Anda di halaman 1dari 12

MINAT BACA MASYARAKAT JAWA BARAT: STUDI DESKRIPTIF

DI KABUPATEN BANDUNG, SUBANG, DAN PURWAKARTA

Khaerudin Kurniawan
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
Surel : khaerudinkurniawan@upi.edu

Abstract : Interests Read Community West Java: Descriptive Study In Regency


Bandung, Subang, And Purwakarta. The research objective was to describe the
profile interests and reading habits of society in West Java. The subjects were
students from elementary, junior high, and high school students who are in boarding
school, youth, parents / students in these three districts, community leaders, the
library in three districts, and policy makers. Number of targets / respondents as many
as 500 people. Data was collected using: questionnaires, observation sheets, and
guidelines for the interview. Discussion of research shows that the public interest in
utilizing the library accelerating the development of human resources in the form: all
walks of life can accelerate after a lot of reading in accordance with its duties, work
and profession.

Keywords : Interests Reading, Descriptive Study

Abstrak : Minat Baca Masyarakat Jawa Barat: Studi Deskriptif Di Kabupaten


Bandung, Subang, Dan Purwakarta. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan
profil minat dan kebiasaan membaca masyarakat di Jawa Barat. Subjek penelitian
adalah siswa SD, SMP, dan SMA, santri yang berada di pondok pesantren, para
pemuda, orang tua siswa/santri yang ada di tiga kabupaten tersebut, tokoh
masyarakat, pengelola perpustakaan di tiga kabupaten, dan pembuat kebijakan.
Jumlah sasaran/responden sebanyak 500 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan: angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Pembahasan dalam penelitian menunjukkan bahwa minat baca masyarakat yang
memanfaatkan perpustakaan mengalami akselerasi pembangunan sumber daya
manusia dalam wujud: semua kalangan dapat melakukan akselerasi setelah banyak
membaca sesuai dengan bidang tugas, pekerjaan, dan profesinya.

Kata kunci : Minat Membaca, Studi Deskriptif


melakukan berbagai upaya yang lebih
PENDAHULUAN keras, lebih cerdas, dan lebih
Visi Jawa Barat “dengan iman dan fokus/terarah pada percepatan
takwa sebagai provinsi termaju di pembangunan yaitu “akselerasi
Indonesia dan mitra terdepan ibu kota peningkatan kesejahteraan masyarakat
negara tahun 2020” dengan indikator guna mendukung pencapaian visi Jawa
bernuansa pada pencapaian indeks Barat tahun 2020”.
pembangunan manusia (IPM) 80 tahun Kegiatan membaca merupakan
2020 meliputi tiga aspek: (1) sine quo non dalam semua proses
pendidikan, (2) kesehatan, dan (3) daya pendidikan. Kegiatan membaca tidak
beli masyarakat. Berdasarkan hasil dapat diabaikan dalam setiap upaya
evaluasi, pencapaian tersebut belum meningkatkan kualitas sumber daya
optimal. Oleh karena itu, pemerintah manusia. Negara-negara maju
provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu menekankan bahwa masyarakatnya harus
sampai dengan tahun 2016 telah

p-ISSN: 2355 - 1739


1 e-ISSN: 2407 - 6295
menjadi pembaca yang handal. Para ahli Kemampuan membaca masyarakat
pendidikan, seperti Mortimer J. Indonesia pun masih jauh dari yang
Adler (2008) menyatakan bahwa diharapkan. Kecepatan efektif membaca
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12
“Reading is the basic tool in the living of (KEM) yang mereka miliki berada pada
a good life”; Roger Farr (1984) ketinggian rata-rata 250 kpm (kata per
menyatakan bahwa “Reading is the heart menit), sedangkan KEM minimal yang
seharusnya mereka miliki ialah 500 kpm.
of education”; dan Hartoonian (1984)
Jika mereka berhasrat untuk mampu
menyatakan bahwa “If we want to be a
berkompetisi di era global, jumlah
super power, we must have individuals
informasi yang harus mereka serap
with much higher levels of literacy”.
demikian besarnya, dan akan bertambah
Fenomena-fenomena tersebut besar pada masa yang akan datang.
harus diantisipasi sejak dini. Apalagi
Pengalaman negara maju
melihat kenyataan bahwa kemampuan
ditunjukkan oleh Ismail (2008) bahwa
membaca masyarakat sekolah kita, mulai
budaya membaca secara intensif
dari tingkat pendidikan dasar hingga
ditanamkan di sekolah, yang dimulai
menengah, bahkan perguruan tinggi
dengan bacaan karya sastra lalu diperluas
sekalipun masih sangat rendah. Hasil
ke buku-buku ilmu sosial dan sains.
studi The International Association for
Akan tetapi, pada berbagai studi tentang
the Evaluation of Education
membaca karya sastra menunjukkan
Achievement yang disingkat dengan IEA
tingkat yang tidak menggembirakan.
(1992), yang dilaporkan juga oleh World
Taufiq Ismail (2008) melaporkan bahwa
Bank (1992) menunjukkan bahwa
dari 14 negara yang diteliti dalam jumlah
masyarakat kita dalam hal kemampuan
buku sastra yang wajib dibaca di SMA,
membacanya berada pada urutan ke-26
siswa Indonesia hanya nol (0) judul
dari 27 negara yang diteliti, termasuk di
buku, sementara Amerika Serikat 32
dalamnya negara maju, seperti Amerika
judul buku, Perancis 20-30 buku,
Serikat, Kanada, Jerman, dan negara-
Belanda 30 judul buku, Jerman 22 judul
negara berkembang, seperti Trinidad dan
buku, Jepang dan Swiss 15 judul buku,
Venezuela. Kondisi demikian
Kanada 13 judul buku, Rusia 12 judul
mencerminkan bahwa standar membaca
buku, Brunei 7 judul buku, Singapura
di sekolah-sekolah Indonesia masih
dan Malaysia 6 judul buku, dan Thailand
sangat rendah. Kebiasaan membaca
5 judul buku. Kondisi demikian jelas
sebagai suatu karakteristik yang akan
memberikan implikasi pada tidak adanya
memperoleh skema belum mapan pada
minat dan kemauan untuk membaca
masyarakat yang diteliti. Mayoritas dari
buku-buku ilmu pengetahuan dan
mereka menunjukkan bahwa mereka
teknologi yang berkarakter sulit dan
belum membaca komik, surat kabar, atau
membosankan. Apalagi sebagian orang
majalah untuk kesenangan pada minggu
beranggapan bahwa kegiatan membaca
sebelum diadakan studi. Tingkat yang
tidak membawa manfaat secara
relatif rendah dalam hal membaca untuk
langsung.
kesenangan berada pada tingkat yang
Dalam rangka membangkitkan
mengkhawatirkan karena justru pada usia
minat dan kebiasaan membaca
inilah siswa mesti mengalami masa
masyarakat, khususnya masyarakat di
“gila” baca, suatu periode yang di
Kabupaten Bandung, Subang, dan
dalamnya mereka akan cenderung
Purwakarta sudah selayaknya dilakukan
menghabiskan waktu yang banyak pada
suatu kajian yang bertujuan
waktu senggangnya untuk membaca
mendeskripsikan karakteristik minat baca
bahan atas pilihan sendiri.

p-ISSN: 2355 - 1739


2 e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin
masyarakat berdasarkan latar belakang sasaran/responden yang terlibat dalam
sosial, budaya, ekonomi, pendidikan, penelitian ini sebanyak 500 orang yang
kendala yang dihadapi, upaya-upaya meliputi ketujuh komponen tersebut.
yang dapat dilakukan serta persepsi para Teknik pengumpulan data
siswa terhadap pembinaan dan dilakukan dengan menggunakan: (1)
pengembangan minat bacanya. angket, (2) lembar observasi, dan (3)
pedoman wawancara. Kegiatan observasi
METODE dalam penelitian ini adalah pengamatan
Kajian ini akan dipecahkan melalui secara langsung pada wilayah kajian
pendekatan deskriptif dengan desain dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
penelitian dan pengembangan (Research di lapangan dengan sesungguhnya.
and Development atau R&D). Borg dan Kegiatan ini merupakan bagian dari
Gall (2007) menyatakan bahwa R&D is a proses identifikasi permasalahan dan
process used to develop and validate pengumpulan data. Tujuan utama
educational production. Berdasarkan kegiatan ini adalah melengkapi data dan
definisi tersebut, penelitian ini bertumpu informasi yang berhasil dihimpun dari
pada upaya memproduksi dan kegiatan desk study dan mendapatkan
memvalidasi suatu model pengembangan gambaran nyata mengenai kajian minat
minat membaca dan model bacaan anak- baca masyarakat di kabupaten Bandung,
anak yang relevan untuk anak usia SD, Subang, dan Purwakarta.
SMP, dan SMA. Wawancara dalam kegiatan ini
Borg dan Gall (2007) menjelaskan adalah wawancara mendalam, dan
bahwa yang dimaksud produk pendidikan dilakukan langsung oleh peneliti untuk
di antaranya adalah objek-objek material, mendapatkan informasi tentang seluruh
seperti buku teks, majalah, surat kabar, aspek yang berkaitan dengan kajian
dan komik. Dengan kata lain, tujuan minat baca masyarakat. Teknik
akhir R&D pendidikan adalah lahirnya pengolahan data dilakukan dengan cara:
sebuah produk baru atau perbaikan (1) tabulasi data minat dan kebiasaan
terhadap produk, yakni karakteristik membaca masyarakat di tiga kabupaten,
minat dan kebiasaan membaca anak-anak (2) persentase dan frekuensi minat
(siswa), santri, pemuda, orang dewasa, membaca siswa, dan (3)
tokoh masyarakat, dan pembuat penafsiran/inferensi hasil. Kegiatan ini
kebijakan di tiga kabupaten yang diteliti merupakan bagian dari analisis atas hasil
(Bandung, Subang, dan Purwakarta). identifikasi permasalahan yang diperoleh
Subjek penelitian ini adalah (1) dari kegiatan desk study dan survei
siswa SD, SMP, dan SMA di Kabupaten lapangan. Dalam kegiatan ini dilakukan
Bandung, Kabupaten Subang, dan pula kompilasi data sebagai bahan
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, (2) penyusunan kajian minat baca
santri yang berada di pondonk pesantren, masyarakat di kabupaten Bandung,
(3) para pemuda, (4) orang tua Subang, dan Purwakarta. Lembar
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12
siswa/santri yang ada di tiga observasi digunakan untuk mengetahui
Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ... profil kondisi perpustakaan yang ada di
ketiga wilayah yang diteliti dengan
segala karakteristiknya. Pedoman
kabupaten tersebut, (5) tokoh
wawancara digunakan untuk
masyarakat, (6) pengelola perpustakaan
memperoleh informasi dari orang tua dan
di tiga kabupaten, dan (7) pembuat
pembuat kebijakan tentang pembinaan
kebijakan. Adapun jumlah

p-ISSN: 2355 - 1739


3 e-ISSN: 2407 - 6295
dan pengembangan minat membaca para hari (hal itu dinyatakan oleh 85,26%
siswa di tiga wilayah yang diteliti. siswa). Selebihnya, sebesar 14,73%
menyatakan membaca di perpustakaan
PEMBAHASAN selema 2 jam per hari. Secara teoretis
Frekuensi siswa membaca per kebiasaan membaca yang ideal antara 34
minggu sebesar 74,73% menyatakan jam/hari. Hal ini menunjukkan bahwa
kurang dari 6 jam, selebihnya sebesar kebiasaan membaca siswa SD/MI masih
21,05% menyatakan selama 6-12 jam harus ditingkatkan lagi frekuensinya.
membaca per minggu. Motivasi mereka Bacaan yang tersedia di rumah sebesa
membaca umumnya karena kesadaran 38,94%; selebihnya mereka meminjam
sendiri sebesar 70,52%. Selebihnya, bacaan di perpustakaan atau taman
menyatakan karena disuruh orang tua bacaan sebesar 33,68%, dan sisanya
sebesar 16,84%. Jenis bacaan yang sering umumnya membeli sendiri atau dibelikan
dibaca adalah buku dari berbagai jenis orang tua sebesar 27,36%. Ini
sebesar 77,89%, selebihnya memilih menunjukkan bahwa orang tua berperan
membaca komik sebesar 18,94%. besar dalam menyediakan bahan bacaan.
Bahasa bacaan yang paling mereka sukai Pihak yang mendukung pada
adalah bahasa Indonesia. Sebesar 86% kebiasaan membaca siswa adalah orang
menyatakan suka membaca bahan bacaan tua sebesar 43,15%, guru/ustad sebesar
dalam bahasa Indonesia; selebihnya 35,78%, dan teman sebesar 20%. Jika
memilih bahasa daerah sebesar 8,42%. ada waktu luang, prioritas utama yang
Yang menarik dari siswa SD/MI di mereka pilih adalah membaca sebesar
kabupaten Bandung adalah sebesar 63,15%, sebesar 18,94% memilih
5,26% memilih bahasa Inggris sebagai bermain, dan sisanya sebesar 14,73%
pilihan bahasa bahan. Frekuensi memilih menonton televisi. Hal ini
berkunjung ke perpustakaan pada menggembirakan sebab para siswa lebih
umumnya kadangkadang sebesar memprioritaskan aktivitas membaca
70,52%. Sebesar 15,78% menyatakan dalam mengisi waktu luang. Alasan
sering; yang menyatakan sering sekali mereka membaca karena untuk
berkunjung ke perpustakaan sebesar mendukung kegiatan belajar sebesar
4,217%, dan yang tidak pernah sama 63,15%, sisanya sebesar 35,72%
sekali sebear 9,47%. Dapat dinyatakan melakukan aktivitas membaca sebagai
bahwa siswa SD/MI kurang berminat upaya untuk mengembangkan diri. Bahan
mengunjungi perpustakaan, hanya bacaan yang mereka anggap mudah yaitu
sebagian kecil siswa (15,78%) yang buku. Hal ini dinyatakan oleh sebesar
menyatakan sering dan tidak pernah 62,10%. Sebesar 27,36% menayatakan
(9,47%). Motivasi berkunjung ke bahan bacaan yang mereka anggap
perpustakaan umumnya karena keinginan mudah adalah komik. Perpustakaan yang
sendiri sebesar 60%. ada di lingkungan sekolah, masyarakat,
Sebesar 27,36% membaca di dan sekitarnya umumnya mereka
perpustakaan karena diajak teman. Hal pandang kurang memadai dinyatakan
ini menunjukkan bahwa motivasi siswa oleh 50,52%. Sebesar 36,84%
berasal dari dalam diri sendiri sebesar menganggap perpustakaan yang ada di
60%. Dengan kata lain, motivasi lingkungan mereka cukup memadai.
merupakan modal utama dalam Pada umumnya siswa merasakan
pengembangan minat dan kebiasaan dorongan lingkungan (teman, orang tua,
membaca, apalagi motivasi ini berasal guru, tokoh, masyarakat) dalam
dari dalam diri anak. Lama membaca di meningkatkan minat baca dirasakan
perpustakaan pada umumnya 1 jam per sudah cukup. Hal itu dinyatakan oleh

p-ISSN: 2355 - 1739


4 e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin
52,10% siswa. Dari keterangan tersebut dilakukan karena keinginan sendiri
dapat dinyatakan bahwa kebiasaan sebesar 82,05%, diajaka teman sebesar
membaca siswa SD/MI kabupaten 7,69%, disuruh orang tua dan guru/ustad
Bandung adalah pada malam hari, masing-masing sebesar 2,56%. Lama
bertempat di rumah. Ini menunjukkan membaca di perpustakaan pada
bahwa rumah merupakan tempat yang umumnya maksimal 1 jam per hari
dipandang nyaman dan menyenangkan (84,61%), 2 jam per hari sebesar 15,38%.
oleh anak dalam membaca. Akan tetapi, Bahan bacaan yang dibaca adalah dengan
menjadi tantangan bagi pengelola cara meminjam dari perpustakaan/taman
perpustakaan agar memberikan layanan bacaan sebesar 46,15%, membeli sendiri
yang baik bagi siswa. atau dibelikan orang tua sebesar 20,51%,
Menurut pandangan siswa, dan tersedia di rumah sebesar 15,38%.
perpustakaan yang ada di lingkungan Alasan mereka membaca
sekolah, masyarakat, dan sekitarnya umumnya karena sebagai upaya untuk
umumnya kurang memadai, hal ini mengembangkan diri sebesar 43,58%,
dinyatakan oleh 50% dan sebesar 50% sebagai sarana untuk mendukung
menganggap perpustakaan yang ada di kegiatan belajar sebesar 25,64%, sebagai
lingkungan mereka cukup memadai. hiburan sebesar 2,56%, dan lain-lain
Pada umumnya siswa merasakan sebesar 12,82%. Menurut para siswa,
dorongan lingkungan (teman, orang tua, perpustakaan yang ada di lingkungan
guru, tokoh masyarakat) dalam sekolah, masyarakat, dan sekitarnya
meningkatkan minat baca sudah cukup umumnya cukup memadai sebesar
memadai. Hal ini dinyatakan oleh 60% 41,02%, kurang memadai sebesar
dan menganggap kurang sebesar 40%. 38,46%, dan lengkap sebesar 20,51%.
Dapat dinyatakan bahwa siswa SMA/MA Siswa merasakan dorongan
memikiki frekuensi yang tinggi dalam lingkungan (teman, orang tua, guru,
membaca, selalu memanfaatkan waktu tokoh masyarakat) dalam meningkatkan
luang untuk membaca, dan adanya minat baca sudah cukup. Hal ini
kesadaran yang tinggi dalam mnembaca. dinyatakan oleh sebesar 48,71% siswa,
Hal ini menunjukkan adanya kesadaran lebih dari cukup sebesar 28,20%, kurang
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12
diri yang tinggi sehingga perlu terus sebesar 7,69%, dan kurang sekali sebesar
Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ... 10,25%. Kebiasaan membaca siswa juga
cukup memadai. Hanya frekuensi
mebaca di perpustakaan yang rata-rata
dikembangkan dan ditingkatkan
kurang dari 1 jam per hari perlu terus
frekuensinya. Oleh karena itu, pengelola
ditingkatkan lagi frekuensinya sehingga
perpustakaan perlu memberikan layanan
kebiasaan dan minat memaca mereka
yang memadai kepada para siswa.
memadai. Hal ini dimaksudkan untuk
Motivasi mereka membaca
mendukung motivasi yang kuat dari
umumnya karena kesadaran sendiri
siswa dalam membaca karena sebagian
sebesar 94,87%, disuruh guru/ustad dan
besar mereka membaca disebabkan oleh
keinginan sendiri sebesar 5,12%.
adanya kesadaran diri yang tinggi. Oleh
Frekuensi berkunjung ke perpustakaan
karena itu, perlu dukungan berbagai
pada umumnya menyatakan
pihak, seperti orang tua, guru,
kadangkadang sebesar 64,10%, sering
masyarakat, pemerintah, serta pengelola
sebesar 30,76%, tidak pernah sebesar
perpustakaan.
2,56%, dan sering sekali sebesar 2,56%.
Frekuensi membaca pemuda per
Motivasi berkunjung ke perpustakaan
minggu, sebesar 83,33% membaca

p-ISSN: 2355 - 1739


5 e-ISSN: 2407 - 6295
kurang dari 6 jam, antara 6—12 jam Frekuensi berkunjung ke
sebesar 16,66%. Motivasi mereka perpustakaan adalah hanya
membaca umumnya karena kesadaran kadangkadang sebesar 80% dan tidak
sendiri sebesar 66,66%, karena pengaruh pernah sama sekali sebesar 20%.
lingkungan dan menyadari manfaatnya Motivasi berkunjung ke perpustakaan
masing-masing sebesar 16,66%. umumnya karena keinginan sendiri
Frekuensi berkunjung ke perpustakaan sebesar 80%, saran ketua RT/RW/tokoh
tidak pernah (sebesar 50%), masyarakat sebesar 20% atau hanya 2
kadangkadang sebesar 33,33%, dan orang. L:ama membaca di perpustakaan
sering sebesar 16,66%. Motivasi pada umumnya maksimal 1 jam per hari
berkunjung ke perpustakaan karena (sebanyak 50%), 2 jam per hari sebanyak
keingingan sendiri sebesar 66,66%, 4 orang atau 40%, dan 3 jam per hari
diajak teman dan lainlain sebesar sebanyak 3 orang (10%).
16,66%. Lama membaca di perpustakaan Pada umumnya, orang dewasa
pada umumnya maksimal 1 jam per hari menyatakan bahan bacaan yang
(dinyatakan oleh 100% responden). diperoleh dengan cara membeli sendiri
Menurut pemuda, perpustakaan sebesar 60%, tersedia di rumah sebesar
yang ada di lingkungan masyarakat dan 20%, dan meminjam dari
sekitarnya umumnya kurang memadai perpustakaan/taman bacaan sebesar 10%.
(dinyatakan oleh 83,33%) dan sebesar Pihak yang mendukung mereka membaca
16,66% menganggap perpustakaan yang adalah faktor lain-lain sebesar 70%,
ada di lingkungan mereka cukup tetangga sebesar 20%, dan istri/suami
memadai. Pada umumnya mereka sebesar 10%. Jika ada waktu luang,
merasakan dorongan lingkungan (teman, prioritas utama yang mereka pilih adalah
orang tua, guru, dan tokoh masyarakat) menonton televisi sebesar 40%,
dalam meningkatkan minat baca kurang membaca sebesar 30%, dan bekerja
sekali (dinyatakan oleh 50% responden), sebesar 20%, lain-lain sebesar 10%.
kurang (sebesar 16,66%), dan Alasan mereka membaca karena
sedang/cukup sebesar 33,33%. Para sebagai upaya untuk mengembangkan
pemuda sudah memiliki kesadaran diri sebesar 50%, sebagai sarana hiburan
membaca untuk pengembangan diri. dan belajar, masing-masing sebesar 20%.
Kebiasaan mereka meskipun masih Bahan bacaan yang dianggap mudah
kurang dalam frekuensi membaca, adalah koran, majalah, dan tabloid
namun dapat dikembangkan melalui sebesar 100%.
penyediaan sarana bacanan yang Menurut pendapat mereka,
memadai. Oleh karena itu, pengelola perpustakaan yang ada di lingkungan
perpustakaan sebaiknya dapat masyarakat dan sekitarnya umumnya
memberikan layanan yang memadai kurang memadai (dinyatakan oleh
seperti penyediaan waktu sesuai dengan sebesar 80% responden, dan sebesar 20%
kebutuhan pemuda. menganggap perpustakaan yang ada di
Frekuensi membaca orang dewasa lingkungan mereka cukup memadai.
per minggu, sebesar 50% menyatakan Pada umumnya mereka merasakan
membaca kurang dari 6 jam, dan antara 6 dorongan lingkungan dalam
—12 jam per minggu sebesar 50%. meningkatkan minat baca sudah cukup.
Motivasi mereka membaca umumnya Hal ini dinyatakan oleh 40% responden,
karena sesuai dengan hobi atau yang menyatakan kurang dan kurang
kegemaran sebesar 60%, bermanfaat sekali sebesar 30%. Penyediaan bahan
untuk pekerjaan sebesar 30%, dan bacaan yang relevan dengan kebutuhan
lainlain sebesar 10%. orang dewasa perlu mendapat perhatian

p-ISSN: 2355 - 1739


6 e-ISSN: 2407 - 6295
Khaerudin
berbagai pihak, seperti pemerintah 30,23%, orang tua sebesar 23,25%, dan
setempat, kelompok masyarakat, dan teman sebesar 9,30%. Jika ada waktu
lingkungan yang kondusif dalam luang, prioritas utama yang mereka pilih
menyediakan bahan bacaan yang relevan. adalah membaca sebesar 32,55%,
Hal ini disadari oleh besarnya motivasi menonton televisi sebesar 27,90%,
membaca orang dewasa. Oleh karena itu, bermain sebesar 20,93%, dan lain-lain
perlu dukungan berbagai pihak agar sebesar 16,60%.
melayani kebutuhan bahan bacaan yang Menurut pandangan siswa,
relevan dengan kepentingan orang perpustakaan yang ada di lingkungan
dewasa, seperti bacaan yang praktis sekolah, masyarakat, dan sekitarnya
untuk kepentingan pekerjaan/vokasional umumnya kurang memadai (67,44%),
atau kegemarannya. cukup memadai sebesar 18,60%, dan
Frekuensi membaca siswa per lengkap sebesar 6,97%. Siswa
minggu, kurang dari 6 jam sebesar merasakan dorongan teman, orang tua,
79,06%, antara 6—12 jam sebesar guru, tokoh masyarakat berperan penting
16,27%, dan antara 12—24 jam sebesar dalam meningkatkan minat baca. Hal itu
2,32%. Motivasi membaca mereka dinyatakan oleh siswa sebesar 53,48%
umumnya karena kesadaran sendiri menganggap cukup; sebesar 27,90%
sebesar 97,67%, ditugaskan guru/ustad menganggap kurang, sebesar 13,95%
sebesar 2,32%. Jenis bacaan yang disukai menganggap kurang sekali, dan lebih
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12
dan dibaca adalah buku dari dari cukup sebesar 4,65%. Pendapat
Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ... siswa bahwa perpustakaan kurang
memadai perlu mendapat perhatian dan
perubahan semua pihak. Oleh karena itu,
berbagai jenis sebesar 60,46%; koran,
temuan penelitian ini dapat dijadikan
majalah, tabloid sebesar 20,93%; komik
pertimbangan oleh para pengambil
sebesar 4,65%, dan selebaran sebesar
kebijakan untuk menyediakan sarana
2,32%.
bacaan/perpustakaan yang dapat
Frekuensi berkunjung ke
menjangkau seluruh lapisan masyarakat
perpustakaan pada umumnya bersifat
sekitarnya.
kadang-kadang sebesar 69,76%; sering
Frekuensi membaca per minggu,
sebesar 25,58%, tidak pernah dan sering
sebesar 54,54% dilakukan kurang dari 6
sekali masing-masing sebesar 2,32%.
jam per minggu, antara 6—12 jam
Motivasi berkunjung ke perpustakaan
sebesar 45,45%. Motivasi mereka
karena keinginan sendiri sebesar 58,13%,
membaca karena bermanfaat untuk
diajak teman sebesar 18,60%, disuruh
pekerjaan sebesar 23,63%, sesuai dengan
guru/ustad sebesar 16,27%. Lama
hobi/kegemaran sebesar 18,18%, dan
membaca di perpustakaan maksimal
lain-lain sebesar 18,18%. Frekuensi
selama 1 jam sehari (76,74%) dan 2 jam
berkunjung ke perpustakaan adalah
sehari sebesar 23,25%. Bahan bacaan
kadang-kadang sebesar 72,72%, tidak
yang mereka miliki/baca berasal dari
pernah sebesar 18,18%, dan sering
meminjam di perpustakaan atau taman
sebesar 9,09%. Motivasi berkunjung ke
bacaan sebesar 65,11%, tersedia di
perpustakaan karena keinginan sendiri
rumah sebesar 18,60%, membeli sendiri
sebesar 100%. Lama membaca di
atau dibelikan orang tua sebesar 13,95%.
perpustakaan maksimal 1 jam per hari
Pihak yang mendukung kebiasaan
(81,18%), 2 jam sehari sebesar 18,18%.
membaca siswa adalah guru/ustad
Mereka menyatakan bahan bacaan yang
sebesar 32,55%, lain-lain sebesar
dibaca dengan cara membeli sendiri

p-ISSN: 2355 - 1739


7 e-ISSN: 2407 - 6295
sebesar 63,63%, meminjam dari yang memadai, dan tidak adanya petugas
perpustakaan/taman bacaan sebesar yang secara khusus untuk mengelola
36,36%. perpustakaan secara baik dan profesional.
Pihak yang mendukung kebiasaan Pada umumnya apresiasi
membaca mereka adalah suami/itri masyarakat terhadap perpustakaan cukup
sebesar 54,54%, ketua RT/RW/kepala memadai dan baik, namun ada sebagian
desa/tokoh masyarakat sebesar 18,18%, masyarakat yang kurang memberikan
tetangga sebesar18,18%, dan lain-lain apresiasi yang baik. Hal ini disebabkan
sebesar 9,09%. Jika ada waktu luang, oleh kurang adanya sosialisasi terhadap
prioritas utama yang dipilih adalah masyarakat tentang pentingnya membaca
bekerja sebesar 81,81% dan lain-lain sebagai kebutuhan hidup.
sebesar 18,18%. Alasan mereka Kebiasaan membaca masyarakat di
membaca karena sebagai upaya untuk tiga kabupaten (Bandung, Subang,
mengembangkan diri sebesar 63,63%,
untuk kepentingan belajar sebesar
27,27%, dan lain-lain sebesar 9,09%.
Perpustakaan yang ada
di lingkungan masyarakat dan sekitarnya
dipandang kurang memadai. Hal ini
dinyatakan oleh seluruh responden.
Menjadi pekerjaan bagi pihak
pemerintah/pengelola perpustakaan untuk
menyediakan sarana bacaan yang
memadai sesuai dengan kepentingan
orang-orang dewasa. Mereka menyatakan
dorongan lingkungan dalam
meningkatkan minat baca kurang sekali
(45,45%), kurang (sebesar 36,36%), dan
sedang/cukup sebesar 18,18%.

KESIMPULAN
Implementasi akselerasi
pembangunan sumber daya manusia di
Jawa Barat (baca: Bandung, Subang, dan
Purwakarta) dalam rangka pembinaan
minat baca masyarakat kurang ditunjang
komitmen semua pemangku kepentingan
dari setiap unsur terkait, kurang adanya
alur koordinasi yang jelas antara
pengelola perpustakaan di tingkat
provinsi dan kabupaten, dan tidak adanya
pembinaan terhadap pengelola
perpustakaan di tingkat desa/kelurahan.
Minat dan kegemaran membaca
masyarakat cukup memadai dan baik,
tetapi kurang didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai, seperti
bukubuku bacaan, gedung perpustakaan

p-ISSN: 2355 - 1739


8 e-ISSN: 2407 - 6295
dan Purwakarta) baik siswa SD/MI, bahan bacaan, masyarakat pada
SMP/MTs, SMA/MA, pemuda, maupun umumnya melakukan aktivitas membaca
orang dewasa ditinjau dari segi waktu sesuai dengan kebutuhan masingmasing.
membaca, tempat membaca, suasana Para siswa sekolah sebagian besar
membaca, frekuensi membaca, motivasi membaca buku untuk kepentingan studi,
dalam melakukan aktivitas membaca, orang dewasa dan pemuda melakukan
karakteristik bahan bacaan yang aktivitas membaca untuk kepentingan
diperlukan oleh masyarakat, pekerjaan dan pengembangan diri; (7)
ketersediaan bahan bacaan dan bahasa dari segi ketersediaan bahan bacaan,
bahan bacaan yang diperlukan oleh masyarakat melakukan aktivitas
masyarakat adalah sebagai berikut: (1) membaca bedasarkan bahan bacaan yang
kebiasaan dan tradisi membaca tersedia di rumah, di perpustakaan, dan
masyarakat di tiga kabupaten pada membeli bahan bacaan sendiri. Hal ini
umumnya dilakukan pada malam hari. menunjukkan bahwa masyarakat
Hal ini dapat dipahami mengingat pada memiliki keinginan membaca yang
pagi hari mereka melakukan aktivitas tinggi walaupun harus menyediakan
lain, misalnya, siswa belajar di sekolah, anggaran untuk membeli bahan bacaan
pemuda dan orang dewasa bekerja; (2) sendiri, dan (8) dari segi pilihan bahasa
dari segi tempat, pada umumnya bahan bacaan, pada umumnya
masyarakat melakukan aktivitas masyarakat memilih bahan bacaan yang
membaca di rumah. Hal ini dapat berbahasa Indonesia baik masyarakat di
dipahami mengingat rumah sebagai perkotaan maupun di perdesaan. Hanya
tempat tinggal yang dianggap paling sebagian kecil masyarakat yang memilih
nyaman dan memungkinkan mereka bahan bacaan yang berbahasa
dapat berinteraksi sesama anggota daerah/asing. Upaya peningkatan minat
keluarga; (3) dari segi suasana baca masyarakat di tiga kabupaten pada
membaca, pada umumnya masyarakat umumnya belum memuaskan. Hal ini
menginginkan suasana yang sepi dan ditandai oleh minimnya sarana dan
kondusif untuk membaca. Untuk itulah prasarana bacaan, belum adanya petugas
dipilih waktu membaca malam hari dan perpustakaan pada setiap instansi yang
dilaksanakan di lingkungan rumah mengelola dengan baik dan profesional.
(keluarga); (4) dari segi frekuensi Berdasarkan temuan dan simpulan
membaca, pada umumnya masyarakat hasil penelitian, berikut ini
masih membaca kurang dari 12 jam per disarankan/direkomendasikan sebagai
minggu. Hal ini menunjukkan bahwa berikut: Perlu adanya komitmen semua
kebiasaan membaca masyarakat masih pemangku kepentingan dari setiap unsur
rendah baik untuk kepentingan studi, yang terkait, adanya alur koordinasi yang
pekerjaan, maupun pengembangan diri; jelas antara pengelola perpustakaan di
(5) dari segi motivasi membaca, tingkat provinsi dan kabupaten, dan
masyarakat umumnya didorong oleh pembinaan yang berkesinambungan
keinginan untuk mengembangkan diri terhadap pengelola perpustakaan di tingkat
baik pada orang dewasa, pemuda, desa/kelurahan. Untuk
maupun siswa. Hal ini menunjukkan mengimplementasikannya dapat dilakukan
bahwa motivasi membaca sudah tumbuh dapat dilakukan sebagai berikut: (1) perlu
dan didorong oleh keinginan dari dalam dilakukan penataan organisasi (reorganisasi)
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12
diri sendiri yang kuat; (6) dari segi sehingga perpustakaan memiliki keleluasaan
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ... gerak yang dinamis, cepat, tepat, dan akurat.
Reorganisasi tersebut meliputi kemungkinan

p-ISSN: 2355 - 1739


9 e-ISSN: 2407 - 6295
pengembangan karier pengelola diberikan penghargaan yang ”menjanjikan”
perpustakaan sehingga mereka merasa kepada para pengelola perpustakaan.
memiliki dan fungsional menjadi Dengan demikian, mereka merasa karier
pengelola perpustakaan desa, menjadi pengelola perpustakaan adalah
perpustakaan kecamatan, perpustakaan karier yang memberikan harapan bagi hidup
kabupaten, provinsi atau nasional. dan kehidupan profesi mereka; (2) perlu
Reorganisasi berlaku pula pada suplai buku yang beragam dan secara
perpustakaan sekolah, pondok pesantren, kuantitas memadai bagi pengembangan
atau perpustakaan umum/khusus; (2) perpustakaan. Suplai tersebut secara
perlu dibangun lembaga nasional dan periodik terus-menerus dilakukan sehingga
daerah para pembaca selalu mendapatkan bahan
(kabupaten/kota) ihwal pembudayaan bacaan yang aktual sesuai dengan
masyarakat membaca sehingga perkembangan zaman dan keperluan
pembinaan dan pengembangan kegiatan masyarakat terutama perpustakaan daerah.;
membaca terencana, terlaksana, dan Perlu adanya kegiatan kampanye/sosialisasi
terpantau secara menyeluruh (nasional). membaca yang dilakukan secara terus-
Lembaga tersebut sebaiknya hadir di menerus dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai jenjang (nasional, provinsi, berbagai komponen masyarakat.
kabupaten/kota, kecamatan, desa, bahkan Misalnya, kegiatan ”Liburan untuk
dusun/kampung); (3) perlu dibangkitkan Membaca”. Pada kegiatan tersebut
kembali upaya pemerintah pada masa lalu komponen masyarakat mengisi liburannya
berupa Inpres buku. Bahkan kegiatan atau dengan kegiatan membaca dan aneka
program Inpres buku ini perlu diperluas kegiatan yang mendukung kegiatan
kepada seluruh lapisan masyarakat baik membaca. Untuk mengimplementasikan
secara formal di sekolah maupun secara semua itu dapat dilakukan hal-hal sebagai
nonformal di masyarakat. Demikian juga berikut: (1) perlu diberikan penghargaan
Inpres buku ini hendaknya ditujukan kepada pengunjung perpustakaan dengan
kepada berbagai lembaga kriteria yang telah disepakati bersama.
kemasyarakatan dengan buku yang Dengan demikian, para pengunjung
bervariasi jumlah dan tirasnya, dan (4) perpustakaan akan semakin menyadari
perlu adanya kewajiban membuka makna kunjungan mereka ke perpustakaan;
perpustakaan umum pada sentra-sentra (2) perpustakaan (desa, sekolah, dan umum)
ekonomi setingkat mal. Dengan perlu memberikan pelayanan yang fleksibel
demikian, masyarakat dari berbagai dari segi waktu dan tempat. Misalnya,
kalangan dapat melakukan kegiatan perpustakaan memberikan pelayanan juga
membaca di mana pun secara mudah, pada sore atau malam hari. Demikian pula
murah, dan terjangkau. Dengan perpustakaan dapat hadir pada hari-hari libur
melibatkan kalangan bisnis atau di tempat-tempat terbuka seperti yang telah
pengusaha diharapkan gerakan minat dikakukan oleh perpustakaan kabupaten
membaca di kalangan masyarakat Bandung, dan (3) perlu diupayakan sinergi
meningkat.; Perlu adanya peningkatan yang baik antara penulis buku (cerita,
sarana dan prasarana yang memadai, bacaan, atau ilmiah) dengan para ahli
seperti pengadaan buku-buku bacaan grafika sehingga penampilan buku itu
yang terbaru dan bermanfaat, penyediaan menarik untuk segala umur. Dengan
gedung perpustakaan serta pengangkatan demikian, penampilan buku tidak
tenaga/petugas yang secara khusus memberikan kesan angker terutama untuk
mengelola perpustakaan. Untuk anakanak.; Untuk membudayakan
mengimplementasikan semua itu, perlu masyarakat gemar membaca perlu
dilakukan upaya sebagai berikut: (1) disediakan bahan bacaan yang memadai

p-ISSN: 2355 - 1739


10 e-ISSN: 2407 - 6295
termasuk sarana pendukung, dalam hal dilakukan oleh berbagai komponen
ini perpustakaan. Oleh karena itu, pihak masyarakat secara sinergis. Hal ini dapat
pengelola perpustakaan perlu menata diri dilakukan oleh ketua RT/RW, tokoh
dari segi kenyamanan, kelengkapan masyarakat, para guru/ustad, atau
bahan bacaan, keterjangkauan, dan bahkan oleh kelompok intelektual
keleluasaan pelayanan bagi masyarakat seperti mahasiswa ketika mereka
yang membutuhkan bacaan. Untuk melakukan kegiatan kuliah kerja nyata,
mengimplementasikan semua itu, dapat praktik lapangan, atau magang.
dilakukan hal-hal sebagai berikut: (1)
perlu dipelihara dan dibina terusmenerus DAFTAR RUJUKAN
motivasi membaca masyarakat yang Adler, M.J. 2008. How to Read a Book:
sudah terbina itu. Dalam hal ini The Art of Getting a Liberal
kewajiban semua pihak seyogianya Education. New York: Simon
memberikan layanan yang sebaikbaiknya and Schuster.
agar kebiasaan membaca masyarakat
semakin berkembang; (2) berkaitan Arah Kebijakan Umum (AKU) APBD
dengan upaya pengembangan kebiasaan Provinsi Jawa Barat Tahun
membaca masyarakat, dipelukan sinergi 2005.
semua pihak
(pemerintah, masyarakat, dan industri). Borg, W.L., dan Gall, M.D. 2007..
Sinergi tersebut dimaksudkan untuk Educational Reasearch: An
mempercepat tumbuhnya tradisi Introduction. Third Education.
membaca masyarakat yang pada New York: Longman.
gilirannya membaca dipandang sebagai
kebutuhan hidup.; dan perlu adanya
Farr, R. 2008. What can be Measured?,
pelayanan perpustakaan hendaknya
Nemark. Del:
memperhatikan kebutuhan dan waktu
International Reading
yang sesuai dengan keinginan
masyarakat. Oleh karena itu, seyogianya Association.
pengelola perpustakaan dapat melayani
masyarakat pada sore dan malam hari. Ismail, T. 2008. Benarkah Kini Bangsa
Khaerudin Kurniawan, Minat Baca Masyarakat ... Kita telah Rabun Membaca dan
Lumpuh Menulis?.
Jakarta:
Hal ini sesuai dengan temuan Tanpa Penerbit.
penelitian bahwa sebagian besar
masyarakat melakukan aktivitas
Potensi dan Prospek Pengembangan
membaca pada malam hari. Di
Kabupaten Subang. 2003.
samping itu, perlu adanya penyuluhan
tentang pentingnya membaca di
Potensi Daerah Kabupaten Purwakarta.
lingkungan keluarga sebagai unit
2004.
terkecil dari masyarakat yang
Jurnal Handayani (JH). Vol 6 (1) Desember 2016, hlm 1-12

Romlah. 2009. “Analisis Buku Paket


SMA dari Segi Keterbacaan:
Suatu Pendekatan Analisis
Kalimat dan Uji Rumpang yang

p-ISSN: 2355 - 1739


11 e-ISSN: 2407 - 6295
Dilakukan Pembelajar Jurusan
Fisika di SMA
Negeri di
Kotamadya Bandung”.
Disertasi, Bandung: PPs IKIP
Bandung.

Siahaan, B.A. 2007. “Masalah dan


Kendala Pengajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah
Menengah”, dalam
Kongres Bahasa
Indonesia V Jilid 1, Peny.
Sitanggang, dkk. Jakarta:
Depdikbud.

p-ISSN: 2355 - 1739


12 e-ISSN: 2407 - 6295

Anda mungkin juga menyukai