Cerita Legenda Cikahuripan
Cerita Legenda Cikahuripan
Dahulu kala adaseorang ulama yang sedang dalam perjalanan menyebarkan agama islam,
nama ulama tersebut adalah Syekh Asy-Sya’roni, dalam perjalanan tersebut SyekhAsy-Sya’roni
menyempatkan diri untuk singgah di sebuah kampung yang ada di kaki gunung Tangkuban Parahu,
kampung tersebut ada di lokasi yang tinggi karena Syekh Asy-Sya’roni menyukai lokasinya yang
bisa dengan jelas memandang panorama alam di sekitarnya.
Selama masa persinggahan tersebut Syekh Asy-Sya’roni suka melakukan semedi atau tapa yang
dalam bahasa sunda disebut “menekung” atau “meneko” di sebuah tempat di bibir tebing sambil
memandang kearah selatan dimana terdapat sumber mata air di bawahnya.
Ketika waktu sholat tiba Syekh Asy-Sya’roni mengambil wudhu dari mata air yang memiliki
empat pancuran tersebut yang melambangkan falsafah sunda “papatkalimapancer” dimana sumber
itulah yang menjadi “pancurnya” melihat manfaat mata air tersebut dan banyak nya kehidupan yang
bergantung kepada mata air tersebut, SyekhAsy-Sya’ronimenyebutmata air itu air keberuntunganatau
“caikahuripan”.
Sejauh air itu mengalir, kondisi airnya tetap putih dan bersih, sehingaa kampung yang di aliri
air tersebutsebagai kampung “caibodas”.
Dikarenakanmata air “caikahuripan” tersebut pernah digunakan sebagai tempat bersuci /
berwudhu seorang ulama yang hebat maka banyak orang yang mengkeramatkan mata air tersebut,
begitupun kampung yang dilalui oleh aliran air tersebut.
KESIMPULAN
2. Tempat bertapa / semedi / menekung / meneko, Syekh Asy-Sya’roni kemudian di kenal sebagai
Kampung Manoko;
3. Mata air yang pernah digunakan berwudhu Syekh Asy-Sya’roni yang disebut sebagai air
keberuntungan kemudian dikenal dengan nama “caikahuripan”. Hingga tempat yang ada di
sekitaran mata air tersebut di kenal dengan nama Desa Cikauripan;
5. Kampung yang dilaluimata air “caikahuripan” yang di keramatkan kemudian di kenal dengan
nama Kampung Karamat.