Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

BAGIAN RADIOLOGI
Juli, 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TUMOR PARU

Oleh :

Muhammad Lestari Putra, S.ked

Pembimbing :
dr. Taufiqul Hidayat, Sp.Rad

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Radiologi)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa:


Nama : MUHAMMAD LESTARI PUTRA
Judul Referat : TUMOR PARU
Telah menyelesaikan referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2021


Pembimbing,

dr.Taufiqul Hidayat, Sp.Rad

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.


Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul
“Diverticulosis” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah
kepada baginda Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang memberikan
pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Andi Hendra
Yusa, Sp.Rad, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.

Wassalamu Alaikum WR.WB.

Makassar, Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

Definisi................................................................................................................ 3

Anatomi dan Fisiologi Usus Paru....................................................................... 3

Etiologi................................................................................................................ 9

Epidemiologi....................................................................................................... 10

Diagnosis ............................................................................................................ 10

Radiologi Diagnostik.......................................................................................... 13

Penatalaksanaan.................................................................................................. 22

Deferensial Diagnosis......................................................................................... 23

Prognosis............................................................................................................. 25

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Kanker paru atau Karsinoma bronkus, tumor primer paru yang paling sering
hampir 95%. Kanker paru adalah pembunuh nomor satu diantara pria di USA. 1

Pada hampir 70% pasien kanker paru mengalami penyebaran ketempat


limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis. Sebagai akibat, angka
survival pasien kanker paru adalah rendah. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
karsinoma cenderung untuk timbul ditempat jaringan parut sebelumnya
(tuberculosis, fibrosis) dalam paru. Sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel
di dalam paru; tetapi kanker paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lainnya yang menyebar ke paru. Kanker paru merupakan kanker yang paling
sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. 1

Dugaan meningkat pada mereka yang merupakan bagian dari kelompok


resiko tinggi yaitu, apakah pasien merokok, apakah pasien telah terpapar dengan
suatu bahan berbahaya dalam pekerjaannya, dan pernakah pasien menderita
fibrosis paru kronis. Kebanyakan kasus kanker paru dapat dicegah jika merokok
dihilangkan. 1

Di Amerika Serikat Kanker Paru adalah penyebab kematian kedua diantara


semua macam kanker. Kanker Paru bahkan menyebabkan kematian melebihi
kanker payudara, kanker prostat dan kanker usus besar, apabila kematian ketiga
macam kanker ini bersama-sama dihitung. 1

Keganasan di rongga thorak mencakup kanker paru, tumor mediastinum,


metastasis tumor paru dan keganasan di pleura. Kanker paru dalam arti luas
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri (primer) maupun metastasis tumor di paru. 1
Diagnosis sering terlambat atau “Inoperable Stage“, maka prognosanya
jelek dan survival rate rendah. Keluhan dan gejala hampir sama dengan penyakit
paru lain, sehingga sering tidak terpikirkan. Meningkatnya ilmu, ketrampilan
dokter, alat diagnostik dan perhatian penderita diagnosis semakin cepat.
Penatalaksanaan baik penderitaan berkurang, kualitas hidup meningkat dan
ketahanan hidup lebih baik. Deteksi dini sangat penting dan perlu di usahakan. 1

Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai


hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika
Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan
160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO, kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan
penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada
perempuan. 1
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru
secara umum. Metode skrining yang telah direkomendasikan untuk deteksi kanker
paru terbatas pada kelompok pasien risiko tinggi. Kelompok pasien dengan risiko
tinggi mencakup pasien usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan
berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan, atau pasien
≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor
risiko lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi, paparan
okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik, riwayat kanker pada pasien atau
keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru. Pada
pasien berisiko tinggi, dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang mendukung
kecurigaan adanya keganasan pada paru-paru, dapat dilakukan pemeriksaan low-
dose CT scan untuk skrining kanker paru setiap tahun, selama 3 tahun, namun
tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat lainnya. 1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tumor adalah kondisi pertumbuhan sel yang tidak normal sehingga
membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus membentuk benjolan di
bagian tubuh (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Salah satu
tumor yang paling sering dijumpai adalah tumor paru. Seperti jenis tumor
lainnya, tumor paru berdasarkan asalnya dibedakan menjadi tumor paru
primer dan tumor paru sekunder. Lebih dari 90% tumor paru primer
merupakan tumor ganas, dan sekitar 95% tumor ganas ini termasuk
karsinoma bronkogenik. 2

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU


Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi). Fungsinya adalah
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah. Paru-paru terdiri
dari organ-organ yang sangat kompleks. Bernapas terutama digerakkan oleh otot
diafragma (otot yang terletak antara dada dan perut). Saat menghirup udara, otot
diafragma akan mendatar, ruang yang menampung paru-paru akan meluas. Begitu
pula sebaliknya, saat menghembuskan udara, diafragma akan mengerut dan paru-
paru akan mengempis mengeluarkan udara. 3

Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-paru melalui


trakea dan tube bronchial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya
merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang
berisi darah. Di sini oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian
dibawa oleh hemoglobin. 3

Selama hidup paru kanan dan kiri lunak dan berbentuk seperti spons dan
sangat elastic. Jika rongga thorax dibuka volume paru akan segera mengecil
sampai 1/3 atau kurang. Paru-paru terletak di samping kanan dan kiri
mediastinum. Paru satu dengan yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh-

3
pembuluh besar serta struktur lain di dalam mediastinum. Masing-masing paru
berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis, dan terdapat bebas di dalam
cavitas pleuralis masing-masing, hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix
pulmonalis. 2.3

Setiap paru-paru memiliki :

a. Apeks : tumpul, menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 2,5cm di atas


clavicula
b. Permukaan costo-vertebral : menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal : menempel pada pericardium dan jantung
d. Basis pulmonis : terletak pada diafragma2.3

Batas-batas paru :

a. Apeks : atas paru (atas costae) sampai dengan di atas clavicula


b. Atas : dari clavicula sampai dengan costae II depan
c. Tengah : dari costae II sampai dengan costae IV
d. Bawah : dari costae IV sampai dengan diafragma2.3

1. Pulmo Dexter/Paru Kanan


Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura
obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dexter menjadi tiga lobus : lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior. Fissura oblique berjalan dari
pinggir inferior ke atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan
costalis sampai memotong pinggir posterior sekitar 6,25cm di bawah apex
pulmonis. Fissura horizontalis berjalan horizontal menyilang permukaan
costalis setinggi cartilago costalis IV dan bertemu dengan fissure obliqua pada
linea axillaris media. Pulmo dexter mempunyai sepuluh segmen, yaitu tiga
buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan
lima buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobules. 1,2

4
Diantara lobules satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang
berisi pembuluh darah, getah bening, dan saraf. Dalam tiap lobules terdapat
sebuah bronkiolus. Di dalam lobules, bronkiolus ini bercabang-cabang yang
disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang
diameternya antara 0,2-0,3mm. 1,2
Segmen pulmo dexter :
a. Lobus superior :
- Segmen apicale
- Segmen posterior
- Segmen anterior
b. Lobus medius :
- Segmen lateral
- Segmen medial
c. Lobus inferior :
- Segmen superior
- Segmen mediobasal
- Segmen anterobasal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal7

Hilus pulmonalis dexter terdiri dari :

a. A. pulmonalis dextra
b. Bronchus principales dextra : bronchus lobaris superior, medius dan
inferior
c. Vv. Pulmonalis dextra
d. Nodule lymphideus7

5
2. Pulmo Sinister/Paru Kiri

Pulmo sinister dibagi oleh fissure oblique dengan cara yang sama menjadi
dua lobus : lobus superior dan lobus inferior. Pada pulmo sinister tidak ada
fissure horizontalis.

Segmen pulmo sinister :

a. Lobus superior :
- Segmen apicoposterior
- Segmen anterior
- Segmen lingual superior
- Segmen lingual inferior
b. Lobus inferior :
- Segmen superior
- Segmen antero medial basal
- Segmen laterobasal
- Segmen posterobasal

Hilus pulmo sinister :

a. A. pulmonalis sinistra
b. Bronchus principales sinistra
c. Vv. Pumonalis sinistra
d. Noduli lymphoideus

Pada pulmo sinister terdapat incisura cardiac yang merupakan lengkung untuk
jantung (cardiac notch) dan impression cardiac yang lebih besar, karena 2/3
jantung terletak di pulmo sinistra. 7

6
Gambar 1. Anatomi Paru

Gambar 2. Anatomi Paru

7
3. Bronchus

Bronchus terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-


kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus Terdiri dari :

• Bronkus Principalis

• Bronkus Lobaris

• Bronkus Segmentalis

Bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar dan lebih vertikal


daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah. 3

8
Gambar 3. Anatomi Bronchus

4. Alveolus

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya.
Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis
merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobolus primer.

Keluar masuknya udara pernapasan terjadi melalui 2 proses mekanik, yaitu :

1) Inspirasi : proses aktif dengan kontraksi otot-otot inspirasi untuk


menaikkan volume intratoraks, paru-paru ditarik dengan posisi yang lebih
mengembang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi negatif dan udara
mengalir ke dalam paru-paru.

2) Ekspirasi : proses pasif dimana elastisitas paru (elastic recoil) menarik


dada kembali ke posisi ekspirasi, tekanan recoil paru-paru dan dinding dada
seimbang, tekanan dalam saluran pernapasan menjadi sedikit positif sehingga
udara mengalir keluar dari paru-paru, dalam hal ini otot-otot pernapasan berperan.
3

C. ETIOLOGI

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-
paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap,
semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil
kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang
disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan
asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran
oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi
pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker
paru-paru masih belum jelas. 1

9
D. EPIDEMIOLOGI

Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai


hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika
Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan
160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO, kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan
penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada
perempuan. 1
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada
perempuan tapi merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan
perempuan. Data hasil pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomi RSUP
Persahabatan kanker paru merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis
kanker yang didiagnosa. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun
2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%)
dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).1

E. DIAGNOSIS

Gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara


penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Penderita
bronkitis kronis yang menderita kanker paru-paru seringkali menyadari bahwa
batuknya semakin memburuk. Dahak bisa mengandung darah. Jika kanker
tumbuh ke dalam pembuluh darah dibawahnya, bisa menyebabkan perdarahan
hebat. 1

10
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran
udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Penyumbatan bronkus
bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru yang merupakan percabangan
dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut atelektasis. Akibat lainnya adalah
pneumonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyrei dada dan sesak nafas. Jika
tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang
menetap. 2

1. Gambaran klinis dan Pemeriksaan Fisik


Gejala klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk, sesak napas, atau
nyeri dada (gejala respirasi) yang muncul lama atau tidak kunjung sembuh
dengan pengobatan biasa pada “kelompok risiko” harus ditindak lanjuti
untuk prosedur diagnosis kanker paru. Gejala yang berkaitan dengan
pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk, hemoptisis, nyeri dada dan
sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering (60-70%) pada
kanker paru. 10
Gejala lain berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi
pleura, efusi perikard, sindorm vena kava superior, disfagia, Pancoast
syndrome, paralisis diafragma. Pancoast syndrome merupakan kumpulan
gejala dari kanker paru yang tumbuh di sulkus superior, yang
menyebabkan invasi pleksus brakial sehingga menyebabkan nyeri pada
lengan, sindrom Horner (ptosis, miosis, hemifacial anhidrosis). 10
Keluhan suara serak menandakan telah terjadi kelumpuhan saraf
atau gangguan pada pita suara. Gejala klinis sistemik yang juga kadang
menyertai adalah penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu
makan menurun, demam hilang timbul. Gejala yang berkaitan dengan
gangguan neurologis (sakit kepala, lemah/parese) sering terjadi jika telah
terjadi penyebaran ke otak atau tulang belakang. Nyeri tulang sering
menjadi gejala awal pada kanker yang telah menyebar ke tulang. Terdapat
gejala lain seperti gejala paraneoplastik, seperti nyeri muskuloskeletal,
hematologi, vaskuler, neurologi, dan lain-lain. 10

11
Pemeriksaan fisik mencakup tampilan umum (performance status)
penderita yang menurun, penemuan abnormal terutama pada pemeriksaan
fisik paru benjolan leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran
hepar atau tanda asites, nyeri ketok di tulang . 10
pada pemeriksaan fisik, tanda yang dapat ditemukan pada kanker
paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan
penyebarannya. 10

1. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin: Hb, Leukosit, Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal
 Pemeriksaan Patologi Anatomik
1. Pemeriksaan Patologi Anatomik (Sitologi dan
Histopatologi) .
2. Pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis
(seperti TTF-1 dan lain-lain) dilakukan apabila fasilitas
tersedia.
3. Pemeriksaan Penanda molekuler yang telah tersedia
diantaranya adalah mutasi EFGR hanya dilakukan apabila
fasilitas tersedia.
 Radiologi.
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
3. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
4. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum. 8

12
F. RADIOLOGI DIAGNOSTIK
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma
prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat. 8
Untuk Tumor paru pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan
dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda
yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi
pleura, tumor satelit. Pada foto, tumor juga dapat ditemukan telah invasi
ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis
intrapulmoner.9
 Gambaran radiologis Small Cell Lung Carcinoma (SCLC)

13
Gambar 4. Small Lung Carcinoma

Tampak gambaran opasitas pada paru bagian kiri atas. Juga tampak gambaran
nodul pada paru kanan bagian bawah yang diduga deposit metastasis.
Peningkatan opasitas pada paratracheal paru kanan yang mengindikasikan
limfadenopathy. Efusi pleura yang minimal dengan blunting sudut
costiphrenicus.

Gambar 5. Small Lung Carcinoma

Tampak peningkatan opasitas pada hilus dan region peretracheal kanan


dengan penebalan garis paratracheal kanan. Pengurangan volume juga
terlihat pada lobus bawah paru kanan. SCLC sering muncul sebagai massa
pada hilus atau mediastinal. 9

 Gambaran radiologis Non Small Cell Lung Carcinoma

14
Gambar 6. Non Samll Lung Carcinoma
Tampak gambaran efusi pleura dan berkurangnya volume sekunder dari
NSCLC pada lobus basal paru kiri. Pemeriksaan pada cairan efusi pleura
didapatkan hasil maligna dan lesi tidak dapat dioperasi

Gambar 7. Non Small Lung Carcinoma

NSCLC, kolaps penuh pada paru kiri sekunder dari carcinoma bronkhogenik
pada bronkus utama kiri.
Semua keganasan mengenai paru, baik berasal dari paru sendiri
maupun dari tempat lain yang bermetastasis ke paru. Secara garis
besar kanker paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu Small Cel Lung
Cancer (SCLC) dan Non Small Cel Lung Cancer (NCLC).
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari
total kejadian kanker paru. Namun jenis ini berkembang sangat
cepat dan agresif. Apabila tidak segera mendapat perlakuan maka
hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan. 9

15
Tabel 2. Staging Lung Cancer

Keterangan Tabel :

T=Tumor

T1: Tumor dengan ukuran kurang dari 3 cm

T2: Tumor dengan ukuran dan perluasan sbb :

 Ukuran lebih dari 3 cm


 Melibatkan bronkus utama yang letaknya sampai ' 2 cm dari distal karina.
 Perluasan ke pleura viseral.
 Perluasan ke hilus
T3: Tumor dengan segala ukuran, meliputi :

 Tumor menginvasi dinding thorax, diafragma, pleura mediastinalis


 Tumor di dalam bronchus primarius, max 2 cm distal dari carina (tetapi
tanpa melibatkan carina).
 Tumor disertai dg atelektasis atau obstruktive pneumonitis pada seluruh
paru.
T4: Tumor dengan segala ukuran, meliputi :

 Tumor menginvasi mediastinum, cor, pembuluh darah besar, trachea,


esophagus, corpus vertebra, atau carina.
 Tumor dengan efusi pleura dan efusi pericard maligna.
 Tumor dengan nodul satelit tumor yang masih dalam satu lobus pulmo
ipsilateral
N= Status limfonodi regional :

16
N0: Tidak ada metastasis limfonodi regional.

N1: Metastasis di limfonodi regional atau hilar atau limfonodi intrapulmonar

sebagai akibat perluasan langsung dari tumor primer.

N2: Metastasis di limfonodi retrotracheal, midline prevascular, subcarinal dan

mediastinal ipsilateral.

N3: Metastasis nodal hilar contralateral atau mediastinal contralateral, serta nodus

supraclavicular dan scalenus contralateral atau ipsilateral.N x : Diskripsi N


tambahan (tetapi jarang dipakai) metastasis di limfonodi regional sulit
diperkirakan. 9

M=Metastasis Jauh, meliputi :

M0: Tidak ada metastasis jauh.

M1: Ada metastasis jauh atau nodul tumor terpisah pada lobus lain dalam pulmo

yang sama atau Nodul tumor pada pulmo kontralateral (dinyatakan sebagai
M1 jika jenis histologinya sama dengan sel tumor primer.

b. Non Small Cell Lung Cancer


80 % dari total kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara
garis besar dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Adenocarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak
ditemukan (40%).
2. Karsinoma Sel Sekuamosa, banyaknya kasus sekitar 20 – 30 %.
3. Karsinoma Sel Besar, banyaknya kasus sekitar 10 – 15 %.
Sebagian besar pasien yang didiagnosa dengan NSCLC (70 – 80
%) sudah dalam stadium lanjut III – IV.
Klasifikasi tumor ganas paru menurut Leebow adalah :
I. Tumor ganas epitelial (Primary malignant epithelial tumours)
A. Karsinoma bronkogen
1. Epidermoid (squamous cell ca) : 45-60%.
2. Adenokarsinoma : 15%.
3. Karsinoma anaplastik : 30%.
4. Campuran (mixed).

17
B. Karsinoma bronkiolar (Alveolar cell carsinoma/Pulmonary
adenomatosis)
C. Adenoma bronkial
II. Sarkoma
A. Differentiated spindle cell sarcoma
B. Differentiated sarcoma
C. Limfosarkoma primer
III. Mixed epithelial and sarcomatous tumor (Carcinosarcoma)
IV. Neoplasma asal sistem retikuloendotelial (RES) dalam paru
V. Metastasis pada paru
Sebagian besar (45-60%) tumor ganas paru termasuk karsinoma
bronkogen adalah jenis epidermoid. Agaknya insiden karsinoma paru
mempunyai kecenderungan meningkat, mungkin berhubungan dengan
meningkatnya polusi udara dan mental stress yang sering dihubung-
hubungkan. Salah satu pendekatan diagnosis dini adalah pemeriksaan
radiologik. 9

Pemeriksaan radiologik untuk mencari tumor ganas bermacam-macam


antara lain bronkografi invasif, CT-Scan dengan pesawat yang
canggih, tetapi pemeriksaan radiologik konvesional (toraks PA, lateral,
fluoroskopi) masih tetap mempunyai nilai diagnostik yang tinggi,
meskipun kadang-kadang tumor itu sendiri tidak terlihat tetapi
kelainan sebagai akibat adanya tumor akan sangat dicurigai ke arah
keganasan, misalnya kelainan emfisema setempat, atelektasis,
peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat bronkus terjepit dan
pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang progresif
dan elevasi diafragma (paralisis nervus frenikus) juga perlu
dipertimbangkan sebagai akibat tumor ganas paru). 9

1. Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang
disebabkan sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara
segmental, lobaris, atau seluruh hemitoraks. Gambaran atelektasis
yang disebabkan oleh penyumpatan bronkus lainnya. 8

18
Gambar 8. Atelektasis

2. Nodul soliter pada paru


Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa milimeter sampai 4 cm
atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus diutamakan pada
kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama pada usia di atas 40
tahun.
Bayangan nodul sering menjadi masalah perdebatan dalam hal
menentukan keganasan. Ada pendapat mengatakan bahwa sifat nodul
yang ganas batasnya tidak jelas, apalagi berbenjol-benjol atau adanya
nodul-nodul kecil sekitarnya sebagai gambaran satelit atau adanya
gambaran kaki-kaki infiltrasi yang berasal dari nodul tersebut
(pseudopodi). 8

Gambar 9. Bentuk nodul dengan kaki (pseudopodi)

19
Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak.
Bila suatu nodul tidak terlihat adanya kalsifikasi, maka perlu dilakukan
pemeriksaan tomografi untuk memastikan adanya kalsifikasi di
dalamnya; tetapi nodul yang ganas bisa berkalsifikasi di dalamnya.
Keadaan ini dapat terjadi bila tumor ganas tumbuh sekitar sisa proses
peradangan lama atau sisa efek primer (Ghon tubercle). Dapat pula
terjadi pada tumor ganas yang memang mengalami kalsifikasi,
meskipun keadaan ini jarang terjadi. 8

3. Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah
(progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru,
perlu dipertimbangkan suatu keganasan paru yang sudah bermetastasis
ke pleura. Biasanya cairan pleura tersebut terdiri atas cairan darah. 8

Gambar 10. Efusi pleura

4. Metastasis paru
Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi
penyebaran tumor ganas asal tempat lain. Penyebaran dapat melalui
hematogen dan limfogen.

a. Metastasis hematogen

20
Tumor ganas anak yang sering bermetastasis ke paru adalah tumor
Wilms, neuroblastoma, sarkoma osteogenik, sarkoma Ewing;
sedangkan tumor ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor-
tumor ganas alat cerna, ginjal, dan testis.
Gambaran radiologik dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda
(multiple) dengan bayangan bulat berukuran beberapa milimeter
sampai beberapa sentimeter, batas tegas. Bayangan tersebut dapat
mengandung bercak kalsifikasi, misalnya pada penyebaran
sarkoma osteogenik dan kavitas dapat terbentuk meskipun jarang
(5%) yang disebabkan nekrosis iskemik.
b. Metastasis limfogen
Penyebaran melalui saluran limfogen sering menyebabkan
pembesaran kelenjar mediastium yang dapat mengakibatkan
penekanan pada trakea, esofagus, dan vena kava superior, dengan
keluhan-keluhannya. 8
Penyebaran juga bisa menetap di saluran limfe peribronkial atau
perivaskular yang secara radiologik memberi gambaran
bronkovaskular yang kasar secara dua sisi atau satu sisi hemitoraks
atau gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti
rambut. Beberapa penyebaran tumor ganas misalnya karsinoma
tiroid, silidroma dan kelenjar air liur dapat menetap di paru
bertahun-tahun dengan keadaan umum yang baik. 8

Gambar 12: a. Metastasis Paru Hematogen b. Metastasis Paru Limfogen

I. PENATALAKSANAAN

21
Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005),
penatalaksanaan/pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam
yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan hormoterapi. Pembedahan
dilakukan untuk mengambil ‘massa kanker‘ dan memperbaiki komplikas
yang mungkin terjadi. Sementara tindakan radioterapi dilakukan dengan sinar
ionisasi untuk menghancurkan kanker. Kemoterapi dilakukan untu
membunuh sel kanker dengan obat anti-kanker (sitostatika). Sedangkan
hormonterapi dilakukan untuk mengubah lingkungan hidup kanker sehingga
pertumbuhan sel-selnya terganggu dan akhirnya mati sendiri. 10
 Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality
therapy”, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA.
Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi
bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap
berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun
pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika
faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan
potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor.
KGB mediastinum diambil dengan diseksi sistematis,serta diperiksa secara
patologi anatomis.
 Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif.
Pada terapi kuratif, radioterapimenjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan
untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak
jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering merupakan tindakan
darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita,
seperti sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke
dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak. 10
 Kemoterapi

22
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan
obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-
sel kanker. Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan
obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat
pertumbuhan sel kanker. Banyak obat yang digunakan dalam kemotarapi.
10

J. DEFERENSIAL DIAGNOSIS
I. Pneumonia

23
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Di Negara berkembang termasuk Indonesia
penyebab pneumonia yang paling sering ditemukan adalah
disebabkan oleh bakteri, sedangkan di Negara maju
disebabkan oleh Mycoplasma Pneumonia. Mycoplasma ini
mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran napas
misalnya bronkus, bronkiolus, alveoli yang akan

menghasilkan Hidrogen Peroksida (H2O2). Akibat


terbentuknya H2O2 pada metabolismenya, menyebabkan
kerusakan pada saluran nafas, misalnya, terjadi deskuarnasi
dan ulserasi lapisan mukosa, edema pada dinding bronkus dan
timbulnya sekret yang memnuhi saluran nafas dan alveoli. 2,4

Gambar 14. Pneumonia

II. TB paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Robert koch mengidentifikasi

24
basil tahan asam M. tuberculosis untuk pertama kalinya
sebagai bakteri penyebab TB. Ia mendemonstrasikan bahwa
basil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang
akan memenuhi kriteria postulat koch yang merupakan
prinsip utama dari patogenesis mikrobial. 2,4

Gambar15.TB Paru.
III. Tumor Pleura.

Tumor pleura adalah tumor yang ditemukan di pleura


di antara paru-paru dan dinding dada. Tumor ganas yang
paling umum terjadi pada pleura adalah mesothelioma.
Komplikasi paling sering akibat keganasan ini adalah efusi
pleura. Namun temuan ini tidak spesifik karena efusi pleura
juga dapat ditemukan pada tumor pleura yang jinak.
Gambaran radiologis tumor pleura dapat dilihat dengan
beberapa teknik pencitraan. Evaluasi noninvasif standar
termasuk radiografi dada dan computed tomography (CT),
serta dapat dilengkapi dengan MRI dan kadang-kadang
dengan USG. 13,14

25
Gambar 16.Tumor Pleura
IV. Tumor Mediastinum

Mediastinum adalah suatu kompartemen di daerah toraks


yang berada diantara kedua rongga pleura, tumor mediastinum
merupakan salah satu kelainan di rongga mediastinum dengan
berbagai spektrum klinis dan jenis histopatologi. Di Indonesia
masih sedikit penelitian dan literatur mengenai tumor
mediastinum. Tumor di mediastinum dapat bersifat primer,
maupun hasil metastasis dari tumor di tempat lain. Tumor
mediastinum primer termasuk salah satu jenis tumor yang jarang
ditemukan dibandingkan dengan tumor jenis lainnya. 1

Gambar 17. Tumor Mediastinum.

K. PROGNOSIS

26
Tumor paru rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari
diagnosis awal 2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru
terdiagnosa, sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien
lansia dan pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih
pendek. 12

27
BAB III

KESIMPULAN

Kanker paru merupakan salah satu keganasan yang paling sering terjadi
dengan prognosis yang buruk. Prognosis pasien sesuai dengan stadiumnya, namun
kanker ini sulit dideteksi secara dini karena biasanya asimptomatik pada stadium
awal. Gejala yang muncul pada stadium lanjut antara lain batuk, sesak,
hemoptisis, suara serak sampai gejala metastasis seperti nyeri kepala dan nyeri
tulang.
Modalitas radiologi yang dapat digunakan untuk diagnosis kanker paru
meliputi foto polos toraks, CT scan, MRI, PET scan, dan radiologi nuklir. Foto
polos toraks masih banyak digunakan untuk deteksi awal kanker paru karena
banyak tersedia di berbagai pusat kesehatan namun relatif tidak sensitif. Modalitas
baru yang sekarang lebih sering digunakan untuk diagnosis dan penentuan
stadium kanker paru adalah CT scan. 1

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Kanker Paru Pedoman


Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. Jakarta
2. Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
2014.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2015.
4. http://www.learningradiology.com/ pada 23 Juli Pukul 20:35 WITA
5. http://www.radiopaedia.org/ pada 23 Juli Pukul 23:39 WITA
6. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik, EGC, Jakarta, 1995: 227
7. Netter Frank H.Atlas Anatomi Manusia Edisi 25
8. Sjahrar Rasad,Radiologi Diagnostik Edisi Ke II.Balai Penerbit FK U
9. Practice Guidelines in Oncology Non-small Cell Lung Cancer. Version
1.2002. National Comprehensive Cancer Network (NCCN). 2002.
10. Price S.A, Wilson L.M., 1995. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. EGC
Jakarta. Hal. 1049 – 1051
11. Mendell J. Core Radiology : A Visual approach to Diagnostic Imaging. 1st
ed. Cambridge : Cambridge University ; 2013
12. Giovani Octavianus,Agustina Hasrayati,Characteristics of Mediastinal
Tumors in Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Periods of 2011-
2016.Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.Bandung;2018

29
13. Yunus, F; Pratomo IP. Anatomi dan fisiologi pleura. Cdk.
2013;40(6):407–12.
14. Aluja Jaramillo F, Gutierrez F, Bhalla S. Pleural tumours and tumour-like
lesions. Clin Radiol [Internet]. 2018;73(12):1014–24. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.crad.2018.07.093

30

Anda mungkin juga menyukai