Anda di halaman 1dari 12

MINAT BACA MASYARAKAT JAWA BARAT: STUDI DESKRIPTIF

DI KABUPATEN BANDUNG, SUBANG, DAN PURWAKARTA Comment [NF1]: Ukuran kertas yang
digunakan adalah A4. Dengan page layout le
= 4; right=3; top=3; bottom=3
Khaerudin Kurniawan Panjang artikel maksimal 15 halaman.
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Comment [NF2R1]: Judul Artikel.
Surel : khaerudinkurniawan@upi.edu Maksimal 20 kata. Ditulis dengan huruf Time
New Roman, 11 pts. Berbentuk piramida
terbalik dan diletakkan di tengah.
Abstract : Interests Read Community West Java: Descriptive Study In Regency
Comment [NF3]: Nama dan Institusi Penu
Bandung, Subang, And Purwakarta. The research objective was to describe the
Terletak di tengah, dengan huruf Times New
profile interests and reading habits of society in West Java. The subjects were Roman, 11 pts.
students from elementary, junior high, and high school students who are in boarding Nama penulis ditulis tanpa gelar. Institusi
school, youth, parents / students in these three districts, community leaders, the penulis meliputi jabatan fungsional penulis,
library in three districts, and policy makers. Number of targets / respondents as seperti dosen atau guru dan asal penulis.
many as 500 people. Data was collected using: questionnaires, observation sheets, Comment [NF4]: Surel (surat elektronik).
and guidelines for the interview. Discussion of research shows that the public Surel atau email penulis yang dapat dihubung
interest in utilizing the library accelerating the development of human resources in oleh pihak pengelola jurnal. Terletak di tenga
the form: all walks of life can accelerate after a lot of reading in accordance with its dengan huruf Times New Roman, 11 pts.
duties, work and profession.

Keywords : Interests Reading, Descriptive Study

Abstrak : Minat Baca Masyarakat Jawa Barat: Studi Deskriptif Di Kabupaten


Bandung, Subang, Dan Purwakarta. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan
profil minat dan kebiasaan membaca masyarakat di Jawa Barat. Subjek penelitian
adalah siswa SD, SMP, dan SMA, santri yang berada di pondok pesantren, para
pemuda, orang tua siswa/santri yang ada di tiga kabupaten tersebut, tokoh
masyarakat, pengelola perpustakaan di tiga kabupaten, dan pembuat kebijakan.
Jumlah sasaran/responden sebanyak 500 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan: angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Pembahasan dalam penelitian menunjukkan bahwa minat baca masyarakat yang
memanfaatkan perpustakaan mengalami akselerasi pembangunan sumber daya
manusia dalam wujud: semua kalangan dapat melakukan akselerasi setelah banyak
membaca sesuai dengan bidang tugas, pekerjaan, dan profesinya.

Kata kunci : Minat Membaca, Studi Deskriptif Comment [NF5]: Abstrak.


Abstrak disertai dengan kata kunci. Terdiri da
PENDAHULUAN fokus/terarah pada percepatan dua bahasa, bahsa Inggris dan Indonesia. Ditu
dengan Times New Roman, 10 pts, spasi 1 da
Visi Jawa Barat “dengan iman pembangunan yaitu “akselerasi diletakkan agak menjorok ke dalam.
dan takwa sebagai provinsi termaju di peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia dan mitra terdepan ibu kota guna mendukung pencapaian visi Jawa
negara tahun 2020” dengan indikator Barat tahun 2020”.
bernuansa pada pencapaian indeks Kegiatan membaca merupakan
pembangunan manusia (IPM) 80 tahun sine quo non dalam semua proses
2020 meliputi tiga aspek: (1) pendidikan. Kegiatan membaca tidak
pendidikan, (2) kesehatan, dan (3) daya dapat diabaikan dalam setiap upaya
beli masyarakat. Berdasarkan hasil meningkatkan kualitas sumber daya
evaluasi, pencapaian tersebut belum manusia. Negara-negara maju
optimal. Oleh karena itu, pemerintah menekankan bahwa masyarakatnya
provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu harus menjadi pembaca yang handal.
sampai dengan tahun 2016 telah Para ahli pendidikan, seperti Mortimer J.
melakukan berbagai upaya yang lebih Adler (2008) menyatakan bahwa
keras, lebih cerdas, dan lebih “Reading is the basic tool in the living of

1 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

a good life”; Roger Farr (1984) Kemampuan membaca


menyatakan bahwa “Reading is the masyarakat Indonesia pun masih jauh
heart of education”; dan Hartoonian dari yang diharapkan. Kecepatan efektif
(1984) menyatakan bahwa “If we want membaca (KEM) yang mereka miliki
to be a super power, we must have berada pada ketinggian rata-rata 250
individuals with much higher levels of kpm (kata per menit), sedangkan KEM
literacy”. minimal yang seharusnya mereka miliki
Fenomena-fenomena tersebut ialah 500 kpm. Jika mereka berhasrat
harus diantisipasi sejak dini. Apalagi untuk mampu berkompetisi di era
melihat kenyataan bahwa kemampuan global, jumlah informasi yang harus
membaca masyarakat sekolah kita, mereka serap demikian besarnya, dan
mulai dari tingkat pendidikan dasar akan bertambah besar pada masa yang
hingga menengah, bahkan perguruan akan datang.
tinggi sekalipun masih sangat rendah. Pengalaman negara maju
Hasil studi The International ditunjukkan oleh Ismail (2008) bahwa
Association for the Evaluation of budaya membaca secara intensif
Education Achievement yang disingkat ditanamkan di sekolah, yang dimulai
dengan IEA (1992), yang dilaporkan dengan bacaan karya sastra lalu
juga oleh World Bank (1992) diperluas ke buku-buku ilmu sosial dan
menunjukkan bahwa masyarakat kita sains. Akan tetapi, pada berbagai studi
dalam hal kemampuan membacanya tentang membaca karya sastra
berada pada urutan ke-26 dari 27 negara menunjukkan tingkat yang tidak
yang diteliti, termasuk di dalamnya menggembirakan. Taufiq Ismail (2008)
negara maju, seperti Amerika Serikat, melaporkan bahwa dari 14 negara yang
Kanada, Jerman, dan negara-negara diteliti dalam jumlah buku sastra yang
berkembang, seperti Trinidad dan wajib dibaca di SMA, siswa Indonesia
Venezuela. Kondisi demikian hanya nol (0) judul buku, sementara
mencerminkan bahwa standar membaca Amerika Serikat 32 judul buku, Perancis
di sekolah-sekolah Indonesia masih 20-30 buku, Belanda 30 judul buku,
sangat rendah. Kebiasaan membaca Jerman 22 judul buku, Jepang dan Swiss
sebagai suatu karakteristik yang akan 15 judul buku, Kanada 13 judul buku,
memperoleh skema belum mapan pada Rusia 12 judul buku, Brunei 7 judul
masyarakat yang diteliti. Mayoritas dari buku, Singapura dan Malaysia 6 judul
mereka menunjukkan bahwa mereka buku, dan Thailand 5 judul buku.
belum membaca komik, surat kabar, Kondisi demikian jelas memberikan
atau majalah untuk kesenangan pada implikasi pada tidak adanya minat dan
minggu sebelum diadakan studi. Tingkat kemauan untuk membaca buku-buku
yang relatif rendah dalam hal membaca ilmu pengetahuan dan teknologi yang
untuk kesenangan berada pada tingkat berkarakter sulit dan membosankan.
yang mengkhawatirkan karena justru Apalagi sebagian orang beranggapan
pada usia inilah siswa mesti mengalami bahwa kegiatan membaca tidak
masa “gila” baca, suatu periode yang di membawa manfaat secara langsung.
dalamnya mereka akan cenderung Dalam rangka membangkitkan
menghabiskan waktu yang banyak pada minat dan kebiasaan membaca
waktu senggangnya untuk membaca masyarakat, khususnya masyarakat di
bahan atas pilihan sendiri. Kabupaten Bandung, Subang, dan

2 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ...

Purwakarta sudah selayaknya dilakukan kabupaten tersebut, (5) tokoh


suatu kajian yang bertujuan masyarakat, (6) pengelola perpustakaan
mendeskripsikan karakteristik minat di tiga kabupaten, dan (7) pembuat
baca masyarakat berdasarkan latar kebijakan. Adapun jumlah
belakang sosial, budaya, ekonomi, sasaran/responden yang terlibat dalam
pendidikan, kendala yang dihadapi, penelitian ini sebanyak 500 orang yang
upaya-upaya yang dapat dilakukan serta meliputi ketujuh komponen tersebut.
persepsi para siswa terhadap pembinaan Teknik pengumpulan data
dan pengembangan minat bacanya. dilakukan dengan menggunakan: (1) Comment [NF6]: Pendahuluan.
Berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kaji
angket, (2) lembar observasi, dan (3) pustaka, dan tujuan penelitian. Seluruh bagian
METODE pedoman wawancara. Kegiatan pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam
bentuk paragraf-paragraf, dengan panjang 15 – 20
Kajian ini akan dipecahkan observasi dalam penelitian ini adalah dari panjang total artikel. Ditulis dalam Times New
melalui pendekatan deskriptif dengan pengamatan secara langsung pada Roman, 11 pts, spasi 1,15.

desain penelitian dan pengembangan wilayah kajian dengan tujuan untuk


(Research and Development atau R&D). mengetahui kondisi di lapangan dengan
Borg dan Gall (2007) menyatakan sesungguhnya. Kegiatan ini merupakan
bahwa R&D is a process used to bagian dari proses identifikasi
develop and validate educational permasalahan dan pengumpulan data.
production. Berdasarkan definisi Tujuan utama kegiatan ini adalah
tersebut, penelitian ini bertumpu pada melengkapi data dan informasi yang
upaya memproduksi dan memvalidasi berhasil dihimpun dari kegiatan desk
suatu model pengembangan minat study dan mendapatkan gambaran nyata
membaca dan model bacaan anak-anak mengenai kajian minat baca masyarakat
yang relevan untuk anak usia SD, SMP, di kabupaten Bandung, Subang, dan
dan SMA. Purwakarta.
Borg dan Gall (2007) Wawancara dalam kegiatan ini
menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah wawancara mendalam, dan
produk pendidikan di antaranya adalah dilakukan langsung oleh peneliti untuk
objek-objek material, seperti buku teks, mendapatkan informasi tentang seluruh
majalah, surat kabar, dan komik. aspek yang berkaitan dengan kajian
Dengan kata lain, tujuan akhir R&D minat baca masyarakat. Teknik
pendidikan adalah lahirnya sebuah pengolahan data dilakukan dengan cara:
produk baru atau perbaikan terhadap (1) tabulasi data minat dan kebiasaan
produk, yakni karakteristik minat dan membaca masyarakat di tiga kabupaten,
kebiasaan membaca anak-anak (siswa), (2) persentase dan frekuensi minat
santri, pemuda, orang dewasa, tokoh membaca siswa, dan (3)
masyarakat, dan pembuat kebijakan di penafsiran/inferensi hasil. Kegiatan ini
tiga kabupaten yang diteliti (Bandung, merupakan bagian dari analisis atas hasil
Subang, dan Purwakarta). identifikasi permasalahan yang
Subjek penelitian ini adalah (1) diperoleh dari kegiatan desk study dan
siswa SD, SMP, dan SMA di Kabupaten survei lapangan. Dalam kegiatan ini
Bandung, Kabupaten Subang, dan dilakukan pula kompilasi data sebagai
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, (2) bahan penyusunan kajian minat baca
santri yang berada di pondonk masyarakat di kabupaten Bandung,
pesantren, (3) para pemuda, (4) orang Subang, dan Purwakarta. Lembar
tua siswa/santri yang ada di tiga observasi digunakan untuk mengetahui

3 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

profil kondisi perpustakaan yang ada di Sebesar 27,36% membaca di


ketiga wilayah yang diteliti dengan perpustakaan karena diajak teman. Hal
segala karakteristiknya. Pedoman ini menunjukkan bahwa motivasi siswa
wawancara digunakan untuk berasal dari dalam diri sendiri sebesar
memperoleh informasi dari orang tua 60%. Dengan kata lain, motivasi
dan pembuat kebijakan tentang merupakan modal utama dalam
pembinaan dan pengembangan minat pengembangan minat dan kebiasaan
membaca para siswa di tiga wilayah membaca, apalagi motivasi ini berasal
yang diteliti. dari dalam diri anak. Lama membaca di Comment [NF7]: Metode.
Berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang
perpustakaan pada umumnya 1 jam per rancangan penelitian, sumber data, teknik
PEMBAHASAN hari (hal itu dinyatakan oleh 85,26% pengumpulan data, dan analisis data berisi 10 – 15
dari total panjang artikel. Ditulis dalam Times New
Frekuensi siswa membaca per siswa). Selebihnya, sebesar 14,73% Roman, 11 pts, spasi 1,15.
minggu sebesar 74,73% menyatakan menyatakan membaca di perpustakaan
kurang dari 6 jam, selebihnya sebesar selema 2 jam per hari. Secara teoretis
21,05% menyatakan selama 6-12 jam kebiasaan membaca yang ideal antara 3-
membaca per minggu. Motivasi mereka 4 jam/hari. Hal ini menunjukkan bahwa
membaca umumnya karena kesadaran kebiasaan membaca siswa SD/MI masih
sendiri sebesar 70,52%. Selebihnya, harus ditingkatkan lagi frekuensinya.
menyatakan karena disuruh orang tua Bacaan yang tersedia di rumah sebesa
sebesar 16,84%. Jenis bacaan yang 38,94%; selebihnya mereka meminjam
sering dibaca adalah buku dari berbagai bacaan di perpustakaan atau taman
jenis sebesar 77,89%, selebihnya bacaan sebesar 33,68%, dan sisanya
memilih membaca komik sebesar umumnya membeli sendiri atau
18,94%. Bahasa bacaan yang dibelikan orang tua sebesar 27,36%. Ini
paling mereka sukai adalah bahasa menunjukkan bahwa orang tua berperan
Indonesia. Sebesar 86% menyatakan besar dalam menyediakan bahan bacaan.
suka membaca bahan bacaan dalam Pihak yang mendukung pada
bahasa Indonesia; selebihnya memilih kebiasaan membaca siswa adalah orang
bahasa daerah sebesar 8,42%. Yang tua sebesar 43,15%, guru/ustad sebesar
menarik dari siswa SD/MI di kabupaten 35,78%, dan teman sebesar 20%. Jika
Bandung adalah sebesar 5,26% memilih ada waktu luang, prioritas utama yang
bahasa Inggris sebagai pilihan bahasa mereka pilih adalah membaca sebesar
bahan. Frekuensi berkunjung ke 63,15%, sebesar 18,94% memilih
perpustakaan pada umumnya kadang- bermain, dan sisanya sebesar 14,73%
kadang sebesar 70,52%. Sebesar 15,78% memilih menonton televisi. Hal ini
menyatakan sering; yang menyatakan menggembirakan sebab para siswa lebih
sering sekali berkunjung ke memprioritaskan aktivitas membaca
perpustakaan sebesar 4,217%, dan yang dalam mengisi waktu luang. Alasan
tidak pernah sama sekali sebear 9,47%. mereka membaca karena untuk
Dapat dinyatakan bahwa siswa SD/MI mendukung kegiatan belajar sebesar
kurang berminat mengunjungi 63,15%, sisanya sebesar 35,72%
perpustakaan, hanya sebagian kecil melakukan aktivitas membaca sebagai
siswa (15,78%) yang menyatakan sering upaya untuk mengembangkan diri.
dan tidak pernah (9,47%). Motivasi Bahan bacaan yang mereka anggap
berkunjung ke perpustakaan umumnya mudah yaitu buku. Hal ini dinyatakan
karena keinginan sendiri sebesar 60%. oleh sebesar 62,10%. Sebesar 27,36%

4 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ...

menayatakan bahan bacaan yang dikembangkan dan ditingkatkan


mereka anggap mudah adalah komik. frekuensinya. Oleh karena itu, pengelola
Perpustakaan yang ada di lingkungan perpustakaan perlu memberikan layanan
sekolah, masyarakat, dan sekitarnya yang memadai kepada para siswa.
umumnya mereka pandang kurang Motivasi mereka membaca
memadai dinyatakan oleh 50,52%. umumnya karena kesadaran sendiri
Sebesar 36,84% menganggap sebesar 94,87%, disuruh guru/ustad dan
perpustakaan yang ada di lingkungan keinginan sendiri sebesar 5,12%.
mereka cukup memadai. Frekuensi berkunjung ke perpustakaan
Pada umumnya siswa merasakan pada umumnya menyatakan kadang-
dorongan lingkungan (teman, orang tua, kadang sebesar 64,10%, sering sebesar
guru, tokoh, masyarakat) dalam 30,76%, tidak pernah sebesar 2,56%,
meningkatkan minat baca dirasakan dan sering sekali sebesar 2,56%.
sudah cukup. Hal itu dinyatakan oleh Motivasi berkunjung ke perpustakaan
52,10% siswa. Dari keterangan tersebut dilakukan karena keinginan sendiri
dapat dinyatakan bahwa kebiasaan sebesar 82,05%, diajaka teman sebesar
membaca siswa SD/MI kabupaten 7,69%, disuruh orang tua dan guru/ustad
Bandung adalah pada malam hari, masing-masing sebesar 2,56%. Lama
bertempat di rumah. Ini menunjukkan membaca di perpustakaan pada
bahwa rumah merupakan tempat yang umumnya maksimal 1 jam per hari
dipandang nyaman dan menyenangkan (84,61%), 2 jam per hari sebesar
oleh anak dalam membaca. Akan tetapi, 15,38%. Bahan bacaan yang dibaca
menjadi tantangan bagi pengelola adalah dengan cara meminjam dari
perpustakaan agar memberikan layanan perpustakaan/taman bacaan sebesar
yang baik bagi siswa. 46,15%, membeli sendiri atau dibelikan
Menurut pandangan siswa, orang tua sebesar 20,51%, dan tersedia
perpustakaan yang ada di lingkungan di rumah sebesar 15,38%.
sekolah, masyarakat, dan sekitarnya Alasan mereka membaca
umumnya kurang memadai, hal ini umumnya karena sebagai upaya untuk
dinyatakan oleh 50% dan sebesar 50% mengembangkan diri sebesar 43,58%,
menganggap perpustakaan yang ada di sebagai sarana untuk mendukung
lingkungan mereka cukup memadai. kegiatan belajar sebesar 25,64%, sebagai
Pada umumnya siswa merasakan hiburan sebesar 2,56%, dan lain-lain
dorongan lingkungan (teman, orang tua, sebesar 12,82%. Menurut para siswa,
guru, tokoh masyarakat) dalam perpustakaan yang ada di lingkungan
meningkatkan minat baca sudah cukup sekolah, masyarakat, dan sekitarnya
memadai. Hal ini dinyatakan oleh 60% umumnya cukup memadai sebesar
dan menganggap kurang sebesar 40%. 41,02%, kurang memadai sebesar
Dapat dinyatakan bahwa siswa 38,46%, dan lengkap sebesar 20,51%.
SMA/MA memikiki frekuensi yang Siswa merasakan dorongan
tinggi dalam membaca, selalu lingkungan (teman, orang tua, guru,
memanfaatkan waktu luang untuk tokoh masyarakat) dalam meningkatkan
membaca, dan adanya kesadaran yang minat baca sudah cukup. Hal ini
tinggi dalam mnembaca. Hal ini dinyatakan oleh sebesar 48,71% siswa,
menunjukkan adanya kesadaran diri lebih dari cukup sebesar 28,20%, kurang
yang tinggi sehingga perlu terus sebesar 7,69%, dan kurang sekali

5 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

sebesar 10,25%. Kebiasaan membaca pemuda sudah memiliki kesadaran


siswa juga cukup memadai. Hanya membaca untuk pengembangan diri.
frekuensi mebaca di perpustakaan yang Kebiasaan mereka meskipun masih
rata-rata kurang dari 1 jam per hari perlu kurang dalam frekuensi membaca,
terus ditingkatkan lagi frekuensinya namun dapat dikembangkan melalui
sehingga kebiasaan dan minat memaca penyediaan sarana bacanan yang
mereka memadai. Hal ini dimaksudkan memadai. Oleh karena itu, pengelola
untuk mendukung motivasi yang kuat perpustakaan sebaiknya dapat
dari siswa dalam membaca karena memberikan layanan yang memadai
sebagian besar mereka membaca seperti penyediaan waktu sesuai dengan
disebabkan oleh adanya kesadaran diri kebutuhan pemuda.
yang tinggi. Oleh karena itu, perlu Frekuensi membaca orang dewasa
dukungan berbagai pihak, seperti orang per minggu, sebesar 50% menyatakan
tua, guru, masyarakat, pemerintah, serta membaca kurang dari 6 jam, dan antara
pengelola perpustakaan. 6—12 jam per minggu sebesar 50%.
Frekuensi membaca pemuda per Motivasi mereka membaca umumnya
minggu, sebesar 83,33% membaca karena sesuai dengan hobi atau
kurang dari 6 jam, antara 6—12 jam kegemaran sebesar 60%, bermanfaat
sebesar 16,66%. Motivasi mereka untuk pekerjaan sebesar 30%, dan lain-
membaca umumnya karena kesadaran lain sebesar 10%.
sendiri sebesar 66,66%, karena pengaruh Frekuensi berkunjung ke
lingkungan dan menyadari manfaatnya perpustakaan adalah hanya kadang-
masing-masing sebesar 16,66%. kadang sebesar 80% dan tidak pernah
Frekuensi berkunjung ke perpustakaan sama sekali sebesar 20%. Motivasi
tidak pernah (sebesar 50%), kadang- berkunjung ke perpustakaan umumnya
kadang sebesar 33,33%, dan sering karena keinginan sendiri sebesar 80%,
sebesar 16,66%. Motivasi berkunjung ke saran ketua RT/RW/tokoh masyarakat
perpustakaan karena keingingan sendiri sebesar 20% atau hanya 2 orang. L:ama
sebesar 66,66%, diajak teman dan lain- membaca di perpustakaan pada
lain sebesar 16,66%. Lama membaca di umumnya maksimal 1 jam per hari
perpustakaan pada umumnya maksimal (sebanyak 50%), 2 jam per hari
1 jam per hari (dinyatakan oleh 100% sebanyak 4 orang atau 40%, dan 3 jam
responden). per hari sebanyak 3 orang (10%).
Menurut pemuda, perpustakaan Pada umumnya, orang dewasa
yang ada di lingkungan masyarakat dan menyatakan bahan bacaan yang
sekitarnya umumnya kurang memadai diperoleh dengan cara membeli sendiri
(dinyatakan oleh 83,33%) dan sebesar sebesar 60%, tersedia di rumah sebesar
16,66% menganggap perpustakaan yang 20%, dan meminjam dari
ada di lingkungan mereka cukup perpustakaan/taman bacaan sebesar
memadai. Pada umumnya mereka 10%. Pihak yang mendukung mereka
merasakan dorongan lingkungan (teman, membaca adalah faktor lain-lain sebesar
orang tua, guru, dan tokoh masyarakat) 70%, tetangga sebesar 20%, dan
dalam meningkatkan minat baca kurang istri/suami sebesar 10%. Jika ada waktu
sekali (dinyatakan oleh 50% responden), luang, prioritas utama yang mereka pilih
kurang (sebesar 16,66%), dan adalah menonton televisi sebesar 40%,
sedang/cukup sebesar 33,33%. Para

6 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ...

membaca sebesar 30%, dan bekerja berbagai jenis sebesar 60,46%; koran,
sebesar 20%, lain-lain sebesar 10%. majalah, tabloid sebesar 20,93%; komik
Alasan mereka membaca karena sebesar 4,65%, dan selebaran sebesar
sebagai upaya untuk mengembangkan 2,32%.
diri sebesar 50%, sebagai sarana hiburan Frekuensi berkunjung ke
dan belajar, masing-masing sebesar perpustakaan pada umumnya bersifat
20%. Bahan bacaan yang dianggap kadang-kadang sebesar 69,76%; sering
mudah adalah koran, majalah, dan sebesar 25,58%, tidak pernah dan sering
tabloid sebesar 100%. sekali masing-masing sebesar 2,32%.
Menurut pendapat mereka, Motivasi berkunjung ke perpustakaan
perpustakaan yang ada di lingkungan karena keinginan sendiri sebesar
masyarakat dan sekitarnya umumnya 58,13%, diajak teman sebesar 18,60%,
kurang memadai (dinyatakan oleh disuruh guru/ustad sebesar 16,27%.
sebesar 80% responden, dan sebesar Lama membaca di perpustakaan
20% menganggap perpustakaan yang maksimal selama 1 jam sehari (76,74%)
ada di lingkungan mereka cukup dan 2 jam sehari sebesar 23,25%. Bahan
memadai. Pada umumnya mereka bacaan yang mereka miliki/baca berasal
merasakan dorongan lingkungan dalam dari meminjam di perpustakaan atau
meningkatkan minat baca sudah cukup. taman bacaan sebesar 65,11%, tersedia
Hal ini dinyatakan oleh 40% responden, di rumah sebesar 18,60%, membeli
yang menyatakan kurang dan kurang sendiri atau dibelikan orang tua sebesar
sekali sebesar 30%. Penyediaan bahan 13,95%.
bacaan yang relevan dengan kebutuhan Pihak yang mendukung kebiasaan
orang dewasa perlu mendapat perhatian membaca siswa adalah guru/ustad
berbagai pihak, seperti pemerintah sebesar 32,55%, lain-lain sebesar
setempat, kelompok masyarakat, dan 30,23%, orang tua sebesar 23,25%, dan
lingkungan yang kondusif dalam teman sebesar 9,30%. Jika ada waktu
menyediakan bahan bacaan yang luang, prioritas utama yang mereka pilih
relevan. Hal ini disadari oleh besarnya adalah membaca sebesar 32,55%,
motivasi membaca orang dewasa. Oleh menonton televisi sebesar 27,90%,
karena itu, perlu dukungan berbagai bermain sebesar 20,93%, dan lain-lain
pihak agar melayani kebutuhan bahan sebesar 16,60%.
bacaan yang relevan dengan Menurut pandangan siswa,
kepentingan orang dewasa, seperti perpustakaan yang ada di lingkungan
bacaan yang praktis untuk kepentingan sekolah, masyarakat, dan sekitarnya
pekerjaan/vokasional atau umumnya kurang memadai (67,44%),
kegemarannya. cukup memadai sebesar 18,60%, dan
Frekuensi membaca siswa per lengkap sebesar 6,97%. Siswa
minggu, kurang dari 6 jam sebesar merasakan dorongan teman, orang tua,
79,06%, antara 6—12 jam sebesar guru, tokoh masyarakat berperan
16,27%, dan antara 12—24 jam sebesar penting dalam meningkatkan minat
2,32%. Motivasi membaca mereka baca. Hal itu dinyatakan oleh siswa
umumnya karena kesadaran sendiri sebesar 53,48% menganggap cukup;
sebesar 97,67%, ditugaskan guru/ustad sebesar 27,90% menganggap kurang,
sebesar 2,32%. Jenis bacaan yang sebesar 13,95% menganggap kurang
disukai dan dibaca adalah buku dari sekali, dan lebih dari cukup sebesar

7 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

4,65%. Pendapat siswa bahwa dipandang kurang memadai. Hal ini


perpustakaan kurang memadai perlu dinyatakan oleh seluruh responden.
mendapat perhatian dan perubahan Menjadi pekerjaan bagi pihak
semua pihak. Oleh karena itu, temuan pemerintah/pengelola perpustakaan
penelitian ini dapat dijadikan untuk menyediakan sarana bacaan yang
pertimbangan oleh para pengambil memadai sesuai dengan kepentingan
kebijakan untuk menyediakan sarana orang-orang dewasa. Mereka
bacaan/perpustakaan yang dapat menyatakan dorongan lingkungan dalam
menjangkau seluruh lapisan masyarakat meningkatkan minat baca kurang sekali
sekitarnya. (45,45%), kurang (sebesar 36,36%), dan
Frekuensi membaca per minggu, sedang/cukup sebesar 18,18%. Comment [NF8]: Pembahasan.
Bagian pembahasan berisi hasil analisis, pemapara
sebesar 54,54% dilakukan kurang dari 6 kajian materi dan pembandingan. Ditulis dalam
jam per minggu, antara 6—12 jam KESIMPULAN Times New Roman, 11 pts, spasi 1,15.
sebesar 45,45%. Motivasi mereka Implementasi akselerasi
membaca karena bermanfaat untuk pembangunan sumber daya manusia di
pekerjaan sebesar 23,63%, sesuai Jawa Barat (baca: Bandung, Subang,
dengan hobi/kegemaran sebesar 18,18%, dan Purwakarta) dalam rangka
dan lain-lain sebesar 18,18%. Frekuensi pembinaan minat baca masyarakat
berkunjung ke perpustakaan adalah kurang ditunjang komitmen semua
kadang-kadang sebesar 72,72%, tidak pemangku kepentingan dari setiap unsur
pernah sebesar 18,18%, dan sering terkait, kurang adanya alur koordinasi
sebesar 9,09%. Motivasi berkunjung ke yang jelas antara pengelola perpustakaan
perpustakaan karena keinginan sendiri di tingkat provinsi dan kabupaten, dan
sebesar 100%. Lama membaca di tidak adanya pembinaan terhadap
perpustakaan maksimal 1 jam per hari pengelola perpustakaan di tingkat
(81,18%), 2 jam sehari sebesar 18,18%. desa/kelurahan.
Mereka menyatakan bahan bacaan yang Minat dan kegemaran membaca
dibaca dengan cara membeli sendiri masyarakat cukup memadai dan baik,
sebesar 63,63%, meminjam dari tetapi kurang didukung oleh sarana dan
perpustakaan/taman bacaan sebesar prasarana yang memadai, seperti buku-
36,36%. buku bacaan, gedung perpustakaan yang
Pihak yang mendukung kebiasaan memadai, dan tidak adanya petugas
membaca mereka adalah suami/itri yang secara khusus untuk mengelola
sebesar 54,54%, ketua RT/RW/kepala perpustakaan secara baik dan
desa/tokoh masyarakat sebesar 18,18%, profesional.
tetangga sebesar18,18%, dan lain-lain Pada umumnya apresiasi
sebesar 9,09%. Jika ada waktu luang, masyarakat terhadap perpustakaan
prioritas utama yang dipilih adalah cukup memadai dan baik, namun ada
bekerja sebesar 81,81% dan lain-lain sebagian masyarakat yang kurang
sebesar 18,18%. Alasan mereka memberikan apresiasi yang baik. Hal ini
membaca karena sebagai upaya untuk disebabkan oleh kurang adanya
mengembangkan diri sebesar 63,63%, sosialisasi terhadap masyarakat tentang
untuk kepentingan belajar sebesar pentingnya membaca sebagai kebutuhan
27,27%, dan lain-lain sebesar 9,09%. hidup.
Perpustakaan yang ada di Kebiasaan membaca masyarakat
lingkungan masyarakat dan sekitarnya di tiga kabupaten (Bandung, Subang,

8 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ...

dan Purwakarta) baik siswa SD/MI, bahan bacaan, masyarakat pada


SMP/MTs, SMA/MA, pemuda, maupun umumnya melakukan aktivitas membaca
orang dewasa ditinjau dari segi waktu sesuai dengan kebutuhan masing-
membaca, tempat membaca, suasana masing. Para siswa sekolah sebagian
membaca, frekuensi membaca, motivasi besar membaca buku untuk kepentingan
dalam melakukan aktivitas membaca, studi, orang dewasa dan pemuda
karakteristik bahan bacaan yang melakukan aktivitas membaca untuk
diperlukan oleh masyarakat, kepentingan pekerjaan dan
ketersediaan bahan bacaan dan bahasa pengembangan diri; (7) dari segi
bahan bacaan yang diperlukan oleh ketersediaan bahan bacaan, masyarakat
masyarakat adalah sebagai berikut: (1) melakukan aktivitas membaca
kebiasaan dan tradisi membaca bedasarkan bahan bacaan yang tersedia
masyarakat di tiga kabupaten pada di rumah, di perpustakaan, dan membeli
umumnya dilakukan pada malam hari. bahan bacaan sendiri. Hal ini
Hal ini dapat dipahami mengingat pada menunjukkan bahwa masyarakat
pagi hari mereka melakukan aktivitas memiliki keinginan membaca yang
lain, misalnya, siswa belajar di sekolah, tinggi walaupun harus menyediakan
pemuda dan orang dewasa bekerja; (2) anggaran untuk membeli bahan bacaan
dari segi tempat, pada umumnya sendiri, dan (8) dari segi pilihan bahasa
masyarakat melakukan aktivitas bahan bacaan, pada umumnya
membaca di rumah. Hal ini dapat masyarakat memilih bahan bacaan yang
dipahami mengingat rumah sebagai berbahasa Indonesia baik masyarakat di
tempat tinggal yang dianggap paling perkotaan maupun di perdesaan. Hanya
nyaman dan memungkinkan mereka sebagian kecil masyarakat yang memilih
dapat berinteraksi sesama anggota bahan bacaan yang berbahasa
keluarga; (3) dari segi suasana daerah/asing. Upaya peningkatan minat
membaca, pada umumnya masyarakat baca masyarakat di tiga kabupaten pada
menginginkan suasana yang sepi dan umumnya belum memuaskan. Hal ini
kondusif untuk membaca. Untuk itulah ditandai oleh minimnya sarana dan
dipilih waktu membaca malam hari dan prasarana bacaan, belum adanya petugas
dilaksanakan di lingkungan rumah perpustakaan pada setiap instansi yang
(keluarga); (4) dari segi frekuensi mengelola dengan baik dan profesional.
membaca, pada umumnya masyarakat Berdasarkan temuan dan simpulan
masih membaca kurang dari 12 jam per hasil penelitian, berikut ini
minggu. Hal ini menunjukkan bahwa disarankan/direkomendasikan sebagai
kebiasaan membaca masyarakat masih berikut: Perlu adanya komitmen semua
rendah baik untuk kepentingan studi, pemangku kepentingan dari setiap unsur
pekerjaan, maupun pengembangan diri; yang terkait, adanya alur koordinasi
(5) dari segi motivasi membaca, yang jelas antara pengelola perpustakaan
masyarakat umumnya didorong oleh di tingkat provinsi dan kabupaten, dan
keinginan untuk mengembangkan diri pembinaan yang berkesinambungan
baik pada orang dewasa, pemuda, terhadap pengelola perpustakaan di
maupun siswa. Hal ini menunjukkan tingkat desa/kelurahan. Untuk
bahwa motivasi membaca sudah tumbuh mengimplementasikannya dapat
dan didorong oleh keinginan dari dalam dilakukan dapat dilakukan sebagai
diri sendiri yang kuat; (6) dari segi berikut: (1) perlu dilakukan penataan

9 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

organisasi (reorganisasi) sehingga seperti pengadaan buku-buku bacaan


perpustakaan memiliki keleluasaan yang terbaru dan bermanfaat,
gerak yang dinamis, cepat, tepat, dan penyediaan gedung perpustakaan serta
akurat. Reorganisasi tersebut meliputi pengangkatan tenaga/petugas yang
kemungkinan pengembangan karier secara khusus mengelola perpustakaan.
pengelola perpustakaan sehingga Untuk mengimplementasikan semua itu,
mereka merasa memiliki dan fungsional perlu dilakukan upaya sebagai berikut:
menjadi pengelola perpustakaan desa, (1) diberikan penghargaan yang
perpustakaan kecamatan, perpustakaan ”menjanjikan” kepada para pengelola
kabupaten, provinsi atau nasional. perpustakaan. Dengan demikian, mereka
Reorganisasi berlaku pula pada merasa karier menjadi pengelola
perpustakaan sekolah, pondok perpustakaan adalah karier yang
pesantren, atau perpustakaan memberikan harapan bagi hidup dan
umum/khusus; (2) perlu dibangun kehidupan profesi mereka; (2) perlu
lembaga nasional dan daerah suplai buku yang beragam dan secara
(kabupaten/kota) ihwal pembudayaan kuantitas memadai bagi pengembangan
masyarakat membaca sehingga perpustakaan. Suplai tersebut secara
pembinaan dan pengembangan kegiatan periodik terus-menerus dilakukan
membaca terencana, terlaksana, dan sehingga para pembaca selalu
terpantau secara menyeluruh (nasional). mendapatkan bahan bacaan yang aktual
Lembaga tersebut sebaiknya hadir di sesuai dengan perkembangan zaman dan
berbagai jenjang (nasional, provinsi, keperluan masyarakat terutama
kabupaten/kota, kecamatan, desa, perpustakaan daerah.; Perlu adanya
bahkan dusun/kampung); (3) perlu kegiatan kampanye/sosialisasi membaca
dibangkitkan kembali upaya pemerintah yang dilakukan secara terus-menerus
pada masa lalu berupa Inpres buku. dan terintegrasi dengan melibatkan
Bahkan kegiatan atau program Inpres berbagai komponen masyarakat.
buku ini perlu diperluas kepada seluruh Misalnya, kegiatan ”Liburan untuk
lapisan masyarakat baik secara formal di Membaca”. Pada kegiatan tersebut
sekolah maupun secara nonformal di komponen masyarakat mengisi
masyarakat. Demikian juga Inpres buku liburannya dengan kegiatan membaca
ini hendaknya ditujukan kepada dan aneka kegiatan yang mendukung
berbagai lembaga kemasyarakatan kegiatan membaca. Untuk
dengan buku yang bervariasi jumlah dan mengimplementasikan semua itu dapat
tirasnya, dan (4) perlu adanya kewajiban dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1)
membuka perpustakaan umum pada perlu diberikan penghargaan kepada
sentra-sentra ekonomi setingkat mal. pengunjung perpustakaan dengan
Dengan demikian, masyarakat dari kriteria yang telah disepakati bersama.
berbagai kalangan dapat melakukan Dengan demikian, para pengunjung
kegiatan membaca di mana pun secara perpustakaan akan semakin menyadari
mudah, murah, dan terjangkau. Dengan makna kunjungan mereka ke
melibatkan kalangan bisnis atau perpustakaan; (2) perpustakaan (desa,
pengusaha diharapkan gerakan minat sekolah, dan umum) perlu memberikan
membaca di kalangan masyarakat pelayanan yang fleksibel dari segi waktu
meningkat.; Perlu adanya peningkatan dan tempat. Misalnya, perpustakaan
sarana dan prasarana yang memadai, memberikan pelayanan juga pada sore

10 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ...

atau malam hari. Demikian pula Hal ini sesuai dengan temuan penelitian
perpustakaan dapat hadir pada hari-hari bahwa sebagian besar masyarakat
libur di tempat-tempat terbuka seperti melakukan aktivitas membaca pada
yang telah dikakukan oleh perpustakaan malam hari. Di samping itu, perlu
kabupaten Bandung, dan (3) perlu adanya penyuluhan tentang pentingnya
diupayakan sinergi yang baik antara membaca di lingkungan keluarga
penulis buku (cerita, bacaan, atau sebagai unit terkecil dari masyarakat
ilmiah) dengan para ahli grafika yang dilakukan oleh berbagai komponen
sehingga penampilan buku itu menarik masyarakat secara sinergis. Hal ini dapat
untuk segala umur. Dengan demikian, dilakukan oleh ketua RT/RW, tokoh
penampilan buku tidak memberikan masyarakat, para guru/ustad, atau
kesan angker terutama untuk anak- bahkan oleh kelompok intelektual
anak.; Untuk membudayakan seperti mahasiswa ketika mereka
masyarakat gemar membaca perlu melakukan kegiatan kuliah kerja nyata,
disediakan bahan bacaan yang memadai praktik lapangan, atau magang. Comment [NF9]: Kesimpulan.
Berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas
termasuk sarana pendukung, dalam hal pertanyaan penelitian atau berupa intisari hasil
ini perpustakaan. Oleh karena itu, pihak DAFTAR RUJUKAN pembahasan. Kesimpulan disajikan dalam bentuk
paragraf. Ditulis dalam Times New Roman, 11 pts
pengelola perpustakaan perlu menata Adler, M.J. 2008. How to Read a Book: spasi 1,15.
diri dari segi kenyamanan, kelengkapan The Art of Getting a Liberal
bahan bacaan, keterjangkauan, dan Education. New York: Simon
keleluasaan pelayanan bagi masyarakat and Schuster.
yang membutuhkan bacaan. Untuk
mengimplementasikan semua itu, dapat Arah Kebijakan Umum (AKU) APBD
dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Provinsi Jawa Barat Tahun
perlu dipelihara dan dibina terus- 2005.
menerus motivasi membaca masyarakat
yang sudah terbina itu. Dalam hal ini Borg, W.L., dan Gall, M.D. 2007..
kewajiban semua pihak seyogianya Educational Reasearch: An
memberikan layanan yang sebaik- Introduction. Third Education.
baiknya agar kebiasaan membaca New York: Longman.
masyarakat semakin berkembang; (2)
berkaitan dengan upaya pengembangan Farr, R. 2008. What can be Measured?,
kebiasaan membaca masyarakat, Nemark. Del: International
dipelukan sinergi semua pihak Reading Association.
(pemerintah, masyarakat, dan industri).
Sinergi tersebut dimaksudkan untuk Ismail, T. 2008. Benarkah Kini Bangsa
mempercepat tumbuhnya tradisi Kita telah Rabun Membaca dan
membaca masyarakat yang pada Lumpuh Menulis?. Jakarta:
gilirannya membaca dipandang sebagai Tanpa Penerbit.
kebutuhan hidup.; dan perlu adanya
pelayanan perpustakaan hendaknya Potensi dan Prospek Pengembangan
memperhatikan kebutuhan dan waktu Kabupaten Subang. 2003.
yang sesuai dengan keinginan
masyarakat. Oleh karena itu, seyogianya Potensi Daerah Kabupaten Purwakarta.
pengelola perpustakaan dapat melayani 2004.
masyarakat pada sore dan malam hari.

11 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

Romlah. 2009. “Analisis Buku Paket


SMA dari Segi Keterbacaan:
Suatu Pendekatan Analisis
Kalimat dan Uji Rumpang yang
Dilakukan Pembelajar Jurusan
Fisika di SMA Negeri di
Kotamadya Bandung”.
Disertasi, Bandung: PPs IKIP
Bandung.

Siahaan, B.A. 2007. “Masalah dan


Kendala Pengajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah
Menengah”, dalam Kongres
Bahasa Indonesia V Jilid 1,
Peny. Sitanggang, dkk. Jakarta:
Depdikbud. Comment [NF10]: Daftar Rujukan.
1.Berisi daftar rujukan yang digunakan untuk
menulis artikel. Sumber rujukan minimal 80%
berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan
yang digunakan adalah sumber-sumber buku,
internet, artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau
laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertas
Artikel yang dimuat dijurnal ini disarankan untuk
digunakan sebagai rujukan.
Ditulis dalam Times New Roman, 11 pts, spas
1,15

12 p-ISSN: 2355 - 1739


e-ISSN: 2407 - 6295

Anda mungkin juga menyukai