti setahun yang lalu sejak merasakan sakit. Pasien mengatakan bahwa ia sering melakukan
hubungan seks bebas sejenis.

Selama sakit di rumah, pasien tidak bekerja, pasien hanya tiduran saja. Kebiasaan merokok berhenti. Di rumah
sakit pasien duduk dan berjalan seperlunya karena cepat lelah.

Pasien masuk rumah sakit (MRS) dengan keluhan utama muntah darah 2 hari SMRS bercampur makanan.
Darah merah segar ± ½ gelas. Batuk-batuk dengan sputum kuning kental. Terkadang sesak.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh data tanda vital tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas
20 x/menit, suhu 36.3C, status general kepala dalam batas normal (dbn), mata konjunktiva pucat, leher JVP 5 –
2 cmH2O, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn, hidung dbn, tenggorok dbn, terdapat
kandidiasis oral, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi +/+, whezing -/- abdomen lemas, tahanan, ekstremitas tidak
terdapat odema. Aktifitas duduk, jalan perlahan, ROM bebas, konsep diri ke arah positif. Secara psikologis
pasien dalam batas normal. Pasien tampak berbicara dengan pasien lain dan dengan perawat.

Pasien pernah konsul ke Pokdiksus 1 x atas indikasi HIV positif kemudian meminta untuk dirawat di di RSU
Bekasi. Pasien mendapat OAT.

Pasien menggunakan O2 2 liter/menit. Pasien tampak bernapas dalam dan panjang bila beraktifitas.

Untuk minum pasien menggunakan air kemasan gelas dan botol, persediaan cukup. Asupan minum 1000 - 2000
ml/hari. Pasien mampu mengambil minum sendiri. Keadaan rongga mulut kurang baik, tampak plak putih
(candidiasis oral), di dinding rongga kanan dan kiri. Pasien sering berkeringat. Pasien mendapatkan terapi NaCl
0,9%/8 jam.
Makanan disediakan rumah sakit dalam bentuk paket 1 porsi nasi lunak, buah, snack, telur, dan susu atau
kacang hijau. Diit 1900 kkal. Pasien merasa mual pada bau makanan yang tajam. Tidak nafsu makan. Berat
badan menurun 15 kg dalam 2 bulan

Pasien diare ± 5 x/hari, coklat, tidak terlalu banyak, berbau khas. Pasien tidak mengalami masalah dalam
berkemih. Pasien defekasi dan berkemih dikamar mandi.
Pesien mendapatkan obat anti jamur yang diberikan 2-3 tetes 3 x/hari. New Diatab 3 x 2 tablet. RHZE
Pada pemeriksaan Thoraks AP/PA didapatkan kesan: infiltrate dikedua lapang paru. Hasil laboratorium
didapatkan jumlah T Helper (CD4+) 32,

1. Identifikasi Factor Risiko tertularnya HIV AIDS pada Tn. D


2. Identifikasi klasifikasi HIV/AIDS yang dialami Tn. D berdasarkan klasifikasi kombinasi CD4 + dengan
Kondisi Klinis.
3. Identifikasi Infeksi Oportunistik yang terjadi pada kasus HIV AIDS di atas dan klasifikasikan
berdasarkan system organ yang terganggu!
4. Buat Patofisiologi kasus HIV-AIDS diatas secara lengkap
5. Identifikasi pengkajian keperawatan di atas (gunakan Pola Gordon), lakukan analisa data (P-E-S)
terhadap data senjang yang ditemukan
6. Susun diagnose keperawatan berdasarkan priorotas
7. Susun intervensi keperawatan untuk 2 diagnosa utama pada kasus di atas.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 2


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

Kasus 3

Tn. SAR, usia 27 tahun, belum menikah, pendidikan SMP, pekerjaan serabutan, alamat Pondok Gede Jakarta
Timur. Pasien tinggal bersama dengan ayah, ibu dan adik perempuan.

Sebelum sakit pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Pasien terbiasa minum kopi 2 cangkir/hari, merokok 1 –
2 pak/hari, mengunakan alkohol dan narkotika suntik jenis putau dengan frekuensi 1 – 2 x/sebulan sejak dua
tahun dan berhenti sejak sakit. Pasien mengatakan bahwa ia pernah melakukan seks bebas dengan pekerja
seks komersial tetapi jarang.

Pasien masuk rumah sakit (MRS) dengan keluhan utama diare lebih dari 15 kali sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien lemas, dan lemah.

Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dan diperoleh data tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi
70 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36C, status generalis pada kepala dalam batas normal (dbn),
mata konjunktiva pucat, sklera ikterik, leher terdapat pembesaran kelenjar getah bening pecah tampak lubang 2
x 3 cm terdapat pus, telinga dbn, hidung dbn, tenggorok dbn, terdapat kandidiasis oral, jantung dbn, paru
vesikuler, ronchi +/+, whezing +/+, abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus hiperaktif, ekstremitas tidak
terdapat odema, Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan dibantu, ROM terbatas/pasif, konsep diri kearah negatif.
Secara psikologis pasien beberapa kali tampak sering melamun dan diam saja terkadang marah dengan
keluarga. Pasien tampak tidak berbicara dengan pasien lain.

Untuk minum pasien menggunakan air kemasan gelas dan botol dan persediaan cukup. Asupan minum 1000-
2000 ml/hari. Pasien mampu mengambil minum sendiri namun pelan-pelan karena lemah. Keadaan rongga
mulut buruk, halitosis, tampak plak putih (candidiasis oral), merata di sekitar lidah dinding rongga kanan dan kiri
serta lidah, mulut sering terbuka dan kering. Pasien mendapatkan terapi NaCl 0,9%/12 jam.

Makanan yang disediakan rumah sakit tidak pernah dihabiskan. Diit 1900 kkal. Kondisi tubuh secara umum
kurus, kulit tampak coklat kehitaman. Berat badan turun lebih dari 15 kg selama 2 bulan.

Pasien mengalami diare ± 5 x/hari konsistensi cair, coklat, tidak terlalu banyak, berbau khas. Pasien
mengatakan nyeri/mulas pada perutnya.

Pasien sulit diajak bicara oleh orang lain. Pasien memiliki temperamen tinggi/kasar. Pasien tampak menarik diri.

Pasien mendapatkan New Diatab 3 x 2 tablet. Hasil laboratorium didapatkan SGOT 406, SGPT 56. Pemeriksaan
T Helper (CD4+) 50.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 3


Problema Based Learning Keperawatan HIV/AIDS
Sarjana Terapan Keperawatan

Kasus 4

Tn. I, usia 38 tahun, belum menikah, pendidikan SMU, pekerjaan cleaning service hotel, Pulogadung Jakarta
Timur. Pasien tinggal bersama dengan ibu yang sudah tua, kakak perempuan dan adik laki-laki dalam satu
rumah tinggal.

Sebelum sakit pasien adalah bekerja secara shift. Merokok 1 – 2 pak/hari, mengunakan alkohol dan narkotika
pil, hisap dan suntik berbagai jenis (putau, sabu, ekstasi, dan lain-lain) dengan frekuensi 1 – 2 x/minggu.

Pasien masuk rumah sakit (MRS) dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 6 hari sebelum MRS.
Pasien tiba-tiba lemas seluruh badan selama 6 hari kemudian di bawa ke RS Persahabatan Jakarta, diberi infus,
ketika mulai perbaikan kondisi, keluarga memutuskan untuk berobat jalan dengan alasan biaya. Sampai di
rumah pasien mengalami penurunan kesadaran kembali kemudian di bawa ke RS Jayakarta Jakarta dan dirujuk
ke RSCM. Saat MRS, tanda vital dalam rentang normal, tidak demam, pasien tampak mual, nyeri kepala. Status
neurologis GCS E3V3M5, pupil bulat isokor Ø 3/3 mm rcl +/+ rctl +/+, kaku kuduk, lasag <70/<70, kernig
<135/<135, Nervus karnial suspek gangguan N III dekstra, N VI sinistra, otonom inkontinensia uri, motorik
hemiparase dekstra, reflek fisiologis ++/++, reflek patologis +/+ sensorik belum dapat dinilai.

Selanjutnya dilakukan pengkajian keperawatan dan diperoleh data tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi
70 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36C, status generalis pada kepala dalam batas normal (dbn),
mata konjunktiva pucat, sklera ikterik, leher tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, telinga dbn,
hidung dbn, tenggorok dbn, terdapat kandidiasis oral, jantung dbn, paru vesikuler, ronchi -/-, whezing -/-,
abdomen lemas, terdapat nyeri tekan, bising usus dbn, terdapat scar apendektomy tahun 2002, ekstremitas
hemiparese dan tidak terdapat odema, kulit pada daerah tertekan tampak terjadi erupsi terutama pada sakrum
terdapat erupsi epidermis sekitar 2x3 cm. Status neurologis GCS 15, pupil isokor Ø 4 mm rcl +/+ rctl +/+, kaku
kuduk tidak ada, lasag <70/<70, kernig <135/<135, Nervus karnial suspek gangguan N III dekstra, N VI sinistra,
otonom inkontinensia uri, terpasang kateter, motorik hemiparase dekstra, reflek fisiologis ++/++, reflek patologis
+/+ sensorik belum dapat dinilai. Aktifitas bedrest, miring kiri-kanan dibantu, ROM terbatas/pasif,

Pasien merupakan pasien kontrol Pokdiksus RSCM sejak 1,5 tahun yang lalu dan sudah pernah satu kali dirawat
di RSCM dengan kasus yang sama 7 bulan yang lalu.

Pasien tidak menggunakan O2. Pasien tampak bernapas dalam dan panjang bila beraktifitas.

Diit 2100 kkal, pasien tidak mampu melakukan makan sendiri karena lemah dan letih bila melakukan aktifitas.
Pasien tidak dapat menghabiskan makanan, ± 4 – 5 sendok saja karena mual dan ketidaknyamanan mulut.
Kondisi tubuh secara umum kurus, kulit tampak coklat kehitaman.

Pasien mengalami diare ± 5 x/hari konsistensi cair, coklat, tidak terlalu banyak, berbau khas. Pasien
mengatakan nyeri/mulas pada perutnya.. Pada saat MRS pasien mengalami inkontinensia urine, saat ini pasien
menggunakan douwer kateter yang diganti 2 hari yang lalu.

Pasien mendapatkan obat anti jamur yang diberikan 2-3 tetes 3 x/hari, New Diatab 3 x 2 tablet. Pemeriksaan CT-
scan kepala diperoleh hasil multiple lesi noduler hiperdens dengan perifekal edema sugestive encephalitis.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali setelah pengobatan diperoleh hasil gambaran encephalitis
toxoplasma disertai meningitis, edema serebri dan herniasi subfalxine minimal ke kanan. Hasil laboratorium
didapatkan jumlah T Helper (CD4+) 47, pasien mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) Neviral dan Staviral.

Ns. Idramsyah, S.Kep. 4

Anda mungkin juga menyukai