“HIPERPROLAKTIMIA”
Di susun oleh :
1. Dahlia Wati
2. Geri Lannier
3. Ratih Pratiwi
4. Reni Rosalina
5. Winda Aprisa
DOSEN PEMBIMBING :
PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga kami sebagai penyusun dapat
menyelesaikan ASKEP “HIPERPROLAKTIMIA” ASKEP yang kami buat ini
merupakan kumpulan dari berbagai sumber yang kami susun dan kami rancang
sesuai dengan keperluan dan sebagai pendukung proses belajar serta mengajar.
Kami menyadari dalam penyusunan ASKEP ini masih banyak terdapat
kekurangan, tetapi kami berharap kiranya ASKEP ini dapat wawasan dan khasana
ilmu dibidang keperawatan terutama di dalam matakulia sitem endokrini baik bagi
penyusun sendiri maupun pembacanya.
Tak lupa juga kami ucapkan terimah kasih pada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam penyusunan ASKEP ini, juga kepada teman – teman
tim penyusun serta pihak – pihak tekait atas tersusunnya ASKEP ini.
Kritik dan saran bagi perbaikan ASKEP ini sangat dinantikan oleh
penyusun agar ASKEP ini menjadi lebih relevan dan lebih sempurna.
Akhir kata kami sebagai penyusun mohon maaf jika terdapat kesalah
pahaman pada ASKEP ini karena “tak ada gading yang tak retak”
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan.........................................................................................................5
1.3. Manfaat.......................................................................................................6
2.2. Etiologi.......................................................................................................7
2.5. Patofisiologi................................................................................................15
2.7. Penatalaksana.............................................................................................20
2.8. Komplikasi.................................................................................................21
2.9. Prognosis....................................................................................................21
2.10. patoflow....................................................................................................22
3.1. Pengkajian..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Dari askep ini akan menyediakan informasi yang sangat berguna untuk
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit
hiperprolaktimia.
2. Bagi STIK Bina Husada Palembang
Untuk pendidikan keperawatan, informasi yang didapat dari makalah ini
akan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi pengembangan
pembelajaran asuhan keperawatan miokarditis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. DEFINISI
2.2. ETIOLOGI
Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan
sebelum mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis.
Penyebab tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme,
pemakaian obatanta gonis dopamin (termasuk fenotiazin dan
metoklopramid). Hiperprolaktinemia juga merupakan manifestasi utama
dari sindrom ovarium polikistik. Penyebab tersering hiperprolaktinemia
yang berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan hiperprolaktinemia
idiopatik.
Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia adalah :
1. Gangguan pada hypothalamus, misalnya hipotiroid primer, dan insufisiensi
adrenal. Mekanisme terjadinya hiperprolaktinemia dalam hal ini adalah oleh
karena terjadinya peningkatan thyrotropin releasing hormone (TRH)
dihipotalamus dan penurunan metabolismenya.
Tiroksin mempunyai efek hambatan terhadap sekresi
prolaktin.Kekurangan hormone tiroid (hipotiroid), khususnya hipotiroid
primer menyebabkan kadar TRH endogen dan TSH meningkat. Hal ini
disebabkan oleh bertambahnya kepekaan hipofisis pada keadaan hipotiroid.
TRH merangsang laktotrof untuk mensintesis prolaktin yang berlebihan,
sedangkan biosintesis Prolaktin Inhibiting Factor (PIF) menurun, sehingga
wanita dengan hipotiroidakan mengalami hiperprolaktinemia.
Meningkatnya kadar prolaktin plasma menyebabkan wanita dengan
hipotiroid akan mengalami gangguan fertilitas yang berat. Hal ini akan
menyebabkan gangguan siklus haid, dari oligomenore sampai amenore dan
anovulasi. Pada hipotiroidisme pula, jaringan payudara akan menjadi lebih
pekaterhadap prolaktin, meski pada kadar yang normal sekalipun.
Sehinggah iperprolaktinemia pada keadaan hipotiroidisme hampir selalu
menampilkan galaktore. Pada keadaan ini sering dijumpai hingga sella
tursika melebar. Selain itu pada keadaan-keadaan seperti nyeri prahaid,
galaktore atau kadar PRL yang tinggi harus dipikirkan adanya tiroid.
Hubungan tingginya kadar prolaktin dengan hipotiroid dapat
dijelaskan sebagai berikut. Akibat tidak adanya reaksi umpan balik negative
dari T3 dan T4terhadap hipofisis anterior, maka hipofisis tersebut akan
melepaskan hormone pelepas tiroid dalam jumlah yang banyak, dan ini akan
memicu T3 dan T4 dan juga sekresi prolaktin. Dengan demikian hipotiroid
hampir selalu menimbulkan hiperprolaktinemia, yang akhirnya akan
mengganggu fungsi ovarium. Kadar prolaktin yang tinggi akan menekan
FSH dan LH sehingga menyebabkan gangguan pematangan folikel. Di
samping itu prolaktin yang tinggi juga menyebabkan peningkatan sekresi
androgen dari kelenjar adrenal yaitu dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAs).
Kadar androgen yang tinggi ini selanjutnya akan menghambat pematangan
folikel.
2. Gangguan pada hipofisis, misalnya tumor pada hipofisis baik berupa mikro
ataupun makro prolaktinoma, infiltrasi penyakit lain terhadap hipofisis
sepertituberculosis, dan sarcoidosis,
hypothalamic stalk Interruption Hal ini dapat terjadi karena adanya
gangguan atau hambatan dari transport dopamine dihypothalamus dan atau
terjadinya sekresi growth hormone dan prolaktin. Suplai pendarahan
abnormal pada tumor hipofisis atau tangkainya, dapat mengganggu sirkulasi
hipotalamus ke tangkai hipofisis dan ke sel laktotrof.
3. Obat-obatan. Misalnya Dopamine-receptor antagonists (
phenothiazines,butyrophenones,thioxanthenes, risperidone, metoclopramide,
sulpiride,pimozide), Dopamine-depleting agents (methyldopa, reserpine),
Anti histamin2(AH2) seperti cimetidine, anti hypertensi (verapamil), dan
anti depresan golongantrisiklik, estrogen dan opiate. Estrogen dapat
menyebabkan hiperprolaktinemia oleh karena estrogen memiliki sifat positif
terhadap laktotrof. Dan obat-obatopiate menyebabkan hiperprolaktinemia
karena dapat menstimulasi reseptoropiod pada hipotalamus.
4. Neurogenik, seperti adanya luka pada dinding dada misalnya luka operasi,
lukabakar, dan herpes zoster. hal ini adalah akibat refleks abnormal dari
stimulasi cedera tersebut sehingga terjadi peningkatan prolaktin. Refleks
tersebut berawal pada saraf intercostalis yang menjalar ke spinal cord lalu
menuju mesensefalon hingga sampai pada hipotalamus yang pada akhirnya
mengurangi pelepaskan dopamine.
5. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh. Misalnya pada gagal ginjal,
daninsufisiensi hepar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya bersihan prolaktin
dalam sirkulasi sistemik tubuh dan stimulasi prolaktin langsung pada pusat.
6. Molekul abnormal, misalnya makroprolaktinemia. Molekul abnormal
inimerupakan bentuk polimerik prolaktin yang berikatan dengan IgG
sehingga prolaktin tidak dapat berikatan dengan reseptornya dan tidak dapat
dieliminasi
7. Idiopatik
Sekresi dan pelepasan prolaktin dimediasi oleh dopamin, dan
semua proses yang mengganggu sekresi dopamin atau mengganggu transpor
dopamin ke pembuluh darah portal dapat menyebabkan hiperprolaktinemia.
Terdapat 10 kali lipat peningkatan prolaktin selama kehamilan, setelah
senam, makan, dan pada stimulasi dinding dada. Stress fisik dan psikologik
juga dapat meningkatkan kadar prolaktin Metoklopramid, fenotiazin, dan
antagonis butirofenon dapat menyebabkanpeningkatan prolaktin sampai
melebihi 100 µg/L. Begitu juga dengan risperidon,inhibitor oksidase
monoamine dan anti depresan trisiklik dapat meningkatkan kadar prolaktin
melalui efeknya terhadap transpor dopamin ke pembuluh portal. Obat-
obatan lainnya yang dapat meningkatkan kadar prolaktin adalah verapamil,
estrogen, serotonin-reuptake inhibitor, reserpin dan metildopa, walaupun
peningkatannya tidak signifikan (antara 25-100 µg/L).
Akromegali merupakan suatu kondisi yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia. Pada penderita akromegali, hormon prolaktin juga
disekresi bersama dengan hormon pertumbuhan. Tumor hipofisis non
fungsional juga dapat menekan tangkai hipofisis sehingga terjadi
peningkatan prolaktin dalam kadar antara25-100 µg/L. Beberapa pasien
hipotiroidisme primer dapat menderita hiperprolaktinemia ringan akibat
meningkatnya sintesa TRH ( thyrotropin-releasing hormone ). Sedang pada
penderita gagal ginjal kronik, prolaktin meningkat karena terjadi penurunan
klirens hormon tersebut. Bila tidak ditemukan penyebab yang spesifik, maka
ditegakkan diagnosis hiperprolaktinemia idiopatik.
Oksitosin berfungsi :
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan.
Merangsang terjadinya kontraksi yang penting dalam proses pembukaan
vagina sebelum melahirkan dan ketika proses melahirkan.
Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection
reflex.
Membantu mengembalikan uterus pada ukuran sebelumnya dan membantu
menghentikan pendarahan pasca persalinan.
2.5. PATOFISIOLOGI
Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara
untuk berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen
menstimulasi proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas
sel ini pada wanita usia premenopause, terutama saat kehamilan. Namun,
laktasi dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi saat
kehamilan. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat pada
periode pasca persalinan akan menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi
dan menyusui, ovulasi dapat ditekan akibat supresi gonadotropin oleh
prolaktin.
Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin
diregulasioleh hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-
hipofisis. Pada umumnya, sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik,
yang menghalangi pelepasan prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neuro
transmitter dopamin, yang bekerja pada reseptor tipe-D2 yang terdapat pada
sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik dimediasi oleh hormon
hipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-releasing hormone ) danVIP (
vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan antara kedua sinyal tersebut
menentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
anterior. Jumlahyang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan
konsentrasi prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme (keadaan di
mana kadar TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP
meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan
meningkatkan kadar adenosine 3’,5’-cyclic phosphate (cAMP).
Menurunnya kadar dopamin dapat menyebabkan sekresi prolaktin
yang berlebihan. Proses yang dapat mengganggu sintesis dopamin, transpor
dopamin kekelenjar hipofisis, atau efeknya terhadap sel laktotrof, dapat
mengakibatkan hiperprolaktinemia.
Secara praktis, dapat diingat 3P – Physiological, Pharmacological dan
Pathological. Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan
akibat dari kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat
menyebabkan hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopa
blockers, antidepressan, danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah
penyakit hipotalamo-hipofisis, cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme,
gagal ginjal kronis dan sirosis hati. Manifestasiklinis pada
hiperprolaktinemia adalah akibat pengaruh hormon terhadap jaringan target
prolaktin, yaitu sistem reproduksi dan jaringan payudara dari kedua jenis
kelamin.
Gambaran pemeriksaan MRI yang menunjukkan mikroadenoma danmakroadenoma. Mikroadenoma (anak panah, Gamba
2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari kondisi
tersebut;komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan,
pendarahan, osteoporosis,dan infertilitas.
2.9. PROGNOSIS
Sebanyak 90–95 % pasien dengan mikroadenoma mengalami
penurunan sekresi prolaktin secara gradual, jika konsisten dengan
pengobatan minimal selama 7 tahun.
Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami
resolusi tanpa pengobatan.
Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi
maka pasien memerlukan terapi medis jangka panjang.
PATOFLOW HIPERPROLAKTEMIA
sufisiensi adrenal, gangguan hipofisis (tumor),obat-obatan neurogenik, luka di dinding dada,penurunan eleminasi dlm tubu
Menyebabkan gangguan
kelenjar hipofisis
HIPERPROAKTI
Insisi Kurang
pengetahuan Abnormal produksi
Perawatan luka prolaktin dan
yang tidak pembesaran mamae
Informasi Krisis
tdk adekuat situasi
Tanda-tanda infeksi Perubahan citra tubuh
(rubor,dolor,color
Kurang
penget Koping
Resti
a huan Individu
Merangsang
Tdk
pengeluaran
efektiv
Defisit Personal
Perawata hygene
Syaraf aferen
n diri ansietas
Disfungsi seksual
Medula spinalis
Latargi
Nyeri kepala
neuro sensoris
Kulit menjadi
abnormal
Intoleransi aktivitas
Resiko gangguan integritas kulit
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit ; manisfestasi klinis tumor hipofise berpariasi tergantung pada
hormon manayang disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan.
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3. Keluhan utama, mencakup :
Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi.
Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
Dispaneuria dan pada peria disertai dengan imptensia.
Nyeri kepala, kaji P,Q,R,S,T.
Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan,
penglihatan ganda.
Kesulitan dalam hubungan seksual.
Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup
keteraturan, kesulitan hamil.
Libido seksual menurun.
Impotensia.
4. Pemeriksaan fisik mencakup :
Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus,
akan dijumpai penurunan fisik
Periksa adakah pembesaran yang abnormal pada payudara
Inspeksi adakah tanda-tanda infeksi terutama di daerah ginetalia
Perkusi dada dengar adakah suara abnormal dari pembesaran jantung.
5. Pemeriksaan diagnostik
Kadar prolaktin serum; ACTH, GH
Foto tengkorak
CT Skan Otak
Tes supresi dengan Dexamethason
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan citra tubuh yang b/d perubahan penampilan fisik.
2. Disfungsi seksual yang b/d penurunan libido; infertilasi.
3. Nyeri ( kepala ) b/d penekanan jaringan oleh tumor.
4. Takut b/d ancaman kematian akibat tumor otak.
5. Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan setatus kesehatan
6. Kopingindividu tidak efektiv b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh.
7. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, latargi.
8. Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls
akibat tumor.
9. Resiko gangguan integritas kulit ( kekeringan) b/d menurunnya kadar hormonal.
10. Resti Infeksi b/d tidak ada atau sedikitnya cairan vagina.