Anda di halaman 1dari 16

RADIASI NON PENGION

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan Udara - B

Disusun oleh:
(Kelompok 1 3 DIV A)
Anisah Nur Aini

Amalia Ramadona

Haya Mutia R

Muhammad Yuda Syahjaya

Putri Arvinanda

Renaldi Ardiya H

Sakinah Hamsah

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641,
7397643, Fax. 021-7397769 Website:www.poltekkesjkt2.ac.id
Email: Info@Poltekkesjkt2.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang memberi rahmat dan karunia-Nya
hingga kami diperkenankan menunaikan tugas penyusunan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun makalah yang berjudul “Radiasi Non Pengion” ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Penyehatan Udara B.

Penyusunan makalah ini tentunya melibatkan tidak hanya satu atau dua orang, apalagi
kami sendiri. Baik civitas akademika maupun di luar hal tersebut, sudah sangat membantu kami
dalam penyusunan makalah ini dan sudah sepantasnya pula menerima ucapan terima kasih.

Sekalipun kami sudah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak ada gading yang tak
retak. Mungkin juga bisa dikatakan makalah ini masih jauh dari sempurna dan jelas banyak cela.
Dengan demikian kritik dan saran pembaca dengan sangat kami harapkan, demi kemajuan dan
perkembangan dalam setiap tugas yang kami susun di masa depan.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terkhusus
bagi para civitas akademika di Poltekkes Kemenkes Jakarta II, serta bagi khalayak umum.

Jakarta, April 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Radiasi Non Pengion.....................................................................2

B. Sumber Radiasi Non Pengion..........................................................................2

C. Lapisan Atmosfer Bumi dan Radiasi Sinar Ultraviolet...................................3

D. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara dan Radiasi non Pengion..................5

E. Efek Radiasi Non Pengion...............................................................................6

F. Pemanfaatan Radiasi Non Pengion..................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan yang semakin modern membuat manusia hampir selalu berhubungan
dengan alat-alat elektronik. Penggunaan peralatan elektronik meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, baik untuk keperluan pribadi maupun aplikasi dalam industri.
Radio, televisi, komputer, telepon seluler, microwave oven sudah menjadi bagian
kehidupan masyarakat urban. Kehidupan modern menuntut segala sesuatu dilakukan
dengan cepat, tepat, dan praktis. Sekarang orang tidak perlu lagi bersusah payah mencatat
data secara manual, software dalam perangkat komputer siap digunakan untuk
menyimpan, mengolah, bahkan memunculkan data kapan pun diperlukan. Menonton
televisi sudah menjadi rutinitas sehari-hari, bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-
anak. Komunikasi dapat dilakukan dengan mudah kapan pun dan di mana saja melalui
telepon seluler, bahkan urusan dapur pun ikut dipermudah dengan adanya microwave
oven. Tanpa disadari ada begitu banyak peralatan yang menyebabkan masyarakat
terpajan gelombang elektromagnetik baik di rumah maupun di tempat kerja
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian radiasi non pengion
2. Untuk mengetahui sumber radiasi non pengion
3. Untuk mengetahui efek radiasi non pengion
4. Untuk mengetahui pemanafaatan radiasi non pengion

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Radiasi Non Pengion


Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio
(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi), gelombang mikro
(yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone), sinar
inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa
kita lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari) (BATAN, 2008).
Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energy
fotonnya, radiasi non pengion dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu radiasi optik
dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi elektromagnetik
radiofrekuensi antara 1 mm sampai sekitar > 100 km.

Gambar 1 Spektrum Panjang Gelombang Radiasi


Sumber http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/gbr/01-04.gif

B. Sumber Radiasi Non Pengion

2
Sumber radiasi UV alam adalah matahari. Namun karena adanya serapan oleh
atom oksigen yang kemudian membentuk lapisan ozon, maka radiasi matahari yang
sampai ke bumi (terestrial) intensitasnya lebih rendah yang meliputi UV dengan panjang
gelombang 290 -400 nm sedangkan panjang gelombang yang lebih pendek diserap oleh
lapisan atmosfer. Sebagai penyerap utama radiasi UV, lapisan gas ini berfungsi sebagai
pelindung bumi dari pancaran sebagian radiasi UV yang lebih pendek dari 340 nm.
Semakin berkurangnya lapisan ozon sebagai akibat dari pelepasan chloro fluoro carbon
(CFC) basil buatan manusia ke atmosfer akan memperkel tingkat proteksi ozon terhadap
sinar UV dan menyebabkan tingkat kerusakan akibat pancaran radiasi UV semakin besar.
Sumber radiasi UV buatan manusia pada dasarnya terdiri dari 3 jenis yaitu
incandescent seperti lampu halogen tungsten; lampu neon, seperti lampu intensitas tinggi
yang digunakan pada industry fotopolimerisasi dan lampu germisidal untuk sterilisasi dan
lampu untuk pengelasan metal; dan laser UV seperti excimer laser.
Radiasi non pengion, radiasi elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang
menggunakan listrik, misalnya peralatan telekomunikasi dan elektronik lainnya.
Pengguna langsung maupun tidak langsung alat tersebut akan menyerap energy
gelombang elektromagnetik yang bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan
penyakit gangguan saraf pada tubuh terutama system saraf dan otak.

C. Lapisan Atmosfer Bumi dan Radiasi Sinar Ultraviolet


Supriyono (2006) menyatakan bahwa panjang gelombang sinar ultraviolet
terentang dari 3,8 x 10-7 meter hingga 6 x 10-10 meter dengan rentang frekuensi dari 8 x
1014 hertz sampai sekitar 3 x 1017 hertz. Sinar ultraviolet dihasilkan oleh atom dan
molekul yang bermuatan listrik.
Matahari adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet dipermukaan
bumi, lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas atmosferlah yang berfungsi menyerap
sinar ultraviolet dan meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan kehidupan
makluk hidup di bumi.
Berikut adalah lapisan atmosfer dan hubungannya dengan sinar ultraviolet.
1. Troposfer

3
Lapisan troposfer yaitu lapisan atmosfer yang berada paling terendah dengan
permukaan bumi sampai pada ketinggian rata-rata 11 km dengan campuran gasnya
yang paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. (Petty, Grant W., 2008).
Dalam lapisan ini kehidupan terlindung dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh
benda-benda langit lain.
2. Stratosfer
Lapisan kedua dari atmosfer adalah stratosfer yaitu berada pada ketinggian rata-
rata 11 km sampai kira-kira 50 km, temperatur rata-rata naik dari -56 derajat celcius
sampai -2 derajat celcius di bagian atas (stratopause). (Petty, Grant W., 2008).
Stratopause merupakan lapisan transisi antara stratosfer dan mesosofer. Kenaikan
temperatur yang terjadi utamanya karena penyerapan radiasi ultraviolet oleh ozon di
atmosfer.
Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa
mencapai sekitar 18°C pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause
memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya. Ozon adalah hasil reaksi antara
oksigen dengan sinar ultraviolet dari matahari.
Ozon di udara berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet dari matahari pada
tingkat yang aman untuk kesehatan. Ozon berwarna biru pucat yang terbentuk dari
tiga atom oksigen (O3). Ozon adalah gas yang tidak berwarna dan dapat ditemukan
di lapisan stratosfer yaitu lapisan awan yang terletak antara 15 hingga 35 km dari
permukaan bumi. Lapisan ozon sangat penting karena ozon menyerap radiasi ultra
violet (UV) dari matahari untuk melindungi radiasi yang tinggi sampai ke permukaan
bumi. Radiasi dalam bentuk UV spektrum mempunyai jarak gelombang yang lebih
pendek daripada cahaya. Radiasi UV dengan jarak gelombang adalah di antara 280
hingga 315 nanometer yang dikenali UVB dan ia merusak hampir semua kehidupan.
Adanya penyerapan radiasi UV-B sebelum sinar UV sampai ke permukaan bumi,
lapisan ozon melindungi bumi dari efek radiasi yang merusak kehidupan.
3. Mesosfer
Mesosfer adalah lapisan udara ketiga, di mana suhu atmosfer akan berkurang
dengan pertambahan ketinggian hingga ke lapisan keempat, yang berada pada
ketinggian rata-rata 50 km sampai dengan 85 km dari permukaan bumi. (Petty, Grant

4
W., 2008). Lapisan mesosfer ini ditandai dengan penurunan suhu (temperatur) udara,
rata-rata 0,4°C per seratus meter. Penurunan suhu (temperatur) udara ini disebabkan
karena mesosfer memiliki kesetimbangan radioaktif yang negatif.
4. Termosfer
Termosfer adalah lapisan udara keempat yang dimulai pada ketinggian 85 km
sampai dengan 500 km yang berisi lapisan gas dengan kerapatan rendah dan profil
temperatur dapat naik sampai 1200 derajat celcius (Petty, Grant W., 2008). Kenaikan
terjadi karena penyerapan radiasi dengan panjang gelombang <200 nm oleh jenis
gas-gas penyusun termosfer. Temperatur pada lapisan termosfer ini sangat tergantung
pada aktifitas matahari. Termosfer merupakan tempat terjadinya ionisasi partikel-
partikel yang dapat memberikan efek pada perambatan/refleksi gelombang radio,
baik gelombang panjang maupun pendek.
5. Eksosfer
Eksosfer adalah lapisan udara kelima yang terletak pada ketinggian antara 800 -
1000 km dari permukaan bumi yang merupakan tempat terjadinya gerakan atom-
atom secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan paling panas dan molekul
udara dapat meninggalkan atmosfer sampai ketinggian 3.150 km dari permukaan
bumi. Lapisan ini sering disebut pula dengan ruang antar planet dan geostasioner.
Lapisan ini sangat berbahaya, karena merupakan tempat terjadi kehancuran meteor
dari angkasa luar (Petty, Grant W., 2008).

D. Aspek Klimatologi Pencemaran Udara dan Radiasi non Pengion


1. Kelembaban
Kelembaban udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Kandungan uap
air ini penting karena uap air mempunyai sifat menyerap radiasi bumi yang akan
menentukan cepatnya kehilangan panas dari bumi sehingga dengan sendirinya juga
ikut mengatur suhu udara.
2. Suhu
Salah satu karaktersitik atmosfir yang penting adalah kestabilan atmosfir itu
sendiri yaitu kecenderungan untuk memperbanyak atau menahan pergerakan udara
vertikal. Pada kondisi stabil pergerakkan udara ditahan atau tidak banyak terjadi

5
pergerakkan vertikal. Kondisi ini dipengaruhi oleh distribusi suhu udara secara
vertikal.
Pergerakan horizontal udara disebabkan oleh aliran angin, jika angin yang terjadi
bersifat aktif dan kekuatannya cukup, polutan tidak mempunyai waktu cukup untuk
mengumpul karena cepat disebarkan. atmosfer di sekeliling gunung, bukit dan
bangunan-bangunan daerah perkotaan akan memperlambat dan mencegah gerakan
angin sehingga mengurangi gerakan udara horizontal karena gerakan horizontal
terbatas dipersi polutan menjadi tergantung pada pergerakan udara vertikal. Radiasi
sinar matahari dapat mempengaruhi kondisi bahan pencemar oksidan terutama O3 di
atmosfer. Keadaan tersebut dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan bahan
pencemar untuk merusak bahan.
3. Inversi Suhu
Lapisan inversi (Inversion Layer) adalah suatu lapisan udara di permukaan bumi
yang perubahan suhu udaranya menyimpang dari perubahan suhu udara normalnya.
Lapisan inversi disebabkan oleh perbedaan susunan udara hangat dan dingin yang
memiliki kerapatan berbeda. Pada kondisi normal, di siang hari permukaan menyerap
panas lebih banyak dibanding udara sekitar sehingga udara panas dengan
kerapatannya rendah terletak dibawah udara dingin yang memiliki kerapatan lebih
tinggi. Inversi biasa terjadi saat radiasi panas di permukaan lebih tinggi dibandingkan
lingkungan sekitarnya yaitu pada malam hari, atau pada musim dingin saat sudut
penyinaran matahari sangat kecil.

E. Efek Radiasi Non Pengion


1. Radiasi Optik
a. Efek radiasi optik pada kulit
Mekanisme yang dominan dari efek pajanan radiasi pada kulit adalah reaksi
fotokimia. Efek dari pajanan kronik radiasi UV lebih serius dari pada pajanan
akut. Pajanan kronik pada kulit menyebabkan perubahan yang sangat bervariasi
dalam struktur dan komposisi kulit, yang mengarah pada hilangnya sifat
elastisitas (elastosis), dilasi pembuluh darah, dan penebalan kulit (keratosis). Efek

6
kronik yang paling penting adalah risiko kanker kulit khususnya kanker kulit
melanoma dan penuaan dini.
b. Efek radiasi optik pada mata
1) Photokeratoconjunctivitis / welder’s flash / snow blindness yaitu reaksi
peradangan akut pada kornea dan conjunctiva mata sebagai akibat pajanan
radiasi pada panjang gelombang 200 – 400 nm (UV-C, UV-B dan UV-A). Ini
merupakan kerusakan akibat reaksi fotokimia pada kornea (fotokeratitis) dan
konjunctiva (fotokonjunctiva) yang timbul beberapa jam setelah pajanan akut
dan umumnya berlangsung hanya 24 – 48 jam. Simpton fotokeratitis berupa
memerahnya bola mata yang disertai rasa sakit yang parah. Efek ini bersifat
sementara karena kerusakan yang terjadi sangat ringan (bagian permukaannya
saja) dan penggantian sel epitel permukaan kornea berlangsung dengan cepat
(satu siklus 48 jam).
2) Pterygium dan droplet keratopathy adalah patologis pada kornea yang
berhubungan dengan mata yang umum dijumpai pada lingkungan pulau yang
kaya akan pajanan radiasi UV kronik (pajanan sepanjang hidup). Pterygium
atau penebalan conjuctiva sebagai hasil dari pertumbuhan jaringan lemak
diatas kornea, sedangkan droplet keratopathy adalah degenerasi lapisan
ikat/fibrous pada kornea dengan droplet-shaped deposit.
3) Kataraktogenesis atau proses pembentukan katarak. Telah diduga radiasi UV
pada panjang gelombang 290 – 320 nm menyebabkan katarak. Terdapat
hubungan yang jelas antara katarak
2. Radiasi Radiofrekuensi
a. Gelombang Mikro (MICROWAVE)
Dihasilkan dari perlambatan elektron pada medan listrik, kegunaannya untuk
gelombang radio, televisi, radar dan alat-alat industri. radiasi microwave
sepanjang beberapa mm semua diserap kulit
sepanjang beberapa cm sebagian diserap kulit sebagian menembus ke dalam
tubuh.

7
Efek pada tubuh: stadium permukaan : astenia bersifat reversibel bila
radiasi terhenti stadium menengah & lanjut : neurovaskuler, gangguan kadar
albumin, histamin dalam serum darah, karsinoma
b. Sinar Infra Merah
Dihasilkan oleh benda pijar seperti dapur atau tanur atau bahan pijar lain. Efek
pada pekerja: menyebabkan katarak pada lensa mata. Pencegahan memakai kaca
mata kobalt biru pada waktu menuangkan cairan logam pemeriksaan kesehatan
secara periodik pada pekerja di tempat pengerjaa benda pijar.
c. Sinar Laser
Sinar laser adalah emisi energi tinggi yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan,
pemotongan, pelapisan, pembuatan mesin mikro dan operasi kedokteran. Bahan
yang digunakan agar menghasilkan sinar laser: Bahan laser gas (helium, Neon,
argon, CO2, N2 +), laser kristal padat dan laser semi konduktor . Efek pada
pekerja: kerusakan retina & menyebabkan kebutaan kelainan kulit

F. Pemanfaatan Radiasi Non Pengion


1. Sinar Laser
Sinar laser dalam teknologi modern yaitu untuk bidang potografi, dimana laser
mampu menghasilkan bayangan tiga dimensi dari sebuah benda. Penggunaan laser
untuk kebutuhan ini sebagai proses holografi. Kekuatan laser holografi hanya 1 W.
selain itu sinar laser juga bisa dimanfaatkan untuk berkreasi dengan settingan low
shutter speed biasa disebut light painting.
Saat ini sedang popular proses khitan menggunakan teknologi laser. Dengan
memanfaatkan laser CO2 dengan kekuatan 30-100 W, proses ini dianggap mampu
melakukan operasi lebih cepat, pendarahan minim atau bahkan tidak ada, ditambah
proses penyembuhan cepat, rasa sakit setelah operasi serta hasil yang lebih baik.
2. Sinar Infrared
Adanya kamera tembus pandang yang memanfaatkan sinar inframerah. Sinar
inframerah memang tidak dapat ditangkap oleh mata telanjang manusia, namun sinar
inframerah tersebut dapat ditangkap oleh kamera digital atau video handycam.
Dengan adanya suatu teknologi yang berupa filter iR PF yang berfungi sebagai

8
penerus cahaya infra merah, maka kemampuan kamera atau video tersebut menjadi
meningkat. Teknologi ini juga telah diaplikasikan ke kamera handphone
3. Gelombang Mikro
Selain Microwave, gelombang mikro juga digunakan pada Radio Detection and
Ranging atau RADAR. RADAR ini sendiri dimanfaatkan untuk mendeteksi dan
menetukan suatu benda dengan muatan gelombang mikro. RADAR ini bisa dipakai
melacak benda bergerak. Pantulannya sendiri berasal dari polarisasi circular, vertical
dan juga horizontal. Selain RADAR, gelombang mikro ini juga dipakai dalam sistem
navigasi atau GPS. Prinsip dasarnya kurang lebih sama dengan RADAR.
Pemanfaatan lain gelombang mikro terlihat pada ranah telekomunikasi. Anda
pasti familiar dengan istilah WiFi. Si WiFi ini juga memanfaatkan gelombang mikro
dengan memakai banda frekuensi ISM. Sama halnya dengan fitur Bluetooth pada
perangkat elektronik Anda. Fungsinya untuk mentransfer file juga memanfaatkan
gelombang mikro. Selain kedua hal tersebut, perlu juga disebutkan manfaat
gelombang mikro dalam menunjang komunikasi antara BTS yang satu ke BTS
lainnya. Familiar dengan istilah GSM? Jaringan ini menggunakan gelombang mikro
dengan frekuensi yang berkisar di 800 MHz, 900Mhz juga 1800MHz.
4. Cahaya Tampak
Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat
didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat
dideteksi oleh mata manusia. Supriyono (2006) menyatakan bahwa panjang
gelombang cahaya terentang dari 7,8 x 10-7meter (warna merah) sampai 3,8 x 10-
7meter (warna ungu) dengan frekuensi cahaya dari 4 x 1014 Hertz sampai 8 x 1014
Hertz. Cahaya ini dihasilkan oleh atom dan molekul yang diakibatkan kerena adanya
perubahan internal gerakan elektron. Kegunaan cahaya salah satunya adalah
penggunaan laser dalam serat optik pada bidang telekomunikasi dan kedokteran.
5. Ultraviolet (UV) sebagai Desinfektan
Ultraviolet adalah radiasi elektromagnetis yang tidak terlihat oleh manusia.
Ultraviolet mempunyai beberapa penyebutan yang pada dasarnya sama, di antaranya
cahaya ultraviolet, sinar ultraviolet, radiasi ultraviolet, radiasi elektromagnetis
ultraviolet, atau secara sederhana disingkat UV.

9
UV dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Kategori yang paling umum adalah
UV-A (320–390 nm), yang juga disebut longwave atau blacklight; UV-B (280–315
nm), yang juga disebut mid-wave; dan UV-C (200–280 nm), yang juga disebut
shortwave dan germicidal light. Penamaan dan pengkategorian UV lainnya adalah
Near UV (300–400 nm), Far UV (122–200 nm); Vacuum UV (10–200 nm); dan
Extreme UV (10–121 nm).
Pemaparan sinar UV selama 10 detik memberikan efektivitas sebesar 64,21%
terhadap penurunan jumlah bakteri pada uang kertas yang beredar di masyarakat pada
masa pandemi Covid-19 [9]. Hasil ini sejalan dengan penelitian sterilisasi peralatan
makan menggunakan metode pemaparan sinar UV. Dalam penelitian tersebut,
digunakan lampu UV 25 watt dengan jarak 10 cm dari objek. Berdasarkan hasil
pengujian proses sterilisasi selama 1 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit,
diperoleh hasil bahwa tingkat kesterilan alat makan mencapai 100% (bakteri tersisa 0
koloni/cm2 dengan pertumbuhan 0%) untuk proses sterilisasi selama 15 menit.

Gambar 2 Lampu UV Disinfektan


Sumber https://www.acehardware.co.id/inspirations/lampu-disinfektan-uv-krisbow

Sebuah alat sterilisasi udara didesain menggunakan sinar ultraviolet dengan


panjang gelombang (λ) 260–265 nm dan daya sebesar 8 watt. Alat ini memiliki
kemampuan untuk mereduksi jumlah bakteri yang sangat signifikan, mencapai 92,7%

10
untuk mikroorganisme berjenis bakteri dan 94,1% fungi pada volume ruangan 1 m3
dengan waktu perlakuan (treatment) selama 45 menit. Pada penelitian lainnya, alat
disinfeksi ruangan berbasis radiasi UV-C yang terdiri atas empat lampu UV-C
Phillips TUV-T8 30 watt yang ditempatkan pada empat sisi yang berbeda diuji. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa paparan UV-C selama 15 menit sudah cukup untuk
menghilangkan inoculum.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi
apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non pengion, radiasi elektromagnetik yang
berasal dari peralatan yang menggunakan listrik, misalnya peralatan telekomunikasi dan
elektronik lainnya. Lapisan-lapisan atmosfer bumi memiliki hubungan masing-masing
mengenai daya tembusnya dengan sinar ultraviolet. Aspek klimatologi udara dipengaruhi
pula oleh radiasi sinar ultraviolet.
Pengguna langsung maupun tidak langsung peralatan yang menggunakan radiasi
elektromagnetik yang berasal dari peralatan yang menggunakan listrik akan menyerap energy
gelombang elektromagnetik yang bersumber dari alat tersebut. Hal ini bisa menimbulkan
penyakit gangguan saraf pada tubuh terutama system saraf dan otak. Radiasi non pengion
dapat digunakan untuk sinar laser, sinar infrared, gelombang mikro, cahaya tampak, hingga
ultraviolet sebagai desinfektan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Radiasi Non Pengion. http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-


content/uploads/2008/04/radiasi-non-pengion.pdf (Diakses pada 15 April 2021)

http://repository.maranatha.edu/1564/2/0310012_Chapter1.pdf (Diakses pada 15 April 2021)

Prabowo, Kuat, and Burhan Muslim, Penyehatan Udara (BPPSDMK Kemenkes RI, 2018).

Rinaldi, Reza, dkk. 2021. Perancangan Sistem Desinfektan UV-C Sterilisasi Paket sebagai
Pencegahan Penyebaran Covid-19. Bengkulu : Jurnal Nasional Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi | Vol. 10, No. 1. (Diakses pada 22 April 2021)

13

Anda mungkin juga menyukai